Anda di halaman 1dari 15

I.

IDENTITAS
Nama : Nn. Aliffia Septy
Umur : 20 tahun
Kelamin : Perempuan
Alamat : JL. Mangga gang III blok A no 21 Jakarta utara
No.telepon : 081213507801
Status perkawinan : Belum kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Perkerjaan : Mahasiswa

II. RIWAYAT KASUS


1. Keluhan utama: seorang pasien wanita berusia 20 tahun datang ke RSGM UY dengan
keluhan kurang percaya diri dengan penampilan gigi depan atasnya sehingga pasien ingin
melakukan penambalan gigi, serta pasien ingin mengganti tambalan sementara pada
giginya dan digantikan dengan tambalan permanen

Pemeriksaan Klinik
a. Keadaan Umum
1. Tinggi badan (cm2) :160cm2
2. Berat badan (Kg) : 49 Kg
3. Status gizi (Kg/cm2) : 19,14Kg/cm2
4. Golonbgan darah :B
5. Riwayat kesehatan lain :-

b. Kesadaran
1. Kesadaran` : Compos mentis
2. Tekanan darah :-
3. Nadi (/menit) : 90x/menit
4. Pernafaasan (/menit) : 24x/menit
5. Kebiasaan buruk :-
6. Penyakit sistemik : -

c. Pemeriksaan ekstraoral
1. Pemeriksaan kelenjar
a. Submandibular ki/ka : TAK
b. Submental ki/ka : TAK
c. Servikal ki/ka : TAK
2. Wajah : simetri
3. Bibir : normal
4. TMJ : normal
d. Pemeriksaan intraoral

1. Sisa makanan : tidak ada


2. Plak : ada, region 16, 15, 25, 26, 31, 32, 34, 35, 36, 41, 42, 43,
44, 45, 46,
3. Kalkulus : ada, region 14, 15, 16, 17, 24,25, 26, 27, 31, 32, 33, 34,
35, 36, 37, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47
4. Gingiva : hiperemi, edema
5. Crowding : 32, 31, 41, 42, 43
6. Mukosa : sehat
7. Perkusi :(-)
8. Palpasi :(-)

Odontogram

Elemen Diagnosis Rencana Elemen Diagnosis Rencana


perawatan Perawatan
18 PRE 21 61 M-D car D3 S1 S1 RK
17 O car D3, D car GIC 22 62 M-D car D3 S1 S1 RK
D4 S1 S1
16 Sou - 23 63 Sou -
15 55 Sou - 24 64 Sou -
14 54 Sou - 25 65 Sou -
13 53 Sou - 26 Sou -
12 52 M car D3 S1 S1 RK 27 Sou -
11 51 M car D4 S1 S1, RK 28 Non
D car D3 S1 S1

Elemen Diagnosis Rencana Elemen Diagnosis Rencana


perawatan perawatan
41 81 Sou - 38 Non -
42 82 Sou - 37 O car D3 S1 S1 RK
43 83 Sou - 36 O car D3 S1 S1 RK
44 84 Sou - 35 75 Nekrosis, D6 PSA
45 85 Sou - 34 74 Sou -
46 O car D3 S1 S1 RK 33 73 Sou -
47 O car D3 S1 S1 RK 32 72 Sou -
48 PRE - 31 71 Sou -

e. Foto klinis
f. Foto Radiografi
FAKTOR RESIKO KARIES
C A = Mau mengubah sikap
B B = Mungkin mengubah sikap
A  C = tidak mau mengubah sikap
SIKAP

1 2 3 1 = Tidak ada penyakit


2 = Perlu diperbaiki
STATUS
3 = Penyakit aktif
SALIVA PLAK FLUOR
TANPA STIMULASI DENGAN STIMULASI pH Pasta Ya 
gigi
Hidrasi Kecepatan aliran/5m ≤5,5 M Tidak
>60 detik M >3,5 ml M 6,0-6,5 K Air Ya 
Minum
30 – 60 detik K 3,5 – 5,0 ml K ≥7,0 H Tidak
<30 detik H <5,0 ml H Aktivitas Topikal Ya
Viskositas Kapasitas Buffer Stain biru M Tidak
Kental M 0–5 K Merah Diet
K
Berbusa K 6-9 H Kebiruan >2x/hr
Jernih, cair H 10 - 12 H Stain merah H Gula >1x/hr
pH pH Tidak 

5,0 – 5,8 M 5,0 – 5,8 M >3x/hr


6,0 – 6,6 K 6,0 – 6,6 K Asam >2x/hr
6,8 – 7,8 H 6,8 – 7,8 H <2x/hr 

FAKTOR MODIFIKASI
Obat peningkat aliran saliva Ya Tidak  =5 ya M

Penyakit penyebaba mulut kering Ya Tidak 


Protesa/ Alat orthodonsi Ya Tidak 
1-5 K
Karies aktif Ya  Tidak
1 ya H
Sikap Ya  Tidak

PENILAIAN AKHIR RESIKO KARIES


SALIVA 
PLAK 
DIET 
FLUOR 
MODIFIKASI 
MERAH KUNING HIJAU

PERAWATAN NON INVASIF


Sikat gigi 2x sehari 

Pembersihan gigi dan mulut 3x sehari


Flossing setiap hari
Sikat interdental
Agen antibakteri Obat kumur chlorhexidine
Gula dan cemilan diantara waktu makan utama 
Diet mengurangi
Minuman asam tinggi
Minuman berkafein
Meningkatkan asupan air 

Obat kumur baking soda


Saliva
Konsumsi makanan/minuman berbahan dasar susu
Permen karet xylitol/ CCP-ACP 

Fluor Pasta gigi 


Setiap hari 
Kumur
Setiap minggu
Setiap hari
Gel
Setiap minggu
Perlu
Penutupan pit dan fisur
Tidak perlu 
dengan GIC

III. Temuan Masalah


Dari hasil pemeriksaan dan anamnesis pada pasien wanita Nn.NP usia 20 tahun. Dari
hasil pemeriksaan ekstraoral pasien tidak ada kelainan dan dari hasil pemeriksaan intraoral
pasien memiliki OHI-S sedang dan memiliki beberapa karies D3 site 1 size 1 pada gigi , 11,
12, 21, 22, 17, 36, 37 46, 47, karies D4 site 1 size 1 pada gigi 11, 17, serta Tumpatan
sementara D6 pada gigi 35.

IV. Diagnosis
1. Diagnosis kerja dan diagnosis banding gigi 11, 12, 21, 22, 17, 36, 37, 46, 47
 Diagnosis kerja : pulpitis reversible
2. Diagnosis kerja dan diagnosis banding gigi 35
 Diagnosis kerja : nekrosis pulpa

V.Rencana perawatan
1. Restorasi resin komposit kelas 1 pada gigi 17, 36, 37, 46, 47
2. Restorasi resin komposit kelas III pada gigi 11, 12, 21, 22
3. Perawatan saluran akar gigi 35

1. Restorasi resin komposit

Resin komposit merupakan tumpatan sewarna gigi yang merupakan gabungan atau
kombinasi dari dua atau lebih bahan kimia yang berbeda dengan sifat-sifat unggul atau
lebih baik daripada bahan itu sendiri.Bahan ini terdiri dari tiga komponen utama yaitu
komponen organik (resin) yang membentuk matriks, bahan pengisi (filler) anorganik
dan bahan interfasial untuk menyatukan resin dan filler yang disebut coupling agent.
Jadi, resin komposit dapat digunakan untuk pengganti struktur gigi yang hilang atau
untuk memodifikasi warna dan kontur gigi sehingga meningkatkan estetik fasial.
Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan Resin Komposit menurut ADA (American
Dental Association) mendukung resin komposit digunakan dalam
1. Resin preventive pada pit dan fisur
Preventive resin restoration merupakan suatu prosedur klinik yang digunakan
untuk mengisolasi pit dan fisur dan sekaligus mencegah terjadinya karies
pada pit dan fisur dengan memakai tehnik etsa asam. Tehnik ini
diperkenalkan pertama kali oleh Simonsen pada tahun 1977, meliputi pelebaran
daerah pit dan fisur kemudian pembuangan email dan dentin yang telah terkena
karies sepanjang pit dan fisur. Tujuan dari restorasi pencegahan (resin
preventive) adalah untuk menghentikan proses karies awal yang terdapat pada
pit dan fisur, terutama pada gigi molar permanen yang memiliki pit dan fisur,
sekaligus melakukan tindakan pencegahan terhadap karies pada pit dan
fisur yang belum terkena karies pada gigi yang sama. Pit dan fisur yang dalam
dan sempit atau pit dan fisur yang memiliki bentuk seperti leher botol, secara
klinis merupakan daerah yang sangat mudah terserang karies, karena sewaktu
gigi disikat bagian dalam pit dan fisur tidak dapat dijangkau oleh bulu sikat gigi.

2. Lesi awal kelas I dan II yang menggunakan modifikasi preparasi konservatif :


- Restorasi yang berukuran kecil dan sedang, terutama dengan margin email
- Kebanyakan restorasi pada premolar atau molar pertama, terutama ketika
mempertimbangkan segi estetik
- Restorasi yang tidak menyediakan seluruh kontak oklusal
- Restorasi yang tidak memiliki kontak oklusal yang berat.
- Restorasi yang dapat diisolasi selama prosedur dilakukan
- Beberapa restorasi yang dapat berfungsi sebagai landasan mahkota
- Sebagian besar restorasi yang digunakan untuk memperkuat sisa struktur gigi
yang melemah

3. Restorasi pada tempat-tempat yang memerlukan estetika Sejalan dengan


kesadaran pasien akan pentingnya faktor estetika suatu restorasi gigi,
penggunaan bahan restorasi estetik mengalami peningkatan. Resin komposit
merupakan material restorasi yang paling pesat perkembangannya dibandingkan
material restorasi sewarna gigi lainnya, seperti: silikat, resin akrilik dan semen
ionomer kaca. Hal ini dikarenakan karakteristik tertentu dari resin komposit
seperti warnanya yang hampir menyerupai warna gigi, tidak larut dalam cairan
mulut, dan kemampuannya berikatan dengan gigi secara mikromekanis.

4. Restorasi pada pasien yang alergi atau sensitivitas terhadap logam. Pada
beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logamyang
terkandung dalam bahan tambal seperti amalgam. Selain itu, beberapa waktu
setelah penambalan, pasien seringkali mengeluhkan rasa sensitif terhadap
rangsang panas atau dingin.
ADA tidak mendukung penggunaan komposit (kontraindikasi) pada gigi dengan:
1. Tekanan oklusal yang besar

Jika semua kontak oklusi terletak pada bahan restorasi maka resin komposit sebaiknya
tidak digunakan. Hal ini karena resin komposit mempunyai kekuatan menahan tekanan
oklusi lebih rendah dibandingkan amalgam.Tumpatan menggunakan komposit pada gigi
posterior akan cepat rusak pada pasien dengan tenaga pengunyahan yang besar atau
bruxism

2. Tempat atau area yang diisolasi

Resin komposit tidak dianjurkan untuk diaplikasikan pada dinding kavitas yang hanya
terdapat sedikit, atau sama sekali tidak ada email. Lalu, pada penggunaan bahan restorasi
resin komposit, daerah operasi harus sama sekali terbebas dari kontaminasi cairan seperti
saliva atau darah.

3. Pasien dengan alergi atau sensitivitas terhadap material komposit.

Reaksi alergi yang dilaporkan akibat penggunaan bahan resin komposit sangat sedikit.
Sensitifitas setelah pembuatan restorasi gigi dengan bahan resin komposit jarang ditemui.
Namun, perlekatan monomer resin pada beberapa individu dapat menyebabkan reaksi
alergi. Selain itu, beberapa laporan menyebutkan bahwa sering terjadi reaksi alergi
berupa dermatitis pada jari dokter gigi yang berkontak langsung dengan monomer yang
tidak bereaksi

Tatalaksana restorasi resin komposit


1. Isolasi daerah kerja dengan menggunakan cotton rol, sebelumnya kavitas tersebut
dibersihkan dan dikeringkan
2. Aplikasi pengetsaan dengan menggunakan mikrobrush atau paperpoint dari email
ke dentin, menggunakan asam fosfat 30% hingga email terlihat pucat atau memutih
(15 detik), kemudian cuci bersih dan keringkan dengan semprotan udara hingga
moist tidak terlalu kering)
3. Aplikasi bonding selama 10 detik, hingga bahan bonding masuk/mengalir ke
mikropit dan mikroporositas, kemudian angina-angin dengan semprotan udara, lalu
lakukan penyinaran selama 20 detik menggunakan LC
4. Aplikasi komposit selapis demi selapis menggunakan plastic flling instrument dan
melakukan kondensasi (pemadatan) dengan kondensor, lalu sinar dengan LC
selama 20 detik
5. Lakukan finishing untuk menghaluskan sisi yang masih kasar dengan menggunakan
finishing bur (gelang kuning), bagian proksimal menggunakan finishing strip, lalu
lakukan cek oklusi dengan articulating paper, bila masih terdapat taumatik maka
bagian tersebut dikurangi

2. Perawatan saluran akar (SA)

Perawatan saluran akar merupakan salah satu jenis perawatan yang bertujuan
mempertahankan gigi agar tetap dapat berfungsi. Keberhasilan perawatan saluran ini
dipengaruhi oleh preparasi dan pengisian saluran akar yang baik, terutama pada
bagian sepertiga apikal. Tujuan perawatan endodontik adalah mengembalikan
keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya,
ini berarti bahwa gigi tersebut tanpa simptom, dapat berfungsi dan tidak ada tanda-
tanda patologik yang lain. Tujuan perawatan endodontik juga untuk membersihkan
kavitas pulpa yang terinfeksi dan kotoran toksik serta untuk membentuk saluran akar
agar dapat menerima bahan pengisi yang akan menutup seluruh sistem saluran akar
dari jaringan periodontal dan dari rongga mulut. Tujuan perawatan saluran akar
adalah reduksi mikroba di dalam sistem saluran akar, agar terjadi proses
penyembuhan melalui tindakan pembersihan dan pembentukan saluran akar (cleaning
and shaping). Pembersihan di lakukan dengan mengeluarkan jaringan pulpa vital dan
nekrotik serta mereduksi mikroorganisme. Pembentukan dilakukan dengan
membentuk saluran akar sedemikian rupa agar dapat menerima bahan pengisi.

Indikasi Perawatan Endodontik


a. Karies yang luas.
b. Email yang tidak di dukung oleh dentin
c. Saluran akar yang dapat dimasukkan instrument
d. Kelainan jaringan periapeks pada gambaran radiografi kurang dari sepertiga apeks.
e. Mahkota gigi masih bisa direstorasi dan berguna untuk keperluan prostetik (untuk
pilar restorasi jembatan)
f. Gigi tidak goyang dan periodonsium normal
g. Kondisi pasien baik
h. Pasien ingin giginya di pertahankan dan bersedia untuk memelihara kesehatan gigi
dan mulutnya

Kontraindikasi Perawatan Endodontik


a. Bila dijumpai kerusakan luas jaringan periapikal yang melibatkan lebih dari sepertiga
panjang akar. Kasus seperti ini merupakan kasus yang luar biasa, karena dalam
pengamatan dikatakan bahwa makin besar jumlah kerusakan tulang yang rusak,
makin kecil kemungkinan untuk diperbaiki.
b. Bila saluran akar gigi tanpa pulpa dengan daerah radiolusen terhalang oleh akar
berkurva/bengkok, akar berliku-liku, dentin sekunder, kanal yang mengapur atau
sebagian mengapur, gigi malposisi, atau suatu instrumen yang patah
c. Bila apeks akar mengalami fraktur.

Prinsip preparasi saluran akar, yaitu:

1. Pembersihan saluran akar


Pembersihan saluran akar merupakan lanjutan dari pembersihan
kavitas yang telah dilaksanakan di kamar pulpa. Irigasi sangat
membantu dalam pembersihan saluran akar dari debris dan jaringan
nekrotik. Oleh karena itu irigasi harus selalu dilakukan sebelum, setiap,
dan sesudah pergantian alat.

2. Bentuk retensi
Daerah sepertiga apeks sepanjang 2-5 mm dari kontriksi apical harus
dipertahankan bentuknya seperti file utama agar kon utama dapat
menigsi seluruh daerah ini dengan rapat. Dengan demikian akan
diperoleh pengisian yang hermetis. Kehermetisan ini dapat diketahui
dengan adanya retensi pada kon utama tersebut, yang ketika ditarik
terasa ada tahanan atau disebut sebagai tug back.

3. Bentuk resisten
Penyempitan anatomis di apeks yang disebut konstriksi apeks harus
dipertahankan untuk menahan agar bahan pengisi tidak terdorong ke
daerah periapeks (apical stop)

Syarat preparasi saluran akar, yaitu:


1. Panjang kerja yang pasti harus ditentukan dahulu sebelum preparasi,
dan jarum diberi stop
2. Alat-alat preparasi harus bersih, steril, dan disusun secara sesuai
nomor
3. Gunakan alat secara berurutan mulai dari nomor yang kecil tanpa
dipaksa
4. Alat yang tumpul, bengkok-tajam, rolled-up, atau elongasi harus
dibuang
5. Selama preparasi, saluran akar harus dalam keadaan tergantung
cairan NaOCL 2,5%
6. Penggunaan alat jangan dipaksakan seandainya ditemui hambatan
7. Gunakan alat dengan gerakan yang tepat (reaming dan filling)
8. Sebelum, setiap penggantian alat, dan setelah preparasi, saluran akar
harus diirigasi

Tahapan PSA dengan teknik kombinasi crown down dan step back

1. Gambar outline akses kamar pulpa dari aspek oklusal/insisal, mesial/distal,


bukal/lingual.

2. Preparasi akses kamar pulpa:


1. Membentuk ragangan kavitas
2. Mencari dan membuka/menembus atas pulpa
3. Pengangkatan seluruh atap pulpa
4. Menentukan letak saluran akar

3. Penentuan panjang kerja


1. Cara perbandingan
Rumus:
PMS : PGS = PMR : PGR
PGS = PMS x PGR
PMR
Panjang kerja = PGS-1mm

Preparasi dan pengisian saluran akar


Penentuan inisial file/file awal:
1. Tentukan inisial file/file awal (FA)
2. Olesi FA dengan gel EDTA
3. Masukan FA dengan gerakan watch winding sampai panjang kerja
4. Irigasi saluran akar dengan 1cc NaOCL 2,5%
5. Catat FA pada kolom catatan (dengan formula No file/panjang kerja
dalam mm)

Preparasi apikal dengan gerakan reaming.


1. Preparasi apikal dari file awal sampai file apikal utama/master apical
file (FAU/MAF). Olesi setiap file dengan EDTA sebelum digunakan, dan
irigasi saluran akar dengan NaOCL 2,5% setiap pergantian alat dan
pada akhir preparasi.
2. Periksa FAU/MAF dengan adanya tug back panjang kerja dengan kon
gutta percha sesuai nomor FAU/MAF
3. Catat FAU/MAF pada kolom catatan

Preparasi step back dengan circumferential filling:


1. Preparasi dengan file satu nomor lebih besar dari FAU/MAF, dan
panjang kerja dikurangi 2 mm
2. Lakukan rekapitulasi
3. Preparasi dengan file dua nomor lebih besar dari FAU/MAF, dan
panjang kerja dikurangi 3 mm
4. Lakukan rekapitulasi
5. Preparasi dengan file tiga nomor lebih besar dari FAU/MAF, dan
panjang kerja dikurangi 4 mm
6. Lakukan rekapitulasi
7. Catat file terbesar pada kolom catatan.

Coba Kon Guttapercha Utama/Master Apical Cone (MAC)


1. Masukkan KGU.MAC sesuai nomor FAU/MAF, periksa adanya tug back
(koreksi bila perlu).
2. Pastikan KGU/MAC tepat sepanjang kerja.

Pemberian medikamen dan tumpatan sementara

1. Irigasi saluran akar kemudian keringkan dengan memasukkan paper point sesuai nomor
FAU/MAF ke dalam saluran akar dengan pinset, tinggalkan beberapa saat, lalu keluarkan.
Ulangi sampai paper point tetap kering.
2. Medikasi saluran akar dengan Ca(OH)2 atau ChKM

Cara manipulasi dan aplikasi Ca(OH)2:


a. Letakkan bubuk Ca(OH)2 di atas kaca pengaduk dengan spatula
b. Teteskan aquadest di samping bubuk
c. Campurkan bubuk pada aquadest dengan gerakan memutar dan melipat sampai
konsistensi seperti pasta
d. Pasang jarum lentulo dengan kode merah pada handpiece
e. Tentukan panjang kerja lentulo dengan memasukkan lentulo ke dalam saluran akar
sambal diputar sepanjang kerja lentulo kemudian ditarik perlahan-lahan
f. Ambil Ca(OH)2 dengan lentulo, lalu masukkan ke dalam saluran akar sambal diputar
sepanjang kerja lentulo kemudian ditarik perlahan-lahan
g. Ulangi prosedur bagian f sampai seluruh saluran akar terisi penuh dengan Ca(OH)2
h. Padatkan Ca(OH)2 dengan tangkai gutta percha besar
i. Letakkan kapas butir di dasar kamar pulpa. Jika medikasi saluran akar menggunakan
ChKM, caranya dengan meneteskannya ke kapas butir lalu di jepit dengan kapas gulung
agar cairan tidak menetes ke jaringan periapeks
j. Kavitas ditumpat dengan menggunakan tumpatan sementara (ZnO/cavit) sampai penuh
dsn padat. Buang kelebihan tumpatan dengan kapas butir basah.

Tahapan teknik kondensasi lateral

a. Bongkar tumpatan sementara


b. Irigasi saluran akar dengan I cc NaOCL 2,5 %
c. Keringkan dengan paper point
d. Pengadukan semen pengisi sampai konsistensi seperti krim
e. Olesi KGU/MAC dengan semen, masukkan sampai panjang kerja
f. Masukkan spreader sampai 2mm dari panjang kerja
g. Olesi kon gutta percha tambahan dengan semen
h. Angkat spreader, dan segera masukkan kon gutta percha tambahan
i. Ulangi sampai padat
j. Potong kon gutta percha dengan memanaskan semen stopper (khusus untuk
memotong gutta percha) di atas api spiritus
k. Tekankan pada gutta percha dengan plugger smapai kurang lebih 1mm di bawah
orifis
l. Bila hasil sudah baik buat basis GIC dan tumpat sementara dengan cavit.

Anda mungkin juga menyukai