Anda di halaman 1dari 35

1

MAKALAH
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“HEPATITIS”

Di susun oleh :

KELOMPOK 3

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
2

NAMA KELOMPOK :
1. Dwi Hadisantoso ( 1614201110072)
2. Desy Iriyanti ( 1614201110070)
3. Emy Pratama ( 1614201110074)
4. Eva herlina ( 1614201110075)
5. Farihah Febia ( 1614201110076)
6. Muhammad Fikri Khairani ( 1614201110093)
7. Muhammad Norhidayat ( 1614201110094)
8. Nor Aimah ( 1614201110100)
9. Nurul Islamy ( 1614201110104)
10. Nurul Jannah ( 1614201110105)
11. Siti munawarah ( 1614201110115)
12. Sofyan Amin Syamsurya ( 1614201110116)
13. Sri Wahyuna ( 1614201110117)
14. Widya Febriana ( 1614201110119)
3

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT , karena atas berkat
rahmat dan kasihnya ,Sehinggga penyusun akhirnya dapat menyelesaikan makalah tentang
“Hepatitis”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Medikal Bedah
II. Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan hal-hal yang perlu ditambahkan pada
tugas makalah ini , Kesempurnaan hanya milik Allah SWT, oleh karena itu kritik dan saran
sangat penulis harapkan dari para pembaca.

Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang
telah membantu penyusunan makalah ini dan besar harapan penyusun, semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan tentang masalah kesehatan dan
semoga makalah ini sedikitnya dapat memberikan sumbangan ilmu yang dapat bermanfaat
khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi para pembaca. Semoga makalah yang di
sajikan ini dapat sesuai dengan indikator yang di harapkan..

Semoga Ridha Allah senantiasa bersama kita. Amin Ya Rabbil Alamin.

Banjarmasin, 11 Maret 2018

Penyususn
4

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 5

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................... 5

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 6

1.3 Tujuan............................................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 7

2.1 Pengertian ......................................................................................................................... 7

2.2 Klasifikasi hepatitis .......................................................................................................... 7

2.3 Etiologi dan Faktor Resiko.............................................................................................. 8

2.4 Patofisiologi ..................................................................................................................... 8

2.5 Manifestasi Klinis ............................................................................................................ 9

2.6 Penatalaksanaan ............................................................................................................... 9

2.7 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................. 10

2.8 Konsep Asuhan Keperawatan Hepatitis ......................................................................... 10

1. Pengkajian Hepatitis ..................................................................................................... 10

2. Diagnosa keperawatan Hepatitis .................................................................................. 14

3. Intervensi Keperawatan Hepatitis ................................................................................. 15

BAB III TINJAUAN KASUS ................................................................................................. 22

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 33

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 33

3.2 Saran ............................................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 35


5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius, tetapi perhatian
dunia masih terbatas, sampai adanya resolusi Word Hepatitis Alliance (WHA). Diperkirakan
2 milyar orang di dunia pernah terinfeksi hepatitis B, 240 juta orang diantaranya pengidap
kronis, Upaya pencegahan yang dilakukan, selain Imunisasi hepatitis B, yaitu promosi
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk mencegah penyebaran virus hepatitis,
penapisan darah donor oleh PMI terhadap Hepatitis B dan C serta pengembangan jejaring
surveilans epidemiologi (Tjandra. 2013).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar sepertiga dari populasi dunia
atau sekitar 2 miliar orang saat ini terinfeksi oleh salah satu dari virus yang menyebabkan
hepatitis, dengan angka kematian 250.000 orang per tahun Menurut organisasi tersebut,
sekitar dua juta orang menderita hepatitis dan sebagian besar dari mereka tidak menyadari
jika mereka terkena virus tersebut dan bisa menularkannya kepada orang lain (Adhitama,
2013).
Indonesia menempati peringkat ketiga penderita hepatitis terbanyak di dunia setelah
India dan China, penderita hepatitis B dan C di Indonesia diperkirakan mencapai 30 juta
orang. "Setengahnya diduga memiliki penyakit liver kronis, 10 persen di antaranya menjadi
kanker liver. Indonesia adalah negara dengan prevalensi hepatitis B dengan tingkat
endemisitas tinggi yaitu lebih dari 8 persen yang sebanyak 1,5 juta orang Indonesia
berpotensi mengidap kanker hati. Indonesia, telah mulai memantau penyakit hepatitis sejak
lama melalui upaya pengendalian penyakit mulai dari upaya promotif, preventif, dan kuratif,
di antaranya lewat imunisasi hepatitis untuk bayi sejak 1997, Di Indonesia, hepatitis termasuk
salah satu penyakit berbahaya sehingga termasuk dalam lima imunisasi yang biayanya
digratiskan pemerintah selain BCG, DPT, polio dan campak (Adhitama, 2013).
Berdasarkan data Riskesdas (2007) Prevalensi hepatitis klinis paling tinggi terdeteksi
pada umur > 55 tahun. Prevalensi hepatitis klinis merata di semua tingkat pengeluaran Rukun
Tetangga (RT) per kapita Hepatitis klinis terdeteksi di seluruh provinsi di Indonesia dengan
prevalensi sebesar 0,6% (rentang: 0,2% - 1,9%). Tiga belas provinsi mempunyai prevalensi di
atas angka nasional, tertinggi di Provinsi Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur. Kasus
hepatitis ini umumnya terdeteksi berdasarkan gejala klinis, kecuali di Provinsi Jawa Timur,
Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Utara lebih banyak terdeteksi
6

berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan. Sedangkan Prevalensi hepatitis klinis di daerah
Nanggroe Aceh Darussalam didapatkan jumlah penderita sebesar 0,7% dari jumlah penduduk
(Riskesdas 2007. Hal 107).
Dampak bila penyakit hati tidak segera diatasi adalah kanker hati. Sebagian besar
kasus kanker hati (hepatocellular carcinoma/HCC) atau sekitar 40-50 persen disebabkan oleh
Hepatitis B, dan sisanya oleh Hepatitis C (30-40 persen) serta faktor non-hepatitis B dan C
seperti perlemakan hati (10-20 persen) (Adhitama, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi Hepatitis ?
2. Apa etiologi dan gejala Hepatitis?
3. Bagaimana patofisiologi Hepatitis?
4. Bagaimana pentalaksanaan Hepatitis?
5. Bagaimana asuhan kepeawatan dengan pasien Hepatitis?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti diskusi ini, mahasiswa mampu memahami dan mengerti asuhan
keperawatan pada pasien yang menderita Hepatitis
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti diskusi ini, ditujukan agar mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan pengertian dari Hepatitis
b. Menyebutkan dan menjelaskan etiologi dari Hepatitis
c. Menyebutkan manifestasi klinis dari Hepatitis
d. Menjelaskan patofisiologi dari Hepatitis
e. Menyebutkan dan menjelaskan penatalaksanaan dari Hepatitis
f. Membuat dan melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien penderita Hepatitis
7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Hepatitis adalah peradangan pada hati yang mengalami nekrosis berupa bercak difus
yang mempengaruhi seluruh sel asinus hati dan merusak arsitekstur hati (Morgan, 2009. Hal
209). Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2001. Hal 1169). Hepatitis virus merupakan
infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang merupakan
kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas.
Hepatitis virus merupakan infeksi sitemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi
pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang
khas (Suratun & Lusianah, 2010. Hal: 155). Misnadiarly, (2007. Hal 36). Menyatakan
Hepatitis didefenisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan suatu peradangan yang
terjadi pada organ tubuh seperti hati atau liver
Dari pendapat beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penyakit hepatitis
adalah peradangan yang terjadi pada hati yang merupakan infeksi sistemik oleh virus atau
oleh toksin termasuk alkohol.

2.2 Klasifikasi hepatitis


1. Hepatitis A
Virus Hepatitis A adalah bentuk hepatitis yang paling menular dan mempunyai
karakteristik sebagai penyakit yang dapat sembuh sendiri. Hepatitis ini ditularkan terutama
melalui rute-fekal oral, dan dapat juga ditularkan melalui pengolahan makanan yang kurang
bersih, makanan yang terkontaminasi, dan kerang kerangan dari air yang telah terkontaminasi
limbah.
2. Hepatitis B dan Hepatitis C
Virus Hepatitis B dan Hepatitis C ditularkan melalui darah atau produk darah dan
secret tubuh (eksudat luka, semen, liur, air susu ibu, urine).
3. Hepatitis D
Virus Hepatitis D hanya dapat menimbulkan infeksi dan manifestasi klinis jika
terdapat infeksi hepatitis B. virus tersebut hidup sebagai parasit pada hepatitis B.
4. Hepatitis E
Hepatitis E adalah epidemik atau hepatitis non-A, non-B yang ditularkan secara
enterik. Penularan terjadi melalui rute fekal-air yang terkontaminasi dan sering terjadi setelah
bencana alam di negara-negara berkembang.
8

5. Hepatitis G
Penyebab utama infeksi hepatitis G adalah melalui transfusi dan transplantasi organ
(Betz, C.L. 2009. Hal 221).

2.3 Etiologi dan Faktor Resiko


Menurut Suyono, (2007. Hal 427) Secara umum agen hepatitis virus dapat
diklafikasikan kedalam dua grup yaitu hepatitis dengan transmisi secara enterik dan transmisi
darah.
1) Transmisi secara enteric; Virus tanpa selubung. Tahan terhadap cairan empedu.
Ditemukan di tinja. Tidak dihubungkan dengan penyakit hati kronik. Tidak terjadi
viremia yang berkepanjangan atau kondisi karier intestinal.
2) Transmisi melalui darah; Terdiri atas virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis D (HDV)
dan virus hepatitis C (HCV). Virus dengan selubung (envelope). Rusak bila terpajan
cairan empedu / detergen. Tidak terdapat dalam tinja. Dihubungkan dengan penyakit hati
kronik. Dihubungkan dengan viremia yang persisten.

2.4 Patofisiologi
Baradero (2008. Hal 32) menyatakan hepatitis virus menyebabkan inflamasi yang
menyebar ke jaringan-jaringan hepar melalui infiltrasi. Inflamasi, degenerasi, dan regenerasi
dapat terjadi serentak. Inflamasi yang disertai pembengkakan dapat menekan cabang vena
porta. Transaminase serum akan meningkat dan masa protrombin memanjang. Hepatitis virus
dapat muncul karena faktor-faktor; keganasan virulensi virus, luasnya jaringan hepar yang
rusak, status kesehatan termasuk keadaan nutrisi pasien, perawatan dan pngobatan yang
diterimanya. Kebanyakan pasien dapat sembuh termasuk kembalinya fungsi yang normal dari
hepar, tetapi ada beberapa juga yang dapat mengancam nyawa pasien. Hal ini dapat terjadi
jika hepatitis menjadi, hepatitis fluminan yang secara tiba-tiba hepar mengalami degenerasi
dan atrofi berat yang mengakibatkan kegagalan hepar. Hepatitis virus subakut terjadi ketika
degenerasi pada hepar juga berat namun perlahan, nekrosis hepatik submasif atau masif.

Pada nekrosis hepatik submasif, hanya sebagian dari lobulnya mengalami nekrosis,
sedangkan pada yang masif seluruh lobulnya mengalami nekrosis. Keduanya dapat
mengakibatkan sirosis atau hepatitis kronis. Tanda-tanda dari semua jenis hepatitis virus
sama, kecuali untuk hepatitis A yang tanda awalnya bersifat tiba-tiba.
Tanda-tanda hepatitis virus dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu:
(1) Tahap pra-ikterik (tahap prodmoral) yang berlangsung selama satu minggu. Anoreksia
(merupakan tanda utama), suhu tubuh meningkat disertai menggigil, mual dan muntah,
9

kesulitan mencerna makanan (dispepsia), nyeri sendi (artralgia), nyeri tekan pada hepar,
cepat lelah, (perasaan ketidaknyamanan), dan hilang minat, berat badan menurun.
(2) Tahap ikterik dimulai dangan timbulnya ikterik yang berlangsung selama 46 minggu.
Pada tahap ini, tanda tahap pre-ikterik akan berkurang. Kecuali anoreksia, mual, muntah,
dyspepsia,malaise makin bertambah, nyeri tekan pada hepar juga bertambah. Ikterik
timbul karena gangguan metabolisme bilirubin. Urine pasien berwarna kuning tua,
transaminase serum (ALT dan AST) dan alkalin fosfatase meningkat, serta masa
protrobin memanjang.
(3) Tahap pasca-ikterik atau tahap penyembuhan. Tahap ini di mulai ketika ikterik telah
hilang.

2.5 Manifestasi Klinis


Setelah masa inkubasi berakhir, akan terjadi gejala prodromal yang dapat berupa
anoreksia, mual, muntah, mialgia, altralgia, atau coryza berkisar selama 1-2 minggu. Fase ini
disusul dengan fase ikterik yang ditandai dengan timbulnya ikterus dan berkurangnya
keluhan keluhan prodromal. Pada saat itu, hepar teraba dan nyeri tekan. Dapat timbul
limfadenopati dan splenomegali. Kadang-kadang terdapat tanda-tanda kolestasis yang disertai
ikterus berkepanjangan serta gatal-gatal. Setelah fase ikterik yang berlangsung selama
beberapa minggu, penderita masuk kedalam fase penyembuhan. Selama masa penyembuhan
gejala-gejala konstitusional menghilang tetapi hepatomegali masih tetap ada dan kelainan-
kelainan biokimia masih tampak. Penyembuhan sempurna terjadi berkisar 1-2 bulan tetapi
dapat mencapai 4 bulan (Soewignjo, 2008. Hal 37).

2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan hepatitis menurut Davey (2006. Hal
224) yaitu;
a. Pencegahan, orang beresiko (misalnya pekerja kesehatan) harus di imunisasi. karies virus
yang diketahui harus memahami resikonya baik orang lain bila terpapar cairan tubuh dan
harus menggunakan kontrasepsi penghalang.
b. Umum, infeksi HBV akut jarang membutuhkan perawatan di rumah sakit. folow-up perlu
dilakukan untuk menentukan apakah virus telah berhasil diberantas.
c. Terapi antivirus, tidak ada antivirus yang bisa membantu selama nfeksi akut, walaupun
lamivudin bisa membantu pada gagal hati kronis. orang imunokopeten dengan infeksi > 6
bulan dan kadar transaminase tinggi merupakan indikasi pemberian interferon.
10

d. Scrining HHC. pemantauan reguler dengan ultrasonografi hati dan pengukuran a-


fetoprotein.
e. Transplantasi hati, indikasi pada sirosis dekompensata dan hepatoma unifokal kecil.
rekurensi infeksi virus pasca-transplantasi dikurangi degan terapi antivirus (lamivudin)

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang pada klien dengan hepatitis menurut Davey (2006. Hal 224)
yaitu; berupa Test darah hati, biasanya menunjukkan kelainan hepatoselular akut (kenaikan
predominan dari SGOT, dengan kenaikan billirubin dan fosfatase alkali yang lebih tidak
jelas). Serologi IgM dengan titer tinggi merupakan hasil yang diagnostic untuk infeksi akut.

2.8 Konsep Asuhan Keperawatan Hepatitis


Menurut Doengoes (2000. Hal 535-543) konsep dasar asuhan keperawatan pada klien
dengan hepatitis B yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan dan intervensi
keperawatan adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian Hepatitis

1. Anamnesa
a) Biodata
Pada biodata diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan,
Pendidikan, dan status perkawinan.
b) Keluhan utama
Penderita dating untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan, malaise,
demam ( lebih sering pada HVA ), rasa pegal linu dan sakit kepala pada HVB, serta
hilangnya daya rasa local untuk perokok.
2. Riwayat penyakit/kesehatan
a) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan yang mencakup tentang nyeri abdomen pada kuadran kanan atas,
demam, malaise,mual, muntah (anoreksia), feses berwarna tanah liat, dan urine pekat.
b) Riwayat penyakit lalu
Kaji apakah pasien pernah mengalami bradikardi atau pernah menderita masa medis
lainnya yang menyebabkan hepatitis ( yang meliputi penyakit gagal hati dan penyakit
autoimun). Dan, kaji pula apakah pasien pernah mengidap infeksi virus dan buat catatan
obat-obatan yang pernah digunakan.
11

c) Riwayat kesehatan keluarga


Kaji riwayat keluarga yang mengkonsumsi alcohol, mengidap hepatitis, dan penyakit
biliaris.

a. Aktivitas : Kelemahan, Kelelahan, Malaise umum.


b. Sirkulasi
Tanda : Bradikardi (hiperbilirubin berat), Ikterik pada sclera, kulit, membran mukosa
c. Eliminasi
Gejala : Urine gelap, Diare/konstipasi, feses warna tanah liat. Adanya/berulangnya
hemodialisa.
d. Makanan dan Cairan
Gejala : Anoreksia, Berat badan menurun, Mual dan muntah, Peningkatan oedema,
Tanda : Asites/Acites
e. Neurosensori
Peka terhadap rangsang, Cenderung tidur, Letargi, Asteriksis.
f. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Kram abdomen, Nyeri tekan pada kuadran kanan, Mialgia, Atralgia, Sakit kepala,
Gatal (pruritus).
Tanda : Otot tegang, gelisah.
g. Pernapasan
Tidak minat/enggan merokok (perokok).
h. Keamanan,
Gejala : Adanya transfuse darah.
Tanda : Demam, Urtikaria, Lesi makulopopuler, Eritemia, Splenomegali, Pembesaran
nodus servikal posterior
i. Seksualitas : Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan.
j. Penyuluhan dan Pembelajaran
Gejala : riwayat diketahui/mungkin terpajan pada virus, bakteri atau toksin (makanan
terkontaminasi, air, jarum, alat bedah atau darah); pembawa (simptamatik atau
asimptomatik); adanya prosedur bedah dengan anestasi haloten; terpajan pada kimia
toksin, obat resep.
Pertimbangan rencana pemulangan : mungkin memerlukan bantuan dalam tugas
pemeliharaan dan pengaturan rumah.
12

k. Pemeriksaan Diagnostik
 Tes fungsi hati : Abnormal (4–10 kali dari normal). Catatan : merupakan batasan nilai
untuk membedakan hepatitis virus dari non-virus.
 AST ( SGOT) dan ALT (SGPT ) : Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu
sebelum ikteri kemudian tampak menurun.
 Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM
(gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
 Leucopenia : Trombositopenia mungkin ada (splenomegali).
 Deferensial darah lengkap : luckositosis, monositosis, limfosit atipikal. Dan sel
plasma.
 Alkali fosfatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat).
 Fases : warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).
 Albumin serum : menurun.
 Gula darah : hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fungsi hati).
 Anti – HAVI,gM : positif pada tipe A.
 HbsAG : Dapat positif (tipe B) atau negative (tipe A). Catatan : merupakan diagnostik
sebelum terjadi gejala klinis.
 Masa protrombin : mungkin memanjang (disfungsi hati).
 Bilirubin serum : diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk
mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler).
 Tes ekskresi BSP : Kadar darah meningkat.
 Biopsi hati : Menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis.
 Skan hati : Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.
 Urinalisa : Peninggian kadar bilirubin ; protein/hematuria dapat terjadi.

Pemeriksaan Head To Toe


A. Kepala dan Rambut
 Inspeksi : untuk mengetahui warna, tekstur dan distribusi rambut, apakah bentuk kepala
simetris atau tidak, apakah ada ketombean, kutu atau tidak, apakah rambut mudah rontok
atau tidak.
 Palpasi : untuk mengetahui ada atau tidak pembengkakkan pada kepala, ada atau tidak
ada nyeri tekan.
13

B. Wajah
 Inspeksi : untuk mengetahui bentuk wajah klien simetris atau tidak, gerakan otot wajah
dan ekspresi wajah klien pada saat melakukan pengkajian.
 Palpasi : untuk mengetahui ada atau tidak odema pada wajah.

C. Mata
 Inspeksi : untuk mengetahui apakah ada sianosis atau tidak, terdapat konjungtivitis atau
tidak, kelopak mata bersih atau tidak.

D. Hidung
 Inspeksi : untuk mengetahui bentuk hidung apakah simetris atau tidak, apakah terdapat
sekret atau polipnasi atau tidak dan untuk mengetahui sejauh mana ketajaman penciuman
klien.

E. Telinga
 Inspeksi : untuk mengetahui bentk telinga simetris atau tidak, apakah terdapat serumen
atau tidak, apakah pendengaran kedua telinga baik atau tidak.

F. Mulut
 Inspeksi : untuk mengetahui apakah ada kelainan pada mulut dan gigi klien, bibir kering
atau lembab, ada tidaknya caries gigi.

G. Leher
 Inspeksi : untuk mengetahui bentuk leher, apakah ada atau tidak pembesaran kelenjar
tiroid maupun vena jugularis.
 Palpasi : untuk mengetahui ada atau tidak pembesaran kelenjar-kelenjar tiroid maupun
vena jugularis.

H. Dada
 Inspeksi : untuk mengetahui bentuk dada simetris atau tidak, apakah menggunakan otot
bantu pernapasan atau tidak.
14

 Palpasi : untuk mengetahui apakah ada atau tidak pembengkakkan didaerah dada,
kelengapan tulang iga, apakah ada atau tidak nyeri tekan pada dinding dada, apakah ada
tarikan dinding dada.
 Auskultasi : untuk mengetahui suara jantung dan nafas klien (suara nafas tambahan)
apakah ada kelainan atau tidak.
 Perkusi : untuk mengetahui bunyi ketuk pada daerah dada klien, apakah ada bunyi atau
tidak.

I. Abdomen
 Inspeksi : untuk meihat apakah ada striae atau tidak, apakah turgor kulit klien baik atau
tidak.
 Auskultasi : untuk mendengar apakah ada bising usus atau tidak, apakah ada kelainan
pada daerah abdomen, apakah ada nyeri tekan.
 Perkusi : untuk mengetahui apakah ada bunyi timpani pada abdomen.
 Palpasi : untuk mengetahui apakah terdapat nyeri tekan pada abdomen atau kelainan
lainnya pada saat dilakukan palpasi.

J. Ekstremitas bawah dan atas


 Inspeksi : untuk melihat apakah ada odema atau tidak, kekuatan otot capilary refill time
dan apakah terdapat infuse atau tidak.
 Perkusi : untuk mengetahui bagaimana refleks patella.

K. Integumen
 Inspeksi : untuk mengetaui apakah kulit bersih atau tidak, apakah ada luka ataupun
penyakit kulit lainnya.
 Palpasi : untuk mengetahui turgor kulit klien baik atau tidak

2. Diagnosa keperawatan Hepatitis

l. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan


kekuatan/ketahanan, mengalami keterbatasan aktivitas, depresi ditandai dengan laporan
kelemahan, penurunan kekuatan otot, menolak untuk bergerak.
15

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


Kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik, anoreksia, mual/ muntah,
gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan: penurunan peristaltic usus,
empedu tertahan. Ditandai dengan enggan makan/kurang minat terhadap makanan,
gangguan sensasi pengecap, nyeri abdomen/kram, penurunan berat badan, tonus otot
buruk
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan yang berlebihan
melalui muntah dan diare, perpindahan area ketiga, ganggauan proses pembekuan.
4. Situasional harga diri rendah berhubungan dengan gejala jengkel/marah,
terkurung/isolasi, sakit lama/periode penyembuhan ditandai dengan peryntaan perubahan
pola hidup, perasaan negatif terhadap tubuh.
5. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat,
malnutrisi, kurang pengetauan untuk menghindari pemajanan pada pathogen.
6. Resiko tinggi terhadap kerusakan jaringan integritas kulit berhubungan dengan zat kimia :
akumulasi garam empedu dalam jaringan.
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurang terpajan/mengingat; salah interprestasi informasi, tak mengenal sumber
informasi.

3. Intervensi Keperawatan Hepatitis

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan


kekuatan/ketahanan; nyeri, mengalami keterbatasan aktivitas; depresi ditandai dengan
laporan kelemahan, penurunan kekuatan otot, menolak untuk bergerak.
 Tujuan : Klien menunjukkan perbaikan terhadap aktifitas
 Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman situasi/faktor resiko dan program pengobatan
individu.

Intervesi :
1) Tingkatkan tirah baring, ciptakan lingkunga yang tenang.
Rasional : Meningkatkan ketenangan istirahat dan menyediakan energi yang digunakan untuk
penyembuhan.
2). Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik.
Rasional : meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu
untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.
16

3) Tingkatkan aktivitas sesuai denga toleransi.


Rasional : tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan.
4) Dorong teknik manajemen stres, contoh relaksasi progresif, visualisasi, bimbingan
imajinasi, berikan aktivitas hiburan yang tepat.
Rasional : meningkatkan relaksasi dan peningatan energi.
5) Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati.
Rasional : menunjukkan kurangnya resolusi penyakit, memerlukan istirahat lanjut.
6) Berikan antidote atau bantu dalam prosedur sesuai indikasi, tergantung pada pemanjanan.
Rasional : membuang agen penyebab pada hepatitis toksit dapat membatasi derajat kerusakan
jaringan.
7) Berikan obat sesuai indikasi: sedatif, agen anti ansietas.
Rasional : membantu dalam manajemen kebutuhan tidur.
8) Awasi kadar enzim hati.
Rasional : membantu menentukan kadar aktivitas tepat sebagai peningkatan prematur pada
potensial resiko berulang.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan
untuk memenuhi kebutuhan metabolik, anoreksia, mual/muntah, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan: penurunan peristaltik usus, empedu tertahan. Ditandai
dengan tidak mau makan/kurang minat terhadap makanan, gangguan sensasi pengecap,
nyeri abdomen/kram, penurunan berat badan, tonus otot buruk.
 Tujuan : Klien menunjukkan status nutrisi yang adekuat.
 Kriteria hasil : Menunjukkan prilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan berat
badan yang sesuai.
Intervensi
1) Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan
tawarkan makan pagi paling besar.
Rasional : makan banyak sulit untuk mengatur kalau pasien anoreksia. Anoreksia juga paling
buruk selama siang hari.
2) Berikan perawatan mulut sebelum makan.
Rasional : menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu makan.
3) Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
Rasional : menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.
4) Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan pemen berat sepanjang hari.
17

Rasional : bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna.
5) Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai dengan
kebutuhan pasien, dengan memasukkan lemak dan protein sesuai toleransi.
Rasional : berguna dalam membuat program diet untuk memenuhi kebutuhna individu.
6) Berikan obat sesuai toleransi, contoh antasida (Mylanta).
Rasional :Kerja pada asam gaster, dapat menurunkan iritasi/resiko perdarahan.
7) Berikan vitamin contoh B komplek.
Rasional : Memperbaiki kekurangan dan membantu proses penyembuhan.
8) Berikan terapi steroid contoh prednison.
Rasional : steroid di indikasikan karena meningkatkan resiko berulang/terjadinya hepatitis
kronis pada pasien dengan hepatitis kronis.
9) Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila diperlukan.
Rasional : mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda kekurangan/gejala
memanjang.

3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan yang berlebihan


melalui muntah dan diare, perpindahan area ketiga, ganggauan proses pembekuan.
 Tujuan : Klien akan menunjukkan status cairan adekuat.
 Kriteria hasil : Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,
turgor kulit baik, pengisisan perifer, nadi perifer kuat, dan haluaran urin individu
sesuai.
Intervensi
1) Awasi masukan dan haluaran, bandingkan dengan berat badan harian, catat kehilangan
melalui usus, contoh muntah dan diare.
Rasional : diare dapat berhubungan dengan respon terhadap infeksi dan mungkin terjadi
sebagai masalah yang lebih serius dari obstruksi aliran darah portal.
2) Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membrane mukosa.
Rasional : indicator volume sirkulasi/perfusi.
3) Periksa asites atau pembentukan odema.
Rasional : menurunkan kemungkinan perdarahan kedalam jaringan.
4) Observasi tanda perdarahan.
Rasional : kadar protrombin meurun dan waktu koagulasi memanjang bila apsorbsi vitamin K
terganggu pada traktus GI dan sintesis protombin menurun.
5) Awasi nilai laboratorium, HB, HT, Na albumin, dan waktu pembekuan.
18

Rasional : menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium/kadar protein yang


dapat menimbulkan odema.
6) Berikan cairan IV biasanya (glukosa), elektrolit.
Rasional : memberikan cairan dan penggantian cairan elektrolit.

4. Situasional harga diri rendah berhubungan dengan gejala jengkel/marah,


terkurung/isolasi, sakit lama/periode penyembuhan ditandai dengan pernyataan perubahan
pola hidup, perasaan negatif terhadap tubuh.
 Tujuan : Mempertahankan harga diri klien pada tingkat stabil.
 Kriteria hasil : Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi
diri negatif, menyatakan penerimaan diri, dan lamanya penyembuhan, mengakui diri
sebagai orang berguna, bertanggung jawab atas diri sendiri.
Intervensi :
1) kontrak dengan pasien mengenai waktu untuk mendengarkan tentang diskusi
perasaan/masalah.
Rasional : penyediaan waktu meningkatkan hubungan saling percaya. Kesempatan untuk
mengekspresikan perasaan memungkinkan pasien untuk merasa lebih mengontrol situasi.
2) Hindari membuat penilaian moral tentang pola hidup (penggunaan alkohol/praktik
seksual).
Rasional : pasien merasa marah/ kesal dan menyalahkan diri; penilaian dari orang lain akan
merusak harga diri lebih lanjut.
3) Anjurkan aktivitas senggang berdasarkan tingkat energi.
Rasional : mampukan pasien untuk menggunakan waktu dan energi pada cara yang
meningkatkan harga diri dan meminimalkan cemas dan depresi.
4) Anjurkan pasien menggunakan warna merah terang atau merah hitam dari pada kuning
atau hijau.
Rasional : meningkatkan penampilan, karena kulit kuning diperjelas oleh warna kuning/hijau.

5. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat,
malnutrisi, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pada patogen.
 Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
 Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman penyebab individu/faktor resiko.
19

Intervensi
1) Lakukan teknik isolasi untuk infeksi enterik dan pernapasan seusai kebijakan rumah sakit;
termasuk cuci tangan efektif.
Rasional : mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain.
2) Awasi/batasi pengunjung sesuai indikasi.
Rasional : pasien terpajan terhadap proses infeksi (khususnya respiratorius) potensial resiko
komplikasi sekunder.
3) Jelaskan prosedur isolasi pada pasien/orang terdekat.
Rasional : pemahaman alasan untuk perlindungan diri mereka sendiri dan orang lain dapat
mengurangi perasaan isolasi dan stigma.
4) Berikan informasi tentang adanya gama globulin, ISG, HBIG, vaksin hepatitis B
(recombivax HB, engerik-B) melalui departemen dan dokter keluarga. Efektif dalam
mencegah virus hepatitis pada orang yang terpajan, tergantung tipe hepatitis dan periode
inkubasi.
5) Berikan obat sesuai indikasi : anti virus.
Rasional : berguna pada pengobatan hepatitis aktif kronis.
6) Berikan obat sesuai indikasi : interferon alfa 2 B.
Rasional : efektif pada pengobatan penyakit hati sehubungan dengan HCV.
7) Anti biotik tepat untuk agen pencegah (contoh, gram negatif, bakteri anaerob) atau proses
sekunder.
Rasional : pengobatan hepatitis bakterial, atau untuk mencegah/membatasi infeksi sekunder.

6. Resiko tinggi terhadap kerusakan jaringan integritas kulit berhubungan dengan zat kimia :
akumulasi garam empedu dalam jaringan.
 Tujuan : Kerusakan jaringan integritas kulit tidak terjadi.
 Kriteria hasil : Menunjukkan jaringan kulit/kulit utuh, bebas ekskoriasi, melaporkan
tak adanya/penurunan pruritus/lecet.
Intervensi
1) Gunakan air mandi dingin dan soda kue atau mandi kanji, hindari sabun alkali dan berikan
minyak kelamin sesuai indikasi.
Rasional : mencegah kulit kering berlebihan dan menberikan penghilangan gatal.
2) Anjurkan menggunakan kuku – kuku jari untuk menggaruk bila tidak terkontrol.
Pertahankan kuku jari terpotong pendek pada pasien koma atau selama jam tidur.
Rasional : menurunkan potensial cedera kulit.
20

3) Berikan masase pada waktu tidur.


Rasional : bermanfaat dalam meningkatkan tidur dengan menurunkan iritasi kulit.
4) Hindari komentar tentang penampilan pasien.
Rasional : meminimalkan stress psikologis sehubungan dengan perubahan kulit.
5) Antihistamin contohnya metdilazin (tacaryl) di fenhidrasi (Benadryl).
Rasional : menghilangkan gatal catatan gunakan terus menerus pada penyakit hepatik berat.
6) Antilipemik contohnya kolestramin (questran).
Rasional : mungkin digunakan untuk asam empedu pada usus dan mencegah absorsinya.

7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan


dengan kurang terpajan/mengingat; salah interprestasi informasi, tak mengenal sumber
informasi.
 Tujuan : Kebutuhan belajar klien terpenuhi.
 kriteria hasil : Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan pengobatan.
Intervensi
1) Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan/prognosis kemungkinan pilihan
pengobatan.
Rasional : mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan/salah informasi dan menberikan
kesempatan untuk informasi tambahan sesuai keperluan.
2) Berikan informasi khusus tentang pencegahan/penularan penyakit. Contoh kontak yang
memerlukan gama globulin masalah pribadi tak perlu dibagi, tekankan cuci tangan dan
sanitasi pakaian , cuci piring, dan fasilitasi kamar mandi bila enzim hati masih tinggi. Hindari
kontak intim seperti ciuman, kontak seksual dan terpajan pada infeksi khususnya infeksi
saluran pernafasan (ISK).
Rasional : kebutuhan/rekomendasi akan bervariasi karna tipe hepatitis (agen penyebab) dan
situasi individu.
3) Rencanakan memulai aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat adekuat.
Diskusikan pembatasan mengangkat berat dan latihan keras / olahraga.
Rasional : ini tak perlu untuk menunggu sampai bilirubin serum kembali normal untuk
memulai aktivitas (memerlukan waktu 2 bulan). Tetapi aktivitas keras perlu dibatasi sampai
hati kembali ke ukuran normal.
4) Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas pengalih.
Rasional : aktivitas yang dapat dinikmati akan menbantu pasien menghindari pemusutan pada
penyembuhan panjang.
21

5) Dorong kesinambungan diet seimbang.


Rasional:meningkatkan kesehatan umum dan meningkatkan proses penyembuhan/regenerasi
jaringan.
6) Identifikasi cara untuk menpertahankan fungsi usus biasanya. Contohnya masukan cairan
adekuat/diet serat, aktivitas/latihan sedang sesuai toleransi.
Rasional : penurunan tingkat aktivitas, perubahan pada pemasukan makanan/cairan dan
motilitas usus dapat mengakibat konstipasi.
7) Diskusikan efek samping dan bahaya minun obat yang dijual bebas/diresapkan contohnya
asetaminofen. Aspirin sulfonamid, beberapa anestetik dan perlunya melaporkan ke pemberi
perawatan tentang diagnosa.
Rasional : beberapa obat merupakan toksik untuk hati : banyaknya obat lain dimetabolisme
oleh hati dan harus dihindari pada penyakit hati berat karna menyebabkan efek kumulatif
toksik/hepatitis kronis.
8) Diskusikan pembatasan donatur darah.
Rasional : mencegah penyebaran penyakit infeksi, kebanyakkan undang – undang Negara
bagian menerima donor yang menpunyai riwayat berbagai tipe hepatitis.
9) Tekankan pentingnya mengevaluasi pemeriksaan fisik dan evaluasi laboratorium.
Rasional : proses penyakit dapat memakan waktu berbulan – bulan untuk membaik, bila
gejala ada lebih lama dari 6 bulan biopsi hati diperlukan untuk memastikan adanya hepatitis
kronis.
10) Kaji ulang perlunya menghindari alkohol selama 6 – 12 bulan minimum atau lebih lama
sesuai toleransi individu.
Rasional : meningkatkan iritasi hepatik dan menpengaruhi pemulihan.
22

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN GANGGUAN SISTEM


PENCERNAAN AKIBAT HEPATITIS B DIRUANG X RSUD GUNUNG JATI
CIREBON

TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Nama : Tn.A
Umur : 67 tahun
Pendidikan : sd
Agama : islam
Pekerjaan :wiraswasta
Alamat :ds.sindang wangi
Tanggal pengkajian :25-juli-2011
Dx medic :hepatitis B

2. Riwayat kesehatan masa lalu.


a. Kesehatan masa lalu
Klien pernah mengalami penyakit tipoid -/+ 2 tahun yang lalu, dan sekarang sudah
sembuh. Klien pernah di operasi dengan keluhan batu ginjal -/+ 8 tahun yang lalu di
rawat di RSUD Majalengka selama 4 (empat) hari.
b. Riwayat masuk RS
Klien datang melalui UGD pada jam 09.30 WIB tanggal 23-07-2011 dengan keluhan
nyeri tekan kuadran kanan atas abdomen dengan skala 3,klien mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk, di sertai mual sehingga tidak nafsu makan, lemas, nyeri
bertambah bila posisi duduk dan berkurang bila klien berbaring tidur. Klien merasa
nyeri sejak 3 hari yang lalu
c. Keluhan utama
Klien merasa nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen, dengan skala 3.
23

3. Riwayat kesehatan keluarga


Klien dan keluarga menyatakan tidak ada yang mempunyai penyakit menular
(hepatitis) dan tidk ada yang mempunyai penyakit turunan.

4. Data biologis
NO Aspek yang dinilai Di rumah Di rumah sakit
1 Pola makan dan minum 3x sehari 3x sehari
~ Makan Nasi, sayur, lauk, buah Nasi, sayur, lauk, buah-
~ Jenis – buahan buahan
Pedas, asam, manis Pedas, asam, manis
~Pantangan Baik Menghabiskan ¼ porsi
~Nafsu makan 4 - 6 gelas
5 – 6 gelas Air putih, susu bubuk
~Minum Air putih Susu kental
~Jenis Susu kental Mual, tidak nafsu makan
~ Pantangan Tidak ada keluhan
~ keluhan
2 Eliminasi 1x sehari 1x sehari
- Kebiasaan BAB Lembek Lembek
- Konsistensi Kuning Kuning kadang seperti teh
- Warna Khas feaces Khas feaces
- Bau 4 – 6 x sehari 4 – 6 x sehari
- Kebiasaan BAK Kuning Kuning kadang spt teh
- Warna Khas amoniak Khas amoniak
- Bau
3 Pola aktifitas sehari – Dapat melakukan Klien hanya terbaring di
hari aktifitas sebagai petani tempat tidur aktifitas
dibantu keluarga
4 Pola istirahat tidur Kadang – kadang +/_ ( 13.00 – 14.30 WIB )
~ Tidur siang +/_ ( 7 – 8 jam/ 21.00 – +/_( 7 – 8 jam/ 21.00 –
~ Tidur malam 04.00 WIB ). 04.00 WIB )
~ Gangguan Tidak ada Kadang nyeri ulu hati,
kembung.
24

5 Pola kebersihan 2x sehari 2x sehari


~ Mandi 2x sehari 1x sehari
~ Sikat gigi 2x sehari Tidak pernah
~ Keramas 1x seminggu Tidak pernah
~ Gunting kuku

5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : lemas
Kesadaran : composmentis
TD : 120/80 mmHg
N :92x/menit
RR :20/mt
T :36,7ºC
BB :44kg
TB :53cm

b. Kepala
Bentuk : simetris tidak da benjolan.tidak ada nyeri tekan.
Rambut : hitam keputih putihan, agak kusut, kulit bersih, tidak tampak
adanya lesi (luka) dan benjolan.
Leher : simetris tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran vena
jugolaris, reflek menelan baik.

c. Mata : mata kanan dan kiri tampak simetris,


Penglihatan : normal, tidak ada diplopia, tidak ada ptosis, pupil isokhor,
sclera ikterik, konjungtiva an anemis, klien bisa membaca
papan nama perawat pada jarak +/- 30 cm

d. Telinga : pendengaran baik, simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen.

e. Mulut dan faring


Bentuk mulut : simetris, mukosa bibir kering.
25

Stomatitis : tidak ada


Gigi : gigi taring sudah tidak ada
Lidah : kotor agak kekuning-kuningan
palatum : lunak tidak ada pembesaran
Tonsil : tidak ada pembesaran
Getah bening : tidak ada pembesaran
Tiroid : tidak ada pembesaran

f. Dada
Thorax : bentuk simetris, pergerakan simetris, tidak ada nyeri.
Pernafasan : frekuensi nafas 20x/mnt, bunyi vasikuler
Jantung : bunyi normal (refular), frekuensi 92x/mnt

g. Abdomen
Bentuk : pembesaran kuadran kanan atas
Nyeri tekan pada kuadran kanan atas (skala 3) 0,1,2,3,4,5
Bising usus : 9x/mnt
Turgor kulit : keriput
Pembesaran hepar teraba 3 jari (hepatomegali)
Limfa tidak teraba
Klien kelihatan meringis kesakitan bila bagian hepar di tekan

h. Genetalia dan Rektum


Klien mengatakan tidak ada kelainan pada daerah genetalia dan rectum

i. Ekstermitas
Atas: Kekuatan otot kurang di tandai dengan klien lemah dalam aktifitas.
Bawah: Kekuatan otot kurang,di tandai dengan klien lemah dalam melakukan aktifitas

6. Data psikologis
a. Status emosi : Stabil terbukti klien waktu dikaji bersikap sabar dan tenang
b. Konsep diri
-Peran :Di keluarga klien berperan sebagai ayah dan sebagai kepala
keluarga
26

- Identitas diri : Klien menyadari dirinya laki- laki dan bernama A


- Gambaran diri : Klien menyukai semua tubuhnya
- Harga diri : Klien menyatakan dirinya senang bergaul.
c. Gaya komunikasi : Verbal klien dapat bicara dengan lancer. Non verbal, terbukti
dengan klien sering meringis bisa ditekan bagian oedema.
d. Pola interaksi : Di rumah klien berinteraksi dengan keluarga dan tetangga
sekitar rumahnya, selama di rumah sakit klien berinteraksi dgn
baik.
e. Pola untuk mengatasi masalah: Dalam mengatasi masalah klien dibantu oleh
keluarganya.
7. Data sosial
A. Pendidikan : SD
B. Hubungan social : Baik, terbukti dengan adanya pihak keluarga yang
menjenguk dan menjaganya dengan saabar dan cukup banyak orang yang
menjenguknya
C. Gaya hidup : Sederhana, klien dalam kesehariannya bisa makan –
makanan yang sederhana, tidak terbiasa dengan makanan panas, apalagi
merokok dan alcohol.

8. Data spiritual
Keyakinan Agama : beragama islam
Kebiasaan beribadah : Dirumah klien selalu melakukan shlat lima waktu dan
dirumah sakit klien tidak ketinggalan mengerjakan sholat lima waktu dan selalu berdoa
9. Data penunjang
Hasil laboratorium tanggal 24 – 07 – 20011
a. Kimia darah
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Gukosa normal 115 mg% 70 – 120 mg %
Glukosa 2 jam PP 120 mg %
Kneatinin 0, 84 mg 0,5 – 1,1 mg %
Ureum 38, 3 10 – 50 mg %
SGOT 120 u/I < 22 u/I
SGPT 40 u/I < 21 u/I
27

HBSAg (+) (-)


Billirubin Serum 2,9 mg / ml 2,5 mg / ml

b. Hematologi
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
WBC 9,6 103 / nm3 < 4,0 – 10,0 >
HGB 12,7 9 / dl < 12,0 – 16, 0 >
PLT 182 103 / mm < 150 – 450 >

c.Pengobatan
No Nama obat Pemberian Dosis Indikasi

1. Acran Intra Vena 2x1 1. Pencegahan dan


pengobatan tukak lambung
2. Amoxan 500 mg Intra Vena 2x1 2. Infeksi saluran
pencernaan, saluran
pernafasan, perkemihan.
3. Clast Oral 3x1 3. Peptik, gastro
duodenitis, mual dan
4. Becombion Oral 2x1 muntah
4. Enterkolitis, sariawan,
kerusakan perenkim hati,
5. Neurosanbe 500 Intra Vena 1 amp / kolf anoreksia.
5. Pencegahan dan
pengobatan kekurangan
vitamin D12, B1, B6.
6. D 5% Intra Vena 500 mg
Parental -
28

ANALISA DATA
No Data Penyebab Masalah
1. DS: -klien mengeluh nyeri bila Infasi virus Gangguan rasa
di tekan bagian kuadran kanan ↓ nyaman nyeri
atas abdomen Hepar
-klien mengatakan nyerinya ↓
seperti ditusuk-tusuk Hati mengadakan perlawanan

DO: klien meringis bila di Hipertopi
tekan bagian kuadran kanan ↓
atas abdomen. Pembuluh darah dan saraf-
-ada pembesaran pada saraf tertekan
kuSadran kanan atas ↓
-skala nyeri 3 Suplai oksigen menurun
TTV: ↓
T=120/80 mmhg Metabolisme anaerob
P=92x/mt ↓
R=20/mt Pengeluaran asam laktat
S=36,7ºC ↓
Nyeri
2. Fungsi hepar terganggu Nutrisi kurang
DS: -klien mengeluh kurang ↓ dari kebutuhan
nafsu makan Fungsi metabolic
-terasa mual bila makan -karbohidrat
DO: -klien menghabiskan ¼ -protein
porsi makan -lemak
-BB 44kg terganggu
-TB 153cm ↓
-Dx Hepatitis B Gangguan system pencernan
-SGOT 120u/L (mual, lemah/lesu)
-SGPT 40u/L
3 DS: klien mengeluh lemas Fungsi untuk merubah Intoleran aktivitas
tidak bisa melakukan aktivitas glukosa dan monosakarida
29

seperti biasanya. terganggu



DO:klien terlihat lemas Karbohidrat
-klien terlihat dibantu oleh ↓
keluarga dalam melakukan Energi
aktivitas ↓
Kelemahan

Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d hepatomegaly
2. Nutrisi kurang dari kebetuhan, b.d mual
3. Intoleransi aktivitas b.d penurunan energi

Nama : Tn. A
Ruang rawat : Ruang X

INTERVENSI

No Tgl/jam Dx Tujuan Intervensi Rasional Paraf


1 25-07- Gangguan rasa Setelah di 1. Observasi 1. untuk
11 nyaman nyeri b.d lakukan TTV stiap mengetahui
11.00 Hipertropi tindakan 6jam keadaan
hepar(Hepatomegal keperawatan 2. Kaji sifat umum pasien
i) di tandai dengan : selama 3x24 dan skala nyeri 2. untuk
DS: - klien jam,rasa nyeri 3. Latih klien mengtahui
mengeluh nyeri bila teratasi dgn melakukan keadaan nyeri
ditekan pada bagian kriteria: teknik yg di rasakan
kuadran kanan atas -klien merasa Relaksasi dgn 3. teknik
-klien mengatakan sdkit nyaman nafas dalam relaksasi dgn
nyerinya seperti -skala nyeri 4. atur posisi nafas dalam
ditusuk-tusuk berkurang klien dapat
DO: klien meringis menjadi 2 senyaman mengurang
bila di tekan bagian mungkin dan relaksasi nyeri
kuadran atas prtahankan 4. mengurangi
30

abdomen. tirah baring tegangan


-ada pembesaran ktika pasien otot,mnguran
pada kuadran kanan mengalami gi kbutuhan
atas abdomen. Gangguan rasa metabolic dan
-skala nyeri 3 nyaman pda melindungi
abdomen. hati.
5. alihkan
perhatian klien
terhadap nyeri 5. Dengan
dgn ngobrol, mengalihkan
baca Koran perhatian
6. kolaborasi klien tidak
dgn dokter utk berfokus pada
pemberian nyeri
analgetik 6. mengurangi
intabilitas
traktur
gastrointestita
l dan nyeri
serta
gangguan rasa
nyaman pada
abdomen

dx 25-07- Gangguan Setelah 1. kaji setatus 1. untuk


2 11 pemenuhan dilakukan nutrisi klien mengetahui
kebutuhan nutrisi tindakan 2. timbang keadaan klien
11.00 b.d mual ditandai keperawatan berat badan 2. untuk
dgn : selama 3x24 tiap hari memantau
Ds: jam nutrisi 3. awasi berat badan
Klien mengeluh terpenuhi dgn pemasukan 3. untk
kurang nafsu makan kriteria: jumlah kalori mengetahui
-klien tdk 4. berikan banyak
31

Do: mengeluh mual makanan sedikitnya


-klien -nafsu makan sedikit dalam makanan
menghabiskan ¼ meningkat frekuensi yamg masuk
porsi makan -klien sering 4. untuk
-BB 44kg menghabiskan 1 5. berikan menghindari
-Tb 153 cm porsi makanan keperawatan mual dan
mulut sebelum refluk
makan lambung
6. anjurkan 5.menghilang
makan pada kan rasa tak
posisi duduk enak, dan
tegak dapat
7. berikan meningkatkan
pemasukan yg nafsu makan
mengandung 6.menurunkan
kalori tinggi rasa penuh
dan pada abdomen
karbohidrat dan dapat
8. kolaborasi meningkatkan
dengan ahli pemasukan
diet dalam 7. untuk
memenuhi mmenuhi
kebutuhan kebutuhan
pasien tubuh
9. kolaborasi 8. berguna
dengan doktek membuat
dalam program diet
pemberian untuk
vitamin anti memenuhi
ametik kebutuhan
klien
9. mengurangi
mual dan
32

memenuhi
kebutuhan
serta
membantu
dalam proses
pemyembuha
n
3 25-07- Intoleransi aktifitas Setelah di 1. kaji aktifitas 1. Mengetahui
11 b.d penurunan lakukan klien kebutuhan
11.00 energi ditandai tindakan selama 2. bantu aktififitas
dengan: 3x24 aktifitas klien klien
ds : klien mengeluh jam,aktifitas 3. tingkatkan 2. untuk
lemas, tidak bisa terpenuhi tirah pemenuhan
melakukan akivitas dengan baring/duduk aktifitas klien
seperti biasa kriteria:-klien 4. ubah posisi 3.
do:- klien terlihat bisa melakukan klien tiap 2jam meningkatkan
lemas aktifitas sekali istirahat dan
-klien terlihat di walaupun ada 5. berikan ketenangan
bantu keluarga pengawasan latihan tentang untuk
dalam melakukan dari keluarga gerak sendi menyediakan
aktivitas dan perawat pasip energi dan
melancarkan
peredaran
darah.
4.
menghindari
resiko
kerusakan
jaringan
5. tirah baring
lama akan
menurunkan
kemampuan
33

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hepatitis adalah istilah umum yang berarti radang hati. “Hepa” berarti kaitan dengan hati,
sementara “itis” berarti radang (Seperti di atritis, dermatitis, dan
pankreatitis) jadi Hepatitis adalah peradangan atau inflamasi pada hepar yang umumnya
terjadi akibat infeksi virus, tetapi dapat pula disebabkan oleh zat-zat toksik. Hepatitis
berkaitan dengan sejumlah hepatitis virus dan paling sering adalah hepatitis virus A, hepatitis
virus B,serta hepatitis virus C.
Etiologi hepatitis yaitu disebabkan oleh beberapa virus diantaranya virus hepatitis A, virus
hepatitis B, dan virus hepatitis C. Hepatitis pula dapat disebabkan oleh racun, yaitu suatu
keadaan sebagai bentuk respons terhadap reaksi obat, infeksi stafilokokus, penyakit
sistematik dan juga bersifat idiopatik
Patofisiologi hepatitis yaitu adanya pembengkakan atau edema hepar yang disebabkan
oleh cedera dan nekrosis mengakibatkan gagal hati fulminan dan kematian. Perubahan ini
bersifat reversibel sempurna bila fase akut penyakit mereda.
Manifestasi klinis hepatitis yaitu ditandai dengan mual-mual, lemah, lesu, anoreksia.
Terjadi selama beberapa hari dan mulai berkurang pada beberapa minggu. Jika terjdi selama
4-7 hari maka sesaorang tersebut mengalami stadium parikterik. Setelah menegalami
satidumparikterik pasien akan mengalami stadium ikterikI yaitu, berkurangnya rasa mual,
muntah, dan lesu.
Diagnosis keperawatan merupakan pernyataan tentang masalah aktual dengan aktivitas
kehidupan sehari-hari seperti yang dialami oleh pasien. Seperti resiko kekurangan volume
cairan yang berhubungan dengan muntah, diare, dan pendarahan, kemudian Defisit
pengetahuan yang berhungan dengan perawatan di rumah.
Penatalaksanaan hepatitis dapat dilakukan dengan istirahat, diet, dan medikalmentosa.
Obat yang dinilai bermanfaat untuk pengobatanhepatitis kronik adalah interferon (IFN). Obat
tersebut adalah suatu protein selular stabil dalam asam yang diproduksi oleh sel tubuh kita.
Tidak terdapat terapi spesifik untuk hepatitis virus akut. Tirah baring selama fase akut
penting dilakukan dan diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat umumnya merupakan
makanan yang paling dapat dimakan oleh penderita. Pemberian makanan secara intravena
mungkin perlu diberikan selama fase akut bila pasien terus-menerus muntah. Aktivitas fisik
biasanya perlu dibatasi sehingga gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.
34

Pengobatan alternatif untuk penyakit hepatitis sangatlah mahal, maka untuk pengobatan lebih
baik menggunakan obat tradisional. Namun pencegahan hepatitis dapat dilakukan dengan
imunisasi, yang dikarenakan adanya keterbatasan pengobatan untuk penyakit hepatitis virus.

3.2 Saran
Adapun yang menjadi saran penulis kepada teman-teman mahasiswa agar kiranya dapat
memahami substansi dalam penulisan makalah ini serta mengimplementasikan dalam
kehidupan seharí-hari, karena mengingat betapa pentingnya mempelajari penyakit hepatitis
35

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Jakarta: EGC.
Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, Jakarta: EGC.
Hadim Sujono, 1999, Gastroenterologi, Alumni Bandung.
Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan
Penyakit, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Muhammad Ardiansyah, 2012. Buku Medikal Bedah untuk Mahasiswa, DIVA Press,
Jogjakarta
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.
Reeves, Charlene, et al, Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono, Edisi I,
jakarta,
Smeltzer, suzanna C, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart.
Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC,.
Susan, Martyn Tucker et al, 1998. Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC,.

Anda mungkin juga menyukai