MAKALAH
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II
“HEPATITIS”
Di susun oleh :
KELOMPOK 3
NAMA KELOMPOK :
1. Dwi Hadisantoso ( 1614201110072)
2. Desy Iriyanti ( 1614201110070)
3. Emy Pratama ( 1614201110074)
4. Eva herlina ( 1614201110075)
5. Farihah Febia ( 1614201110076)
6. Muhammad Fikri Khairani ( 1614201110093)
7. Muhammad Norhidayat ( 1614201110094)
8. Nor Aimah ( 1614201110100)
9. Nurul Islamy ( 1614201110104)
10. Nurul Jannah ( 1614201110105)
11. Siti munawarah ( 1614201110115)
12. Sofyan Amin Syamsurya ( 1614201110116)
13. Sri Wahyuna ( 1614201110117)
14. Widya Febriana ( 1614201110119)
3
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT , karena atas berkat
rahmat dan kasihnya ,Sehinggga penyusun akhirnya dapat menyelesaikan makalah tentang
“Hepatitis”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Medikal Bedah
II. Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan hal-hal yang perlu ditambahkan pada
tugas makalah ini , Kesempurnaan hanya milik Allah SWT, oleh karena itu kritik dan saran
sangat penulis harapkan dari para pembaca.
Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang
telah membantu penyusunan makalah ini dan besar harapan penyusun, semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan tentang masalah kesehatan dan
semoga makalah ini sedikitnya dapat memberikan sumbangan ilmu yang dapat bermanfaat
khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi para pembaca. Semoga makalah yang di
sajikan ini dapat sesuai dengan indikator yang di harapkan..
Penyususn
4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 3
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 6
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 33
BAB I
PENDAHULUAN
berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan. Sedangkan Prevalensi hepatitis klinis di daerah
Nanggroe Aceh Darussalam didapatkan jumlah penderita sebesar 0,7% dari jumlah penduduk
(Riskesdas 2007. Hal 107).
Dampak bila penyakit hati tidak segera diatasi adalah kanker hati. Sebagian besar
kasus kanker hati (hepatocellular carcinoma/HCC) atau sekitar 40-50 persen disebabkan oleh
Hepatitis B, dan sisanya oleh Hepatitis C (30-40 persen) serta faktor non-hepatitis B dan C
seperti perlemakan hati (10-20 persen) (Adhitama, 2013).
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti diskusi ini, mahasiswa mampu memahami dan mengerti asuhan
keperawatan pada pasien yang menderita Hepatitis
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti diskusi ini, ditujukan agar mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan pengertian dari Hepatitis
b. Menyebutkan dan menjelaskan etiologi dari Hepatitis
c. Menyebutkan manifestasi klinis dari Hepatitis
d. Menjelaskan patofisiologi dari Hepatitis
e. Menyebutkan dan menjelaskan penatalaksanaan dari Hepatitis
f. Membuat dan melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien penderita Hepatitis
7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Hepatitis adalah peradangan pada hati yang mengalami nekrosis berupa bercak difus
yang mempengaruhi seluruh sel asinus hati dan merusak arsitekstur hati (Morgan, 2009. Hal
209). Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2001. Hal 1169). Hepatitis virus merupakan
infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang merupakan
kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas.
Hepatitis virus merupakan infeksi sitemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi
pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang
khas (Suratun & Lusianah, 2010. Hal: 155). Misnadiarly, (2007. Hal 36). Menyatakan
Hepatitis didefenisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan suatu peradangan yang
terjadi pada organ tubuh seperti hati atau liver
Dari pendapat beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penyakit hepatitis
adalah peradangan yang terjadi pada hati yang merupakan infeksi sistemik oleh virus atau
oleh toksin termasuk alkohol.
5. Hepatitis G
Penyebab utama infeksi hepatitis G adalah melalui transfusi dan transplantasi organ
(Betz, C.L. 2009. Hal 221).
2.4 Patofisiologi
Baradero (2008. Hal 32) menyatakan hepatitis virus menyebabkan inflamasi yang
menyebar ke jaringan-jaringan hepar melalui infiltrasi. Inflamasi, degenerasi, dan regenerasi
dapat terjadi serentak. Inflamasi yang disertai pembengkakan dapat menekan cabang vena
porta. Transaminase serum akan meningkat dan masa protrombin memanjang. Hepatitis virus
dapat muncul karena faktor-faktor; keganasan virulensi virus, luasnya jaringan hepar yang
rusak, status kesehatan termasuk keadaan nutrisi pasien, perawatan dan pngobatan yang
diterimanya. Kebanyakan pasien dapat sembuh termasuk kembalinya fungsi yang normal dari
hepar, tetapi ada beberapa juga yang dapat mengancam nyawa pasien. Hal ini dapat terjadi
jika hepatitis menjadi, hepatitis fluminan yang secara tiba-tiba hepar mengalami degenerasi
dan atrofi berat yang mengakibatkan kegagalan hepar. Hepatitis virus subakut terjadi ketika
degenerasi pada hepar juga berat namun perlahan, nekrosis hepatik submasif atau masif.
Pada nekrosis hepatik submasif, hanya sebagian dari lobulnya mengalami nekrosis,
sedangkan pada yang masif seluruh lobulnya mengalami nekrosis. Keduanya dapat
mengakibatkan sirosis atau hepatitis kronis. Tanda-tanda dari semua jenis hepatitis virus
sama, kecuali untuk hepatitis A yang tanda awalnya bersifat tiba-tiba.
Tanda-tanda hepatitis virus dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu:
(1) Tahap pra-ikterik (tahap prodmoral) yang berlangsung selama satu minggu. Anoreksia
(merupakan tanda utama), suhu tubuh meningkat disertai menggigil, mual dan muntah,
9
kesulitan mencerna makanan (dispepsia), nyeri sendi (artralgia), nyeri tekan pada hepar,
cepat lelah, (perasaan ketidaknyamanan), dan hilang minat, berat badan menurun.
(2) Tahap ikterik dimulai dangan timbulnya ikterik yang berlangsung selama 46 minggu.
Pada tahap ini, tanda tahap pre-ikterik akan berkurang. Kecuali anoreksia, mual, muntah,
dyspepsia,malaise makin bertambah, nyeri tekan pada hepar juga bertambah. Ikterik
timbul karena gangguan metabolisme bilirubin. Urine pasien berwarna kuning tua,
transaminase serum (ALT dan AST) dan alkalin fosfatase meningkat, serta masa
protrobin memanjang.
(3) Tahap pasca-ikterik atau tahap penyembuhan. Tahap ini di mulai ketika ikterik telah
hilang.
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan hepatitis menurut Davey (2006. Hal
224) yaitu;
a. Pencegahan, orang beresiko (misalnya pekerja kesehatan) harus di imunisasi. karies virus
yang diketahui harus memahami resikonya baik orang lain bila terpapar cairan tubuh dan
harus menggunakan kontrasepsi penghalang.
b. Umum, infeksi HBV akut jarang membutuhkan perawatan di rumah sakit. folow-up perlu
dilakukan untuk menentukan apakah virus telah berhasil diberantas.
c. Terapi antivirus, tidak ada antivirus yang bisa membantu selama nfeksi akut, walaupun
lamivudin bisa membantu pada gagal hati kronis. orang imunokopeten dengan infeksi > 6
bulan dan kadar transaminase tinggi merupakan indikasi pemberian interferon.
10
1. Pengkajian Hepatitis
1. Anamnesa
a) Biodata
Pada biodata diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan,
Pendidikan, dan status perkawinan.
b) Keluhan utama
Penderita dating untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan, malaise,
demam ( lebih sering pada HVA ), rasa pegal linu dan sakit kepala pada HVB, serta
hilangnya daya rasa local untuk perokok.
2. Riwayat penyakit/kesehatan
a) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan yang mencakup tentang nyeri abdomen pada kuadran kanan atas,
demam, malaise,mual, muntah (anoreksia), feses berwarna tanah liat, dan urine pekat.
b) Riwayat penyakit lalu
Kaji apakah pasien pernah mengalami bradikardi atau pernah menderita masa medis
lainnya yang menyebabkan hepatitis ( yang meliputi penyakit gagal hati dan penyakit
autoimun). Dan, kaji pula apakah pasien pernah mengidap infeksi virus dan buat catatan
obat-obatan yang pernah digunakan.
11
k. Pemeriksaan Diagnostik
Tes fungsi hati : Abnormal (4–10 kali dari normal). Catatan : merupakan batasan nilai
untuk membedakan hepatitis virus dari non-virus.
AST ( SGOT) dan ALT (SGPT ) : Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu
sebelum ikteri kemudian tampak menurun.
Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM
(gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
Leucopenia : Trombositopenia mungkin ada (splenomegali).
Deferensial darah lengkap : luckositosis, monositosis, limfosit atipikal. Dan sel
plasma.
Alkali fosfatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat).
Fases : warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).
Albumin serum : menurun.
Gula darah : hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fungsi hati).
Anti – HAVI,gM : positif pada tipe A.
HbsAG : Dapat positif (tipe B) atau negative (tipe A). Catatan : merupakan diagnostik
sebelum terjadi gejala klinis.
Masa protrombin : mungkin memanjang (disfungsi hati).
Bilirubin serum : diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk
mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler).
Tes ekskresi BSP : Kadar darah meningkat.
Biopsi hati : Menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis.
Skan hati : Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.
Urinalisa : Peninggian kadar bilirubin ; protein/hematuria dapat terjadi.
B. Wajah
Inspeksi : untuk mengetahui bentuk wajah klien simetris atau tidak, gerakan otot wajah
dan ekspresi wajah klien pada saat melakukan pengkajian.
Palpasi : untuk mengetahui ada atau tidak odema pada wajah.
C. Mata
Inspeksi : untuk mengetahui apakah ada sianosis atau tidak, terdapat konjungtivitis atau
tidak, kelopak mata bersih atau tidak.
D. Hidung
Inspeksi : untuk mengetahui bentuk hidung apakah simetris atau tidak, apakah terdapat
sekret atau polipnasi atau tidak dan untuk mengetahui sejauh mana ketajaman penciuman
klien.
E. Telinga
Inspeksi : untuk mengetahui bentk telinga simetris atau tidak, apakah terdapat serumen
atau tidak, apakah pendengaran kedua telinga baik atau tidak.
F. Mulut
Inspeksi : untuk mengetahui apakah ada kelainan pada mulut dan gigi klien, bibir kering
atau lembab, ada tidaknya caries gigi.
G. Leher
Inspeksi : untuk mengetahui bentuk leher, apakah ada atau tidak pembesaran kelenjar
tiroid maupun vena jugularis.
Palpasi : untuk mengetahui ada atau tidak pembesaran kelenjar-kelenjar tiroid maupun
vena jugularis.
H. Dada
Inspeksi : untuk mengetahui bentuk dada simetris atau tidak, apakah menggunakan otot
bantu pernapasan atau tidak.
14
Palpasi : untuk mengetahui apakah ada atau tidak pembengkakkan didaerah dada,
kelengapan tulang iga, apakah ada atau tidak nyeri tekan pada dinding dada, apakah ada
tarikan dinding dada.
Auskultasi : untuk mengetahui suara jantung dan nafas klien (suara nafas tambahan)
apakah ada kelainan atau tidak.
Perkusi : untuk mengetahui bunyi ketuk pada daerah dada klien, apakah ada bunyi atau
tidak.
I. Abdomen
Inspeksi : untuk meihat apakah ada striae atau tidak, apakah turgor kulit klien baik atau
tidak.
Auskultasi : untuk mendengar apakah ada bising usus atau tidak, apakah ada kelainan
pada daerah abdomen, apakah ada nyeri tekan.
Perkusi : untuk mengetahui apakah ada bunyi timpani pada abdomen.
Palpasi : untuk mengetahui apakah terdapat nyeri tekan pada abdomen atau kelainan
lainnya pada saat dilakukan palpasi.
K. Integumen
Inspeksi : untuk mengetaui apakah kulit bersih atau tidak, apakah ada luka ataupun
penyakit kulit lainnya.
Palpasi : untuk mengetahui turgor kulit klien baik atau tidak
Intervesi :
1) Tingkatkan tirah baring, ciptakan lingkunga yang tenang.
Rasional : Meningkatkan ketenangan istirahat dan menyediakan energi yang digunakan untuk
penyembuhan.
2). Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik.
Rasional : meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu
untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.
16
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan
untuk memenuhi kebutuhan metabolik, anoreksia, mual/muntah, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan: penurunan peristaltik usus, empedu tertahan. Ditandai
dengan tidak mau makan/kurang minat terhadap makanan, gangguan sensasi pengecap,
nyeri abdomen/kram, penurunan berat badan, tonus otot buruk.
Tujuan : Klien menunjukkan status nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil : Menunjukkan prilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan berat
badan yang sesuai.
Intervensi
1) Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan
tawarkan makan pagi paling besar.
Rasional : makan banyak sulit untuk mengatur kalau pasien anoreksia. Anoreksia juga paling
buruk selama siang hari.
2) Berikan perawatan mulut sebelum makan.
Rasional : menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu makan.
3) Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
Rasional : menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.
4) Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan pemen berat sepanjang hari.
17
Rasional : bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna.
5) Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai dengan
kebutuhan pasien, dengan memasukkan lemak dan protein sesuai toleransi.
Rasional : berguna dalam membuat program diet untuk memenuhi kebutuhna individu.
6) Berikan obat sesuai toleransi, contoh antasida (Mylanta).
Rasional :Kerja pada asam gaster, dapat menurunkan iritasi/resiko perdarahan.
7) Berikan vitamin contoh B komplek.
Rasional : Memperbaiki kekurangan dan membantu proses penyembuhan.
8) Berikan terapi steroid contoh prednison.
Rasional : steroid di indikasikan karena meningkatkan resiko berulang/terjadinya hepatitis
kronis pada pasien dengan hepatitis kronis.
9) Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila diperlukan.
Rasional : mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda kekurangan/gejala
memanjang.
5. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat,
malnutrisi, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pada patogen.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman penyebab individu/faktor resiko.
19
Intervensi
1) Lakukan teknik isolasi untuk infeksi enterik dan pernapasan seusai kebijakan rumah sakit;
termasuk cuci tangan efektif.
Rasional : mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain.
2) Awasi/batasi pengunjung sesuai indikasi.
Rasional : pasien terpajan terhadap proses infeksi (khususnya respiratorius) potensial resiko
komplikasi sekunder.
3) Jelaskan prosedur isolasi pada pasien/orang terdekat.
Rasional : pemahaman alasan untuk perlindungan diri mereka sendiri dan orang lain dapat
mengurangi perasaan isolasi dan stigma.
4) Berikan informasi tentang adanya gama globulin, ISG, HBIG, vaksin hepatitis B
(recombivax HB, engerik-B) melalui departemen dan dokter keluarga. Efektif dalam
mencegah virus hepatitis pada orang yang terpajan, tergantung tipe hepatitis dan periode
inkubasi.
5) Berikan obat sesuai indikasi : anti virus.
Rasional : berguna pada pengobatan hepatitis aktif kronis.
6) Berikan obat sesuai indikasi : interferon alfa 2 B.
Rasional : efektif pada pengobatan penyakit hati sehubungan dengan HCV.
7) Anti biotik tepat untuk agen pencegah (contoh, gram negatif, bakteri anaerob) atau proses
sekunder.
Rasional : pengobatan hepatitis bakterial, atau untuk mencegah/membatasi infeksi sekunder.
6. Resiko tinggi terhadap kerusakan jaringan integritas kulit berhubungan dengan zat kimia :
akumulasi garam empedu dalam jaringan.
Tujuan : Kerusakan jaringan integritas kulit tidak terjadi.
Kriteria hasil : Menunjukkan jaringan kulit/kulit utuh, bebas ekskoriasi, melaporkan
tak adanya/penurunan pruritus/lecet.
Intervensi
1) Gunakan air mandi dingin dan soda kue atau mandi kanji, hindari sabun alkali dan berikan
minyak kelamin sesuai indikasi.
Rasional : mencegah kulit kering berlebihan dan menberikan penghilangan gatal.
2) Anjurkan menggunakan kuku – kuku jari untuk menggaruk bila tidak terkontrol.
Pertahankan kuku jari terpotong pendek pada pasien koma atau selama jam tidur.
Rasional : menurunkan potensial cedera kulit.
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Nama : Tn.A
Umur : 67 tahun
Pendidikan : sd
Agama : islam
Pekerjaan :wiraswasta
Alamat :ds.sindang wangi
Tanggal pengkajian :25-juli-2011
Dx medic :hepatitis B
4. Data biologis
NO Aspek yang dinilai Di rumah Di rumah sakit
1 Pola makan dan minum 3x sehari 3x sehari
~ Makan Nasi, sayur, lauk, buah Nasi, sayur, lauk, buah-
~ Jenis – buahan buahan
Pedas, asam, manis Pedas, asam, manis
~Pantangan Baik Menghabiskan ¼ porsi
~Nafsu makan 4 - 6 gelas
5 – 6 gelas Air putih, susu bubuk
~Minum Air putih Susu kental
~Jenis Susu kental Mual, tidak nafsu makan
~ Pantangan Tidak ada keluhan
~ keluhan
2 Eliminasi 1x sehari 1x sehari
- Kebiasaan BAB Lembek Lembek
- Konsistensi Kuning Kuning kadang seperti teh
- Warna Khas feaces Khas feaces
- Bau 4 – 6 x sehari 4 – 6 x sehari
- Kebiasaan BAK Kuning Kuning kadang spt teh
- Warna Khas amoniak Khas amoniak
- Bau
3 Pola aktifitas sehari – Dapat melakukan Klien hanya terbaring di
hari aktifitas sebagai petani tempat tidur aktifitas
dibantu keluarga
4 Pola istirahat tidur Kadang – kadang +/_ ( 13.00 – 14.30 WIB )
~ Tidur siang +/_ ( 7 – 8 jam/ 21.00 – +/_( 7 – 8 jam/ 21.00 –
~ Tidur malam 04.00 WIB ). 04.00 WIB )
~ Gangguan Tidak ada Kadang nyeri ulu hati,
kembung.
24
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : lemas
Kesadaran : composmentis
TD : 120/80 mmHg
N :92x/menit
RR :20/mt
T :36,7ºC
BB :44kg
TB :53cm
b. Kepala
Bentuk : simetris tidak da benjolan.tidak ada nyeri tekan.
Rambut : hitam keputih putihan, agak kusut, kulit bersih, tidak tampak
adanya lesi (luka) dan benjolan.
Leher : simetris tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran vena
jugolaris, reflek menelan baik.
d. Telinga : pendengaran baik, simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen.
f. Dada
Thorax : bentuk simetris, pergerakan simetris, tidak ada nyeri.
Pernafasan : frekuensi nafas 20x/mnt, bunyi vasikuler
Jantung : bunyi normal (refular), frekuensi 92x/mnt
g. Abdomen
Bentuk : pembesaran kuadran kanan atas
Nyeri tekan pada kuadran kanan atas (skala 3) 0,1,2,3,4,5
Bising usus : 9x/mnt
Turgor kulit : keriput
Pembesaran hepar teraba 3 jari (hepatomegali)
Limfa tidak teraba
Klien kelihatan meringis kesakitan bila bagian hepar di tekan
i. Ekstermitas
Atas: Kekuatan otot kurang di tandai dengan klien lemah dalam aktifitas.
Bawah: Kekuatan otot kurang,di tandai dengan klien lemah dalam melakukan aktifitas
6. Data psikologis
a. Status emosi : Stabil terbukti klien waktu dikaji bersikap sabar dan tenang
b. Konsep diri
-Peran :Di keluarga klien berperan sebagai ayah dan sebagai kepala
keluarga
26
8. Data spiritual
Keyakinan Agama : beragama islam
Kebiasaan beribadah : Dirumah klien selalu melakukan shlat lima waktu dan
dirumah sakit klien tidak ketinggalan mengerjakan sholat lima waktu dan selalu berdoa
9. Data penunjang
Hasil laboratorium tanggal 24 – 07 – 20011
a. Kimia darah
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Gukosa normal 115 mg% 70 – 120 mg %
Glukosa 2 jam PP 120 mg %
Kneatinin 0, 84 mg 0,5 – 1,1 mg %
Ureum 38, 3 10 – 50 mg %
SGOT 120 u/I < 22 u/I
SGPT 40 u/I < 21 u/I
27
b. Hematologi
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
WBC 9,6 103 / nm3 < 4,0 – 10,0 >
HGB 12,7 9 / dl < 12,0 – 16, 0 >
PLT 182 103 / mm < 150 – 450 >
c.Pengobatan
No Nama obat Pemberian Dosis Indikasi
ANALISA DATA
No Data Penyebab Masalah
1. DS: -klien mengeluh nyeri bila Infasi virus Gangguan rasa
di tekan bagian kuadran kanan ↓ nyaman nyeri
atas abdomen Hepar
-klien mengatakan nyerinya ↓
seperti ditusuk-tusuk Hati mengadakan perlawanan
↓
DO: klien meringis bila di Hipertopi
tekan bagian kuadran kanan ↓
atas abdomen. Pembuluh darah dan saraf-
-ada pembesaran pada saraf tertekan
kuSadran kanan atas ↓
-skala nyeri 3 Suplai oksigen menurun
TTV: ↓
T=120/80 mmhg Metabolisme anaerob
P=92x/mt ↓
R=20/mt Pengeluaran asam laktat
S=36,7ºC ↓
Nyeri
2. Fungsi hepar terganggu Nutrisi kurang
DS: -klien mengeluh kurang ↓ dari kebutuhan
nafsu makan Fungsi metabolic
-terasa mual bila makan -karbohidrat
DO: -klien menghabiskan ¼ -protein
porsi makan -lemak
-BB 44kg terganggu
-TB 153cm ↓
-Dx Hepatitis B Gangguan system pencernan
-SGOT 120u/L (mual, lemah/lesu)
-SGPT 40u/L
3 DS: klien mengeluh lemas Fungsi untuk merubah Intoleran aktivitas
tidak bisa melakukan aktivitas glukosa dan monosakarida
29
Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d hepatomegaly
2. Nutrisi kurang dari kebetuhan, b.d mual
3. Intoleransi aktivitas b.d penurunan energi
Nama : Tn. A
Ruang rawat : Ruang X
INTERVENSI
memenuhi
kebutuhan
serta
membantu
dalam proses
pemyembuha
n
3 25-07- Intoleransi aktifitas Setelah di 1. kaji aktifitas 1. Mengetahui
11 b.d penurunan lakukan klien kebutuhan
11.00 energi ditandai tindakan selama 2. bantu aktififitas
dengan: 3x24 aktifitas klien klien
ds : klien mengeluh jam,aktifitas 3. tingkatkan 2. untuk
lemas, tidak bisa terpenuhi tirah pemenuhan
melakukan akivitas dengan baring/duduk aktifitas klien
seperti biasa kriteria:-klien 4. ubah posisi 3.
do:- klien terlihat bisa melakukan klien tiap 2jam meningkatkan
lemas aktifitas sekali istirahat dan
-klien terlihat di walaupun ada 5. berikan ketenangan
bantu keluarga pengawasan latihan tentang untuk
dalam melakukan dari keluarga gerak sendi menyediakan
aktivitas dan perawat pasip energi dan
melancarkan
peredaran
darah.
4.
menghindari
resiko
kerusakan
jaringan
5. tirah baring
lama akan
menurunkan
kemampuan
33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hepatitis adalah istilah umum yang berarti radang hati. “Hepa” berarti kaitan dengan hati,
sementara “itis” berarti radang (Seperti di atritis, dermatitis, dan
pankreatitis) jadi Hepatitis adalah peradangan atau inflamasi pada hepar yang umumnya
terjadi akibat infeksi virus, tetapi dapat pula disebabkan oleh zat-zat toksik. Hepatitis
berkaitan dengan sejumlah hepatitis virus dan paling sering adalah hepatitis virus A, hepatitis
virus B,serta hepatitis virus C.
Etiologi hepatitis yaitu disebabkan oleh beberapa virus diantaranya virus hepatitis A, virus
hepatitis B, dan virus hepatitis C. Hepatitis pula dapat disebabkan oleh racun, yaitu suatu
keadaan sebagai bentuk respons terhadap reaksi obat, infeksi stafilokokus, penyakit
sistematik dan juga bersifat idiopatik
Patofisiologi hepatitis yaitu adanya pembengkakan atau edema hepar yang disebabkan
oleh cedera dan nekrosis mengakibatkan gagal hati fulminan dan kematian. Perubahan ini
bersifat reversibel sempurna bila fase akut penyakit mereda.
Manifestasi klinis hepatitis yaitu ditandai dengan mual-mual, lemah, lesu, anoreksia.
Terjadi selama beberapa hari dan mulai berkurang pada beberapa minggu. Jika terjdi selama
4-7 hari maka sesaorang tersebut mengalami stadium parikterik. Setelah menegalami
satidumparikterik pasien akan mengalami stadium ikterikI yaitu, berkurangnya rasa mual,
muntah, dan lesu.
Diagnosis keperawatan merupakan pernyataan tentang masalah aktual dengan aktivitas
kehidupan sehari-hari seperti yang dialami oleh pasien. Seperti resiko kekurangan volume
cairan yang berhubungan dengan muntah, diare, dan pendarahan, kemudian Defisit
pengetahuan yang berhungan dengan perawatan di rumah.
Penatalaksanaan hepatitis dapat dilakukan dengan istirahat, diet, dan medikalmentosa.
Obat yang dinilai bermanfaat untuk pengobatanhepatitis kronik adalah interferon (IFN). Obat
tersebut adalah suatu protein selular stabil dalam asam yang diproduksi oleh sel tubuh kita.
Tidak terdapat terapi spesifik untuk hepatitis virus akut. Tirah baring selama fase akut
penting dilakukan dan diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat umumnya merupakan
makanan yang paling dapat dimakan oleh penderita. Pemberian makanan secara intravena
mungkin perlu diberikan selama fase akut bila pasien terus-menerus muntah. Aktivitas fisik
biasanya perlu dibatasi sehingga gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.
34
Pengobatan alternatif untuk penyakit hepatitis sangatlah mahal, maka untuk pengobatan lebih
baik menggunakan obat tradisional. Namun pencegahan hepatitis dapat dilakukan dengan
imunisasi, yang dikarenakan adanya keterbatasan pengobatan untuk penyakit hepatitis virus.
3.2 Saran
Adapun yang menjadi saran penulis kepada teman-teman mahasiswa agar kiranya dapat
memahami substansi dalam penulisan makalah ini serta mengimplementasikan dalam
kehidupan seharí-hari, karena mengingat betapa pentingnya mempelajari penyakit hepatitis
35
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Jakarta: EGC.
Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, Jakarta: EGC.
Hadim Sujono, 1999, Gastroenterologi, Alumni Bandung.
Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan
Penyakit, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Muhammad Ardiansyah, 2012. Buku Medikal Bedah untuk Mahasiswa, DIVA Press,
Jogjakarta
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.
Reeves, Charlene, et al, Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono, Edisi I,
jakarta,
Smeltzer, suzanna C, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart.
Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC,.
Susan, Martyn Tucker et al, 1998. Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC,.