Portofolio Kasus Medis Stroke Non Hemoragik: Rsud Banyudono - Boyoali Boyolali 2013
Portofolio Kasus Medis Stroke Non Hemoragik: Rsud Banyudono - Boyoali Boyolali 2013
KASUS MEDIS
STROKE NON HEMORAGIK
BOYOLALI
2013
PORTOFOLIO KASUS MEDIK
Borang portofolio
Obyektif presentasi
Pasien
□ Lansia □ Bumil
Bahan Bahasan
Cara membahas
Kasus
□ Deskripsi : Perempuan, 80 th, kelemahan anggota gerak kanan sejak 4 jam SMRS
Nama : Tn. S
Usia : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Tegal giri, Nogosari, Boyolali
Pekerjaan : Petani
No.RM : 073732
Tanggal masuk : 28 Juli 2013
A. DATA SUBYEKTIF
1. Diagnosis dan gambaran klinis
Keluhan utama :
- Kelemahan anggota gerak kanan sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit
Riwayat penyakit sekarang (alloanamnesis) :
- Pasien datang ke IGD RS. Banyudono dengan keluhan
8 Jam SMRS pasien merasa tangan kanan dan kaki kanan sulit di gerakkan, terasa
berat untuk di angkat. Tidak di dapatkan penurunan kesadaran, mual maupun muntah,
tidak di dapatkan kesulitan berbicara, tidak pelo, BAB/BAK tidak ada keluhan. Wajah
tampak simetris. Keluhan di sertai kepala terasa pusing.
2. Riwayat pengobatan
Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami keluhan yang serupa. Selama ini pasien
menyadari bahwa tensi pasien sering tinggi namun pasien tidak rutin memeriksakan
diri.
3. Riwayat penyakit
Riwayat stroke sebelumnya : disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi : (+) tidak kontrol rutin sejak 10 tahun yang lalu
Riwayat penyakit kencing manis : disangkal
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat jatuh : disangkal
4. Riwayat keluarga
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit kencing manis : disangkal
Riwayat penyakit serupa : disangkal
5. Riwayat pekerjaan
Pasien sehari hari bekerja sebagai petani, sehari sebelum muncul keluhan pasien masih
beraktifitas seperti biasa.
B. DATA OBYEKTIF
1. Keadaan umum
- Compos mentis
- GCS : E4V5M6
2. Tanda vital
- Tekanan darah : 160/90 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- RR : 24 x/menit
- Suhu : 37 oC
3. Pemeriksaan fisik
- Kepala : mesochepal
- Mata : reflek cahaya (+/+), konjungtiva anemis (- /-), sclera ikterik
(-/-)
- Leher : JVP tidak meningkat, kaku kuduk (-)
- Thorax : Cor S1>S2 murni, irama regular, murmur (-), gallop(-),
iktus kordis tidak kuat angkat
Pulmo simetris, suara dasar vesikuler (+/+), sonor (+/+),
ronkhi (-/-), wheezing (-/-), retraksi (-)
- Abdomen : DP>DD, peristaltic (+) dbn, timpani, supel, nyeri tekan (-)
hepar lien dbn
- Ekstremitas : akral hangat, nadi kuat, edema tungkai (-)
- Orientasi : baik
- Jalan pikiran : baik
- Daya ingat : baik
- Artikulasi : jelas
- Leher : sikap normal, gerakan bebas, kaku kuduk tidak ada
4. Saraf cranial
- NI (olfactorius) : normal
- N II (optikus) : normal
- N III (okulomotorius) : gerak bola mata (+) normal, pupil isokor 3mm,
reflek cahaya (+)
- N IV (troklearis) : gerak bola mata (+) normal
- N V (trigeminus) : normal
- N VI (abdusen) : gerak bola mata (+) normal
- N VII (fasialis) : kerutan dahi, lipatan nasolabial, sudut mulut,
meringis, menggembungkan pipi dbn
- N VIII (vestibulo-koklearis) : normal
- N IX (glosofaringeus) : normal
- N X (vagus) : normal
- N XI (assesorius) : normal
- N XII (hipoglosus) : normal
Kekuatan 5 3 5 3
Tonus +N +N +N +N
Trofi E E E E
Reflek Patologis
Kiri kanan
Babinski - +
Chaddock - -
Hoffman - -
Tromer - -
7. Fungsi vegetative
- Miksi : inkontinensia urin (-), retensi urin (-), anuria (-), poliuria (-)
- Defekasi : inkontinensia alvi (-)
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium (28 Juli 2013)
Hb : 13,6 g/dL GDS : 132 mg/dL
Eritrosit : 4,6x106/ mm3 Ureum : 42 mg/dL
Leukosit : 4.700 x103/ mm3 Creatinin : 1,2 mg/dL
Ht : 42 % SGOT : 58 u/L
Trombosit : 255x103 / mm3 SGPT : 20 u/L
UA : 6,6 mg/dl Kolesterol total: 184 mg/dl
TG : 154 mg/dL
HDL : 47 mg/dL
LDL : 105 mg/dL
D. RINGKASAN PEMERIKSAAN
1. Subyektif (alloanamnesis)
- Kelemahan anggota gerak atas bawah sebelah kanan
- Riwayat hipertensi sejak 10 tahun yll, tidak kontrol rutin
- Kepala Pusing
2. Obyektif
2.1 KU : sedang, CM
GCS E4 V5 M6
Tekanan darah : 160/90 mmHg
Mata : pupil isokor, RC (+/+), CA (-/-), SI (-/-)
2.2 Meningeal sign
Kaku kuduk (-)
2.3 Status Generalis
Pulmo Inspeksi : Pengembangan dinding dada kanan=kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor / sonor
Auskultas : Suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : Kesan jantung tidak melebar
Auskultasi : S1>S2 murni, irama regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : DP>DD, peristaltic (+) dbn, timpani, supel, nyeri tekan
(-), hepar dan lien dbn
2.4 Status Neurologis
Superior Inferior
T T
Gerakan /B /B
3 3
Kekuatan /5 /5
(+N (+N
Tonus /+N) /+N)
Superior Inferior
RF (+/+) (+/+)
RP (-/-) (-/-)
Fx Vegetatif N N
Siriraj Score
(2,5x0) + (2x0) + (2x0) + (0,1 x 90) – (3x1) - 12
0 +0 +0 +9 -3 -12
-6 (SNH)
F. INITIAL PLAN
- IP. DIAGNOSA
1. Pemeriksaan lab darah rutin (Hb, AE, Ht, AT, AL)
2. Pemeriksaan GDS, kolesterol, HDL, LDL, Trigliserid, SGOT/SGPT, ureum,
kreatinin.
3. Pemeriksaan EKG
4. Pemeriksaan CT-scan multislice
5. Pemeriksaan rontgen thorax
- IP. TERAPI
1. IVFD RL 20 tpm
2. Inj. Piracetam 3 gr/8 jam
3. Inj. Citicolin 1 amp/12 jam
4. Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
5. Amlodipin 5 mg 0-0-1
6. Clopidorel 1x75 mg
7. Aspilet 1x80mg
Pendidikan
1. Menerangkan pada keluarga pasien tentang kondisi dan penyakit pasien
2. Menjelaskan pada keluarga pasien tentang pengobatan yang diberikan dan waktu yang
diperlukan selama proses pemulihan pasien
3. Mengingatkan kelurga pasien untuk mobilisasi tubuh pasien untuk mencegah ulkus
dekubitus
4. Motivasi pasien dan keluarganya supaya rajin melatih anggota gerak yang mengalami
parese, hingga mempercepat proses pemulihan atau meminimalisasi kemungkinan
kecacatan
5. Edukasi mengenai komplikasi penyakit pasien
6. Edukasi mengenai faktor resiko yang dapat di ubah
7. Edukasi anggota keluarga yang lain tentang kemungkinan adanya penyakit yang dapat
di turunkan
Rujukan
Di berikan kepada Rumah Sakit yang lebih lengkap fasilitasnya apabila di
butuhkan suatu tindakan medis guna menunjang diagnosis, perawatan, proses
kesembuhan, dan pencegahan komplikasi penyakit pasien.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Stroke atau serangan otak adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak,
progresif, cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global, yang berlangsung 24 jam atau
lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata di sebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non traumatik.1
Stroke non hemoragik sekitar 85%, yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu
atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan
(trombus) yang terbentuk di dalam suatu pembuluh otak atau pembuluh atau organ distal.
Trombus yang terlepas dapat menjadi embolus.3
B. Epidemiologi
Menurut taksiran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 20,5 juta jiwa di
dunia sudah terjangkit stroke pada tahun 2001. Dari jumlah itu 5,5 juta telah meninggal dunia.
Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di dunia.
Di Amerika Serikat, stroke menempati posisi ketiga sebagai penyakit utama yang
menyebabkan kematian. Posisi di atasnya dipegang penyakit jantung dan kanker. Setiap tahun
terdapat laporan 700.000 kasus stroke. Sebanyak 500.000 diantaranya kasus serangan
pertama, sedangkan 200.000 kasus lainnya berupa stroke berulang. Sebanyak 75 persen
penderita stroke menderita lumpuh dan kehilangan pekerjaan.
Di Indonesia penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan kanker.
Sebanyak 28,5% penderita stroke meninggal dunia. Sisanya menderita kelumpuhan sebagian
maupun total. Hanya 15% yang dapat sembuh total dari serangan stroke dan kecacatan.7
C. Etiologi
Stroke non hemoragik bisa terjadi akibat suatu dari dua mekanisme patogenik yaitu
trombosis serebri atau emboli serebri.4
Emboli serebri terjadi akibat oklusi arteria karotis atau vetebralis atau cabangnya oleh
trombus atau embolisasi materi lain dari sumber proksimal, seperti bifurkasio arteri karotis
atau jantung. Emboli dari bifurkasio karotis biasanya akibat perdarahan ke dalam plak atau
ulserasi di atasnya di sertai trombus yang tumpang tindih atau pelepasan materi ateromatosa
dari plak sendiri. Embolisme serebri sering di mulai mendadak, tanpa tanda-tanda disertai
nyeri kepala berdenyut.4
b. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya trombus atau perdarahan aterom
d. Menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma yang kemudian
dapat robek
Suatu penyumbatan total dari aliran darah pada sebagian otak akan menyebabkan
hilangnya fungsi neuron yang bersangkutan. Bila anoksia ini berlanjut sampai 5 menit maka
sel tersebut dengan sel penyangganya yaitu sel glia akan mengalami kerusakan ireversibel
sampai nekrosis beberapa jam kemudian yang diikuti perubahan permeabilitas vaskular
disekitarnya dan masuknya cairan serta sel-sel radang .
Disekitar daerah iskemi timbul edem glia, akibat berlebihannya H+ dari asidosis laktat.
K+ dari neuron yang rusak diserap oleh sel glia disertai rentensi air yang timbul dalam empat
hari pertama sesudah stroke. Edem ini menyebabkan daerah sekitar nekrosis mengalami
gangguan perfusi dan timbul iskemi ringan tetapi jaringan otak masih hidup. Daerah ini adalah
iskemik penumbra.
Bila terjadi stroke, maka di suatu daerah tertentu dari otak akan terjadi kerusakan (baik
karena infark maupun perdarahan). Neuron-neuron di daerah tersebut akan mati, dan neuron
yang rusak ini akan mengeluarkan glutamat, yang selanjutnya akan membanjiri sel-sel
disekitarnya. Glutamat ini akan menempel pada membran sel neuron di sekitar daerah primer
yang terserang. Glutamat akan merusak membran sel neuron dan membuka kanal kalsium
(calcium channels). Kemudian terjadi influks kalsium yang mengakibatkan kematian sel.
Sebelumnya, sel yang mati ini akan mengeluarkan glutamat, yang selanjutnya akan
membanjiri lagi neuron-neuron disekitarnya.
Neuron-neuron yang rusak juga akan melepaskan radikal bebas, yaitu charged oxygen
molecules (seperti nitric acida atau NO), yang akan merombak molekul lemak didalam
membran sel, sehingga membran sel akan bocor dan terjadilah influks kalsium . Stroke
iskemik menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak yang menyebabkan kematian sel.6
1. Serangan iskemia atau Transient Ischemic Attack (TIA). Pada bentuk ini gejala neurologik
yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.
3. Stroke Progresif (Progresive Stroke atau Stroke in evolution). Gejala neurologik semakin
lama akan semakin berat.
4. Stroke Komplet (Completed Stroke atau Permanent Stroke), apabila ditemukan gejala klinis
sudah menetap.
Sumbatan pembuluh darah serebral oleh trombus yang kebanyakannya berasal dari
arterosklerotik. Etiologi yang banyak adalah aterosklerosis,namun bisa juga disebabkan oleh
trauma, trombosis obliterans, polisitemia vera dan penyakit kolagen. Gejala klinis yang timbul
antara lain adalah onset penyakit ini perlahan-lahan, keluhan sering timbul pada pagi hari saat
bangun tidur. Biasanya didahului oleh gejala prodromal berupa vertigo, sakit kepala,
kesemutan, afasia serta gangguan mental dan kesemutan pada ujung-ujung ekstremitas. Gejala
umum berupa kesadaran baik, hemiparese atau hemiplegi, disatria, afasia, mulut mencong
kadang-kadang hemianopsia, dengan gejala fokal otak lainnya dan neurogenic bladder
Sumbatan pembuluh darah serebral oleh embolus yang berasal dari jantung. Etiologi
yang banyak terjadi antara lain atrium fibrilasi (50%), gangguan atau penyakit katub,
kardiomiopati, infark miokard, terutama 4 minggu setelah serangan, stenosis dan regurgitasi
katub mitral, endocarditis infeksiosa. Gejala klinis yang dapat ditemukan onset serangan ini
mendadak, keluhan sering pada waktu menjalankan aktivitas.adanya gangguan motorik atau
sensorik sesuai lesi. Apabila emboli besar, bisa menyebabkan delirium, pingsan, gelisah,
kejang dan kesadaran menurun. 6
E. PENATALAKSANAAN TERAPI
1. Penatalaksanaan Umum
Pasien dengan GCS ≤ 8 atau memiliki jalan napas yang tidak adekuat atau
paten memerlukan intubasi. Pada kasus dimana kemungkinan terjadinya herniasi
otak besar maka target pCO2 arteri adalah 32-36 mmHg. Dapat pula diberikan
manitol intravena untuk mengurangi edema serebri.
b. Circulation
Pasien dengan stroke non hemoragik akut membutuhkan terapi intravena dan
pengawasan jantung. Pasien dengan stroke akut berisiko tinggi mengalami
aritmia jantung dan peningkatan biomarker jantung. Sebaliknya, atrial fibrilasi juga
dapat menyebabkan terjadinya stroke.
Pada keadaan dimana aliran darah kurang seperti pada stroke atau peningkatan
TIK, pembuluh darah otak tidak memiliki kemampuan vasoregulator sehingga hanya
bergantung pada maen arterial pressure (MAP) dan cardiac output (CO)untuk
mempertahankan aliran darah otak. Oleh karena itu, usaha agresif untuk
menurunkan tekanan darah dapat berakibat turunnya tekanan perfusi yang nantinya
akan semakin memperberat iskemik.
f. Pengontrolan demam
2. Penatalaksanaan Khusus
a. Terapi Trombolitik
b. Antikoagulan
c. Hemoreologi
1. Aspirin
Pasien yang tidak tahan aspirin atau gagal dengan terapi aspirin, dapat
menggunakan tiklopidin atau clopidogrel. Obat ini bereaksi dengan
mencegah aktivasi platelet, agregasi, dan melepaskan granul platelet,
mengganggu fungsi membran platelet dengan penghambatan ikatan
fibrinogen-platelet yang diperantarai oleh ADP dan antraksi platelet-platelet.
e. Terapi Neuroprotektif. 8
F. Prognosis
Tingkat kesembuhan dan serangan stroke berikutnya dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yang paling penting adalah sifat dan tingkat keparahan defisit neurologis yang dihasilkan.
Usia pasien, penyebab stroke, gangguan medis yang terjadi bersamaan juga mempengaruhi
prognosis. Secara keseluruhan, kurang dari 80% pasien dengan stroke bertahan selama paling
sedikit 1 bulan, dan didapatkan tingkat kelangsungan hidup dalam 10 tahun sekitar 35%.
DAFTAR PUSTAKA
2. Widjaja AC. Uji Diagnostik Pemeriksaan Kadar D-dimer Plasma Pada Diagnosis
Stroke Iskemik. UNDIP. Semarang. 2010.
http://eprints.undip.ac.id/24037/1/Andreas_Christian_Widjaja.pdf (1 Agustus
2013)
3. Price SA & Wilson LM. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit jilid
2. EGC. Jakarta. 2006: 1110-19.
5. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16617/4/Chapter%20II.pdf
1. Perkembangan Bangsal
28-07-2013 29-07-2013 30-07-2013
KU Pusing, Pusing berkurang, Pusing (-)
Ekstremitas kanan sulit Ekstremitas kanan mulai Ekstremitas kanan dapat di
di gerakkan dapat di gerakkan, nafsu gerakkan
makan sedikit menurun Nafsu makan baik
Tensi 160/90 160/90 140/90
Nadi 80x/menit 76x/menit 76x/menit
Suhu 37 derajat 36,8 derajat 36,5 derajat
Respirasi 22x /menit 18x /menit 18 x/menit
Kekuatan 5 3 5 4 5 4
Ekstremit 5 3 5 4 5 4
as
Terapi IVFD RL 20 tpm IVFD RL 20 tpm IVFD RL 20 tpm
Inj. Piracetam 3 gr/8j IVFD manitol 125cc/ 8j IVFD manitol 125cc/ 8j
Inj. Citicolin 1a/12 j Inj. Piracetam 12 gr/ 24j Inj. Piracetam 12 gr/ 24j
Inj. Ranitidin 1a/12j Inj. Citicolin 1 gr /12 j Inj. Citicolin 1 gr /12 j
Amlodipin 5 mg 1x1 Inj.Ranitidin 1a/12j Inj.Ranitidin 1a/12j
Clopidorel 1x1 Clopidorel 1x1 Clopidorel 1x1
Aspilet 1x1 Aspilet 3 x1 Aspilet 3 x1
Vit B comp 3x1 Vit B comp 3x1
31-07-2013 1-08-2013 2-08-2013
KU Pusing (-) Pusing (-) Pasien Pulang atas
Ekstremitas kanan agak Ekstremitas kanan agak permintaan sendiri
terasa berat bila di terasa berat bila di
gerakkan gerakkan, nafsu makan
sedikit menurun
Tensi 150/90 150/90 140/90
Nadi 70 x/menit 80x/menit 72x/menit
Suhu 37 derajat 39,5 derajat 36,5 derajat
Respirasi 22x /menit 18x /menit 18 x/menit
Kekuatan 5 3 5 4 5 4
Ekstremit 5 3 5 4 5 4
as
Terapi IVFD RL 20 tpm IVFD RL 20 tpm -
Inj. Piracetam 3 gr/8j IVFD manitol 125cc/ 8j
Inj. Citicolin 1a/12 j Inj. Piracetam 12 gr/ 24j
Inj. Ranitidin 1a/12j Inj. Citicolin 1 gr /12j
Amlodipin 5 mg 1x1 Inj.Ranitidin 1a/12j
Clopidorel 1x1 Inj. Xilodella 1cc:1cc IM
Aspilet 1x1 Clopidorel 1x1
Aspilet 3 x1
Vit B comp 3x1
PCT 3x1
2. Foto CT Scan 29 Juli 2013
KESAN:
Infark lakuner multipel di regio basal ganglia dan korona radiata kanan dan kiri
Brain atrophy senilis