OLEH :
SUBHAN
NIM : 010030170. B
KONSEP DASAR
A. Pengertian.
Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran
bronkus yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan
muscular dinding bronkus ( Soeparman & Sarwono, 1990)
Bronkiektasis berarti suatu dilatasi yang tak dapat pulih lagi dari bronchial
yang disebabkan oleh episode pnemonitis berulang dan memanjang,aspirasi benda
asing, atau massa ( mis. Neoplasma) yang menghambat lumen bronchial dengan
obstruksi ( Hudak & Gallo,1997).
Bronkiektasis adalah dilatasi permanen abnormal dari salah satu atau lebih
cabang-vabang bronkus yang besar ( Barbara E, 1998).
B. Klasifikasi
Berdasarkan atas bronkografi dan patologi bronkiektasis dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Bronkiektasis silindris
2. Bronkiektasis fusiform
3. Bronkiektasis kistik atau sakular.
C. Etiologi
1. Infeksi
2. Kelainan heriditer atau kelainan konginetal
3. Faktor mekanis yang mempermudah timbulnya infeksi
4. Sering penderita mempunyai riwayat pneumoni sebagai
komplikasi campak, batuk rejan, atau penyakit menular lainnya semasa kanak-
kanak.
D. Patofiologi
Bronkiektasis
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemerisaan Laboratorium.
Pemeriksaan sputum meliputi Volume sputum, warna sputum, sel-sel
dan bakteri dalam sputum.
Bila terdapat infeksi volume sputum akan meningkat, dan menjadi purulen dan
mengandung lebih banyak leukosit dan bakteri. Biakan sputum dapat
menghasilkan flora normal dari nasofaring, streptokokus pneumoniae,
hemofilus influenza, stapilokokus aereus,klebsiela, aerobakter,proteus,
pseudomonas aeroginosa. Apabila ditemukan sputum berbau busuk
menunjukkan adanya infeksi kuman anaerob.
Pemeriksaan darah tepi.
Biasanya ditemukan dalam batas normal. Kadang ditemukan adanya
leukositosis menunjukkan adanya supurasi yang aktif dan anemia menunjukkan
adanya infeksi yang menahun.
Pemeriksaan urina
Ditemukan dalam batas normal, kadang ditemukan adanya proteinuria yang
bermakna yang disebabkan oleh amiloidosis, Namun Imunoglobulin serum
biasanya dalam batas normal Kadan bisa meningkat atau menurun.
Pemeriksaan EKG
EKG biasa dalam batas normal kecuali pada kasus lanjut yang sudah ada
komplikasi korpulmonal atau tanda pendorongan jantung. Spirometri pada
kasus ringan mungkin normal tetapi pada kasus berat ada kelainan obstruksi
dengan penurunan volume ekspirasi paksa 1 menit atau penurunan kapasitas
vital, biasanya disertai insufisiensi pernafasan yang dapat mengakibatkan :
Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
Kenaikan perbedaan tekanan PO2 alveoli-arteri
Hipoksemia
Hiperkapnia
Pemeriksaan tambahan untuk mengetahui faktor predisposisi dilakukan
pemerisaan :
o Pemeriksaan imunologi
o Pemeriksaan spermatozoa
o Biopsi bronkus dan mukosa nasal( bronkopulmonal berulang).
2. Pemeriksaan Radiologi.
Foto dada PA dan Lateral
Biasanya ditemukan corakan paru menjadi lebih kasar dan batas-batas corakan
menjadi kabur, mengelompok,kadang-kadang ada gambaran sarang tawon serta
gambaran kistik dan batas-batas permukaan udara cairan. Paling banyak
mengenai lobus paru kiri, karena mempunyai diameter yang lebih kecil kanan
dan letaknya menyilang mediastinum,segmen lingual lobus atas kiri dan lobus
medius paru kanan.
Pemeriksaan bronkografi
Bronkografi tidak rutin dikerjakan namun bila ada indikasi dimana untuk
mengevaluasi penderita yang akan dioperasi yaitu pendereita dengan pneumoni
yang terbatas pada suatu tempat dan berulang yang tidak menunjukkan
perbaikan klinis setelah mendapat pengobatan konservatif atau penderita
dengan hemoptisis yang masif.
Bronkografi dilakukan sertalah keadaan stabil,setalah pemberian antibiotik dan
postural drainage yang adekuat sehingga bronkus bersih dari sekret..
H. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah memperbaiki drainage sekret dan mengobati infeksi.
Penatalaksanaan meliputi :
Pemberian antibiotik dengan spekrum luas
( Ampisillin,Kotrimoksasol, atau amoksisilin ) selama 5- 7 hari pemberian
Drainage postural dan latihan fisioterapi untuk
pernafasan.serta batuk yang efektif untuk mengeluarkan sekret secara maksimal
Pada saat dilakukan drainage perlu diberikan bronkodilator untuk mencegah
bronkospasme dan memperbaiki drainage sekret. Serta dilakukan hidrasi yang adekuat
untuk mencegah sekret menjadi kental dan dilengkapi dengan alat pelembab serta
nebulizer untuk melembabkan sekret.
ASUHAN KEPERAWATAN.
B. Diagnosa keperawatan
1. Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret atau sekresi kental
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan
suplai oksigen dan kerusakan alveoli
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah,produksi sputum, dispneu
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan proses
penyakit kronis, malnutrisi.
5. Ansietas berhubungan dengan takut kesulitan bernafas
selama fase eksaserbasi, kurang pengetahuan tentang pengobatan yang akan
dilaksanakan
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan
pertukaran gas
C. Intervensi.
1. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret,
sekret kental.
Tujuan :
Mempertahakan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas.
Kriteria hasil :
Menujukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas( batuk yang
efektif, dan mengeluarkan secret.
Rencana Tindakan :
1. Kaji /pantau frekuensi pernafasan.Catat rasio inspirasi
dan ekspirasi
R/ Tachipneu biasanya ada pada beberapa derajat dapat ditemukan pada
penerimaan atau selam stress/ proses infeksi akut. Pernafasan melambat dan
frekuensi ekspirasi memanjang disbanding inspirasi
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas
R/ Derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat /tak
dimanisfestasikan adanya bunyi nafas.
3. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman,Tinggi kepala
tempat tidur dan duduk pada sandaran tempat tidur
R/ Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan
mempergunakan gravitasi. Dan mempermudah untuk bernafas serta membantu
menurunkan kelemahan otot-otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
4. Bantu latihan nafas abdomen atau bibir
R/ Untuk mengatasi dan mengontrol dispneu dan menurunkan jebakan udara
5. Observasi karakteriktik batuk dan Bantu tindakan untuk
efektifan upaya batuk
R/ Mengetahui keefktifan batuk
6. Tingkatan masukan cairan samapi 3000ml/hari sesuai
toleransi jantung serta berikan hangat dan masukan cairan antara sebagai penganti
makan
R/ Hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret,mempermudah
pengeluaran.cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan antara
makan dapat meningkatkan distensi gaster dan tekana diafragma.
7. Berikan obat sesuai indikasi
R/ Mempercepat proses penyembuhan.
Kriteria hasil :
Pasien tidak mengalami kehilangan berat badan lebih lanjut atau
mempertahankan berat badan.
Rencana tindakan :
1. Pantau masukan dan keluaran tiap 8 jam, jumlah
makanan yang dikonsumsi serta timbang berta badan tiap minggu.
R/ Untuk mengidentifikasi adanya kemajuan atau penyimpangan dari yang
diharapkan
2. Ciptakan suasana yang menyenangkan ,lingkungan yang
bebas dari bau selama waktu makan
R/ suasana dan lingkungan yang tak sedap selama waktu makan dapat meyebakan
anoreksia
3. Rujuk pasien ke ahli diet untuk memantau merencanakan
makanan yang akan dikonsumsi
R/ Dapat membantu pasien dalam merencanakan makan dengan gisi yang sesuai.
4. Dorong klien untuk minum minimal 3 liter cairan perhari,
jika tidak mendapat infus.
R/ untuk mengatasi dehidrasi pada pasien
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis, malnutrisi.
Kriteria hasil :
Tidak terjadi infeksi suhu tbuh berkisar 36-37 0c,Sel darah putih 5000-
10000/mm.batuk produktif tidak ada.
Rencana intervensi :
1. Pantau suhu pasien tiap 4 jam, hasil kultur sputum
dan hasil pemeriksaan leokusit serta warna dan konsistensi sputum
R/ Untuk mengidentifikasi kemajuan yang dapat dicapai dan penyimpangan dari
sasaran yang diharapkan ( infeksi yang mungkin terjadi ).
2. Lakukan pemeriksaan sputum untuk pemeriksaan
kultur.
R/Dapat membantu menegakkan diagnosa infeksi saluran nafas dan
mengidentifikasi kuman penyebabnya.
3. Berikan nutrisi yan adekuat
R/ malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahan
terhadap infeksi.
4. Berikan antibiotik sesuai anjuran dan evaluasi
keefektifannya
R/ Sebagai pencegahan dan pengobatan infeksi dan mempercepat proses
penyembuhan.
Kriteria hasil : Ekspresi wajah rileks, frekuensi nafas antara 12-24 x/mt,frekuensi
nadi 60-100x/mt.
Intervensi Keperawatan :
1. Selama periode distress pernafasan akut :
Batasi jumlah dan frekuensi pengunjung
Mulai berikan oksigen lewat kanula sebanyak 2 ltr/mt
Demontrasikan untuk kontrol pernafasan
Ijinkan seseorang untuk menemani pasien
Pertahankan posisi fowler dengan posisi lengan menopang
R/ Membantu pasien untuk mengontrol keadaannya dengan meningkatkan
relaksasi dan meningkatkan jumlah udara yang masuk paru-paru
2. Hindari pemberian informasi dan instruksi yang
bertele-tele/sederhana mungkin ketika pasien mengalami distress dan lakukan
pendekatan dengan pasien secara tenang dan menyakinkan.
R/ Pasien dapat menerima sedikit informasi dalam keadaan gelisah dan terlalu
banyak informasi dapat meningkatkan ansietas dan memberitauhkan apa yang
diharpkan makakan dapat membantu penurunan ansietas.
3. Gunakan obat sedatif sesui dengan yang diresepkan.
R/ Obat penenang dapat mengontrol tingkat ansietasnya.
Soeparman & Sarwono W, (1998), Ilmu penyakit dalam Jilid II Balai Penerbit FKUI,
Jakarta
Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume I, EGC, Jakarta
Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume III, EGC,
Jakarta
Hudak & Gallo, ( 1997), Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik, EGC, Jakarta