Anda di halaman 1dari 6

Manajemen dan Organisasi Perusahaan Uber : Startup

Muda Berkembang menjadi Perusahaan


Multinasional dengan jaringan di 77 negara

Berawal dari tahun 2008 di Paris bersalju pada sore hari. Travis Kalanick dan Garret Camp
kesulitan untuk menemukan dan memanggil taksi. Taksi terkadang sulit melihat calon
penumpang dari kejauhan, sehingga kita harus memanggil taksi yang benar benar dekat dengan
kita. Oleh karena masalah itulah mereka memunculkan sebuah ide yang hingga kini merupakan
cikal bakal dari sebuah worldwide company, yaitu ide memanggil taksi hanya dengan sebuah
aktivitas menekan tombol di mobile app, lalu anda akan mendapatkan tumpangan. Sehingga
terbentuklah Uber pada bulan Maret tahun 2009 di San Fransisco dengan nama pertamanya yaitu
Ubercap

Tahap awalnya adalah Uber hanya melayani permintaan mobil mobil premium di beberapa kota-
kota sibuk di Amerika yang kemudian sekarang berubah menjadi jasa pengantaran apa saja,
mulai dari mengantar seseorang, paket, atau bahkan makanan. Uber menggunakan teknologi
untuk memberikan seseorang sesuatu yang diinginkannya. Armada Uber tidak seperti taksi
konvensional yang memiliki standar, namun armada uber merupakan mobil pribadi yang dimiliki
setiap supirnya. Uber sendiri tidak memberikan modal sebuah mobil seperti taksi konvensional
yang lain. Alih alih, Uber memberikan kebebasan bagi para calon supirnya untuk memiliki
modal mobil sendiri. Oleh karena itu, armada uber sangat bermacam macam. Mulai dari mobil
hibrid, MPV, Sedan, SUV, hingga mobil mobil supercar seperti Lamborghini, bahkan ada juga
layanan Uber yang menggunakan armada helikopter yang kemudian oleh Uber dinamakan
sebagai Uberchopper

Di Indonesia sendiri Uber sudah mulai mengembangkan usahanya, khususnya di DKI Jakarta. Di
Jakarta layanan uber sudah ada yang berupa mobil pribadi, motor, hingga helicopter yang
layanannya ada pada tanggal 20 November 2015 lalu walaupun hanya bertujuan untuk
kampanye. Layanan pengantaran mobilnya sendiri merupakan yang kedua muncul setelah
grabcar yang sudah lebih dulu ada di Jakarta. Namun Uber sebagai perusahaan internasional
tidak mau kalah dengan selalu melakukan promosi, bahkan Uber memunculkan layanan ojek
online yang sudah lebih dahulu dikuasai oleh Gojek dan GrabBike. Uber percaya bahwa dengan
solusi solusi yang ditawarkan, maka calon penumpang akan memilih uber.

Uber yang dahulunya merupakan sebuah startup company yang hanya ada di negara asalnya
Amerika Serikat tumbuh pesat dan berkembang sehingga memiliki daya tarik bagi para investor
untuk menanamkan modal di Uber. Uber sekarang merupakan perusahaan internasional yang
jaringan layanannya sudah meluas ke 77 negara dan 507 kota yang tersebar ke seluruh belahan
dunia.Tidak menutup kemungkinan bagi Uber untuk memperluas jaringannya ke negara-negara
lain yang belum tersentuh
Perusahaan besar seperti Uber merupakah salah satu jenis organisasi formal yang jumlah
‘pegawai’nya tidak dapat terhitung di dunia ini. Maka dari itu setiap organisasi harus memiliki
beberapa unsur unsur penting yaitu struktur, tujuan, dan berbagai hal yang merupakan unsur
unsur sebuah perusahaan. Bagaimana perusahaan sebesar uber dapat memiliki cabang di
berbagai negara? Tentunya dengan manajemen yang sangat baik dan terkoordinasi. Penjelasan
tentang manajemen akan dibahas pada halaman berikutnya.

Sebelum kita membahas bagaimana struktur organiasi di perusahaan Uber, Uber dihadapkan
dengan masalah terbesar yang menjumpai perusahaan transportasi berbasis online yaitu
bagaimana perusahaan bisa melakukan control terhadap sekian banyak supir yang tersebar.
Masalah ini juga dijumpai Uber. Supir-supir akan sulit untuk ditindak jika melanggar peraturan.
Banyak solusi yang ditawarkan oleh uber agar manajemen supir menjadi mudah tanpa
menggeser prioritas kenyamanan konsumen.

Solusi Pertama adalah supir uber dapat menerima atau menolak panggilan konsumen, tetapi
hanya memiliki 15 detik untuk memilih dan hanya sebagian informasi dari konsumen yang
tertera. Sehingga privasi tetap terjaga. Jika supir menerima, mereka tidak akan bisa melihat
destinasi calon konsumen, mereka hanya bisa melihat tempat menjemput calon penumpang.
Sehingga supir uber tidak bisa ‘bermain’ dengan cara memilih destinasi yang dekat saja.
Hasilnya supir uber harus pasrah menerima destinasi yang jauh yang diminta oleh calon
penumpang.

Konsekuensi yang muncul apabila supir uber terlalu banyak menolak panggilan calon
penumpang, maka supir uber tersebut kemungkinan akan dinonaktifkan. Begitu cara uber
memange supirnya agar tidak menerima penumpang yang hanya menguntungkan bagi mereka.
Sehingga calon penumpang tidak perlu khawatir ordernya akan ditolak oleh supir Uber.

Solusi kedua, Uber melakukan pembayaran dengan sistem insentif. Semakin banyak seseorang
mengantar penumpang, maka semakin banyak pula orang tersebut akan mendapatkan insentif.
Dengan begitu uber dapat menjaga supirnya selalu rajin sehingga penumpang menjadi
nyaman..Dengan kata lain Uber tidak memberikan gaji tetap pada supirnya seperti pegawai
biasa. Melainkan dengan sistem ini supir uber seakan dituntut untuk menerima order sebanyak
banyaknya dari calon penumpang sehingga dapat menerima gaji yang semakin banyak.

Solusi ketiga merupakan solusi yang paling tepat untuk menjaga supir-supir Uber agar tidak
melanggar aturan adalah dengan sistem rating. Penumpang dapat memberikan rating kepada
supir setelah supir tersebut berhasil mengantarkannya. Apabila supir tersebut mengemudi secara
ugal ugalan, maka penumpang dapat memberikan rating yang rendah bagi supir tersebut.
Semakin banyak supir tersebut melanggar aturan/berperilaku buruk maka semakin banyak pula
penumpang yang akan memberikan rating rendah. Karena semakin banyak rating rendah, maka
supir tersebut akan dinonaktifkan. Namun ada masalah pada sistem rating ini, yaitu masalah jika
para penumpang memberikan rate 4/5, mereka menganggap rating 4 merupakan hal yang baik.
Namun sebenarnya rating tersebut apabila diakumulasi akan menandakan penurunan kinerja
supir.
Perlu dicatat bahwa Perusahaan Uber tidak memecat supirnya secara langsung. Melainkan
dengan menonaktifkannya. Karena Uber memiliki aplikasi yang memungkinkan supir supirnya
menerima order, maka proses pemecatan adalah dengan menonaktifkan akun supir uber tersebut.
Dengan dinonaktifkan, maka supir tersebut tidak akan bisa lagi menerima pelanggan dari
konsumen manapun, dengan kata lain supir tersebut telah dipecat dari perusahaan.

Solusi keempat yang ditawarkan uber untuk memanage supirnya adalah dengan memberikan
notifikasi kepada supir, daerah mana yang sedang padat order. Solusi ini ditawarkan karena uber
sendiri bukanlah perusahaan yang memberikan ‘pekerjaan’ secara langsung kepada supirnya,
melainkan yang memberi ‘pekerjaan’ adalah calon penumpang yang melakukan order. Oleh
karena itu uber menawarkan sebuah solusi bagi supir. Alih alih memberikan pekerjaan secara
langsung kepada supir, uber akan memberikan notifikasi kepada supir yang memberitahukan
daerah mana yang saat ini sedang padat calon penumpang. Secara tidak langsung uber telah
menawarkan pekerjaan yang lebih banyak kepada para supirnya.

Dengan canggihnya teknologi yang dipakai Uber untuk memanage supirnya, bukan berarti Uber
tidak memiliki struktur kepemimpinan organisasi yang terstruktur. Mengingat Uber merupakan
perusahaan internasional yang memiliki worth lebih dari $50 billion atau bila dikonversi ke mata
uang Indonesia 700 triliun, maka Uber harus memiliki struktur kepemimpinan yang sangat jelas,
terperinci dan tentunya efektif dan efisien. Tidak terlalu banyak menggunakan sumber daya
namun tetap menjaga tujuan perusahaan.

Perusahaan Uber memiliki tujuan utama yang berbeda daripada para petarungnya, yaitu
contohnya Lyft di Amerika dan GrabCar di Indonesia. Tujuan utamanya yaitu untuk secara
perlahan menjadikan biaya menumpang Uber lebih murah daripada biaya memiliki mobil
pribadi, sehingga ke depannya Uber akan lebih menguasai jalanan mengingat biayanya lebih
murah. Sulit memang, khususnya di Indonesia yang kebanyakan rakyatnya lebih senang memilih
mengendarai mobil pribadi. Akan tetapi di kemudian hari seiring naiknya biaya untuk perawatan
mobil dan makin padatnya jalanan. CEO Uber yakin bahwa tujuan ini akan bisa dicapai.

Rencana inovasi ke depan dari Uber adalah manless car atau yang lebih sering disebut
autonomous car yang artinya mobil yang bisa berjalan tanpa dikemudikan secara manual oleh
manusia. Seiring terus munculnya inovasi inovasi baru pada autonomous car ini, Uber akan terus
mengikuti perkembangannya.Apabila autonomous car sudah dapat diproduksi massal. Maka
Uber akan menggunakannya sebagai armada taksi. Memang mungkin hal itu akan mengurangi
lapangan pekerjaan bagi para supir yang bekerja sebelumnya, namun demi berkembangnya
teknologi puluhan tahun ke depan. Uber akan secara perlahan mentransformasi layanannya.
Dengan rencana ini, motto Uber yang dahulu “Everyone’s private driver”(Supir pribadi bagi
setiap orang) sekarang berubah menjadi “Transportation as reliable as running water,
everywhere for everyone” (Transportasi yang dapat diandalkan seperti air mengalir, dimana
mana ada untuk setiap orang)

Kepemimpinan pusat Uber dikepalai oleh sekumpulan Director yang disebut Board of Directors.
Board of Directors terdiri atas seorang CEO dan 4 orang direktur. CEO dari Uber ialah Travis
Kalanick. Dengan jajaran direkturnya bernama Yasir Al Rumayyan, David Bonderman, Bill
Gurley, dan Arianna Huffington. Seperti halnya perusahaan lain, CEO pada Uber bertugas
sebagai otoritas kekuasaan eksekutif tertinggi pada bagian operasi dan manajemen bisnis,selain
itu CEO juga bertugas merancang anggaran tahunan, manajemen strategi, pencapaian tujuan.

Board of Directors memiliki tanggung jawab hokum untuk menjaga kinerja bisnis dan kegiatan
nonprofit agar selalu memenuhi persyaratan. Pada Uber, keberadaan CEO menjadi Board of
Directors namun bukan merupakan kepalanya. Board of Directors dapat sewaktu waktu memecat
CEO, dan menerima CEO baru jika diketahui melakukan pelanggaran hokum.

CEO membawahi beberapa Chief yaitu diantaranya Chief of Operations, Chief of Product, Chief
of Security, Chief Technology Officer, Otto Managing Director, General Counsel, Head of
Growth, Head of Policy Department and Community Engagement. Seluruh Chief/Kepala
tersebut memiliki tugasnya masing masing. Chief of Operations memiliki tanggung jawab
terhadap seluruh kegiatan yang dijalankan pada Uber secara teknisnya. Chief of Product adalah
Kepala yang memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan produk produk jasa yang
dikeluarkan oleh Uber. Chief Security Officer memiliki tugas menjaga keamanan perusahaan
baik secara fisik maupun di dunia digital. Chief Technology Officer memiliki tanggung jawab
terhadap segala hal yang berhubungan dengan teknologi, mengingat Uber merupakan perusahaan
teknologi, maka CTO bertanggung jawab mengawasi perkembangan teknologi yang ada di Uber.
Otto Managing Director, Otto dahulu merupakan perusahaan self-driving truck yang kemudian
dibeli oleh Uber, maka dari itu Otto sekarang merupakan salah satu divisi yang harus
dikembangkan dengan Otto Managing Director sebagai kepalanya. General Counsel adalah
penasihat hokum yang ada di struktur organisasi kepimpinan Uber, setiap masalah hokum akan
didiskusikan bersama dengan General Counsel.Head of Growth memiliki tanggung jawab
menjaga perkembangan perusahan uber. Head of Policy Department and Community
Engagement memiliki 2 buah peranan, yaitu sebagai Departemen Kebijakan, untuk mengatur
kebijakan yang dibuat oleh CEO, peranannya yang kedua adalah melakukan hubungan terhadap
komunitas sekitar layaknya humas, Community Engagement berarti merangkul komunitas baik
internal maupun eksternal perusahaan.

Chief of Operations memiliki 3 bawahan langsung yaitu Head of Asia Operations, Head of
EMEA Operations, dan Vice President International Growth. Head of Asia Operations memiliki
cakupan tugas yang sangat luas yaitu area Asia, sehingga Head of Asia Operations bertanggung
jawab terhadap seluruh kegiatan operasi Uber yang berada di negara manapun di benua Asia.
Head of EMEA Operations memiliki cakupan yang lebih besar lagi mulai dari Eropa, Timur
Tengah, hingga Afrika. Sehingga segala kegiatan operasi yang berada di ketiga area tersebut
merupakan tanggung jawabnya. Vice President International Growth memiliki cakupan operasi
di daerah-daerah yang bukan merupakan keempat daerah diatas. Sehingga Vice President
International Growth memiliki tanggung jawab di daerah selain Asia, Eropa, Timur Tengah, dan
Afrika.

Pada Struktur kepemimpinan tingkat ketiga, selain Head of Operations terdapat juga Head of
UberEVERYTHING, UberEVERYTHING adalah sebuah divisi perluasan dari layanan jasa
pengantaran yang menekankan di bidang operasi yang membantu perekonomian, misalnya
layanan kurir (UberRush) dan layanan pengantaran makanan(UberEat). Kepala divisi ini
bertugas untuk mengimplementasikan layanan Uber guna memajukan perekonomian masyarakat
sekitar. Selain itu juga terdapat Head of Global Customer Support Operations, Chief ini
bertanggung jawab atas pelayanan pelanggan yang ada di seluruh dunia, Head of Global
Customer Support Operations membawahi sekian banyak Custommer Support yang ada di setiap
negara.

Selain Struktur Kepemimpinan Organisasi yang berada di Uber tingkat pusat. Manajemen Uber
di setiap kota juga memiliki cara dan struktur yang sama, namun dengan pendekatan tugas yang
berbeda beda. Dengan inti yang sama yaitu 3 cabang manajer di setiap kota yang suidah menjadi
jaringan uber. 3 jajaran manajer itu adalah General Manager, Driver Operation Manager, dan
Community Manager. Setiap manajer harus selalu bisa menyesuaikan peraturan yang berbeda
beda karena setiap kota berbeda situasi dan kebutuhannya. Uber selalu merekruit manajer yang
tempat tinggalnya berada bersamaan dengan tempat kerjanya. Sehingga manajer tersebut
memiliki pengalaman di kota tersebut yang nantinya bisa memecahkan permasalahan kota
tersebut dengan transporatasi Uber dengan menyusun tujuan yang unik di setiap negara.

General Manager memiliki peran yang paling mendasar di setiap kota jaringan Uber yaitu
bertugas memimpin tim dan bertanggung jawab terhadap perkembangan bisnis perusahaan di
kota tersebut, General manager yang baik memiliki sifat enterprenurial (kewirausahaan tinggi),
agile (Cekatan), dan knowledgeable (memiliki pengetahuan) terhadap kultur di daerah
kepemimpinannya. General Manager dibantu oleh seorang Community Manager yang
bertanggung jawab terhadap pemasaran, penyebaran informasi (baik offline maupun online), dan
perkembangan bisnis lokal. Manager yang ketiga yaitu Driver Operation Manager yang
bertanggung jawab terhadap segala hal yang berhubungan dengan operasi yang dijalankan oleh
supir dan meyakinkan bahwa para supir menjalankan kewajibannya. Manajer yang ditugaskan
untuk memimpin cabang di sebuah kota dituntut untuk bisa menyimpulkan masalah di
daerahnya, di Jakarta misalnya. Dengan kemacetan yang akut karena banyaknya kendaraan-
kendaraan pribadi, maka Uber menghadirkan UberMoto yang kita kenal sebagai Ojek online
sebagai solusi dari kemacetan.

Cara perekrutan Uber terhadap pekerja pekerja baru dahulu sama dengan perusahaan perusahaan
lainnya. Mereka merekruit melalui berbagai platform. Lalu selanjutnya terdapat 3 sampai 5
interview dan pemberian soal soal untuk dijawab. Tetapi dengan cara seperti ini, Uber tidak bisa
memanage pekerjanya yang tidak bisa bekerja secara spesifik. Untuk itu, Kepala Operasi Global
(Head of Global Operations) Ryan Graves mencetuskan cara baru dengan perekruitan pegawai
yang ‘ramping’ namun sesuai dengan setiap kompetensi yang dijalankan.

Kesuksesan yang dialami Uber bukan berarti tanpa tantangan. Ditambah lagi Uber telah
mengembangkan perusahaannya secara internasional dan sebagian negara melakukan pelarangan
terhadap Uber dan layanan layanan yang ditawarkannya Ada bebeberapa tantangan yang
dihadapi oleh Uber, seperti hambatan internal, tantangan secara hokum dan kebijakan.
Bagaimana cara Uber mengatasi segala tantangan tersebut? Tentunya Uber harus bisa
mengadaptasi sistem manajemen dan strategi pemasaran yang memiliki sasaran baik tantangan
domestik Amerika Serikat atau tantangan hokum di berbagai negara lainnya.

Hambatan internal sudah sebelumnya dibahas dengan menyangkut masalah supir, dengan
melakukan solusi menawarkan rating system. Selain secara internal, terdapat juga tantangan
hukum, banyak kecelakaan yang terjadi dengan Uber dan maka itu banyak penumpang yang
menuntut Uber itu sendiri. Namun Uber memiliki cara untuk mencegah kecelakaan atau hal hal
yang tidak dikehendaki terjadi dengan menyajikan “safe ride checklist” pada aplikasinya yang
memberikan notifikasi sebelum melakukan penjemputan calon penumpang yang berfungsi untuk
mengkonfirmasi plat nomor kendaraan dan memverifikasi nama supir dan penampilan sebelum
masuk ke dalam mobil.

Hambatan yang terakhir muncul ketika Uber sudah mulai melakukan ekspansi global yang
merupakan strategi pemasaran. Walaupun sebagian besar negara yang menjadi tujuan Uber
memperbesar jaringannya sudah menerima dengan baik, banyak juga beberapa negara yang
mempersulit regulasi Uber berikut layanannya, sehingga pelayanannya menjadi kurang lancer
dan tidak bisa beroperasi penuh. Bahkan ada negara yang langsung menolak adanya Uber dengan
layananya.

Sebagai akhir dan kesimpulan, kemunculan Uber yang telah mempengaruhi banyak layanan
perusahaan lain untuk mengikuti model bisnis yang ditawarkan Uber. Ada perusahaan yang
menawarkan layanan yang sama persis dengan Uber bahkan dengan strategi yang sama. Banyak
tantangan yang dihadapi oleh Uber, namun dengan Struktur organisasi yang
efektif,efisien,terperinci, dan terstruktur dengan baik serta dengan manajemen yang baik maka
segala tantangan tersebut dapat dikendalikan dengan baik bahkan Uber sampai saat ini masih
berkembang pesat dan selalu menarik perhatian para investor. Bukannya tidak mungkin Uber
menjadi perusahaan transportasi terbesar di dunia dan menguasai transportasi internasional.

Anda mungkin juga menyukai