Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTEK

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN TN. MA DENGAN


BRONKIEKTASIS
DIRUANG PARU LAKI RSUD DR.SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 30 SEPTEMBER – 4 OKTOBER 2002

OLEH :

SUBHAN
NIM : 010030170. B

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2002
BRONKIEKTASIS

KONSEP DASAR
A. Pengertian.
 Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran
bronkus yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan
muscular dinding bronkus ( Soeparman & Sarwono, 1990)
 Bronkiektasis berarti suatu dilatasi yang tak dapat pulih lagi dari bronchial
yang disebabkan oleh episode pnemonitis berulang dan memanjang,aspirasi benda
asing, atau massa ( mis. Neoplasma) yang menghambat lumen bronchial dengan
obstruksi ( Hudak & Gallo,1997).
 Bronkiektasis adalah dilatasi permanen abnormal dari salah satu atau lebih
cabang-vabang bronkus yang besar ( Barbara E, 1998).

B. Klasifikasi
Berdasarkan atas bronkografi dan patologi bronkiektasis dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Bronkiektasis silindris
2. Bronkiektasis fusiform
3. Bronkiektasis kistik atau sakular.

C. Etiologi
1. Infeksi
2. Kelainan heriditer atau kelainan konginetal
3. Faktor mekanis yang mempermudah timbulnya infeksi
4. Sering penderita mempunyai riwayat pneumoni sebagai
komplikasi campak, batuk rejan, atau penyakit menular lainnya semasa kanak-
kanak.

D. Patofiologi
Bronkiektasis

Kekurangan Mekanisme Kelainan struktur konginetal Penyakit paru primer


Pertahanan yang didapat/ (fibrosis kistik,sindroma kar- (tomur paru, benda –
Konginetal (Ig gama tagener,kurangnya kartilago asing, Tb paru
Antitripin alfa 1 ) bronkus )

Pnemoni berulang Terkumpulnya secret Obstruksi sal.nafas

Kerusakan permanen Kuman berkembang dan Atelektasis,penyerap-


pada dinding bronkus infeksi bakteri pada din- an udara di perenchim
ding bronkus dan sekitarnya tersumbat

Kerusakan pada jaringan otot Tek. Intra pleura lebih


dan elastin negatif dari tek atmosfir

Kerusakan bronkus yang menetap Bronkus dilatasi

Ketidak efektifan batuk kemampuan bronkus untuk kontraksi pengumpulan secret,infeksi


berkurang dan selama ekspirasi sekunder dan terjadi sirku-
menghilang. lus.

Inhalasi uap dan gas,aspirasi


Cairan lambung
Kemampuan mengeluarkan Mudah terjadi infeksi
Bagian Paru /lobus medium kanan sektrek menurun
Ligna lobus atas kiri,segmen basal
Kedua lobus bawah Bronkiektasis yang menetap
E. Gambaran Klinis
Bronkiektasis merupakan penyakit yang sering dijumpai pada usia muda, 69 %
penderita berumur kurang dari 20 tahun. Gejala dimulai sejak masa kanak-kanak, 60 %
dari penderita gejalanya timbul sejak umur kurang dari 10 tahun. Gejalanya tergantung
dari luas, berat, lokasi ada atau tidaknya komplikasi.

F. Tanda dan Gejala


1. Batuk yang menahun dengan sputum yang banyak
terutama pada pagi hari,setelah tiduran dan berbaring.
2. Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek selama 1-2
minggu atau tidak ada gejala sama sekali ( Bronkiektasis ringan )
3. Batuk yang terus menerus dengan sputum yang banyak
kurang lebih 200 - 300 cc, disertai demam, tidak ada nafsu makan, penurunan
berat badan, anemia, nyeri pleura, dan lemah badan kadang-kadang sesak nafas
dan sianosis, sputum sering mengandung bercak darah,dan batuk darah.
4. Ditemukan jari-jari tabuh pada 30-50 % kasus.

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemerisaan Laboratorium.
 Pemeriksaan sputum meliputi Volume sputum, warna sputum, sel-sel
dan bakteri dalam sputum.
Bila terdapat infeksi volume sputum akan meningkat, dan menjadi purulen dan
mengandung lebih banyak leukosit dan bakteri. Biakan sputum dapat
menghasilkan flora normal dari nasofaring, streptokokus pneumoniae,
hemofilus influenza, stapilokokus aereus,klebsiela, aerobakter,proteus,
pseudomonas aeroginosa. Apabila ditemukan sputum berbau busuk
menunjukkan adanya infeksi kuman anaerob.
 Pemeriksaan darah tepi.
Biasanya ditemukan dalam batas normal. Kadang ditemukan adanya
leukositosis menunjukkan adanya supurasi yang aktif dan anemia menunjukkan
adanya infeksi yang menahun.
 Pemeriksaan urina
Ditemukan dalam batas normal, kadang ditemukan adanya proteinuria yang
bermakna yang disebabkan oleh amiloidosis, Namun Imunoglobulin serum
biasanya dalam batas normal Kadan bisa meningkat atau menurun.
 Pemeriksaan EKG
EKG biasa dalam batas normal kecuali pada kasus lanjut yang sudah ada
komplikasi korpulmonal atau tanda pendorongan jantung. Spirometri pada
kasus ringan mungkin normal tetapi pada kasus berat ada kelainan obstruksi
dengan penurunan volume ekspirasi paksa 1 menit atau penurunan kapasitas
vital, biasanya disertai insufisiensi pernafasan yang dapat mengakibatkan :
 Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
 Kenaikan perbedaan tekanan PO2 alveoli-arteri
 Hipoksemia
 Hiperkapnia
 Pemeriksaan tambahan untuk mengetahui faktor predisposisi dilakukan
pemerisaan :
o Pemeriksaan imunologi
o Pemeriksaan spermatozoa
o Biopsi bronkus dan mukosa nasal( bronkopulmonal berulang).

2. Pemeriksaan Radiologi.
 Foto dada PA dan Lateral
Biasanya ditemukan corakan paru menjadi lebih kasar dan batas-batas corakan
menjadi kabur, mengelompok,kadang-kadang ada gambaran sarang tawon serta
gambaran kistik dan batas-batas permukaan udara cairan. Paling banyak
mengenai lobus paru kiri, karena mempunyai diameter yang lebih kecil kanan
dan letaknya menyilang mediastinum,segmen lingual lobus atas kiri dan lobus
medius paru kanan.
 Pemeriksaan bronkografi
Bronkografi tidak rutin dikerjakan namun bila ada indikasi dimana untuk
mengevaluasi penderita yang akan dioperasi yaitu pendereita dengan pneumoni
yang terbatas pada suatu tempat dan berulang yang tidak menunjukkan
perbaikan klinis setelah mendapat pengobatan konservatif atau penderita
dengan hemoptisis yang masif.
Bronkografi dilakukan sertalah keadaan stabil,setalah pemberian antibiotik dan
postural drainage yang adekuat sehingga bronkus bersih dari sekret..

H. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah memperbaiki drainage sekret dan mengobati infeksi.
Penatalaksanaan meliputi :
 Pemberian antibiotik dengan spekrum luas
( Ampisillin,Kotrimoksasol, atau amoksisilin ) selama 5- 7 hari pemberian
 Drainage postural dan latihan fisioterapi untuk
pernafasan.serta batuk yang efektif untuk mengeluarkan sekret secara maksimal
Pada saat dilakukan drainage perlu diberikan bronkodilator untuk mencegah
bronkospasme dan memperbaiki drainage sekret. Serta dilakukan hidrasi yang adekuat
untuk mencegah sekret menjadi kental dan dilengkapi dengan alat pelembab serta
nebulizer untuk melembabkan sekret.

ASUHAN KEPERAWATAN.

A. Pengkajian data dasar


1. Riwayat atau adeanya faktor-faktor penunjang
 Merokok produk tembakau sebagai factor penyebab utama
 Tinggal atau bekerja daerah dengan polusi udara berat
 Riwayat alergi pada keluarga
 Ada riwayat asam pada masa anak-anak
2. Riwayat atau adanya faktor-faktor pencetus eksaserbasi seperti :
 Allergen ( serbuk, debu, kulit, serbuk sari atau jamur)
 Sress emosional
 Aktivitas fisik yang berlebihan
 Polusi udara
 Infeksi saluran nafas
 Kegagalan program pengobatan yang dianjurkan
3. Pemeriksaan fisik berdasarkan focus pada system pernafasan yang
meliputi :
 Kaji frekuensi dan irama pernafasan
 Inpeksi warna kulit dan warna menbran mukosa
 Auskultasi bunyi nafas
 Pastikan bila pasien menggunakan otot-otot aksesori bila bernafas :
 Mengangkat bahu pada saat bernafas
 Retraksi otot-otot abdomen pada saat bernafas
 Pernafasan cuping hidung
 Kaji bila ekspansi dada simetris atau asimetris
 Kaji bila nyeri dada pada pernafasan
 Kaji batuk (apakah produktif atau nonproduktif). Bila produktif tentukan
warna sputum.
 Tentukan bila pasien mengalami dispneu atau orthopneu
 Kaji tingkat kesadaran.
4. Pemeriksaan diagnostik meliputi :
 Gas darah arteri (GDA) menunjukkan PaO2 rendah dan
PaCO2 tinggi
 Sinar X dada memunjukkan peningkatan kapasitas paru
dan volume cadangan
 Klutur sputum positif bila ada infeksi
 Esei imunoglobolin menunjukkan adanya peningkatan
IgE serum
 Tes fungsi paru untuk mengetahui penyebab dispneu dan
menentukan apakah fungsi abnormal paru ( obstruksi atau restriksi).
 Tes hemoglobolin.
 EKG ( peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF
dan aksis vertikal.
5. Kaji persepsi diri pasien
6. Kaji berat badan dan masukan rata-rata cairan dan diet.

B. Diagnosa keperawatan
1. Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret atau sekresi kental
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan
suplai oksigen dan kerusakan alveoli
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah,produksi sputum, dispneu
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan proses
penyakit kronis, malnutrisi.
5. Ansietas berhubungan dengan takut kesulitan bernafas
selama fase eksaserbasi, kurang pengetahuan tentang pengobatan yang akan
dilaksanakan
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan
pertukaran gas

C. Intervensi.
1. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret,
sekret kental.
Tujuan :
Mempertahakan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas.
Kriteria hasil :
Menujukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas( batuk yang
efektif, dan mengeluarkan secret.
Rencana Tindakan :
1. Kaji /pantau frekuensi pernafasan.Catat rasio inspirasi
dan ekspirasi
R/ Tachipneu biasanya ada pada beberapa derajat dapat ditemukan pada
penerimaan atau selam stress/ proses infeksi akut. Pernafasan melambat dan
frekuensi ekspirasi memanjang disbanding inspirasi
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas
R/ Derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat /tak
dimanisfestasikan adanya bunyi nafas.
3. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman,Tinggi kepala
tempat tidur dan duduk pada sandaran tempat tidur
R/ Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan
mempergunakan gravitasi. Dan mempermudah untuk bernafas serta membantu
menurunkan kelemahan otot-otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
4. Bantu latihan nafas abdomen atau bibir
R/ Untuk mengatasi dan mengontrol dispneu dan menurunkan jebakan udara
5. Observasi karakteriktik batuk dan Bantu tindakan untuk
efektifan upaya batuk
R/ Mengetahui keefktifan batuk
6. Tingkatan masukan cairan samapi 3000ml/hari sesuai
toleransi jantung serta berikan hangat dan masukan cairan antara sebagai penganti
makan
R/ Hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret,mempermudah
pengeluaran.cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan antara
makan dapat meningkatkan distensi gaster dan tekana diafragma.
7. Berikan obat sesuai indikasi
R/ Mempercepat proses penyembuhan.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen dan


kerusakan alveoli.

Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan


GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Kriteria :
GDA dalam batas normal, warna kulit membaik, frekuensi nafas 12-
24x/mt,bunyi nafas bersih, tidak ada batuk,frekuensi nadi 60-100x/mt,tidak
dispneu.
Rencana Tindakan :
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan serta catat
penggunaan otot aksesori
R/ untuk mengevaluasi derajat distress pernafsan/ kronisnya suatu penyakit.
2. Tingikan kepala tempat tidur dan Bantu untuk
memilih posisi yang mudah untuk bernafas .Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna
membran mukosa
R/ Suplai oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas
untuk menurunkan kolaps jalan nafas.
3. Dorong untuk pengeluaran sputum/ penghisapan bila
ada indikasi
R/ Sputum menganggu proses pertukaran gas serta penghisapan dilakukan bila
batuk tidak efektif.
4. Awasi tingkat kesadaran / status mental
R/ Manisfestasi umum dari hipoksia
5. Awasi tanda vital dan status jantung
R/ Perubahan tekanan darah menunjukkan efek hipoksia sistemik pada fungsi
jantung
6. Berikan oksigen tambahan dan pertahankan ventilasi
mekanik dan Bantu intubasi
R/ Dapat memperbaiki atau mencegah terjadinya hipoksia dan kegagalan nafas serta
tindakan untuk penyelamatan hidup.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual


muntah,produksi sputum, dispneu
Tujuan : Peningkatan dalam status nutrisi dan berta badan pasien

Kriteria hasil :
Pasien tidak mengalami kehilangan berat badan lebih lanjut atau
mempertahankan berat badan.

Rencana tindakan :
1. Pantau masukan dan keluaran tiap 8 jam, jumlah
makanan yang dikonsumsi serta timbang berta badan tiap minggu.
R/ Untuk mengidentifikasi adanya kemajuan atau penyimpangan dari yang
diharapkan
2. Ciptakan suasana yang menyenangkan ,lingkungan yang
bebas dari bau selama waktu makan
R/ suasana dan lingkungan yang tak sedap selama waktu makan dapat meyebakan
anoreksia
3. Rujuk pasien ke ahli diet untuk memantau merencanakan
makanan yang akan dikonsumsi
R/ Dapat membantu pasien dalam merencanakan makan dengan gisi yang sesuai.
4. Dorong klien untuk minum minimal 3 liter cairan perhari,
jika tidak mendapat infus.
R/ untuk mengatasi dehidrasi pada pasien

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis, malnutrisi.

Tujuan : Tidak terjadi/ adanya gejala –gejala infeksi

Kriteria hasil :
Tidak terjadi infeksi suhu tbuh berkisar 36-37 0c,Sel darah putih 5000-
10000/mm.batuk produktif tidak ada.

Rencana intervensi :
1. Pantau suhu pasien tiap 4 jam, hasil kultur sputum
dan hasil pemeriksaan leokusit serta warna dan konsistensi sputum
R/ Untuk mengidentifikasi kemajuan yang dapat dicapai dan penyimpangan dari
sasaran yang diharapkan ( infeksi yang mungkin terjadi ).
2. Lakukan pemeriksaan sputum untuk pemeriksaan
kultur.
R/Dapat membantu menegakkan diagnosa infeksi saluran nafas dan
mengidentifikasi kuman penyebabnya.
3. Berikan nutrisi yan adekuat
R/ malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahan
terhadap infeksi.
4. Berikan antibiotik sesuai anjuran dan evaluasi
keefektifannya
R/ Sebagai pencegahan dan pengobatan infeksi dan mempercepat proses
penyembuhan.

5. Ansietas berhubungan dengan takut kesulitan bernafas selama fase eksaserbasi,


kurang pengetahuan tentang pengobatan yang akan dilaksanakan.

Tujuan : Hilangnya ansietas

Kriteria hasil : Ekspresi wajah rileks, frekuensi nafas antara 12-24 x/mt,frekuensi
nadi 60-100x/mt.

Intervensi Keperawatan :
1. Selama periode distress pernafasan akut :
 Batasi jumlah dan frekuensi pengunjung
 Mulai berikan oksigen lewat kanula sebanyak 2 ltr/mt
 Demontrasikan untuk kontrol pernafasan
 Ijinkan seseorang untuk menemani pasien
 Pertahankan posisi fowler dengan posisi lengan menopang
R/ Membantu pasien untuk mengontrol keadaannya dengan meningkatkan
relaksasi dan meningkatkan jumlah udara yang masuk paru-paru
2. Hindari pemberian informasi dan instruksi yang
bertele-tele/sederhana mungkin ketika pasien mengalami distress dan lakukan
pendekatan dengan pasien secara tenang dan menyakinkan.
R/ Pasien dapat menerima sedikit informasi dalam keadaan gelisah dan terlalu
banyak informasi dapat meningkatkan ansietas dan memberitauhkan apa yang
diharpkan makakan dapat membantu penurunan ansietas.
3. Gunakan obat sedatif sesui dengan yang diresepkan.
R/ Obat penenang dapat mengontrol tingkat ansietasnya.

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas


Tujuan :Klien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
Kriteria hasil :
Menurunnya keluhan tentang napas pendek dan lemah dalam melaksanakan
aktivitas
Rencana Tindakan
1. Pantau nadi dan frekuensi nafas sebelum dan sesudah aktivitas
R/ Mengidentifikasi kemabali penyimpangan tujuan yang diharapkan
2. Berikan bantuan dalam melaksanakan aktivitas sesuai yang diperlukan dan
dilakukan secara bertahap
R/ Dapat mengurangi pengunaan energi yang berlebihan
3. Anjurkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dengan makanan yang
mudah dikunyah.
R/ Makanan dalam porsi besar sasah dikunyah dan memerlukan banyak energi
DAFTAR PUSTAKA :

Soeparman & Sarwono W, (1998), Ilmu penyakit dalam Jilid II Balai Penerbit FKUI,
Jakarta

Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume I, EGC, Jakarta

Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume III, EGC,
Jakarta

Barbara C. long,( 1996), Perawatan Medikal Bedah : suatu pendekatan proses


keperawatan, Alih bahasa Yayasan ikatan alumni pendidikan keperawatan
bandung,Yayasan IAPK, Bandung

Hudak & Gallo, ( 1997), Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik, EGC, Jakarta

Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan


/pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai