Anda di halaman 1dari 17

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan

Sistem Perkemihan : Infeksi Saluran Kemih (ISK)


Posted by Sarapan Sehat on 1 Oktober 2013
Posted in: Keperawatan. Meninggalkan komentar

1. A. Konsep Dasar Medis


1. 1. Definisi

Infeksi saluran kemih sama dengan sistitis adalah inflamasi akut pada mukosa kandung
kemih akibat infeksi oleh bakteri yang disebabkan oleh penyebaran infeksi dari bakteri (M.
Clevo Rendy, Margareth TH, 2012 hal. 217).

Infeksi saluran kemih merupakan reaksi inflamasi sel – sel urotelium melapisi saluran kemih
(Sibuea, W. Heidin, 2005 hal. 16).

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan
adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001 hal. 112).

1. 2. Klasifikasi

Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH ( 2012, hal 220), jenis infeksi kandung kemih
dapat diklasifikasikan berdasarkan letak peradangan yaitu :

1. Kandung kemih (sistitis)


2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)

Infeksi saluran kemih pada usia lanjut dibedakan menjadi :

1. Infeksi saluran kemih Uncomplicated ( simple )

Infeksi saluran kemih sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing baik,
anatomik maupun fungsional normal. Infeksi saluran kemih ini pada usia lanjut terutama
mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.

1. Infeksi saluran kemih Complicated

Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas ,
kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika , sering terjadi
bakterimia, sepsis dan shock. Infeksi saluran kemih ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan
sebagai berikut :
1) Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi,
atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kemih menetap dan prostatitis.

2) Kelainan faal ginjal : gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik.

3) Gangguan daya tahan tubuh.

4) Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus yang memproduksi
urease.

1. 3. Anatomi fisiologi

Saluran perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria dan urethra. Ginjal merupakan
organ yang berbentuk seperti kacang dan terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal
kanan sedikit lebih rendah dibanding ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati katup
terletak di kosta ke-12, sedangkan ginjal kiri terletak setinggi kosta ke-11. Berat Ginjal + 125
gram.

Ureter merupakan saluran yang menghubungkan ginjal dengan vesika urinaria, panjang ureter
10 – 12 inci, berfungsi sebagai penyalur urine ke vesika urinaria. Kandung kemih adalah
suatu organ yang berongga yang terletak di sebelah anterior tepat di belakang os pubis, yang
tersusun dari otot polos, yang berkontraksi dan berfungsi sebagai tempat penampungan urine
sementara dan menyalurkan urine ke uretra. Uretra merupakan saluran kecil yang dapat
mengembang dan berjalan dari kandung kemih keluar tubuh. Panjang uretra pada wanita 1,5
inci dan pada pria 8 inci.

Fungsi- fungsi utama dari ginjal adalah :

1. Ultra filtrasi : Menyaring darah dan bahan-bahan yang terlarut serta membuang cairan
yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh.
2. Pengendalian cairan : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Keseimbangan asam basa : Mempertahankan derajat asam dan basa dengan
mensekresi ion H dan pembentukan Bicarbonat sebagai Buffer.
4. Mengatur tekanan darah dengan mengendalikan volume sirkulasi dan sekresi urine.
5. Mengatur metabolisme dengan mengaktifkan vitamin D yang diatur oleh kalsium
fosfat ginjal.
6. Memproduksi eritrosit : eritropoetin yang disekresikan oleh ginjal dan merangsang
sumsum tulang agar membuat sel-sel eritrosit.
7. Ekskresi produk sisa : Membuang langsung produk metabolisme yang terdapat pada
filtrasi glomerulus.

Pembentukan Urine

Nefron merupakan unit fungsional dari ginjal, yang merupakan awal pembentuk urine.
Ginjal ini tersusun + 1 juta nefron yang terdiri dari sebuah glomerulus dan sebuah tubulus.
Dinding kapiler glomerulus tersusun oleh sel-sel endotel dan membran basalis, Glomerulus
membentang dan membentuk tubulus yang terdiri atas 3 bagian yaitu :
1. Tubulus proximal :

Dalam keadaan normal, + 20 % dari plasma melewati glomerulus akan disaring ke dalam
nefron dengan jumlah 80 liter per hari yang terdiri dari filtrat yaitu : air, elektrolit dan
molekul kecil lainnya masuk ke dalam tubulus proximal di proses hingga 60 % dan filtrat
tersebut di serap kembali ke dalam darah, kecuali glukosa 100 % di serap yang disebut
dengan “Reabsorbsi Obligat” (mutlak).

1. Ansa Henle

Cairan dari tubulus proximal masuk ke Ansa henle. Ketika cairan turun ke ansa henle
desenden, ada transportasi aktif ureum yang menyebabkan kepekatan meningkat, ketika naik
lewat ansa henle asenden ada transportasi aktif H2O (dikeluarkan)

1. Tubulus Distal

Di dalam tubulus ini terjadi 3 proses yaitu :

1) Reabsorbsi air oleh Anti Diuretik Hormon

Bila tubuh kekurangan air maka otak akan membuat banyak anti diuretic hormon sehingga
penyerapan di distal banyak juga dan urine menjadi sedikit. Begitu sebaliknya bila air
berlebih jumlah anti diuretik hormon sedikit dan filtrat dapat lolos yang akhirnya jadi urine
banyak.

2) Bekerjanya anti diuretik hormon

Anti diuretik hormon dapat juga dikeluarkan oleh korteks anak ginjal untuk melakukan
transportasi aktif yaitu mengeluarkan kalsium dan menarik natrium.

3) Sekresi zat-zat sisa metabolime dan zat racun tubuh.

1. Ductus Kolligentes

Merupakan tubulus penampung setelah tubulus distal. Di sini masih terjadi proses reabsorbsi
air oleh anti diuretik hormon. Bila cairan sudah melewati ductus kolligentes maka disebut
dengan “urine” yang dilanjutkan ke kalix minor menuju kalix mayor dan melewati pelvis
ginjal mengalirkan urine ke ureter menuju ke vesika urinaria dengan gerakan peristaltik yang
membuka sfingter ureter, kemudian urine masuk ke dalam vesika urinaria, sebagai tempat
penampungan sementara.

1. Vesika Urinaria

Suatu kantong berotot yang disebut musculus Detrusor, yang terisi sedikit demi sedikit urine,
mulai dari volume 0 – 100 cc, tekanan kandung kemih sedikit bertambah. Dari volume 100 –
400 cc tekanan kandung kemih tidak berubah, karena Musculus Detrusor mengembang
mengikuti jumlah air kemih lewat 400 cc ke atas tekanan meningkat dan meregangkan
Musculus Detrusor.
Regangan ini mengirim impuls afferent ke medula spinalis lumbal dan sacral dengan susunan
saraf pusat. Dari lumbal sacral keluar impuls efferent ke Musculus Detrusor (mengerut).
Merangsang pembukaan sfingter urethra internal untuk membuka sehingga timbul keinginan
untuk BAK, dengan mengalirkan urine keluar tubuh melalui sfingter urethra eksterna.

Komposisi Urine

Urine yang normal biasanya berwarna jernih sampai dengan kuning muda, tidak terdapat
glukosa, eritrosit, leukosit dan trombosit serta protein. Bau sedikit pesing, berat jenis 1010 –
1030.

Urine terdiri dari :

1. Air
2. Elektrolit
3. Zat asam sisa metabolism

1. 4. Etiologi

Penyebab infeksi saluran kemih ini adalah mikroorganisme yang terdiri dari :

1. Bakteri gram negatif : E. Coli, Entherobacter, Pseudomonas, Serrativa.


2. Bakteri gram positif ; Staphylococcus Saprophyt, streptococcus.
3. Virus : jarang ditemukan
4. Jamur : jarang ditemukan

Mikroorganisme tersebut terdapat dalam vesika urinaria yang disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu :

1. Intake minum yang kurang setiap harinya

1. Hygiene yang kurang

1) Jarang mengganti pakaian dalam

2) Pakaian dalam pada wanita yang terbuat dari bahan sintetis, bukan dari katun

3) Penggunaan jeans yang terlalu ketat.

1. Personal hygiene yang salah

Membersihkan perineum saat selesai berkemih dan defekasi dengan gerakan belakang ke
depan dan di bolak-balik

1. Hubungan sex yang berlebihan


2. Urine Reflux
3. Trauma Urethra
4. Penggunaan instrumen yang tidak steril : pemasangan kateter.
5. Sabun dengan pH yang tidak seimbang dan cenderung ke peningkatan pH
6. Spray hygiene wanita yang dapat menimbulkan reaksi alergi dan iritasi
7. Usia di atas 65 tahun
8. Penyakit Diabetes Melitus
9. Batu ginjal, yang dapat menyebabkan obstruksi urine.

1. 5. Patofisiologi

Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh mikroorganisme terutama
bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang mencapai kurang lebih 90 persen kejadian,
disertai dengan pseudomonas, enterobakter, Bakteri gram positif : streptococcus, S. Saprofit.
Secara normal mikroorganisme tersebut terdapat pada saluran intestinal, tetapi bila terjadi
infeksi pada saluran intestinal maka terjadi respon tubuh terhadap infeksi sehingga timbul
demam, anoreksia, mual, muntah, menggigil, diare. Apalagi jarak anatomi intestinal dan
vesika urinaria yang dekat sehingga memudahkan mikroorganisme masuk melalui urethra
secara asenden. Masuknya mikroorganisme ini dapat disebabkan karena hubungan sex yang
terlalu berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada wanita muda, dimana jarak antara
vagina dan vesika urinaria dekat sehingga dapat membawa kuman ke vesika urinaria melalui
sperma, sperma dapat membuat pH vagina menjadi meningkat hingga tidak dapat membunuh
kuman yang masuk pada vesika urinaria. Apalagi bila setelah itu tidak mengosongkan
kandung kemih maka mikroorganisme akan berkolonisasi di dalam vesika urinaria.

Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan kateter dan sistoscopy merupakan
faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena saat membuka uretra kuman pada
daerah uretra tersebut dapat masuk bersamaan dengan alat yang dimasukkan dan penggunaan
alat yang lama dapat menyebabkan mikroorganisme berkembang dan berkolonisasi pada
vesika urinaria dan menyebar ke seluruh sistem urinarius. Intake minum yang kurang,
menyebabkan urine sedikit keluar, yang seharusnya jumlah urine normal untuk membawa
sisa metabolisme adalah 1400 – 1900 ml. Minum yang kurang menyebabkan bakteri yang ada
pada vesika urinaria tidak dapat di bawa keluar.

Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine mengandung glukosa dan
adanya gangguan aliran urine misal : Nefropati dan Angiopati ( kelainan pembuluh darah ) di
ginjal sehingga air kemih mengandung glukosa yang lebih dari normal sehingga kuman
menjadi lebih mudah berkembang.

Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran mikroorganisme ke seluruh


saluran kemih sehingga dapat terjadi statis urine yang menyebabkan infeksi sehingga timbul
keluhan disuria, sering berkemih, ketidaknyamanan suprapubik, urgency, peningkatan suhu.
Urine statis ini memungkinkan terjadinya Reflux ke ureter yang telah terkontaminasi dengan
urine ke pelvis ginjal.

Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh kandung kemih karena
adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus dimana dapat memelihara
integritas lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas dari pada urine dapat cepat kembali,
karena mekanisme pertahanan vesika urinaria dapat selama fase inflamasi akan memasukkan
mikroorganisme ke dalam proses fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine,
dimana secara normal mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada selaput lendir
urethra)

Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan berkembangnya kuman
menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila saluran kemih terjadi kerusakan.
Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar sedikit-sedikit, pengosongan kandung kemih
yang tidak tuntas, spasme kandung kemih, warna urine yang keruh, low back pain dan dapat
terjadi hematuri terutama pada keadaan trauma urethra. ( M. Clevo Rendy, Margareth TH,
2012 hal 218).

1. 6. Tanda dan Gejala

Umumnya 10 % penderita infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri yang mungkin
dapat tidak menimbulkan gejala sehingga penderita tidak menyadari adanya infeksi. Pada
keadaan yang menimbulkan tanda dan gejala biasanya :

1. Dysuria (rasa terbakar pada saat berkemih).


2. Frekuensi pengeluaran urine yang sedikit-sedikit dan sering.
3. Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih/pengosongan kandung kemih yang
tidak tuntas.
4. Nyeri suprapubik dan menyebar menjadi nyeri pinggang dan dapat terjadi low back
pain.
5. Spasme kandung kemih.
6. Warna urine yang keruh.
7. Hematuri pada keadaan lanjut.
8. Gangguan saluran intestinal : mual, muntah dan anoreksia.

1. 7. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk penegakkan diagnosa atau
pengobatan antara lain adalah :

1. Laboratorium

1) Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH meningkat.

2) Urine kultur :

a) Untuk menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih misalnya :
streptococcus, E. Coli, dll

b) Untuk menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan

3) Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.

1. Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )


1) Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri abdominal, panggul.

2) Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.

1. Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada kandung kemih

1. 8. Penatalaksanaan medis

Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 : hal. 221), pengobatan infeksi saluran
kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan saluran kemih dari
mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan angka
kecacatan serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan :

1. Perawatan dapat berupa :

1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi

2) Perubahan pola hidup diantaranya :

a) Membersihkan perineum dari depan ke belakang

b) Pakaian dalam dari bahan katun

c) Menghindari kopi, alkohol

1. Obat-obatan

1) Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.

a) Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu

b) Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di ganti ) dalam jangka
waktu 3 – 4 minggu

c) Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur dalam
waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan lanjut bila ada komplikasi lebih
lanjut.

2) Analgetik dan Anti spasmodik

Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita

3) Obat golongan Venozopyridine : Pyridium.

Untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih


1. 9. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena adanya proses
reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu menyebabkan :

1. Pyelonefritis

Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan intestinal
yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.

2. Gagal Ginjal

Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak diobati dengan
tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.

1. 10. Pencegahan

1. Minum air putih yang banyak 2 – 2,5 liter per hari


2. Hindari minum minuman beralkohol, kopi karena dapat mengiritasi kandung kemih
3. Menganjurkan menjaga personal hygiene yang benar :

1) Tidak menahan keinginan untuk berkemih dan berkemih dengan tuntas

2) Jaga perineum agar tetap bersih dan biasakan selesai berkemih untuk membersihkan
perineum dari depan ke belakang

3) Menggunakan celana dalam katun atau yang menyerap keringat

4) Tidak menggunakan jeans atau celana yang terlalu ketat

4. Hindari hubungan sex yang terlalu sering dan berlebihan dan setelah itu biasakan
mengosongkan kandung kemih.

1. B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian 11 Pola Gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

1) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan kandung kemih, trauma kandung kemih,
infeksi saluran kemih berulang

2) Personal hygiene yang salah

3) Kebiasaan menahan BAK

4) Riwayat penyakit DM
b. Pola Nutrisi Metabolik
1) Intake minum yang kurang

2) Mual, Muntah

3) Anoreksia

4) Demam, peningkatan suhu


c. Pola Eliminasi

1) Sering berkemih

2) Warna urine keruh

3) Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih

4) Hematuri (urine bercampur darah)

5) Diare
d. Pola Aktivitas dan Latihan

1) Bekerja di ruang ber AC

2) Banyak duduk

3) Kurang beraktivitas

4) Malaise
e. Pola Tidur dan Istirahat

1) Tidur terganggu karena nocturia


f. Pola Persepsi dan Kognitif

1) Nyeri Supra pubik

2) Dysuria

3) Rasa terbakar saat berkemih

4) Spasme kandung kemih

5) Low back pain

1. Pola Persepsi dan Konsep Diri

1) Merasa rendah diri

1. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama.


1) Perasaan terasing

2) Gangguan interaksi sosial

1. Pola Reproduksi dan Seksualitas

1) Menopause

1. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress.

1) Stress tergantung individu

1. Pola Sistem Kepercayaan.

1) Keyakinan yang dianut oleh pasien

1. 2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah kesehatan
actual dan potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi : pertama adanya masalah actual
berdasarkan respon klien terhadap masalah atau penyakit. Kedua factor-faktor yang
berkontribusi atau penyebab adanya masalah. Ketiga kemampuan klien untuk mencegah atau
menghilangkan masalah.

Menurut Doengoes ( 1999), diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien infeksi
saluran kemih adalah :

1. Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi yang dimanifestasikan oleh adanya


peningkatan suhu, tachicardi, menggigil dan malaise.
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada jaringan mukosa saluran perkemihan yang
dimanifestasikan oleh adanya nyeri pada saat berkemih, nyeri pinggang, nyeri supra
pubik, low back pain dan spasme kandung kemih.
3. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan adanya infeksi saluran kemih yang
dimanifestasikan oleh adanya nocturia, inkontinensia dan hematuri.
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
dan anoreksia.
5. Resiko tinggi infeksi berulang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyebab, pencegahan kekambuhan dan perawatan.

1. 3. Rencana Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi yang dimanifestasikan oleh adanya


peningkatan suhu, tachicardia, menggigil dan malaise.

Tujuan : menurunkan suhu tubuh.


Kriteria Hasil :

Suhu tubuh dalam batas normal : 36 – 37 oC

perabaan tidak hangat , tidak menggigil.

Rencana Tindakan :

1) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam terutama suhu dan nadi.

Rasional : Untuk menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan.

2) Kaji keadekuatan hidrasi baik mukosa mulut dan kulit

Rasional : Demam dapat meningkatkan pengeluaran cairan terutama keringat.

3) Beri kompres hangat, biasa atau dingin pada dahi, axila dan lipatan paha.

Rasional : Kompres yang diberikan pada kulit dapat mengurangi atau menurunkan
suhu secara evaporasi.

4) Anjurkan klien untuk banyak minum 2 – 2,5 liter per hari

Rasional : Menurunkan suhu melalui pengeluaran urine yang banyak.

5) Monitor intake dan out put cairan

Rasional : Memastikan hidrasi tetap adekuat dan memonitor fungsi renal.

6) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik dan antipiretik

Rasional : Antipiretik dapat menurunkan suhu tubuh.

2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada jaringan mukosa saluran perkemihan yang
dimanifestasikan oleh adanya nyeri pada saat berkemih, nyeri pinggang, nyeri supra
pubik, low back pain dan spasme kandung kemih.

Tujuan : Nyeri teratasi.

Kriteria Hasil :

Dapat mengontrol rasa nyeri, nyeri berkurang bahkan hilang, ekspresi wajah rileks

Rencana Tindakan :
1) Kaji adanya rasa nyeri baik lokasi, intensitas, frekuensi dan lamanya nyeri

Rasional : Perubahan lokasi atau intensitas nyeri merupakan indikasi proses infeksi dan
memberikan intervensi berdasarkan tingkat nyeri yang dirasakan.

2) Beri posisi yang nyaman menurut klien

Rasional : Posisi pilihan klien dapat meningkatkan kenyamanan dan mengurangi rasa nyeri.

3) Palpasi kandung kemih setiap 4 jam untuk mengetahui adanya distensi

Rasional : Distensi yang terlalu lama pada kandung kemih mengakibatkan nyeri kandung
kemih.

4) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam

Rasional : Nafas dalam dapat menurunkan rasa nyeri

5) Beri kompres hangat pada daerah yang nyeri

Rasional : Rasa hangat dapat memvasodilatasi pembuluh darah sekitar sehingga nyeri dapat
berkurang

6) Anjurkan klien minum 8 – 10 gelas per hari sesuai indikasi

Rasional : Mengurangi iritasi pada mukosa urethra

7) Kolaborasi dalam pemberian analgetik, anti spasmodik dan penozopyridine (untuk


meredakan iritasi saluran kemih)

Rasional : Golongan obat di atas dapat mengurangi nyeri dan iritasi saluran kemih.

3. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan adanya infeksi saluran kemih yang
dimanifestasikan oleh adanya nocturia, inkontinensia dan hematuri.

Tujuan : Perubahan pola eliminasi teratasi

Kriteria Hasil : Pola urine kembali normal 6 – 7 kali setiap hari, produksi urine > 30
cc / menit, urine normal ; warna jernih, tidak ada darah, tidak ada tekanan saat mengeluarkan
urine

Rencana Tindakan :

1) Observasi perubahan urine : warna, jumlah, bau

Rasional : Untuk mendeteksi adanya infeksi lebih awal

2) Kaji keluhan tidak bisa berkemih, berkemih berdarah, tidak bisa menahan urine
tiba-tiba, berkemih pada malam hari
Rasional : Untuk mengetahui adanya peradangan pada kandung kemih

3) Beri intake minum 2 – 2,5 liter per hari

Rasional : Untuk membantu pengeluaran kuman dari kandung kemih melalui berkemih atau
menurunkan konsentrasi bakteri

4) Anjurkan klien berkemih tiap 3 – 4 jam

Rasional : Mencegah urine statis dan mencegah bertambahnya kuman pada kandung kemih
akibat urine yang terlalu lama tertahan.

5) Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman saat berkemih

Rasional : Mengurangi rasa nyeri saat berkemih dan proses berkemih terasa lampias.

6) Ajarkan klien untuk perawatan perineal yang benar dari depan ke belakang setiap kali
selesai berkemih dan defekasi

Rasional : Mencegah masuknya kuman pada urethra.

7) Kolaborasi dalam pemberian obat anti bakteri dengan tim medik

Rasional : Mengurangi pertumbuhan bakteri.

8) Pantau atau periksa urine kultur dan sensitifitasnya

Rasional : Menentukan penyebab infeksi saluran kemih dan mengevaluasi efektifitas


pengobatan.

4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
dan anorexia.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil : Nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh, keluhan mual tidak
ada, muntah tidak ada, porsi yang disediakan habis.

Rencana Tindakan :

1) Kaji pola makan klien sebelum sakit dan sesudah sakit

Rasional : Mengetahui kebiasaan dan jenis makanan serta masukan makanan klien

2) Kaji adanya keluhan mual, muntah dan anorexia

Rasional : Untuk merencanakan tindakan selanjutnya


3) Pertahankan kebersihan mulut sebelum makan

Rasional : Mukosa mulut yang bersih meningkatkan selera makan

4) Beri makan dalam porsi kecil dan sering

Rasional : Meningkatkan asupan makanan

5) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan sajikan makanan dalam keadaan hangat

Rasional : Mengurangi rasa mual

6) Anjurkan untuk makan biskuit atau roti atau makanan kesukaan sesuai indikasi

Rasional : Menurunkan sekresi asam lambung dan mencegah rasa mual serta meningkatkan
asupan makanan

7) Kolaborasi dalam pemberian Antasida

Rasional : Antasida dapat menurunkan asam lambung dan mencegah rasa mual.

5. Resiko tinggi infeksi berulang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang


penyebab, pencegahan kekambuhan dan perawatan.

Tujuan : Infeksi tidak terjadi

Kriteria Hasil : Pasien mengetahui penyebab, pencegahan dan perawatan yang benar
tentang infeksi saluran kemih.

Rencana Tindakan :

1) Anjurkan klien untuk banyak minum air putih 2 – 2,5 liter air dan hindari konsumsi
kopi dan alkohol

Rasional : Mengurangi iritasi pada mukosa kandung kemih

2) Jelaskan untuk tidak menahan keinginan berkemih, kosongkan kandung kemih secara
sempurna setiap kali berkemih

Rasional : Mencegah distensi kandung kemih

3) Ajarkan perawatan perineal yang benar terutama setelah berkemih dan defekasi,
bersihkan dari depan ke belakang

Rasional : Mencegah perpindahan mikroorganisme yang ada di anus

4) Jaga kebersihan perineal agar tetap kering dan bersih keringkan depan sampai ke
belakang
Rasional : Mencegah perkembangan mikroorganisme

5) Gunakan celana dalam dari bahan katun

Rasional : Menyerap cairan dan keringat

6) Gunakan celana yang longgar dan jangan terlalu ketat

Rasional : Memperlancar aliran darah

7) Anjurkan untuk segera berkemih setelah melakukan hubungan sexual

Rasional : Mencegah perkembangan mikroorganisme di dalam kandung kemih dan melalui


berkemih dapat mengeluarkan kuman

8) Jelaskan pentingnya mengkonsumsi antibiotik sesuai dengan resep atau sampai habis

Rasional : Antibiotik mengatasi infeksi dan mencegah resistensi.

1. 4. Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan adalah asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan yang
sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Sebelum melakukan
rencana tindakan keperawatan, perawat hendaklah menjelaskan tindakan keperawatan yang
dilakukan terhadap pasien. Dalam pelaksanaan, perawatan melakukan fungsinya sebagai
independent, interdependent dan dependent. Pada fungsi independent perawat melakukan
tindakan atas dasar inisiatif sendiri. Contohnya memberikan latihan pernapasan perut dalam
posisi duduk dan berbaring. Pada fungsi interdependent, perawat melakukan fungsi
kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. Dan fungsi independent perawat melakukan fungsi
tambahan untuk menjalankan program dari tim kesehatan lain seperti pengobatan.

Di samping itu perawat harus memperhatikan keadaan umum dan respon pasien selama
pelaksanaan. Dan untuk melatih pasien agar mandiri, sebaiknya dalam tahap pelaksanaan ini
adalah sebagai berikut : persiapan, pelaksanaan dan dokumentasi. Pada fase persiapan,
perawat dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan. Selain itu perawat juga harus
mampu menganalisa situasi dan kondiri pasien baik fisik maupun mentalnya sehingga dalam
merencanakan, memvalidasi rencana serta dalam pelaksanaannya perawat akan terhindar dari
kesalahan.

1. 5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang dapat digunakan sebagai alat
pengukur keberhasilan suatu rencana keperawatan yamg telah dibuat. Meskipun evaluasi
dianggap sebagai tahap akhir dari proses keperawatan proses ini tidak berhenti, yang telah
terpecahkan dan masalah yang perlu dikaji ulang, direncanakan kembali, dilaksanakan dan
dievaluasikan kembali.
1. 6. Discharge Planning

Penyuluhan yang diberikan kepada klien bertujuan untuk mencegah terjadinya kekambuhan
sehingga klien dapat bebas dari penyakit infeksi saluran kemih ini. Penyuluhan yang
diberikan antara lain ;

1. Minum air putih yang banyak 2 – 2,5 liter per hari


2. Hindari minum minuman beralkohol, kopi karena dapat mengiritasi kandung kemih
3. Menganjurkan menjaga personal hygiene yang benar :

1) Tidak menahan keinginan untuk berkemih dan berkemih dengan tuntas

2) Jaga perineum agar tetap bersih dan biasakan selesai berkemih untuk membersihkan
perineum dari depan ke belakang

3) Menggunakan celana dalam katun atau yang menyerap keringat

4) Tidak menggunakan jeans atau celana yang terlalu ketat

4. Hindari hubungan sex yang terlalu sering dan berlebihan dan setelah itu biasakan
mengosongkan kandung kemih.
5. Minum obat dengan teratur sesuai dengan resep terutama golongan antibiotik untuk
mengatasi infeksi dengan tuntas. Dan walaupun tanda dan gejala sudah hilang
teruskan minum antibiotik sampai habis untuk mengatasi infeksi dengan tuntas dan
menghindari resistensi kuman terhadap antibiotik.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC;
Jakarta.

Doenges, Marylinn. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Penerbit Buku


Kedokteran EGC; Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah volume 3.


Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

M. Rendy Clevo, Margareth TH. (2012 ). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Nuha Medika.

Setiadi. (2007). Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu: Yogyakarta

Sibuea, W. Heidin. (2005). Ilmu Penyakit Dalam. Rineka Cipta: Jakarta

Syaifudin, H. (2006). Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Perawat Edisi 3. Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Tambayong, Jan. (2006). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran
Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

Tentang iklan-iklan ini


Memuat...

Anda mungkin juga menyukai