Makalah Kisah Ash Hab Al-Kahfi Dalam Al Qur'an Oke
Makalah Kisah Ash Hab Al-Kahfi Dalam Al Qur'an Oke
1. CANDRA MULIA
2. SARTIKA DEWI
3. PUTRI ANUNGRAH
4. IKHSAN
5. AHMAD SOLEH
KELAS : X MIA1
MAKALAH TENTANG KISAH ASH-HAB AL-KAHFI DALAM AL-QUR’AN
Abstrak
Kisah Ash-hab al-Kahfi (para penghuni gua) merupakan salah kisah yang menonjol di
dalam al-Qur’an. Kisah ini menceritakan tentang sekelompok pemuda yang beriman
kepada Allah. Guna mempertahankan keimanannya dan menghindar dari penguasa yang
lalim, mereka menyingkir dan bersembunyi di dalam sebuah gua. Lalu Allah menidurkan
2
PENDAHULUAN
Kisah tentang Ash-hab al-Kahfi dalam al-Qur’an, diceritakan dalam surat al-
Kahfi/18 ayat 9-26. Dinamakan QS. Al-Kahfi yang berarti gua, diambil dari kisah
sekelompok pemuda yang menyingkir dari penguasa pada zamannya, lalu tertidur di
dalam gua selama tiga ratus tahun lebih. Penggunaan kata al-Kahfi di sini berarti gua
yang besar yang terdapat di gunung. Terdapat kata lain yang juga bermakna gua; yakni
kata al-Ghar yang berarti gua yang kecil. Menurut Hamka; kata al-Kahfi dalam khazanah
bahasa Melayu biasa diartikan gua sedang kata ghar diartikan ngalau.
3
Nama tersebut telah dikenal sejak masa Rasulullah, bahkan beliau sendiri yang
memberi nama surat itu demikian. Nabi bersabda,”Siapa yang menghapal sepuluh ayat
dari awal surat al-Kahfi, maka ia akan terpelihara dari fitnah ad-Dajjal.” (HR Muslim
dan Abu Daud melalui Abu Darda). Para sahabatpun juga menamakannya demikian.
Riwayat lain menamakannya Ash-hab al-Kahfi.
Pada QS. Al-Kahfi/18: 10 dijelaskan (Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari
tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, berikanlah
rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus
dalam urusan kami (ini)." Maka kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua
itu.”Allah mengisahkan bahwa mereka adalah sekelompok pemuda yang beriman lalu
Allahpun mengaruniakan keteguhan keimanan dalam hati mereka.
Cobaan berupa kelaliman penguasa tidaklah menyurutkan hati mereka. Tapi justru
memperkokoh keimanan mereka. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang
beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Dan
kami meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, "Tuhan
kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain
Dia, Sesungguhnya kami kalau demikian Telah mengucapkan perkataan yang amat jauh
dari kebenaran" Kaum kami Ini Telah menjadikan selain dia sebagai tuhan-tuhan (untuk
disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang
kepercayaan mereka)? siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-
adakan kebohongan terhadap Allah?
Untuk menghindari kezaliman penguasa pada zamannya, merekapun kemudian
menyingkir ke sebuah gua, tak lupa mereka memohon rahmat Allah. Lalu Allah
menidurkan mereka bertahun-tahun lamanya. Dan apabila kamu meninggalkan mereka
dan apa yang mereka sembah selain Allah, Maka carilah tempat berlindung ke dalam
gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan
menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu. Ini dikisahkan sebagai
berikut:
Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang
mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan kami yang
mengherankan? (Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung
ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat
4
kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus
dalam urusan kami (ini)." Maka kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam
gua itu, Kemudian kami bangunkan mereka, agar kami mengetahui manakah di
antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama
mereka tinggal (dalam gua itu). Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita
Ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman
kepada Tuhan mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Dan kami
meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata,
"Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak
menyeru Tuhan selain Dia, Sesungguhnya kami kalau demikian Telah
mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran" Kaum kami Ini Telah
menjadikan selain dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka
tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka)?
siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah?Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa
yang mereka sembah selain Allah, Maka carilah tempat berlindung ke dalam gua
itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan
menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu. QS. Al-
Kahfi/18: 9-16.
1. Gua di Episus atau Epsus, satu kota tua di Turki, sekitar 73 km dari kota Izmir dan
berada di sebuah gunung di desa Ayasuluk.
2. Gua di Qasium dekat kota ash-Shalihiyah di Damaskus.
3. Gua al-Batra’di Palestina.
4. Gua yang ditemukan di salah satu wilayah Iskandinavia.
5
5. Gua Rajib yang berlokasi sekitar delapan kilometer dari kota Amman, ibukota
Yordania. Tepatnya di desa yang bernama Rajib.
Mengenai tahun terjadinya, tempat, serta nama-nama para penghuni gua tersebut
dalam hal ini tidak lebih penting dibandingkan dengan pelajaran yang dapat ditarik dari
peristiwa ini.
Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke
sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri
sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah
sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. barangsiapa yang diberi petunjuk
oleh Allah, Maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang
disesatkan-Nya, Maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang
dapat memberi petunjuk kepadanya. QS. Al-Kahfi/18: 17.
6
Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; dan Kami balik-
balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan
kedua lengannya di muka pintu gua. dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah
kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati)
kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka. QS. Al-Kahfi/18: 18.
Thahir Ibn Asyur sebagaimana yang dikutip oleh M Quraish Shihab menilai ayat
QS. Al-Kahfi/18: 9 seolah mengatakan bahwa apakah engkau menduga peristiwa yang
dialami oleh Ash-hab al-Kahfi merupakan peristiwa yang ajaib? Sungguh yang lebih
ajaib adalah mematikan yang hidup setelah kehidupan mereka. Menidurkan adalah
memelihara hidup diri seseorang, sedangkan mematikan manusia yang hidup berarti tidak
tidak ada lagi yang tersisa dari kehidupannya walaupun manusia itu jumlahnya banyak
dan tersebar di mana-mana. Ayat ini merupakan sindirin terhadap mereka yang bertanya
tentang keajaiban peristiwa yang alami Ash-hab al-Kahfi padahal mereka lengah terhadap
hal yang lebih aneh lagi ajaib yakni tentang kematian dan kehancuran alam raya.
Sekaligus menjadi tuntunan bagi orang-orang yang hanya tertarik pada keanehan suatu
kisah tanpa mengambil pelajaran yang terkandung di dalamnya. Allah menyindir dalam
firman-Nya:
Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai)
raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan kami yang mengherankan? QS. Al-
Kahfi/18: 9.
Ketika mereka dibangunkan oleh Allah, di antara mereka saling bertanya tentang
berapa lamakah mereka telah tertidur. Berkatalah salah seorang di antara mereka: sudah
berapa lamakah kamu berada (disini?)". mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari
atau setengah hari". Namun berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui
berapa lamanya kamu berada (di sini). Menurut Hamka mungkin kelompok yang
terakhir ini mennyangsikan jawaban teman-temannya. Mungkin saja mereka
menyaksikan perubahan kondisi di luar gua yang mencolok dibandingkan dengan kondisi
ketika mereka memasuki gua.
Karena meras lapar, lalu diutuslah salah seorang dari mereka untuk membeli
makanan ke kota tentu saja dengan sikap penuh kehati-hatian. Pergilah ke kota dengan
7
membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik,
Maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-
lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun.
Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar
kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian
niscaya kamu tidak akan beruntung selama lamanya". Dikatakan bahwa uang perak ada
juga yang mengatakan demikian juga model pakaian sang utusan yang berbeda dengan
cara berpakaian orang-orang ketika ia dibangunkan; pertanda awal yang membongkar jati
diri mereka yang sebenarnya.
Setelah mereka para penduduk negeri itu menanyainya diyakinilah bahwa utusan
tadi merupakan salah seorang dari anggota kelompok pemuda yang menyingkir dari
kelaliman penguasa pada masanya (untuk mempertahankan keimanan mereka). Hal ini
sebagaimana cerita yang telah mereka terima secara turun temurun. Singkat cerita setelah
Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa
janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya.
Dan mereka lalu dipanggil oleh Allah. Lalu penguasa pada waktu itu mendirikan
bangunan masjid di dekat gua untuk mengenang para penghuni gua itu.
Di antara pelajaran yang dapat dipetik dari kisah ini adalah Allah Maha Kuasa
menghidupkan yang telah mati. Bukankah tidur itu saudaranya mati? demikian juga
dengan hari kiamat. Wahbah az-Zuhaili menyatakan bahwa di masyarakat ketika sebelum
dibangunkan Allah Ash-hab al-Kahfi diliputi keraguan akan kekuasaan Allah untuk
menghidupkan orang mati, hari Kebangkitan, dan hari Kiamat. Lalu Allah
membangunkan Ash-hab al-Kahfi dan datang ke tengah-tengah mereka, sehingga
yakinlah mereka akan itu semua.
8
menceritakan halmu kepada seorangpun. Sesungguhnya jika mereka dapat
mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu, atau
memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu
tidak akan beruntung selama lamanya". Dan demikian (pula) kami
mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa
janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan
padanya. ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang
itu berkata: "Dirikan sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih
mengetahui tentang mereka". orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka
berkata: "Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di
atasnya". QS. Al-Kahfi/18: 19-21.
9
Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang
yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: "(jumlah mereka)
adalah lima orang yang keenam adalah anjing nya", sebagai terkaan terhadap
barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: "(jumlah mereka) tujuh
orang, yang ke delapan adalah anjingnya". Katakanlah: "Tuhanku lebih
mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka
kecuali sedikit". Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal
mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang
mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka. QS. Al-
Kahfi/18: 22.
Sabab an-nuzul rangkaian ayat ini adalah ada beberapa orang Quraisy bertanya
kepada nabi Muhammad saw tentang roh, kisah Ash-hab al-Kahfi (penghuni gua) dan
kisah Dzulqarnain lalu beliau menjawab, datanglah besok pagi kepadaku agar Aku
ceritakan. Dan beliau tidak mengucapkan Insya Allah (artinya jika Allah menghendaki).
Tapi kiranya sampai besok harinya wahyu terlambat datang untuk menceritakan hal-hal
tersebut dan nabi tidak dapat menjawabnya. Maka bertambah-tambahlah ejekan kaum
Musyrikin pada Beliau. Hal ini membuat Nabi dan kaum muslimin mulai cemas. Setelah
lima belas hari berlalu lalu turunlah wahyu Allah menjelaskan jawaban pertanyaan
tersebut.
Versi lainnya mengatatakan bahwa telah datang seorang laki-laki dari kalangan
kaum kafir kepada seorang Yahudi yang berasal dari Madinah. Laki-laki itu berkata,”
Sesungguhnya Muhammad mengatakan bahwa ia adalah Nabi utusan Allah. Sedang kami
tidak mengakuinya. Bagaimanakah kami menyanggah dan mengetahui bahwa ia benar-
benar Nabi utusan Allah.” Lalu Yahudi tadi menjawab,” Tanyakanlah kepadanya tentang
kisah para penghuni gua; mereka adalah pemuda yang telah meninggal dan berlalu
10
kisahnya sejak zaman dahulu. Jika ia (Muhammad) dapat menjelaskan kisah tersebut,
maka (sungguh) ia adalah Nabi utusan Allah. Maka hendaklah kamu mengikutinya.
Mungkin Yahudi tersebut mengira Rasulullah tidak akan dapat menjelaskan
tentang para penghuni gua tersebut. Setelah laki-laki dari kalangan kaum kafir tadi
kembali ke golongannya dan menyampaikan petuah si Yahudi, lalu pergilah mereka
menghadap Rasulullah untuk menanyakan tentang kisah tersebut. Waktu berselang
turunlah malaikat Jibril membawa wahyu tentang kisah para penghuni gua.
Maka turunlah ayat 23-24 di atas, sebagai pelajaran kepada Nabi; Allah
mengingatkan pula bilamana Nabi lupa menyebut Insya Allah haruslah segera
menyebutkannya kemudian. Ayat ini mengajarkan bahwa kemampuan yang dimiliki
manusia itu adalah anugerah Allah. Jika hendak melakukan sesuatu maka ia harus
melakukannya disertai penyerahan diri kepada Allah swt. Dengan demikian ia akan
mendapatkan kekuatan melebihi kekuatannya sendiri, yakni kekuatan yang diagerahkan
Allah kepada-Nya. Bersyukur dikala berhasil dan tidak putus asa di saat gagal. Jika lupa
mengucapkan Insya Allah dalam hal ini mengaitkan rencana yang akan kita lakukan
dengan kehendak Allah, maka ucapkan; kaitkanlah dengan-Nya begitu mengingatnya.
Al-Biqai sebagaimana yang dikutip M Quraish Shihab menjelaskan bahwa dalam
QS. Al-Kahfi/18: 22 menegaskan untuk tidak berdiskusi kecuali tentang suatu yang
berdasarkan hal-hal yang jelas (wahyu Allah). Nabipun akan selalu mengandalkan wahyu
dalam menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi. Berdasarkan pengalaman Beliau,
Allah melalui wahyu selalu memberikan membimbing-Nya, sehingga boleh jadi
mengantarkan Nabi saw bersabda pada siapa yang bertanya kepadanya, besok akan
kusampaikan jawabannya. Hal ini tanpa mengaitkannya dengan kehendak Allah atau
mengucapkan Insya Allah. Inilah kiranya yang terjadi ketika kaum musyrikin bertanya
tentang kisah para penghuni gua dalam surat al-Kahfi ini.
Kisah As-hab al-Kahfi ini kerap dikaitkan dengan masalah relativitas waktu.
Bagaimanakah teori relativitas waktu yang terjadi dalam kontek kisah ini, dapat
dijelaskan setelah menjelaskan rangkaian ayat-ayat berikut:
11
Dan Demikianlah kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di
antara mereka sendiri. berkatalah salah seorang di antara mereka: sudah berapa
lamakah kamu berada (disini?)". mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari
atau setengah hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui
berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara
kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia
lihat manakah makanan yang lebih baik, Maka hendaklah ia membawa makanan
itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali
menceritakan halmu kepada seorangpun. QS. Al-Kahfi/18: 19
Mereka para penghuni gua merasa telah tertidur selama setengah atau mungkin
satu hari. Sesungguhnya Allah telah menidur mereka selama tiga ratus atau tiga ratus
sembilan tahun lamanya.
Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan
tahun (lagi). Katakanlah: "Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka
tinggal (di gua); kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di
bumi. alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya;
tak ada seorang pelindungpun bagi mereka selain dari pada-Nya; dan dia tidak
mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan". QS.
Al-Kahfi/18: 25-26.
12
mereka yang berada di luar gua dirasakan persis sama juga bagi mereka yang berada di
dalam gua. Sehari bagi mereka yang berada di dalam gua juga dirasakan sama bagi yang
di luar gua.
Dalam QS. Al-Kahfi/18: 19 di atas dijelaskan bahwa para penghuni gua merasa
baru setengah hari atau sehari tertidur di dalam gua, padahal mereka telah tertidur di sana
selama tiga ratus tahun. Bagaimana mungkin mereka hanya merasakannya sehari bahkan
kurang. Tentu saja, mereka juga hanya mengalami proses perkembangan biologis seperti
perubahan warna, panjang, dan jumlah atau kelebatan rambut serta pengeriputan kulit
yang tidak berarti sehingga mereka merasa baru tinggal sehari.
Jika proses biologis tumbuh secara alamiah, maka rentang waktu tiga ratus tahun
tentulah telah membuat rambut seseorang panjang, beruban, atau mungkin sebagiannya
telah rontok. Demikian pula dengan kulit mereka yang kencang telah menjadi keriput.
Atau mungkin para pemuda penghunyi gua tersebut lazimnya telah meninggal dunia,
karena mungkin usia mereka tidak mencapai angka tiga ratus tahun tersebut. Jadi terdapat
rahasia Ilahi secara fisik atau biologis dalam hal ini. Bagaimana mungkin peristiwa
tersebut dapat terjadi? QS. Al-Kahfi/18: 11 lalu menjelaskannya :
Maka kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu
Allah menutup telinga mereka dan menidurkan mereka selama tiga ratus atau tiga
ratus sembilan tahun sehingga mereka tak dapat dibangunkan oleh suara apapun. Agus
Purwanto menyatakan bahwa aspek waktu yang secara eksplisit disebutkan dalam ayat-
ayat terdahulu dapat dipilah menjadi dua kasus. Pertama, kesetaraan waktu setengah atau
satu hari dengan tiga ratus tahun. Kedua, penggunaan redaksi ayat yang memenggal
satuan waktu tiga ratus tahun dan ditambah Sembilan tahun bukan redaksi tiga ratus
Sembilan tahun. Mengapa tidak secara langsung menyebutkan tiga ratus tahun atau tiga
ratus sembilan tahun secara langsung. Jawabannya adalah karena umat Islam
menggunakan kalender Lunar (yang berdasarkan pada peredaran bulan) sedang unat
Nasrani menggunakan kalender Solar (berdasarkan pada peredaran matahari).
13
Masa satu tahun sama dengan 354 hari, 8 jam, 48 menit, 35 detik. Dalam
perhitungan Kalender berdasarkan hisab Urfi kalau kita sederhanakan dapat dikatakan
bahwa satu tahun itu sama dengan 354 11/30 hari. Dalam siklus 30 tahun, akan terjadi 11
tahun Kabisah yang berumur 355 hari dan sebagai tambahan satu hari ditempatkan pada
bulan Zulhijah (bulan Zulhijahnya berumur 30 hari). Sedangkan 19 tahun sisanya
merupakan tahun Basitah yang berumur 354 hari. Dengan demikian jumlah hari dalam
masa 30 tahun = 30 x 354 hari + 11 hari = 10631 hari, yang diistilahkan dengan satu
daur. Sistem hisab ini tak ubahnya seperti Kalender Miladiah (Syamsiah), bilangan hari
pada tiap-tiap bulan berjumlah tetap kecuali bulan tertentu pada tahun-tahun Kabisah
tertentu jumlahnya lebih panjang satu hari.
Menurut Susiknan Azhari dan Ibnor Azli Ibrahim penanggalan berdasarkan hisab
urfi memiliki karakteristik:
Tiap huruf yang bertitik menunjukkan tahun kabisat dan huruf yang tidak bertitik
menunjukkan tahun basitah. Dengan demikian, tahun-tahun kabisat terletak pada
tahun ke 2, 5, 7, 10, 13, 15, 18, 21, 24, 26, dan 29;
4. penambahan satu hari pada tahun kabisat diletakkan pada bulan yang kedua belas/
Zulhijah;
5. bulan-bulan gasal umurnya ditetapkan 30 hari, sedangkan bulan-bulan genap
umurnya 29 hari (kecuali pada tahun kabisat bulan terakhir/ Zulhijah ditambah
satu hari menjadi genap 30 hari);
14
6. panjang periode 30 tahun adalah 10.631 hari (355 x 11 + 354 x 19 = 10.631).
Sementara itu, periode sinodis bulan rata-rata 29,5305888 hari selama 30 tahun
adalah 10.631,01204 hari (29,5305888 hari x 12 x 30 = 10.631,01204);
7. perhitungan berdasarkan hisab Urfi ini biasanya dijadikan sebagai ancar-ancar
sebelum melakukan perhitungan penanggalan ataupun perhitungan awal bulan
berdasarkan hisab Hakiki. Bila tanpa melakukan perhitungan sebelumnya secara
Urfi tentulah para ahli Falak tersebut akan mengalami kesulitan.
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam
ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan
haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus. QS at-Taubah/9 ayat 36.
Nama-nama dan panjang bulan Hijriah dalam Hisab Urfi sebagai berikut:
mengisyaratkan perbedaan perhitungan kalender Miladiah dan Hijriah melalui ayat yang
membicarakan lamanya penghuni gua (Ash-hab al-Kahfi) tertidur. Sesungguhnya
mereka telah tinggal di dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun
(QS. Al-Kahf/ 18: 25). Tiga ratus tahun di tempat itu menurut perhitungan kalender
Miladiah, sedangkan penambahan sembilan tahun adalah berdasarkan perhitungan
15
kalender Hijriah. Seperti diketahui, terdapat selisih sekitar sebelas atau sepuluh hari
setiap tahun antara perhitungan kalender Miladiah dan Hijriah. Secara sederhana dapat
dinyatakan bahwa selisih sembilan tahun itu adalah sekitar 300 x 11 hari = 3.300 hari,
atau sama dengan sembilan tahun.
Namun jika kita hitung lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
109.577 atau 8
16
PENUTUP
Demikianlah telah diuraikan tentang para pemuda penguna gua. Di antara hikmah
yang dapat dipetik antara lain:
1. Allah Maha Kuasa menghidupkan yang telah mati, hari Kebangkitan dan hari
kiamat.
2. Larangan berdebat tentang sesuatu yang tidak memiliki landasan yang kuat
(wahyu).
3. Dalam rangkaian ayat ini terdapat teguran pada Rasulullah sekaligus pelajaran
buat kita untuk mengaitkan segala urusan dalam kehidupan dengan kehendak
Allah atau mengucapkan Insya Allah.
4. Isyarat al-Qur’an bahwa terdapat perbedaan perhitungan kalender Miladiah
dan Hijriah melalui ayat yang membicarakan lamanya penghuni gua tertidur.
Sesungguhnya mereka telah tinggal di dalam gua selama tiga ratus tahun
atau tiga ratus sembilan tahun.Wallahu a’lamu bi ash-shawab.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Syamsul, Almanak Berdasarkan Hisab Urfi Kurang Sejalan dengan Sunnah Nabi
SAW, http://www.muhammadiyah.or.id/downloads/almanak_hijriah.pdf, akses 5
Maret 2009.
Azhari, Susiknan dan Ibnor Azli Ibrahim, Kalender Jawa Islam: Memadukan Tradisi dan
Tuntutan Syar'i dalam Jurnal Asy-Syir’ah Vol. 42 No. I, 2008,
http://ern.pendis.kemenag.go.id/DokPdf/jurnal/07-susiknan.pdf diakses pada tanggal
23 Juli 2009
Fathurohman SW, Oman, “Saadoeddin Djambek dan Hisab Awal
Bulannya” dalam Depag RI, Hisab Rukyat dan Perbedaannya, Jakarta: Depag RI,
2004
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz 15, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992
Hasyimi, al-, Abd al-Mun’im, Min al-Qashash al-Qur’an, Beirut: Dar Ibn Hazm, 1999
M/ 1420 H
Pasya, Ahmad Fuad, Dimensi Sains Al-Qur’an: Menggali Ilmu Pengetahuan Dari Al-
Qur’an, terj, Solo: Tiga Serangkai, 2004. Cet.ke-1
18