Laporan Kasus Psikotik Akut
Laporan Kasus Psikotik Akut
DASAR TEORI
1
Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis, delirium, atau dimensia.
Tidak merupakan intoksikasi akibat penggunaan alcohol atau obat-obatan.
2
Gambaran klinis berupa waham dan halusinasi yang cukup stabil, tetapi tidak
memenuhi skizofrenia. Sering berupa waham kejaran dan waham rujukan, dan
halusinasi pendengaran.
1.4 Penanganan Gangguan Psikotik Akut
Farmakoterapi
Obat utama Antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik :
Haloperidol 2-5 mg, 1 sampai 3 kali sehari, atau Chlorpromazine
100-200 mg, 1 sampai 3 kali sehari
Dosis harus diberikan serendah mungkin untuk mengurangi efek
samping, walaupun beberapa pasien mungkin memerlukan dosis
yang lebih tinggi
Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika untuk
mengendalikan agitasi akut (misalnya: lorazepam 1-2 mg, 1 sampai 3 kali
sehari)
Lanjutkan obat antipsikotik selama sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah
gejala hilang.
Kekakuan otot (Distonia atau spasme akut), bisa ditanggulangi dengan
suntikan benzodiazepine atau obat antiparkinson
Kegelisahan motorik berat (Akatisia), bisa ditanggulangi dengan
pengurangan dosis terapi atau pemberian beta-bloker
Gejala parkinson (tremor/gemetar, akinesia), bisa ditanggulangi dengan
obat antiparkinson oral (misalnya, trihexyphenidil 2 mg 3 kali sehari)
Psikoterapi
Psikoterapi individual, kelompok, dan keluarga
Mengatasi stresor dan episode psikotik
Mengembalikan harga diri dan kepercayaan
2. Gangguan Waham Menetap (F22)
A. Pengertian Waham Menetap
3
Sekelompok gangguan jiwa dengan waham-waham yang berlangsung lama,
dan merupakan satu-satunya gejala klinik yang khas atau yang mencolok serta
tidak dapat digolongkan sebagai gangguan organik, skizofrenik atau afektif.
B. Diagnosis Gangguan Waham Menetap
1 Gangguan Waham
Pedoman diagnosis gangguan waham
1) Merupakan satu-satunya gejala atau gejala yang paling mencolok
2) Sudah berlangsung paling sedikit 3 bulan dan khas pribadi
3) Bila terdapat gejala depresi, maka gejala waham harus tetap ada
pada saat depresinya hilang.
4) Tidak disebabkan penyakit otak, tidak terdapat halusinasi, dan
tanpa riwayat skizofrenia, dan tanpa riwayat skizofrenik
4
Antipsikotik adalah obat terpilih untuk penanganan gangguan waham
menetap
Mulai dengan dosis rendah anti psikotik (Haloperidol 2 mg) dan
naikan bertahap.
Dosis maintenance biasanya rendah
Bila gagal dengan anti psikotik, maka dihentikan
Psikoterapi
Terapi individual lebih efektif dari terapi kelompok
Terapi suportif berorientasi tilikan, kognitif, dan perilaku sering
afektif.
Bina hubungan dan kepercayaan
Hindari membicarakan waham pasien, dan tidak boleh meremehkan
ataupun mendukung isi waham tersebut.
Terapi Keluarga
Target hubungan sosial yang baik.
OBAT ANTIPSIKOSIS
1. Haloperidol
Berguna untuk menenangkan keadaan mania pasien psikosis yang karena hal
tertentu tidak dapat diberi fenotiazin. Reaksi ekstrapiramidal timbul pada 80%
pasien yang diobati haloperidol. Oksipertin merupakan derivate butirofenon yang
banyak persamaannya dengan CPZ. Oksipertin berefek blockade adrenergic dan
anti emetic serta dapat menimbulkan parkinsonisme pada manusia dan katalepsi
pada hewan.
Farmakodinamik
Struktur haloperidol berbeda dengan fenotiazin, tetapi butirofenon
memperlihatkan banyk sifat fenotiazin. Pada orang normal, efek haloperidol mirip
fenotiazin piperazin. Haloperidol memperlihatkan antipsikosis yang kuat dan
5
efektif untuk fase mania penyakit manic dan manic depresif dan schizophrenia.
Efek fenotiazin piperazin dan butirofenon berbed secara kuantitatif karena
butirofenon selain menghambat efek dopamine, juga meningkatkan turn over
ratenya.
Indikasi
Skizofrenia akut & kronik, status ansietas, gelisah & psikis labil disertai dengan
mudah marah, menyerng, astenia, delusi, halusinasi.
Dosis
Dewasa dan anak <12 tahun; gejala sedang 0.5-2mg/hr 2-3x/hr, gejala berat 3-5
mg/hr 2-3x/hr.
Efek Samping
Hipertonia, gemetar pd otot, gerakan mata yang tak terkendali, hipotensi
ortostatik, galaktore.
2. Chlorpromazine
Indikasi
Skizofrenia & kondisi yang berhubungan dg psikosis, trankuilisasi & kontrol
darurat untuk gangguan perilaku, terapi tambahan untuk gangguan perilku karena
retardasi mental.
Dosis
Dewasa 10-25 mg tiap 4-6 jam. Psikosis 200-800 mg/hr. anak 0,5 mg/kgBB tiap
4-6 jam
Efek Samping
Ikterus, hipotensi postural & depresi pernapasan, diskrasia darah, distonia akut,
diskinesia tardiv, gangguan penglihatan, reaksi ekstrapiramidal (dosis tinggi)
3. Antipsikotik Atipikal ; Flufenazin Dekanoat, Trifluoperazin, Perfenazin,
Risperidon, Klozapin, Sulpirida, Olanzapin, Quetiapin fumarat.
6
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Usia : 45 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA
Suku / warganegara : Jawa/ Indonesia
Alamat : Rogomulyo RT 06/01 Batu
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal pemeriksaan : 1 Februari 2012
7
A. Sebab dibawa ke Rumah Sakit
Alloanamnesis : Pasien dibawa ke RSJ Lawang pada tanggal 1 Februari 2012
karena pasien sering terlihat seperti ketakutan sampai tidak
mau pergi bekerja
Autoanamnesis : Tidak ada keluhan
8
D. Riwayat Premorbid
1. Prenatal dan perinatal
Pasien adalah anak yang diinginkan, merupakan anak keempat dari
tujuh bersaudara. Persalinan ditolong oleh dukun. Lahir spontan, Tidak ada
cacat bawaan atau kelainan lain. Lahir langsung menangis. Selama hamil
ibu tidak pernah sakit, tidak mengkonsumsi obat-obatan, alkohol atau
merokok. Usia kehamilan + 9 bulan, selama masa itu pasien dirawat dan
disusui oleh ibu kandung.
2. Masa anak awal
Pasien diasuh oleh orang tuanya. Pertumbuhan dan perkembangan
sesuai dengan usia. Riwayat kejang saat panas tinggi disangkal. Riwayat
perkembangan pada masa balita normal.
3. Masa anak pertengahan
Pasien dibiarkan bebas bermain, dan penurut. Pasien pernah tinggal
kelas waktu SD sebanyak 1 kali yaitu saat kelas 2 karena tidak dapat
mengikuti pelajaran. Pasien merupakan anak yang sedikit pendiam, tidak
bermasalah dalam bergaul dan tidak pernah berbuat kenakalan di sekolah.
4. Masa Kanak Akhir dan Remaja
Pasien mampu bergaul dengan baik, tidak bermasalah dengan teman-
teman yang seumur, hubungan dengan keluarga harmonis, tidak pernah
berurusan dengan kekerasan.
5. Masa Dewasa
Pasien bukan termasuk pribadi yang emosional dan lekas marah. Pasien
jarang menceritakan masalah pribadinya.
a. Riwayat Pekerjaan
Saat ini pasien bekerja disebuah perusahaan wiraswasta penghasilan
dirasakan kurang memenuhi kebutuhan keluarga.
b. Riwayat Keagamaan
Pasien beragama islam sholat dijalankan 5 waktu.
9
c. Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah.
d. Riwayat Militer
Pasien belum pernah melihat suatu peperangan maupun mengikuti
kemiliteran.
e. Riwayat pelanggaran hukum
Tidak pernah terlibat dalam pelanggaran hukum.
f. Aktivitas sosial
Hubungan dengan tetangga dan teman-temannya baik. Pasien tidak
mempunyai teman dekat.
g. Situasi Hidup Sekarang
Pasien tinggal bersama istri, satu orang anak, ibu dan adik
kandungnya. Untuk biaya berobat menggunakan biaya pribadi.
6. Riwayat Psikoseksual
Pasien tidak memilki kelainan dalam riwayat psikoseksual. Pasien
menyukai lawan jenis, tidak pernah mendapatkan pelecehan seksual atau
melakukan pelecehan seksual.
7. Riwayat keluarga
Pasien merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara, situasi dalam
keluarga cukup baik, dukungan dari keluarga selama pasien sakit cukup
baik. 2 tahun yang lalu paman pasien mengalami hal yang serupa dengan
kondisi pasien tapi sekarang sudah sembuh.
Genogram keluarga
10
III. STATUS MENTAL
A. Diskripsi Umum (01/02/2012)
1. Penampilan
Kulit sawo matang, tampak lebih tua dari umurnya, kebersihan cukup dan
kerapihan kurang.
2. Perilaku & aktifitas psikomotor
Selama pemeriksaan berlangsung, pasien tampak normoaktif. Pasien
terlihat sedikit gelisah dan sering memegangi tangan pemeriksa.
3. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
4. Mood dan Afek
Mood : labil
Afek : terbatas, tidak serasi
B. Pembicaraan
Jelas dan cukup spontan, berusaha menjawab semua pertanyaan pemeriksa
kadang logorhhea, intonasi suara cukup, volume suara kadang-kadang
menurun kadang meningkat tanpa penyebab yang jelas, nada suara seperti
ketakutan, artikulasi jelas. Kuantitas lebih, kualitas kurang.
C. Gangguan Persepsi :
Ilusi (+)
Riwayat halusinasi auditorik (+), yaitu berupa suara didalam hatinya yang
menyuruhnya untuk mati.
D. Pikiran
1. Bentuk pikir : non realistik
2. Arus pikir :
Kecepatan proses pikir : baik Sirkumstansialitas : tidak ada
Retardasi : tidak ada Blocking : tidak ada
11
Flight of ideas : tidak ada Perseverasi : tidak ada
Verbigerasi : tidak ada Asosiasi longgar : ada
Inkoherensi : tidak ada Jawaban irelevan : ada
3. Isi pikir :
Pola sentral : tidak ada Fobia : tidak ada
Obsesi : tidak ada Konfabulasi : tidak ada
Pikiran bermusuhan : tidak ada Rasa takut : ada
Pikiran bersalah : tidak ada Hipokondri : tidak ada
Rasa rendah diri : tidak ada Preokupasi : tidak ada
Kemiskinan isi pikir : tidak ada
Waham
Thought of echo : tidak ada
Thought of insertion : tidak ada
Thought of withdrawl : tidak ada
Thought of broadcasting : tidak ada
Delusion of control : tidak ada
Delusion of influence : tidak ada
Delusion of passivity : tidak ada
Delusion of perception : tidak ada
Waham kebesaran : tidak ada
Waham curiga : tidak ada
Waham dikejar : ada
Waham erotomania : tidak ada
Waham cemburu : tidak ada
Waham hipochondri : tidak ada
Waham magic mistik : tidak ada
Waham somatik : tidak ada
12
1. Kesadaran : jernih
2. Orientasi
Personal : baik
Tempat : kurang
Waktu : kurang
Situasional : kurang
3. Daya ingat
Segera : kurang
Jangka Pendek : cukup
Panjang / jauh : cukup
4. Konsentrasi dan perhatian : konsentrasi kurang
Perhatian : Distraktibilitas
5. Kapasitas untuk membaca dan menulis : cukup
6. Kemampuan visuospasial : cukup
7. Pikiran abstrak : kurang
G. Tilikan : derajat 1
Derajat tilikan yang dimiliki pasien :
1. Menyangkal sepenuhnya bahwa ia mengalami penyakit/gangguan
2. Sedikit memahami adanya penyakit pada dirinya dan membutuhkan
pertolongan, dan pada saat yang bersamaan pasien sekaligus
menyangkalnya
3. Pasien menyadari dirinya sakit namun menyalahkan orang lain atau
penyebab eksternal atau faktor organik sebagai penyebabnya
4. Pasien menyadari dirinya sakit yang penyebabnya adalah sesuatu yang
tidak diketahui dari diri pasien.
13
5. Intellectual insight : pasien menerima kondisi dan gejala-gejala sebagai
bagian dari penyakitnya dan hal ini disebabkan oleh gangguan yang ada
dalam diri pasien, namun tidak menerapkan pemahamannya ini untuk
melakukan sesuatu selanjutnya (misalnya perubahan gaya hidup)
6. Emotional insight: pasien memahami kondisi yang ada dalam dirinya
seperti tilikan derajat 5, namun pasien juga memahami perasaan dan
tujuan yang ada pada diri pasien sendiri dan orang yang penting dalam
kehidupan pasien. Hal ini membuat perubahan perilaku pada pasien.
H. Pertimbangan : cukup
I . Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya
B. Status Neurologi
1. GCS : E4 M6 V5
14
2. Gejala rangsang selaput otak : Negatif
3. Tanda-tanda efek samping ekstrapiramidal:
- Tremor tangan : Negatif
- Akatisia : Negatif
- Bradikinesia : Negatif
- Cara berjalan : Normal
- Keseimbangan : Baik
- Rigiditas : Negatif
4. Motorik : Kekuatan baik 555 555
555 555
5. Sensorik : Baik
C. Laboratorium : (-)
D. Pemeriksaan lain: (-)
15
Status Neurologis : dalam batas normal
Pemeriksaan Status Mental:
Kesadaran : jernih
Kontak : (+), tidak wajar, tidak dapat dipertahankan
Perilaku : normoaktif
Verbalisasi : kualitas kurang dan kuantitas lebih
Mood : labil
Afek : terbatas, tidak serasi
Ggn persepsi : ilusi (+), riwayat halusinasi akustik (+)
Arus pikir : asosiasi longgar, jawaban irrelevan
Isi pikir : rasa takut (+), waham kejar (+)
Hendaya : dalam semua fungsi (peran, hubungan sosial, perawatan diri,
penggunaan waktu luang)
16
Aksis IV : Masalah dengan ekonomi : ekonomi kurang untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari
Aksis V : GAF mutakhir : 60
VIII. PROGNOSIS :
Pendukung ke arah baik Pendukung ke arah buruk
Genetik tidak ada Genetik ada
Onset akut Onset kronik
Usia tua Usia muda
Faktor pencetus jelas Faktor pencetus tidak jelas
Riwayat premorbid baik Riwayat premorbid buruk
Belum pernah sakit seperti ini Pernah sakit seperti ini
Menikah Tidak menikah
Suportif lingkungan ada Suportif lingkungan tidak ada
Tilikan baik Tilikan buruk
Status ekonomi baik Status ekonomi kurang
Prognosis: dubia ad bonam
17
X. PENATALAKSANAAN
A. Farmakoterapi :
C. Psikoterapi
Terapi individual lebih efektif dari terapi kelompok
Terapi suportif berorientasi tilikan, kognitif, dan perilaku sering
afektif.
Bina hubungan dan kepercayaan
Hindari membicarakan waham pasien, dan tidak boleh meremehkan
ataupun mendukung isi waham tersebut.
D. Terapi Keluarga
Target hubungan sosial yang baik.
18
DAFTAR PUSTAKA
19