Anda di halaman 1dari 6

Klasifikasi CA serviks

Lesi prakanker serviks atau CIN (Cervical Intraepiyhelial Neoplasia) dibagi


menjadi 3 kategori level yang berbeda yaitu:
1. CIN 1 merupakan dysplasia ringan dimana sel sel abnormal hanya menempati
setengah basal epitel.
2. CIN 2 merupakan dysplasia sedang dimana sel abnormal menepati 2/3 bagian
dari sel epitel.
3. CIN 3 merupakan dysplasia berat dengan keterlibatan sel sel abnormal yang
hampir penuh, dan hanya menyisakan mantel tipis di bagian permukaan.

Stadium Kanker Serviks


Penentuan stadium klinis penting dalam memperkirakan penyebaran penyakit
dan merupakan faktor kunci dalam penentuan terapi yang tepat. Pembagian ini
didasarkan atas pemeriksaan klinik (Williams and Wilkins, 2001). Klasifikasi
Stadium Klinis Kanker Serviks menurut FIGO ditunjukan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Klasifikasi Stadium Klinis Kanker Serviks Menurut International
Federation of Gynecology and Obstetric (FIGO, 2000) (Williams and
Wilkins, 2001; Disaia and Creasman, 2007; HOGI, 2011)
Stadium Kriteria

0 Karsinoma in-situ atau karsinoma intraepitel


I Kanker terbatas pada serviks (perluasan ke korpus uterus diabaikan)
IA Kanker invasif hanya didiagnosis secara mikroskopis
IA1 Ukuran invasi stroma kedalamannya < 3 mm dan lebarnya ≤ 7 mm
IA2 Ukuran invasi stroma kedalamannya 3-5 mm dan lebarnya ≤ 7 mm
IB Lesi klinis mengurung serviks atau lesi preklinis yang melebihi stadium
IB1 Ukuran lesi klinis ≤ 4 cm
IB2 Ukuran lesi klinis > 4 cm
II Kanker menyebar di luar serviks tetapi tidak menyebar ke dinding
pelvis dan 1/3 bagian bawah vagina
IIA Kanker tanpa invasi parametrium
IIA1 Lesi klinis sebesar 4,0 cm atau kurang dalam dimensi yang lebih besar
IIA2 Ukuran lesi klinis > 4 cm
IIB Kanker jelas menginvasi parametrium
III Kanker menginvasi 1/3 bagian bawah vagina atau menginvasi
parametrium sampai dinding pelvis; atau kanker menimbulkan
hidronefrosis atau insufisiensi ginjal
IIIA Kanker menginvasi 1/3 bagian bawah vagina, tidak terjadi perluasan ke
dinding pelvis
IIIB Perluasan ke dinding pelvis atau menyebabkan hidronefrosis atau tidak
berfungsinya ginjal
IV Penyebaran kanker melewati pelvis minor atau kanker menginvasi
mukosa buli-buli atau mukosa rektum
IVA Kanker bermetastasis ke organ yang berdekatan
IVB Kanker bermetastasis ke organ jauh
KOMPLIKASI

Terjadinya penyempitan vagina


Pengobatan dengan radioterapi pada kanker serviks sering kali menyebabkan
penyempitan vagina. Hubungan seks bisa terasa sangat menyakitkan dan sulit. Terdapat dua
pilihan pengobatan untuk ini. Pertama, mengoleskan krim hormon pada vagina untuk
meningkatkan kelembapan pada vagina. Dan akhirnya, hubungan seks bisa menjadi lebih
mudah.
Yang kedua adalah dengan memakai vaginal dilator. Vaginal dilator bisa terbuat dari
plastik, karet, atau kaca yang halus. Bentuknya seperti tabung dengan ukuran dan berat yang
berbeda-beda. Alat ini berfungsi untuk mengembalikan fleksibilitas vagina. Alat ini akan
membuat jaringan vagina menjadi elastis dan hubungan seks akan terasa lebih nyaman.
Disarankan memakai vaginal dilator selama lima sampai 10 menit secara teratur selama
enam bulan sampai satu tahun.
Banyak wanita yang merasa malu membicarakan tentang alat ini. Tapi metode
penanganan ini cukup dikenal untuk masalah penyempitan vagina. Anda bisa menanyakan
kepada dokter tentang kelebihan dan kekurangan alat ini.

Munculnya limfedema atau penumpukan cairan tubuh


Limfedema adalah pembengkakan yang umumnya muncul pada tangan atau kaki
karena sistem limfatik yang terhalang. Sistem limfatik adalah bagian penting dari sistem
kekebalan dan sistem sirkulasi tubuh.
Sistem limfatik mungkin tidak berfungsi dengan normal jika nodus limfa diangkat
dari panggul Anda. Salah satu fungsi sistem limfatik adalah membuang cairan berlebih dari
dalam jaringan tubuh. Gangguan pada sistem ini bisa menyebabkan penimbunan cairan pada
organ tubuh. Penimbunan inilah yang menyebabkan pembengkakan.
Pada penderita kanker serviks, limfedema biasanya terjadi pada bagian kaki. Untuk
mengurangi pembengkakan yang terjadi, Anda bisa melakukan latihan dan teknik pemijatan
khusus. Perban atau kain pembalut khusus juga bisa membantu untuk mengatasinya.
Secara emosional, didiagnosis mengidap kanker serviks atau merasakan efek samping
pengobatannya bisa sangat melelahkan. Bahkan, pengidapnya bisa mengalami depresi.
Konsultasikan dengan dokter tentang cara menangani dampak emosional tersebut. Anda juga
bisa mencari informasi tentang kelompok dukungan kanker serviks baik di rumah sakit
maupun di Yayasan Kanker Indonesia.
Rasa sakit akibat penyebaran kanker
Rasa sakit yang parah akan muncul ketika kanker sudah menyebar ke saraf, tulang,
atau otot. Tapi beberapa obat pereda rasa sakit biasanya bisa dipakai untuk mengendalikan
rasa sakit itu. Obat-obatan yang dipakai mulai dari paracetamol, obat antiinflamasi non-
steroid atau OAINS, hingga morfin. Semua tergantung pada tingkatan rasa sakit yang
dirasakan.
Jika pereda rasa sakit tidak banyak membantu, tanyakan pada dokter tentang obat
yang mungkin memiliki efek lebih kuat. Radioterapi jangka pendek juga efektif untuk
mengendalikan rasa sakit.

Pendarahan berlebih
Pendarahan berlebih bisa terjadi jika kanker menyebar hingga ke vagina, usus, atau
kandung kemih. Pendarahan bisa muncul di rektum atau di vagina. Bisa juga terjadi
pendarahan saat buang air kecil. Pendarahan berlebihan bisa ditangani dengan kombinasi
obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah. Obat ini bisa menghambat aliran darah.
Pendarahan kecil bisa ditangani dengan obat bernama asam traneksamat. Obat ini
akan membuat darah menggumpal, sehingga dapat menghentikan pendarahan yang terjadi.
Radioterapi juga efektif dalam menghentikan pendarahan karena kanker.

Penggumpalan darah setelah pengobatan


Seperti kanker lainnya, kanker serviks bisa membuat darah menjadi lebih ‘lengket’
atau ‘kental’ dan cenderung membentuk gumpalan. Risiko penggumpalan darah juga
meningkat setelah menjalani kemoterapi dan istirahat pascaoperasi. Munculnya tumor yang
besar bisa menekan pembuluh darah pada panggul. Hal inilah yang memperlambat aliran
darah dan akhirnya mengakibatkan penggumpalan di kaki. Gejala terjadinya penggumpalan
darah pada kaki antara lain:

 Sakit yang terasa sangat dalam di area kaki yang terkait.

 Rasa sakit dan pembengkakan di salah satu bagian kaki, biasanya pada betis.

 Kulit memerah, terutama pada bagian belakang kaki di bawah lutut.

 Pada bagian yang terjadi penggumpalan, kulit akan terasa hangat.


Yang paling dikhawatirkan adalah terjadinya pulmonary embolism atau emboli
paru. Dampak dari kondisi ini bisa sangat fatal. Emboli paru adalah penggumpalan darah dari
pembuluh darah di kaki bergerak ke paru-paru dan menghalangi pasokan darah ke paru-paru.
Penggumpalan darah di kaki ini bisa ditangani dengan kombinasi obat-obatan pengencer
darah, misalnya obat-obatan jenis heparin atau warfarin. Semacam stocking juga akan
dibalutkan ke kaki karena bisa membantu memperlancar peredaran darah ke seluruh tubuh.

Gagal ginjal
Ginjal berfungsi membuang materi limbah dari dalam tubuh. Limbah ini dibuang
melalui urine melewati saluran yang disebut ureter. Tes darah sederhana bisa dilakukan untuk
mengawasi kinerja ginjal. Tes darah ini biasanya disebut sebagai tingkat serum kreatinin.
Pada beberapa kasus kanker serviks lanjutan, kanker bisa menekan ureter. Ini
menyebabkan terhalangnya aliran urine untuk keluar dari ginjal. Terkumpulnya urine di
ginjal lebih dikenal dengan istilah hidronefrosis. Kondisi ini bisa menyebabkan ginjal
membengkak dan meregang. Hidronefrosis parah bisa merusak ginjal sehingga kehilangan
seluruh fungsinya. Kondisi inilah yang disebut sebagai gagal ginjal.
Pengobatan untuk gagal ginjal adalah dengan mengeluarkan semua urine yang
terkumpul di ginjal. Pipa akan dimasukkan melalui kulit dan ke dalam tiap ginjal, dikenal
sebagai nefrostomi perkutan. Pilihan pengobatan lain adalah memperlebar kedua saluran
ureter. Ini dilakukan dengan cara memasukkan pipa besi kecil atau stent ke dalam ureter.
Beberapa gejala yang muncul akibat gagal ginjal bisa sangat beragam, yaitu:

 Sesak napas.

 Kelelahan.

 Mual.
 Pembengkakan pada pergelangan, tangan atau kaki karena penimbunan cairan.

 Darah dalam urine.

Produksi cairan vagina yang tidak normal


Cairan vagina bisa berbau aneh dan tidak sedap akibat dari kanker serviks stadium
lanjutan. Cairan yang keluar bisa muncul karena beberapa alasan, yaitu:

 Kerusakan pada jaringan sel-sel.


 Kerusakan pada kandung kemih atau usus sehingga terjadi kebocoran isi organ-organ tersebut
yang keluar melalui vagina.

 Karena infeksi bakteri pada organ vagina.

Pengobatan untuk kelainan cairan vagina ini menggunakan gel antibakteri yang
mengandung metronidazole. Bisa juga dengan cara memakai baju yang mengandung zat
arang (karbon). Karbon adalah senyawa kimia yang sangat efektif untuk menyerap bau yang
tidak sedap.

Fistula
Fistula adalah terbentuknya sambungan atau saluran abnormal antara dua bagian dari
tubuh. Pada kasus kanker serviks, fistula bisa terbentuk antara kandung kemih dan vagina. Ini
bisa mengakibatkan pengeluaran cairan tanpa henti dari vagina. Terkadang, fistula bisa
terjadi antara vagina dan rektum. Fistula termasuk komplikasi yang tidak umum. Kondisi ini
hanya terjadi pada 2 persen kasus kanker serviks lanjutan.
Untuk memperbaiki fistula, biasanya perlu dilakukan prosedur operasi. Tapi ini sering
kali tidak mungkin dilakukan pada wanita dengan kanker serviks lanjutan, karena kondisi
mereka yang sudah sangat lemah. Jika operasi tidak memungkinkan, krim dan pelembap bisa
digunakan untuk mengurangi pengeluaran cairan. Ini juga bertujuan untuk melindungi vagina
dan jaringan di sekitarnya agar tidak rusak dan terjadi iritasi.

Anda mungkin juga menyukai