Anda di halaman 1dari 19

STRATEGI HEURISTIK PEMECAHAN MASALAH

MENCARI POLA

LAPORAN

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Dosen Proses Berpikir Matematis

disusun oleh :

MOCH. RAMADHAN MUBARAK 1706601


NANGSI NUR 1706933
RAFIA RAHMA PULUNGAN 1706650
WINDY ERLISA SIREGAR 1706896

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
presentasi mengenai Mencari Pola.
Penulisan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas dosen
Proses Berpikir Matematis. Selain itu, penulis mengharapkan laporan ini bisa dijadikan
sebagai salah satu referensi kajian strategi pemecahan masalah atau Heuristik
khususnya mencari pola.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun terhadap laporan ini. Akhirnya, semoga laporan ini dapat
bermanfaat dan memberikan kontribusi terhadap pembelajaran matematika.

Bandung, Oktober 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................................................. ii
A. Pendahuluan....................................................................................................................................... 1
B. Masalah-Masalah Terkait Mencari Pola .................................................................................... 2
Masalah 1.1.1.......................................................................................................................................... 2
Masalah 1.1.2.......................................................................................................................................... 7
Masalah 1.1.3.......................................................................................................................................... 9
Masalah 1.1.4........................................................................................................................................ 10
Masalah 1.1.5........................................................................................................................................ 10
Masalah 1.1.6........................................................................................................................................ 11
Masalah 1.1.7........................................................................................................................................ 11
Masalah 1.1.8........................................................................................................................................ 12
Masalah 1.1.9........................................................................................................................................ 12
Masalah 1.1.10. .................................................................................................................................... 13
Masalah 1.1.11. .................................................................................................................................... 13
Masalah 1.1.12. .................................................................................................................................... 13
C. Masalah-Masalah Terkait Mencari Pola Pada Tingkat Sekolah ...................................... 14
Masalah 1 ............................................................................................................................................... 14
Masalah 2 ............................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 16

ii
A. Pendahuluan
Memecahkan masalah adalah hal yang biasa bagi manusia, karena dalam
kehidupan selalu dihadapkan dengan masalah. Demikian pula dalam mempelajari
matematika yang tidak terlepas dari berbagai masalah, baik masalah matematika itu
sendiri maupun masalah yang disebabkan oleh seseorang yang tidak berhasil
menyelesaikannya. Guru-guru yang tergabung dalam National Council of Teachers of
Mathematics (NCTM) sejak tahun 80-an merekomendasikan pemecahan masalah
matematika menjadi fokus bagi matematika sekolah karena pemecahan masalah
merupakan cara terbaik untuk meningkatkan kemampuan matematika seseorang
(Sobel & Maletsky, 1988).
Strategi atau trik di dalam pemecahan masalah sering kali disebut sebagai
heuristik. Dalam bukunya “Problem Solving-Through Problem”, Loren C. Larson
merangkum strategi pemecahan masalah matematika menjadi 12 macam sebagai
berikut :
1. Mencari pola
2. Buatlah gambar
3. Bentuklah masalah yang setara
4. Lakukan modifikasi pada soal
5. Pilih notasi yang tepat
6. Pergunakan simetri
7. Kerjakan dalam kasus-kasus
8. Bekerja mundur
9. Berargumentasi dengan kontradiksi
10. Pertimbangkan paritas
11. Perhatikan kasus-kasus ekstrim
12. Lakukan perumuman

Masing-masing strategi di atas tidak dimaksudkan untuk memecahkan semua


jenis masalah. Terkadang dengan satu strategi saja suatu masalah telah dapat
diselesaikan, tetapi kadang-kadang suatu masalah menuntut penggunaan gabungan
dari beberapa strategi. Tidak ada strategi yang lebih baik dari strategi yang lain.
Strategi-strategi tersebut bersifat relatif satu sama lain. Oleh karena itu ada baiknya
semua strategi di atas dipelajari seluruhnya. Kalaupun nantinya hanya akan memilih

1
satu strategi tertentu untuk memecahkan masalah, semua tergantung pada
masalahnya.
Mencari pola adalah salah satu strategi dalam pemecahan masalah yang
dilakukan dengan cara mengamati informasi yang diberikan seperti gambar, angka,
huruf, kata, warna, atau suara. Dengan mengamati beberapa elemen yang diberikan
tersebut, kadang-kadang secara berurutan masalah yang diberikan dapat dipecahkan
dengan menentukan apa yang menjadi elemen selanjutnya dan elemen tersebut akan
membentuk pola yang diberikan. Penggunaan strategi mencari pola dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya guru privat yang mencari alamat
rumah pada suatu kompleks perumahan. Tetapi tidak semua permasalahan sehari-
hari dapat diselesaikan dengan strategi mencari pola, begitu pun dalam konteks
matematika.
Pola dapat memudahkan seseorang untuk merumuskan aturan dan
memprediksi hasil. Masalah yang pemecahannya dengan mencari pola sering
membutuhkan pembuatan tabel atau daftar, menggunakan strategi “menebak dan
mengecek”. Beberapa masalah dalam bagian “membuat tabel” dan “menebak dan
mengecek” memerlukan pencarian pola (Wardhani, Purnomo, & Wahyuningsih,
2010).

B. Masalah-Masalah Terkait Mencari Pola


Berikut ini akan disajikan beberapa contoh permasalahan matematika dalam
buku Problem Solving-Through Problem oleh Loren C. Larson yang dapat diselesaikan
dengan strategi mencari pola:
Masalah 1.1.1.
Buktikan bahwa suatu himpunan dengan 𝑛 anggota berbeda memiliki tepat 2𝑛
subhimpunan berbeda.
Cara 1:
Cara ini memperhatikan apa yang terjadi jika himpunan tersebut memuat
0, 1, 2, 3 anggota. Misalkan 𝑆 adalah himpunan dengan 𝑛 anggota. Perhatikan tabel
berikut ini:

2
Banyaknya
Anggota
𝑛 Subhimpunan dari 𝑆 subhimpunan
dari 𝑆
dari S
0 Tidak ada ∅ 1
1 𝑥1 ∅, {𝑥1 } 2
2 𝑥1 , 𝑥2 ∅, {𝑥1 }, {𝑥2 }, {𝑥1 , 𝑥2 } 4
3 𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 ∅, {𝑥1 }, {𝑥2 }, {𝑥1 , 𝑥2 }, {𝑥3 }, {𝑥1 , 𝑥3 }, {𝑥2 , 𝑥3 },
8
{𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 }

Dari tabel diatas, diperoleh bahwa untuk 𝑛 = 0 maka banyaknya subhimpunan


dari 𝑆 sebanyak 1, dari 𝑛 = 2 banyak subhimpunan dari 𝑆 sebanyak 2, dan seterusnya.
Dari hal tersebut diperoleh suatu barisan yaitu 1,2,4,8, … . Barisan tersebut
membentuk barisan Geometri dengan rumus 2𝑛 . Dengan fakta jika 𝑛 = 4 banyaknya
subhimpunan 𝑆 ada 24 = 16 hal tersebut telah membuktikan permasalahan di atas. □

Cara 2:
Perhatikan ilustrasi berikut: Jika 𝑀 = {𝑥1 , 𝑥2 } maka subhimpunan dari 𝑀
adalah 𝑁 = {∅, {𝑥1 }, {𝑥2 }, {𝑥1 , 𝑥2 }}. Selanjutnya bagaimana jika setiap anggota dari 𝑁
digabungkan dengan {𝑎} dan apa yang terjadi antara 𝑁 ∪ {𝑎} dengan 𝑁. Oleh karena
itu perhatikan tabel berikut:

No. 𝑵 𝑵 ∪ {𝒂}
1 ∅ {𝑎}
2 {𝑥1 } {𝑥1 , 𝑎}
3 {𝑥2 } {𝑥2 , 𝑎}
4 {𝑥1 , 𝑥2 } {𝑥1 , 𝑥2 , 𝑎}

Dari tabel tersebut banyaknya anggota 𝑁 ∪ {𝑎} dengan 𝑁 sama, yaitu 4. Dengan
demikian jika 𝑆 = {𝑥1 , 𝑥2 , 𝑎} maka total subhimpunan dari 𝑆 adalah 8 (jumlah anggota
𝑁 ditambah jumlah anggota 𝑁 ∪ {𝑎}).
Selanjutnya untuk setiap 𝑛, misalkan 𝐴𝑛 dinotasikan sebagai banyaknya
subhimpunan berbeda dari himpunan dengan 𝑛 anggota berbeda. Misal 𝑆 =
{𝑎, 𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 } dengan demikian maka S memiliki 𝑛 + 1 anggota.

3
Berdasarkan ilustrasi yang disajikan di awal, akan ada korespondensi antara
banyaknya subhimpunan S dengan 𝑎 dan subhimpunan S tanpa 𝑎. Misalkan 𝑇 ⊆ 𝑆,
perhatikan tabel berikut:
No. 𝑺 − {𝒂} 𝑺 ∪ {𝒂}
1 𝑇1 𝑇1 ∪ {𝑎}
2 𝑇2 𝑇2 ∪ {𝑎}
⋮ ⋮ ⋮
𝐴𝑛 𝑇𝐴𝑛 𝑇𝐴𝑛 ∪ {𝑎}

Masing-masing 𝑆 − 𝑎 dan 𝑆 ∪ 𝑎 memiliki 𝐴𝑛 subhimpunan berbeda sehingga total


subhimpunan 𝑆 adalah 2𝐴𝑛 sehingga 𝐴𝑛+1 = 2𝐴𝑛 . Untuk 𝑛 = 0,1,2,3, . … dan 𝐴0 = 1
(fakta), menunjukkan bahwa 𝐴𝑛 = 2𝐴𝑛−1 = 2(2𝐴𝑛−2 ) = ...=2𝑛 𝐴0 = 2𝑛 . □

Cara 3:
Permasalahan di atas akan diselesaikan dengan mengkontruksi “pohon”.
Perhatikan jika 𝑛 = 3 dan 𝑆 = {𝑎, 𝑏, 𝑐}:

Setiap cabang di pohon tersebut berkorespondensi ke suatu subhimpunan


berbeda dari 𝑆 (setiap bar yang berada di atas elemen-elemen 𝑆 menandakan bukan
elemen dari 𝑆). Pohon tersebut dikonstruksi dalam 3 tahap, hal tersebut
berkorespondensi dengan banyaknya elemen pada 𝑆. Setiap elemen dari S mempunyai
2 kemungkinan, yaitu anggota dari subhimpunan atau bukan, dan di representasikan
dengan 2 cabang. Selanjutnya, untuk himpunan dengan 3 anggota banyaknya cabang
adalah 2 × 2 × 2 = 8. Akibatnya untuk himpunan dengan 𝑛 anggota maka banyaknya
cabang adalah

4
2 × 2 × … × 2 = 2𝑛

𝑛
Dengan demikian, suatu himpunan dengan 𝑛 anggota memiliki 2𝑛 subhimpunan. □

Cara 4:
Jika Cara 1 memperhatikan banyaknya anggota pada suatu himpunan, Cara 4
memperhatikan banyaknya anggota pada setiap subhimpunan. Misalkan 𝑆 =
{𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑}, maka subhimpunannya adalah

Banyak Banyaknya
anggota subhimpunan
0 ∅ 1
1 {𝑎}, {𝑏}, {𝑐}, {𝑑} 4
2 {𝑎, 𝑏}, {𝑎, 𝑐}, {𝑎, 𝑑}, {𝑏, 𝑐}, {𝑏, 𝑑}, {𝑐, 𝑑} 6
3 {𝑎, 𝑏, 𝑐}, {𝑎, 𝑏, 𝑑}, {𝑎, 𝑐, 𝑑}, {𝑏, 𝑐, 𝑑} 4
4 {𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑} 1

Pada pola di atas adalah barisan koefisien ekspansi binomial atau segitiga pascal.
𝑛 𝑛
Sehingga jumlah dari subhimpunan dari 𝑆 = ∑𝑛𝑘=0 ( ) = ∑𝑛𝑘=0 ( ) ∙ 1 ∙ 1
𝑘 𝑘
Berdasarkan Teorema binomial, untuk 𝑥 = 1 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 1
𝑛
𝑛
(𝑥 + 𝑦)𝑛 = ∑ ( ) 𝑥 𝑘 𝑦 𝑛−𝑘
𝑘
𝑘=0
𝑛
𝑛 𝑛
(1 + 1) = ∑ ( ) ∙ 1 ∙ 1
𝑘
𝑘=0

Sehingga banyaknya subset dari 𝑆 adalah 2𝑛 . □

5
Cara 5:
Misalkan diberikan 𝑆 = {𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 }, perhatikan tabel berikut ini:
Subhimpunan Triple Bilangan Biner Bilangan Desimal
∅ (0,0,0) 0 0
{𝑥3 } (0,0,1) 1 1
{𝑥2 } (0,1,0) 10 2
{𝑥2 , 𝑥3 } (0,1,1) 11 3
{𝑥1 } (1,0,0) 100 4
{𝑥1 , 𝑥3 } (1,0,1) 101 5
{𝑥1 , 𝑥2 } (1,1,0) 110 6
{𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 } (1,1,1) 111 7

Untuk memahami polanya, terdapat korespondensi antara kolom pertama dengan


kolom kedua yaitu penempatan posisi dari 1. Perhatikan bahwa jika 𝑆 = {𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 }
maka subhimpunan terakhir dari 𝑆 dinotasikan 111 pada bilangan biner dan
berkorespondensi dengan banyaknya subhimpunan dari 𝑆 yaitu 23 = 8 dimana 3
adalah banyaknya 1 pada notasi biner subhimpunan terakhir (perhatikan tabel).

Jika 𝐴 adalah subhimpunan dari 𝑆 = {𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 } dan definisikan untuk 𝑖 =


1,2,3, … , 𝑛.

1 , 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑎𝑖 ∈ 𝐴
𝑎𝑖 = {
0. 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑎𝑖 ∉ 𝐴

Dengan demikian, dapat diindentifikasi suatu subhimpunan 𝐴 dari 𝑆 dengan suatu 𝑛-


tuple (𝑎1 , 𝑎2 , … , 𝑎𝑛 ). Setiap 𝑛-tuple tersebut akan berkorespondensi ke suatu
subhimpunan dari 𝑆 yang unik (perhatikan kolom pertama dan kedua dari tabel).
Akibatnya, banyaknya subhimpunan dari 𝑆 adalah 2𝑛 dimana 𝑛 banyaknya anggota
dari 𝑆. □

6
Masalah 1.1.2.
Misalkan 𝑆𝑛,0 , 𝑆𝑛,1 , dan 𝑆𝑛,2 dinotasikan sebagai jumlahan dari setiap anggota ketiga
dari baris ke-𝑛 Segitiga Pascal, dimulai dari kiri dengan anggota pertama, anggota
kedua, anggota ketiga secara berturut-turut. Buatlah sebuah dugaan untuk nilai dari
𝑆100,1.
Solusi:
Akan dimulai dengan memeriksa kasus yang mudah dengan harapan
menemukan pola-pola yang mungkin secara umum. Perhatikah Tabel di bawah ini!

Segitiga Pascal 𝑛 𝑆𝑛,0 𝑆𝑛,1 𝑆𝑛,2


1 0 1+ 0 0
1 1 1 1 1 0-
1 2 1 2 1 2+ 1
1 3 3 1 3 2- 3 3
1 4 6 4 1 4 5 5 6+
1 5 10 10 5 1 5 11 10- 11
1 6 15 20 15 6 1 6 22+ 21 21
1 7 21 35 35 21 7 1 7 43 43 42-

Tabel di atas merupakan cara yang dapat digunakan untuk menemukan nilai dari
𝑆100,1. Langkah-langkah yang dapat kita lakukan adalah sebagai berikut:

(1) Misalkan nilai pada Segitiga Pascal yang tidak memiliki garis di bawah nilainya
adalah 𝑆𝑛,0, nilai pada Segitiga Pascal yang memiliki satu garis di bawah nilainya
adalah 𝑆𝑛,1, dan nilai pada Segitiga Pascal yang memiliki dua garis di bawah nilainya
adalah 𝑆𝑛,2. Pada kolom Segitiga Pascal diagonal pertama (dari paling kiri)
merupakan 𝑆𝑛,0 karena semua yang ada pada diagonal tersebut tidak memiliki garis
di bawah nilainya. Selanjutnya pada diagonal berikutnya merupakan 𝑆𝑛,1 , karena
semua anggota pada diagonal tersebut memiliki satu garis di bawah nilainya dan
diagonal berikutnya merupakan 𝑆𝑛,2 karena semua anggota pada diagonal tersebut
memiliki dua garis di bawah nilainya. Pada diagonal keempat akan kembali lagi
seperti diagonal pertama yaitu tidak memiliki garis di bawah nilainya dan diagonal
kelima anggotanya memiliki satu garis di bawah nilainya dan selanjutnya. Ini
berarti nilai 𝑆𝑛,0 , 𝑆𝑛,1 , dan 𝑆𝑛,2 akan berulang ke tiga diagonal setelahnya.

7
(2) Nilai-nilai pada masing-masing kolom 𝑆𝑛,0 , 𝑆𝑛,1 , dan 𝑆𝑛,2 diperoleh dengan cara
menjumlahkan masing-masing 𝑆𝑛,0 , 𝑆𝑛,1 , dan 𝑆𝑛,2 pada setiap baris. Sehingga untuk
𝑛 = 0 pada Segitiga Pascal hanya ada nilai 𝑆𝑛,0 saja yaitu 1 sedangkan nilai 𝑆𝑛,1 dan
𝑆𝑛,2 tidak ada sehingga pada kolom 𝑆𝑛,1 dan 𝑆𝑛,2 bernilai 0. Selanjutnya pada 𝑛 = 1
pada Segitiga Pascal terdapat nilai 𝑆𝑛,0 dan 𝑆𝑛,1 yaitu 1 sedangkan nilai 𝑆𝑛,2 tidak
ada sehingga diberi nilai 0. Coba perhatikan pada 𝑛 = 5, pada segitiga pascalnya
nilai 𝑆𝑛,0 = 11 diperoleh dari penjumlahan nilai 𝑆𝑛,0 yaitu 1 + 10 = 11, nilai 𝑆𝑛,1 =
10 diperoleh dari penjumlahan nilai 𝑆𝑛,1 yaitu 5 + 5 = 10 dan begitu juga dengan
nilai 𝑆𝑛,2 = 11 diperoleh dari penjumlahan nilai 𝑆𝑛,2 yaitu 10 + 1 = 11 dan begitu
seterusnya.
(3) Pada kolom 𝑆𝑛,0 , 𝑆𝑛,1 , dan 𝑆𝑛,2 terdapat nilai yang di atasnya bernilai positif (+) dan
negatif (−). Jika ada dua nilai yang sama dari ketiga kolom tersebut maka nilai yang
ketiganya akan bernilai positif (+) apabila selisih nilainya lebih besar dari kedua
nilai yang sama tersebut, dan sebaliknya apabila selisih nilainya lebih kecil dari
kedua nilai yang sama tersebut akan bernilai negatif (−). Coba perhatikan pada 𝑛 =
0 nilai 𝑆𝑛,0 = 1+ karena nilai 𝑆𝑛,1 = 𝑆𝑛,2 = 0 untuk itu 𝑆𝑛,0 bertanda (+) karena
lebih besar dari nilai 𝑆𝑛,1dan 𝑆𝑛,2 . Pada 𝑛 = 1 nilai 𝑆𝑛,2 = 0- karena nilai 𝑆𝑛,0 =
𝑆𝑛,1 = 1 untuk itu 𝑆𝑛,2 bertanda (−) karena lebih kecil dari nilai 𝑆𝑛,0 dan 𝑆𝑛,1 .
Begitupun dengan yang lainnya.
(4) Perhatikan bahwa setiap baris memiliki tanda yang saling bergantian antara positif
(+) dan negatif (−).
(5) Perhatikan kolom 𝑆𝑛,0 pada 𝑛 = 0 bertanda positif (+) dan pada 𝑛 = 6 juga
bertanda positif (+). Kolom 𝑆𝑛,1 pada 𝑛 = 2 bertanda positif (+) dan pada 𝑛 = 8
juga akan bernilai positif (+) dan kolom 𝑆𝑛,2 pada 𝑛 = 1 bertanda negatif (−) dan
pada 𝑛 = 7 juga bernilai negatif (−). Dari hal tersebut diketahui bahwa semua
tanda akan kembali ke tanda semula setiap 6 baris setelahnya.
(6) Akan diduga untuk nilai dari 𝑆100,1, ini berarti 𝑛 = 100 pada kolom 𝑆𝑛,1 . Perhatikan
bahwa 100 = 6 × 16 + 4, sehingga pada 𝑛 = 100 terdapat 16 kali perulangan
tanda dan ada sisa 4 baris setelah tanda tersebut. Perhatikan Tabel di atas, untuk
𝑛 = 100 atau baris ke-100 dari segitiga Pascal serupa tandanya dengan 𝑛 = 4. Oleh
karena itu nilai 𝑆100,0 = 𝑆100,1 dan nilai 𝑆100,2 = 𝑆100,1 + 1. Jadi 𝑆100,0 = 𝑆100,1 =

8
𝑆100,2 − 1. Pada penjelasan 1 Cara 4 sebelumnya telah diketahui bahwa 𝑆𝑛,0 +
𝑆𝑛,1 + 𝑆𝑛,2 = 2𝑛 , maka 𝑆100,1 + 𝑆100,1 + 𝑆100,1 + 1 = 2100

3𝑆100,1 = 2100 − 1

2100 − 1
𝑆100,1 =
3

2100 −1
Jadi, kita dapat menduga nilai 𝑆100,1 = dengan menggunakan segitiga pascal. □
3

Masalah 1.1.3.
Misalkan 𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , … menjadi sebuah barisan bilangan riil yang bukan nol yang
memenuhi
𝑥𝑛−2 𝑥𝑛−1
𝑥𝑛 = , 𝑛 = 3, 4, 5, . . .
2𝑥𝑛−2 − 𝑥𝑛−1
Tentukan kondisi- kondisi yang mencukupi pada 𝑥1 dan 𝑥2 agar 𝑥𝑛 menjadi sebuah
bilangan bulat untuk nilai 𝑛 yang tidak terbatas.
Solusi:
Perhatikan bahwa
𝑥𝑛−2 𝑥𝑛−1
𝑥𝑛 = , 𝑛 = 3, 4, 5, . . .
2𝑥𝑛−2 − 𝑥𝑛−1
Untuk memperoleh keterkaitan barisan, akan ditunjukan beberapa hubungan pertama
yang menyatakannya dalam bentuk dari 𝑥1 dan 𝑥2 .

𝑥₁𝑥₂ 𝑥₁𝑥₂ 𝑥₁𝑥₂


𝑥3 = , 𝑥4 = , 𝑥5 =
2𝑥₁ − 𝑥₂ 3𝑥₁ − 2𝑥₂ 4𝑥₁ − 3𝑥₂

Dengan cara serupa, diperoleh

𝑥₁𝑥₂ 𝑥1 𝑥2
𝑥𝑛 = =
(𝑛 − 1)𝑥₁ − (𝑛 − 2)𝑥₂ (𝑥1 − 𝑥2 )𝑛 + (2𝑥2 − 𝑥1 )

Dengan begitu, 𝑥𝑛 adalah sebuah bilangan bulat dengan banyak nilai 𝑛 yang tidak
terbatas jika dan hanya jika 𝑥1 = 𝑥2 . Karena jika 𝑥1 ≠ 𝑥2 dan nilai 𝑛 semakin
membesar mengakibatkan 𝑥𝑛 bukan bilangan bulat. □

9
Masalah 1.1.4.
Cari bilangan positif 𝑛 dan 𝑎1 , 𝑎2 , … , 𝑎𝑛 sedemikian sehingga 𝑎1 + ⋯ + 𝑎𝑛 =1000 dan
perkalian 𝑎1 𝑎2 … 𝑎𝑛 sebesar mungkin

Solusi:
Misalkan 1000 = 𝑎1 + 𝑎2 + ⋯ + 𝑎𝑛 , akan dicari syarat pada 𝑎𝑖 =
1, 2, … , 𝑛 sehingga 𝑎1 𝑎2 … 𝑎𝑛 s terbesar. Akan dicoba untuk menyelidiki untuk
bilangan-bilangan yang lebih kecil, kemudian perlihatkan berlaku secara umum yang
kemudian tentu saja akan berlaku untuk 1000.

Syarat yang harus dipenuhi adalah :

(1) 𝑎𝑖 ≠ 1 untuk setiap i .


Tanpa mengurangi keumuman, misalkan 𝑎1 = 1 maka 1000 = 1 + 𝑎2 + ⋯ + 𝑎𝑛
dan hasil kalinya adalah 1. 𝑎2 . … . 𝑎𝑛 . Tetapi dapat dipandang juga 1000 =
(1 + 𝑎2 ) + ⋯ + 𝑎𝑛 dengan hasil kalinya (1 + 𝑎2 ). … . 𝑎𝑛 yang lebih besar dari yang
pertama. Jadi haruslah 𝑎𝑖 ≠ 1 a untuk setiap i .
(2) 𝑎𝑖 ≤ 4 untuk setiap i .
Misalkan 𝑎1 > 4 maka 𝑎1 = 5 + 𝑑, 𝑑 ≥ 0. Jadi 𝑎1 = 2 + (3 + 𝑑). Karena 2. (3 +
𝑑) = 6 + 2𝑑 > 5 + 𝑑 maka berlaku 2. (3 + 𝑑). 𝑎2 . … . 𝑎𝑛 > (5 + 𝑑). 𝑎2 . … . 𝑎𝑛 . Jadi
haruslah 𝑎𝑖 ≤ 4 untuk setiap i .
(3) 𝑎𝑖 ≠ 4 untuk setiap 𝑖
Jika 𝑎𝑖 = 4 maka bisa dipecah menjadi dua buah bilangan 2 karena 2 + 2 = 4 dan
2 × 2 = 4.
(4) Perhatikan bahwa 2 × 2 × 2 < 3 × 3 tetapi 2 + 2 + 2 = 3 + 3 artinya paling
banyak dua 𝑎𝑖 = 2.

Sehingga jika 𝑎1 + ⋯ + 𝑎𝑛 = 1000 dan perkalian maksimumnya adalah 3332 × 22 . □

Masalah 1.1.5.
Misalkan 𝑆 adalah suatu himpunan dan ∗ merupakan operasi biner pada 𝑆 yang
memenuhi aturan berikut
𝑥 ∗ 𝑥 = 𝑥, untuk semua 𝑥 ∈ 𝑆
(𝑥 ∗ 𝑦) ∗ 𝑧 = (𝑦 ∗ 𝑧) ∗ 𝑥, untuk semua 𝑥, 𝑦, 𝑧 ∈ 𝑆
Tunjukan bahwa 𝑥 ∗ 𝑦 = 𝑦 ∗ 𝑥 untuk semua 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑆.
Solusi:
Ambil sebarang 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑆 sedemikian sehingga

10
𝑥 ∗ 𝑦 = (𝑥 ∗ 𝑦) ∗ (𝑥 ∗ 𝑦) (menggunakan pola pertama)
= [𝑦 ∗ (𝑥 ∗ 𝑦)] ∗ 𝑥 (menggunakan pola kedua)
= [(𝑥 ∗ 𝑦) ∗ 𝑥] ∗ 𝑦 (menggunakan pola kedua)
= [(𝑦 ∗ 𝑥) ∗ 𝑥] ∗ 𝑦 (menggunakan pola kedua)
= [(𝑥 ∗ 𝑥) ∗ 𝑦] ∗ 𝑦 (menggunakan pola kedua)
= [(𝑦 ∗ 𝑦) ∗ (𝑥 ∗ 𝑥)] (menggunakan pola kedua)
= 𝑦∗𝑥 (menggunakan pola pertama) □

Masalah 1.1.6.
Dimulai dengan 2 dan 7, barisan 2,7,1,4,7,4,2,8, ... dibangun dengan mengalikan
pasangan berurutan anggotanya dan hasil perkalian tersebut merupakan satu atau dua
anggota selanjutnya dari barisan tersebut, bergantung pada hasil perkalian, apakah
satu digit atau dua digit angka. Buktikan bahwa digit 6 muncul tak terhingga kali dalam
barisan.
Solusi:
Analisis Pendahuluan
Perhatikan barisan “7,4,2”, berdasarkan aturan yang dijelaskan pada soal maka akan
menghasilkan barisan “2,8,8”, lalu akan menghasilkan barisan “1,6,6,4” , “6,3,6”,
“1,8,1,8” dan “8,8,8”.
Bukti
Jika barisan “8,8,8” pernah muncul, maka akan menghasilkan barisan “6,4,6,4”.
Selanjutnya, akan menghasilkan “2,4,2,4” yang juga akan menghasilkan “8,8,8” dst. Jadi
jika barisan “8,8,8” pernah muncul, masing-masing barisan yang disebutkan di atas
akan berulang dan muncul tak terhingga kali. Khususnya digit 6 akan muncul tak
terhingga kali. □

Masalah 1.1.7.
Misalkan 𝑆1 dinotasikan barisan bilangan bulat positif 1,2,3,4,5,6, …, dan definisikan
barisan 𝑆𝑛+1 pada suku-suku 𝑆𝑛 dengan menambahkan 1 ke bilangan bulat pada 𝑆𝑛
yang habis dibagi 𝑛. Contohnya, 𝑆2 adalah 2,3,4,5,6,7, …, 𝑆3 adalah 3,3,5,5,7,7, … .
Tentukan bilangan bulat 𝑛 tersebut dengan sifat bahwa bilangan bulat 𝑛 − 1 pertama
di 𝑆𝑛 adalah 𝑛.

11
Masalah 1.1.8.
Buktikan bahwa suatu list bisa dibuat dari semua subhimpunan dari himpunan
terbatas sedemikian sehingga
(i) Himpunan kosong merupakan yang pertama di list.
(ii) Setiap subhimpunan muncul tepat satu kali, dan
(iii) Setiap subhimpunan pada list diperoleh dengan menambahkan satu elemen ke
subhimpunan sebelumnya atau dengan menghapus satu elemen dari
subshimpunan sebelumnya.

Masalah 1.1.9.
Tentukan jumlah dari koefisien binomial bilangan ganjil pada ekspansi (𝑥 + 𝑦)1000 .

Solusi:
Perhatikan Segitiga Pascal berikut

Banyaknya bilangan ganjil


1
2
2
4
2
4
dst

Dari tabel di atas diketahui bawa banyaknya bilangan ganjil pada baris ke-𝑛 selalu
berkaitan dengan bilangan 2. Selanjutnya perhatikan tabel berikut ini

𝒏 Bilangan Biner dari 𝒏 Banyak Koef. Binomial Ganjil


0 0 1
1 1 2
2 10 2
3 11 4
4 100 2
5 101 4
6 110 4
7 111 8

12
8 1000 2
9 1001 4
10 1010 4

Dengan demikian, diperoleh suatu hubungan antara bilangan biner dari baris
𝑛 dengan banyaknya koefisien bilangan ganjil. “Banyaknya bilangan ganjil pada baris
𝒏 dari Segitiga Pascal adalah 𝟐𝒌 dimana k menyatakan banyaknya bilangan biner 1 pada
bilangan biner” .
Sehingga, untuk (𝑥 + 𝑦)1000 diperoleh 𝑛 = 1000 dan bilangan biner untuk
1000 adalah 1111101000. Diperoleh pula bahwa 𝑘 = 6 sehingga banyaknya koefisien
billangan ganjil untuk (𝑥 + 𝑦)1000 adalah 26 = 64. □

Masalah 1.1.10.
Suatu teorema yang dikenal menegaskan bahwa suatu bilangan prima 𝑝 > 2 bisa
ditulis sebagai jumlahan dari dua buah bilangan kuadrat sempurna (𝑝 = 𝑚2 +
𝑛2 , 𝑚, 𝑛 ∈ ℤ) jika dan hanya jika 𝑝 adalah satu lebih dari kelipatan 4. Buat suatu
konjektur tentang bilangan prima 𝑝 > 2 bisa ditulis di setiap bentuk berikut, gunakan
bilangan bulat (tidak harus positif) 𝑥 dan 𝑦:

(a) 𝑥 2 + 16𝑦 2
(b) 4𝑥 2 + 4𝑥𝑦 + 5𝑦 2

Masalah 1.1.11.
Jika 〈𝑎𝑛 〉 merupakan barisan sedemikian sehingga untuk 𝑛 ≥ 1, (2 − 𝑎𝑛 )𝑎𝑛+1 = 1,
apa yang terjadi pada 𝑎𝑛 jika 𝑛 menuju takhingga?

Masalah 1.1.12.
Misalkan 𝑆 adalah himpunan, dan misalkan ∗ adalah operasi biner pada 𝑆 yang
memenuhi

𝑥 ∗ (𝑥 ∗ 𝑦) = 𝑦 untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑆

(𝑦 ∗ 𝑥) ∗ 𝑥 = 𝑦 untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑆.

Tunjukan bahwa 𝑥 ∗ 𝑦 = 𝑦 ∗ 𝑥 untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑆.

13
C. Masalah-Masalah Terkait Mencari Pola Pada Tingkat Sekolah
Berikut ini akan disajikan beberapa contoh permasalahan matematika tingkat
sekolah dalam yang dapat diselesaikan dengan strategi mencari pola:
Masalah 1
Hitunglah jumlah dari deret berikut

1 1 1 1
+ + + ⋯+
1∙2 2∙3 3∙4 49 ∙ 50

Solusi:
Untuk menjumlahkan keseluruhan suku di atas, perhatikan penjumlahan
berikut ini dimulai dari 1 suku pertama, 2 suku pertama, 3 suku pertama dan 4 suku
pertama

1 1
Penjumlahan 1 suku pertama =
1∙2 2
1 1 2
Penjumlahan 2 suku pertama + =
1∙2 2∙3 3
1 1 1 3
Penjumlahan 3 suku pertama + + =
1∙2 2∙3 3∙4 4
1 1 1 1 4
Penjumlahan 4 suku pertama + + + =
1∙2 2∙3 3∙4 4∙5 5
Berdasarkan pola di atas, diperoleh pola untuk menentukan jumlah deret pecahan
tersebut yaitu bilangan perkalian dari penyebutan suku terakhirnya. Jadi,
1 49
penjumlahan deret di atas sampai 49∙50 sebagai suku terakhir adalah 50. □

Masalah 2
Tentukan jumlah dari 20 bilangan ganjil pertama.

Solusi:
Akan dicari jumlah dari
1 + 3 + 5 + ⋯ + 39 =
Perhatikan tabel berikut
Bentuk penjumlahan Banyak bilangan Jumlah
yang dijumlahkan
1 1 1
1+3 2 4

14
1+3+5 3 9
1 + 3 + 5+7 4 16
1 + 3 + 5+7+9 5 25
1 + 3 + 5+7+9+11 6 36
⋮ ⋮ ⋮
1 + 3 + 5 + 7 + 9 + 11 + ⋯ + 𝑛 𝑛 𝑛2
Ket: 𝑛 adalah suatu bilangan ganjil yang lebih dari 11

Dari tabel di atas diperoleh bahwa jumlah dari 𝑛 bilangan ganjil pertama adalah 𝑛2 .
Dengan demikian, 20 bilangan ganjil pertama adalah 202 = 400.□

15
DAFTAR PUSTAKA

Larson, L. C. (1981). Problem-Solving through Problem. New York: Springer-Verlag


New York Inc.
Sobel, M. A., & Maletsky, E. M. (1988). Teaching Mathematics: A Sourcebook of Aids
Activities And Strategies. New Jersey: Engewood Cliffs.
Wardhani, S., Purnomo, S. S., & Wahyuningsih, E. (2010). Pembelajaran Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika di SD. Jakarta: Kementrian Pendidikan
Nasional Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan.

16

Anda mungkin juga menyukai