Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PENANGANAN OVERBURDEN UNTUK MENCEGAH

TERJADINYA AIR ASAM TAMBANG UNIT BANKO BARAT PT. BUKIT


ASAM (PERSERO), Tbk. TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN

PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa Pada Jurusan Teknik


Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Oleh

M. HAFANDY
03111002118

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
2015

IDENTITAS DAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN


TUGAS AKHIR MAHASISWA

1. Judul :

ANALISA PENANGANAN OVERBURDEN UNTUK MENCEGAH


TERJADINYA AIR ASAM TAMBANG UNIT BANKO BARAT PT. BUKIT
ASAM (PERSERO), Tbk. TANJUNG ENIM, SUMATERA SELATAN.

2. Pengusul :
a. Nama : M.Hafandy
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. NIM : 03111002118
d. Semester : VIII (Delapan)
e. Fakultas/ Jurusan : Teknik/ Teknik Pertambangan
f. Alamat e-Mail : hafandymuhammad@yahoo.co.id
g. Contact Person : 08999032893

3. Lokasi Penelitian : PT. BUKIT ASAM (PERSERO),Tbk.

Indralaya, April 2015


Pembimbing Proposal Pengusul

Bochori, ST., MT. M. Hafandy


NIP. 197410252002121003 NIM. 03111002118

Menyetujui :
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan

Hj.RR. Harminuke Eko Handayani, ST., MT


NIP. 196902091997032001
A. JUDUL
Analisis penanganan Overburden untuk mencegah terjadinya air asam
tambang unit Banko Barat PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Tanjung Enim,
Sumatera Selatan.

B. BIDANG ILMU

Teknik Pertambangan

C. LATAR BELAKANG
PT Bukit Asam (Persero), Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang pertambangan yaitu khususnya tambang batubara. Umumnya batubara
yang ditambang digunakan sebagai bahan bakar untuk Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) dan pabrik semen. Seiring berjalannya kegiatan penambagan
batubara dilakukan akan ada dampak lingkungan yang akan menyebabkan
terjadinya air asam tambang, hal ini dikarenakan karena kurangnya penanganan
yang baik terhadap overburden. Air asam tambang merupakan salah satu dampak
kegiatan pertambangan yang apabila sudah terbentuk sangat sulit untuk
mencegahnya dan dapat berlangsung dalam kurun yang waktu yang sangat lama
melampaui umur tambang. Air asam tambang bisa menyebabkan proses kegiatan
pertambangan akan terhenti serta apabila tidak dilakukan proses pengelolaan air
asam tambang bisa sangat membahayakan kesehatan manusia serta berdampak
buruk terhadap lingkungan sekitarnya.
Air asam tambang terjadi karena tersedianya mineral sulfida – sumber
sulfur/asam, (oksigen dalam udara) – pengoksidasi, dan air sebagai pencuci hasil
oksidasi. Proses tejadinya air asam tambang yaitu bila teroksidasinya mineral -
mineral sulfida yang terdapat pada batuan hasil galian dengan air (H2O) dan
oksigen (O2). Oksidasi logam sulfida inilah yang nantinya akan dapat membentuk
asam.
Analisis mengenai penanganan overburden perlu dilakukan agar dapat
mencegah terjadinya air asam tambang yang tidak akan menggangu proses
kegiatan pertambangan sehingga rencana produksi dapat tercapai. Dengan begitu
untuk menghidari itu terjadinya diperlukan penanganan yang khusus terhadap
overburden.

D. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan memiliki beberapa tujuan yaitu :

1. Menganalisis karakteristik dari overburden yang dapat menyebabkan terjadinya


air asam tambang.
2. Mengetahui penanganan overburden yang bagaimana yang dapat mencegah
terjadinya air asam tambang.
3. Menentukan metode penanganan overburden yang tepat untuk mencegah
terjadinya air asam tambang.

E. PERMASALAHAN
Pada penelitian ini yang menjadi rumusan masalah meliputi kurangnya
penanganan khusus terhadap overburden mulai dari penimbunan overburden
yang kurang baik, penanganan overburden yang kurang maksimal serta metode
penanganan overburden yang kurang tepat sehingga apabila penanganan
overburden ini tidak dilakukan secara khusus akan menyebabkan terbentuknya air
asam tambang.

F. PEMBATASAN MASALAH
Ruang lingkup pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah analisis
penanganan overburden untuk mencegah terjadinya air asam tambang pada Unit
Banko Barat PT. Bukit Asam (Persero), Tbk, Tanjung Enim Sumatera Selatan.
Selain itu penelitian ini juga hanya melakukan pengamatan terhadap penanganan
overburden tidak sampai ke pengolahan air asam tambangnya.

G. MANFAAT
Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui penanganan overburden
untuk mencegah terjadinya air asam tambang sehingga perusahaan dapat
menerapkan metode penanganan overburden yang tepat untuk mencegah
terjadinya air asam tambang yang dapat memberikan kerugian bagi perusahaan,
seperti aktivitas penambangan tidak berjalan yang mengakibatkan rencana
produksi tidak akan tercapai, serta dampak buruk terhadap lingkungan disekitar.

H. METODELOGI PENELITIAN
Di dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggabungkan antara
teori dengan data-data lapangan. Sehingga dari keduanya didapat pendekatan
penyelesaian masalah. Adapun urutan pekerjaan penelitian yaitu:
1. Pengumpulan data, yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data primer, yaitu data yang diambil dari pengamatan lapangan
dengan menentukan secara sistematis data yang dibutuhkan.
b. Data sekunder, yaitu data yang diambil dari literatur dan
referensi-referensi yang berhubungan dengan penelitian ini.
2. Pengolahan data
Pengolahan data merupakan perubahan dari data mentah yang
diambil dari lapangan, disusun berdasrkan urutan, ditabulasi,
kemudian di hitung nilai-nilai yang diperlukan seperti nilai rata-rata,
rumus luasan dan bangun ruang, dan hasilnya nanti akan digunakan
sebagai masukan-masukan dalam perhitungan selanjutnya.
3. Pembahasan
Setelah dilakukan pengolahan data, tahap selanjutnya adalah
pembahasan. Pembahasan dilakukan terhadap hasil pengolahan data
yang telah dilakukan. Pembahasan dapat dilakukan menggunakan
metode-metode penelitian yang telah ada atau pun berupa analisa
terhadap pengolahan data yang telah dilakukan. Pembahsan
sebaiknya dilakukan secara akurat dan teliti sehingga akan diperoleh
kesimpulan yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
4. Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil biasanya harus didasarkan pada metode-
metode penarikan kesimpulan yang telah ada sehingga kesimpulan
yang dihasilkan dapat menjadi dasar bagi penelitian yang sama di
masa yang akan datang. Biasanya setelah kesimpulan terdapat pula
suatu saran. Saran yang diberikan sebaiknya dapat memberikan solusi
terhadap suatu penelitian yang telah dilakukan.

Analisis Penanganan Overburden untuk mencegah terjadinya Air Asam Tambang


Pada Unit Banko Barat PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, Tanjung Enim, sumatera
Selatan

Orientasi Lapangan

Permasalahan :
1. Bagaimana penimbunan Overburden yang baik untuk mencegah terjadinya
air asam tambang ?
2. Penanganan Overburden yang bagaimana yang dapat mencegah terjadinya
air asam tambang ?
3. Bagaimana menentukan metode penanganan overburden yang dapat
mencegah terjadinya air asam tambang ?
Data Primer Data Sekunder

1. Sampling Batuan 1. Data rencana


2. Penanganan overburden overburden
3. Analisis overburden 2. Data karakteristik dari
4. Gejala terjadinya air overburden
asam tambang dan cara 3. Data curah hujan
penaggulangannnya
Pengambilan Data

Pengolahan Data

Pembahasan

Kesimpulan :
1. Didapat penanganan overburden yang baik yang dapat mencegah
terjadinya air asam tambang
2. Didapat metode penanganan yang tepat untuk mencegah terjadinya
air asam tambang
3. Didapat karakteristik GAMBAR H.1
dari overburden yang menyebabkan
terjadinya air asam tambang
DIAGRAM ALIR PENELITIAN

I. TINJAUAN PUSTAKA
1. Overburden
Overburden merupakan lapisan tanah atau batuan penutup yang menutupi
bahan galian (batubara, emas, dll) dan biasanya terdiri dari lapisan top soil, sub
soil, dan lapisan tanah inti (clay stone, sand stone, dll). Lapisan top soil adalah
lapisan yang mengandung banyak unsur hara, dimana lapisan ini nantinya akan
digunakan sebagai lapisan penutup saat tambang tidak beraktifitas atau berhenti
untuk dilakukan reklamasi atau penanaman tumbuhan kembali (Dory, 2014).
Adapun klasifikasi material overburden di Pertambangan sebagai berikut :
a. Material Lunak.
Yaitu jenis material Overburden yang paling mudah diambil atau mudah
digali. Material ini memiliki angka rippabilitas antara 0 sampai 50 meter per detik.
Contoh jenis ini adalah materal yang memiliki sedikit kandungan air (pasir, tanah
biasa,) dan material yang mengandung banyak air (pasir lempung, lumpur, quick
sand). Cara pengambilan material Overvurden jenis ini bisa diambil langsung
dengan digali (direct digging) dengan menggunakan alat seperti Excavator,
Shovel, atau jenis alat gali lainnya (Dory, 2014)..
b. Material agak keras.
Material yang memiliki angka rippabilitas antara 50 sampai 80 m/s.
Contoh material jenis ini seperti pasir bercampur kerikil, pasir yang kasar dan
juga kerikil lepas. Cara pengambilan material agak keras masih bisa dilakukan
dengan direct digging menggunakan alat gali Excavator, Shovel, dll (Dory, 2014).
c. Material setengah keras.
Material jenis ini memiliki angka rippabilitas antara 800 sampai 1250 m/s.
Contoh jenis material seperti ini adalah shale (serpihan), claystone (batuan
lempung), batuan kerikil yang tersemen agak kompak, batuan beku yang melapuk
sedang sampai berat, serta batuan yang memiliki banyak rekahan. Material kelas
ini bisa digali dengan bantuan alat seperti Ripper (Alat garu) (Dory, 2014).
d. Material yang agak keras sampai material keras.
Material dengan angka rippabilitas antara 1250 sampai 3000 m/s. Contoh
material jenis ini seperti sandstone (batu pasir), limestone (batu gamping kapur),
vulcanic tuff (batu lempeng), breksi, batuan beku yang tersemen sangat kompak.
Material jenis ini tidak bisa diambil dengan hanya alat gali seperti excavator,
shovel, ripper, dsb. Material jenis ini lebih cocok diambil dengan metode blasting
atau peledakan (Dory, 2014)..
e. Material keras.
Material jenis ini memiliki angka rippabilitas antara 3000 sampai 4000
m/s. Contoh material Overburden jenis ini antara lain, batuan beku andesit granite,
batuan metamorpik seperti kuarsa, dan batuan keras lainnya. Material ini bisa
digali dan diambil dengan menggunakan metode blasting (Dory, 2014)..
f. Material massive.
Material dengan angka rippabilitas di atas 4000 m/s dan merupakan
material paling keras saat diambil atau digali. Material massive bisa diambil
dengan metode peledakan (Dory, 2014)..

2. Air Asam Tambang


Menurut Rudy (2012) air asam tambang adalah air yang terbentuk akaibat
dari kegiatan penambangan dengan pH rendah ( pH < 6 ) sebagai dampak
dibukanya suatu potensi keasaman batuan sehingga menimbulkan permasalahan
terhadap kualitas air dan tanah, dimana pembentukannya dipengaruhi oleh tiga
faktor utama yaitu air, oksigen, dan batuan yang mengandung mineral – mineral
sulfida ( pirit, kalkopirit, markasit, dll ).
Menurut Gautama (2007) proses tejadinya air asam tambang yaitu bila
teroksidasinya mineral - mineral sulfida yang terdapat pada batuan hasil galian
dengan air (H2O) dan oksigen (O2). Oksidasi logam sulfida dalam membentuk
asam terjadi dalam beberapa persamaan reaksi sebagai berikut :
1. FeS2 + 7/2 O2 + H2O Fe+2 + 2SO4-2 + 2H+
2. Fe+2 + ¼ O2 + H+ Fe+3 + ½ H2O
3. Fe+3 + 3H2O Fe(OH)3 + 3H+
4. FeS2 + 14Fe+3 + 8H2O 15Fe+2 + 2SO4-2 + 16H+
Ada tiga ( 3 ) jenis sulfida dalam air maupun air limbah yaitu (Gautama, 2007) :
a. Total sulfida : mencakup H2S, HS terlarut dan sulfida – sulfida logam
tersuspensi yang dapat dihidrolisis dengan asam.
b. Sulfida terlarut : sulfida yang tertinggal setelah padatan tersuspensi dalam
contoh air dihilangkan dengan cara fluktuasi maupun pengendapan.
c. H2S yang tidak terionisasi : H2S jenis ini dapat dihitung dari konsentrasi H2S
terlarut, pH contoh air dan konstanta ionisasi H2S.
Menurut Gautama (2007) faktor yang dapat menentukan terjadinya
pembentukan air asam tambang sebagai berikut :
- pH
- Temperatur
- Kandungan O pada fase gas, dengan kejenuhan < 100 %
- Kandungan O pada fase cair
- Luas permukaan mineral sulfida yang terpajan
- Energi kimia yang dibutuhkan untuk menurunkan asam
- Peranan bakteri
Sedangkan sifat fisik yang mempengaruhi migrasi air asam tambang
sebagai berikut (Gautama, 2007) :
- Kondisi limbah
- Permeabilitas limbah
- Keberadaan lubang air
- Tekanan lubang air
- Mekanisme perpindahannya

3. Sumber – Sumber Air Asam Tambang


Air asam tambang dapat terjadi pada kegiatan penambangan, keadaan ini
terjadi karena unsur sulfur yang terdapat di dalam batuan teroksidasi secara
alamiah didukung juga dengan curah hujan yang tinggi semakin mempercepat
perubahan oksida sulfur menjadi asam (Rudy, 2012). Sumber – sumber air asam
tambang antara lain berasal dari kegiatan – kegiatan berikut :
a. Air dari tambang terbuka
Lapisan batuan akan terbuka sebagai akibat dari terkupasnya lapisan
penutup, sehingga unsur sulfur yang terdapat dalam batuan sulfida akan mudah
teroksidasi dan bila bereaksi air dan oksigen akan membentuk air asam tambang.
(Rudy, 2012)
b. Air dari unit pengolahan batuan buangan
Material yang banyak terdapat pada limbah kegiatan penambangan adalah
batuan buangan ( waste rock ). Sebagai akibat seiring kegiatan penambangan,
batuan buangan yang banyak mengandung sulfur akan berhubungan langsung
dengan udara terbuka membentuk senyawa sulfur oksida selanjutnya dengan
adanya air akan membentuk air asam tambang (Rudy, 2012).
c. Air dari lokasi penimbunan batuan
Timbunan batuan yang berasal dari batuan sulfida dapat menghasilkan air
asam tambang karena adanya kontak langsung dengan udara yang selanjutnya
terjadi pelarutan akibat adanya air (Rudy, 2012).

4. Sampling dan Analisis overburden


Sampling produk pengeboran untuk menentukan sulfida dan konten
karbonat harus mewakili, berdasarkan prosedur yang diterima, dan
mirip dengan proses yang akan digunakan untuk menentukan karakteristik geologi
seperti kadar bijih dan cadangan. Menurut Ali, R.K., and Retno, D., (2007)
sampling overburden digunakan untuk:
1) menentukan asam keseluruhan atau potensi basa-memproduksi tambang yang
diusulkan,
2) menghitung tingkat penambahan alkali,
3) menentukan distribusi zona pirit yang mungkin memerlukan penanganan
khusus atau penghindaran
4) mengidentifikasi basa zona yang dapat dimasukkan ke dalam mining
berencana untuk mencegah drainase asam (yaitu, redistribusi basa); dan
5) menentukan kelayakan ekonomipertambangan tanpa dapat diterima
lingkungan dampak.
Analisis Overburden untuk tambang terbuka dimulai dengan
Asam Basis Akuntansi (ABA) untuk menentukan racun, berpotensi memproduksi
asam, netral, atau basa. Ketebalan, volume, dan kimia membuat strata overburden
di setiap kategori akan membantu menentukan tingkat khusus penanganan dan
teknik pencampuran yang diperlukan selama penimbunan (Perry, 1985).
Variasi yang diamati dalam strata overburden mungkin termasuk
perubahan ketebalan horizon, jenis batuan, warna, adanya karbonat atau pirit,
kekerasan, dip dan strike. Sebagai perubahan yang ditemui, interpretasi harus
dibuat dan perubahan dalam metode penambangan atau teknik penanganan
overburden dapat dimulai. Tanah asli di tempat yang akan ditambang harus
dijelaskan dan dianalisis sebagai bagian yang berbeda dari kolom overburden dan
terpisah selama pertambangan bila diperlukan untuk penggantian pada
pengurukan tersebut (Ali, R.K., and Retno, D., 2007)

5. Metode Penanganan Overburden


Penanganan khusus overburden adalah pilihan yang harus dilakukan untuk
memanajemen air asam tambang selama operasi kegiatan penambangan.
Karakterisasi overburden sangat penting karena bahan yang bermasalah dapat
diidentifikasi dan tepat fasilitas penyimpanan limbah yang dirancang untuk
menangani limbah untuk meminimalkan dampak potensial pada lingkungan.
Sebagai bahan beracun, strategi utama adalah untuk memisahkan dan
menempatkan bahan ini secepat mungkin dari lantai pit dan jauh dari dinding
yang tinggi untuk membatasi dari paparan udara dan air (Skousen et al., 1987).
Untuk mencegah terjadinya air asam tambang dibutuhkan metode
penanganan khusus pada overburden. Adapun penanganan overburden untuk
mengurangi produksi asam sebagai berikut :

a. Metode Pencampuran (Blending Method)


Metode ini merupakan pencampuran batu di lokasi tambang
untuk mempromosikan generasi drainase basa. Istilah "blending" telah digunakan
secara luas untuk mengacu pada pencampuran yang terjadi selama proses
penambangan (Ali, R.K., and Retno, D., 2007). Ini sangat efektif jika terdapat
cukup karbonat dan dapat memaksimalkan karbonat dengan mencampur dengan
asam pembentuk batu. Hal ini dapat menghambat pirit teroksidasi serta dapat
menetralkan keasaman. Secara teori, mungkin untuk melakukan campuran batu
dari semua posisi di overburden, tetapi dilapangan tergantung pada metode
penambangan dan peralatan penanganan.
b. Alkaline Redistribution
Redistribusi Alkaline adalah penanganan khusus Strategi yang digunakan
hanya sebagian dari lokasi tambang mengandung dan sebagian besar adalah tanpa
bahan berkapur. tanpa redistribusi atau off-site impor bahan alkali (penambahan
basa), bagian dari tempat yang kurang bahan berkapur akan menghasilkan air
asam tambang (U.S. EPA, 2001) (Gambar 5.1).

Sumber : U.S. EPA (2001)


GAMBAR 5.1
ALKALINE DISTRIBUTION

Menurut Ali, R.K., and Retno, D., (2007) adapun langkah-langkah dalam
metode pencampuran bahan dan basa:
1. melakukan pengeboran dan peledakan untuk mengekspos asam bahan,
2. menghilangkan bahan asam dengan loader atau dozer,
3. mencampurkan asam dan bahan alkali,
4. menyelesaikan reklamasi dan revegetasi secepat mungkin.

c. Metode Perendaman (Submergences Method)


Metode Perendaman adalah penempatan bahan asam
berada di bawah permukaan air. Metode ini air sebagai penghalang efektif untuk
atmosfer terhadap oksigen. Kurangnya oksigen mengurangi potensi untuk pirit
untuk mengoksidasi dan menghasilkan air asam tambang. Watzlaff (1997)
menunjukkan bahwa perendaman lengkap hampir akan menutup oksidasi pirit,
bahkan dengan maksimum oksigen terlarut. Perendaman umumnya membutuhkan
relatif datar daerah dengan zona jenuh tebal (Gambar 5.2).

Sumber : U.S. EPA (2001)


GAMBAR 5.2
SUBMERGENCES METHOD

Menurut Ali, R.K., and Retno, D., (2007) adapun langkah-langkah dalam
metode perendaman:
1. melakukan pengeboran dan peledakan untuk mengekspos asam bahan,
2. menghilangkan bahan asam dengan loader atau dozer,
3. membangun tempat pembuangan di pengurukan tersebut di mana:
- Di lantai pit mining
- Di bawah permukaan air akhir untuk dikembangkan dalam pengurukan pasca

tambang
- Dalam hidrologi 'tidak ada aliran' zona
- Keluar dari zona aliran mungkin setidaknya 10 meter di bawah permukaan
4. Tambahkan bahan alkali untuk mengurangi pembentukan asam,
5. Lengkapi reklamasi dan revegetasi secepat mungkin,

d. Metode enkapsulasi
Metode ini meliputi memproduksi asam bahan dengan bahan kedap
membatasi dari udara dan air. Marszalek (1996) menunjukkan materi yang bias
menjadi kapal sintetis atau mungkin liat sebuah materi atau bahan padat lainnya
yang menghasilkan lapisan dengan konduktivitas hidrolik rendah (Gambar 5.3).

Sumber : Marszalek (1996)


GAMBAR 5.3
ENCAPSULATION METHOD

Menurut Ali, R.K., and Retno, D., (2007) adapun tujuan dari metode
enkapsulasi yaitu sebagai berikut :
1) untuk mengurangi paparan oksigen
2) untuk mengurangi kontak dengan air dan dengan demikian mengurangi potensi
rembesan terkontaminasi. Setelah penempatan, pemadatan dan pengobatan
dengan bahan alkali jika diperlukan, bahan asam memproduksi kemudian
ditutup dengan top soil. Bahan ini juga dipadatkan di atas bahan asam
memproduksi.

f. JADWAL PELAKSANAAN
Rencana pelaksanaan kerja skripsi adalah mulai tanggal 25 Mei 2015
sampai dengan 25 Juli 2015 dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut:

Tabel f.1. Uraian Jadwal Kegiatan Penelitian

Minggu
No Uraian Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8

1 Orientasi Lapangan

2 Pengumpulan Referensi dan Data


Pengolahan Data, Konsultasi dan
3
Bimbingan
Penyusunan dan Pengumpulan
4
Laporan
g. PENUTUP
Demikianlah proposal ini kami buat sebagai bahan pertimbangan bagi
Bapak/Ibu agar dapat menerima kami untuk melaksanakan Tugas Akhir di PT.
Bukit Asam (Persero), Tbk. Dan untuk selanjutnya kami mohon bimbingan dan
arahan dari Bapak/Ibu dalam pelaksanaannya nanti.

h. DAFTAR PUSTAKA
Ali, R.K., and Retno, D., 2007. Indonesian Mining Journal : overburden
threatment technology in acid mine drainage prevention. R & D Centre
for Mineral and Coal Technology. Vol.10 No.08 : 29-37.
Dory, M., 2014. Pertambangan : Klasifikasi Overburden di Tambang. Jakarta
Gautama RS. 2007. Pidato Guru Besar ITB: Pengelolaan air asam tambang: aspek
penting menuju pertambangan berwawasan lingkungan.
Marzalek, A. S., 1996. Preventative and Remedial Environmental Engineering.
The Institute of Engineers Australia, Barton ACT 2600. Australia.
Perry, E,1985. Overburden Analysis. In Proceedings, Symposium in surface
mining, Hydrology, Sedimentology and Reclamation, University of
Lexington, KY.
Rudy Sayoga Pratama, 2012. Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara :
Pengelolaan Air Asam Tambang. Puslitbang Teknologi Mineral dan
Batubara.Vol.15, No.02 : 78-90.
Skousen, J.G., Sencindiver, J.C., and Smith, R.M., 1987.: A review of procedures
for surface mining and reclamation in areas with acid-producing
materials, Technology Engineering Journal . EWRC 871,West Virginia
University, Morgantown,WV.40 pp.
U.S. Environmental Protection Agency. Coal Remining Journal : Best
Management Practices Guidance Manual. December 2001. Office of
Water Office of Science and Technology Engineering and Analysis
Division.Washington DC.
Watzlaf, G.R. 1997. Passive treatment of acid mine drainage in down-flow
limestone systems. Austin, TX.

Anda mungkin juga menyukai