Pengaruh Laju Alir Udara Terhadap Hold Up Gas Laju Sirkulasi Dan Koefisien Transfer Massa Gas Cair PDF
Pengaruh Laju Alir Udara Terhadap Hold Up Gas Laju Sirkulasi Dan Koefisien Transfer Massa Gas Cair PDF
Abstrak
Reaktor adalah suatu alat tempat terjadinya suatu reaksi kimia untuk mengubah suatu
bahan menjadi bahan lain yang mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi. Pada perancangan
reaktor, fenomena hidrodinamika meliputi hold up gas dan laju sirkulasi cairan yang
merupakan faktor penting yang berkaitan dengan laju perpindahan massa. Tujuan percobaan
ini akan mempelajari hidrodinamika pada reaktor air-lift terutama pengaruh laju alir udara
terhadap hold up gas (Ԑ), laju sirkulasi (UL) dan koefisien tansfer massa gas-cair (KLa).
Hidrodinamika reaktor mempelajari perubahan dinamika cairan dalam reaktor sebagai akibat
laju alir yang masuk reaktor. Hidrodinamika reaktor meliputi hold up gas (rasio volume gas
terhadap gas cairan dalam reaktor) dan laju sirkulasi cairan disperse dalam fase tersebut.
Variabel tetap dalam percobaan ini yaitu konsentrasi Na 2 S2 O3 .5H2 O 0,1 N dan Na2 SO3 0,037
N, ketinggian kolom 91 cm. Sedangkan variabel berubahnya yaitu laju alir udara masing-
masing 5 ml/s, 8 ml/s, 11 ml/s. Prosedur percobaan adalah menentukan hold up pada riser dan
downcomer dengan melihat perubahan ketinggian inverted manometer sebelum dan sesudah
ditambahkan Na2 SO3 . Kemudian menentukan konstanta perpindahan massa gas-cair dengan
mencampurkan sampel 10 ml dan KI 5 ml, setelah ditambah dengan KI larutan dititrasi dengan
Na2 S2 O3 .5H2 O hingga berwarna kuning jernih lalu ditetesi amilum dan dititrasi kembali
sampai warna biru keruh hingga volume titran konstan tiap 5 menit pengambilan sampel.
Setelah itu menentukan laju sirkulasi dengan mengukur waktu yang dibutuhkan oleh cairan
dengan indikator zat warna pada bagian downcomer hingga mencapai lintasan yang
ditentukan.
Abstract
1
Na2 SO3 is added. Then determine the gas-liquid mass transfer constant by mixing the 10 ml
and KI 5 ml samples, after supplementation with the solution KI is titrated with Na2 S2 O3 .5H2O
until yellow is clear and then drops the starch and re-titrated until the blue colour becomes
turbid until the titrant volume is constant every 5 minutes then take it as a sample. After that
determine the rate of circulation by measuring the time required by the liquid with dye
indicator on the downcomer until it reaches the specified path.
LATAR BELAKANG
Reaktor dapat diklasifikasikan atas dan mempunyai aliran ke atas. Sedangkan
dasar cara operasi, fase maupun downcomer adalah daerah yang tidak
geometrinya. Berdasarkan cara operasinya disemprotkan gas dan mempunyai aliran ke
dikenal reaktor batch, semi batch, dan bawah.
kontinyu. Berdasarkan fase reaksi yang Hidrodinamika reaktor meliputi hold
terjadi didalamnya reaktor diklasifikas ika n up gas (fraksi gas saat penghaburan) dan
menjadi reaktor homogen dan reaktor laju sirkulasi cairan. Kecepatan sirkulas i
heterogen, sedangkan ditinjau dari cairan dikontrol oleh hold up gas,
geometrinya dibedakan reaktor tangki sedangkan hold up gas dipengaruhi oleh
berpengaduk, reaktor kolom, reaktor kecepatan kenaikan gelembung. Sirkulas i
fluidisasi dan lain lain. Dari berbagai juga mempengaruhi turbulensi, koefisien
macam reaktor yang digunakan untuk perpindahan massa dan panas serta tenaga
kontak fase gas-cair, diantaranya dikenal yang dihasilkan.
reaktor kolom gelembung (bubble column Hold up gas atau fraksi kekosongan gas
reaktor) dan reaktor air-lift. Pada adalah fraksi volume fase gas pada disperse
perancangan reaktor, fenomena gas-cair atau slurry. Hold up gas
hidrodinamika yang meliputi hold up gas keseluruhan (ԑ).
dan cairan, laju sirkulasi merupakan faktor 𝑉𝜀
𝜀= ............... (1)
𝑉𝐿 − 𝑉𝜀
yang penting yang berkaitan dengan laju
perpindahan massa.
Setelah melakukan percobaaan, dimana: ε = hold up gas
Vε = volume gas (cc/s)
diharapkan mahasiswa mampu
membandingkan pengaruh tinggi cairan VL = volume cairan (cc/s)
terhadap hold-up gas (ε), membandingka n Hold up gas digunakan untuk
menentukan waktu tinggal gas dalam
pengaruh tinggi cairan terhadap laju
sirkulasi (VL), serta mampu menghitung cairan. Hold up gas dan ukuran gelembung
mempengaruhi luas permukaan gas cair
koefisien transfer massa gas-cair (kLa).
yang diperlukan untuk perpindahan massa.
Hidrodinamika reaktor mempela jar i
perubahan dinamika cairan dalam reaktor Hold up gas tergantung pada kecepatan
kenaikan gelembung, luas gelembung dan
sebagai akibat laju alir yang masuk reaktor
dan karakterisik cairannya. Hidrodina mika pola aliran. Inverted manometer adalah
manometer yang digunakan untuk
reaktor meliputi hold up gas (rasio volume
mengetahui beda tinggi cairan akibat aliran
gas terhadap volume gas cairan dalam
reaktor) dan laju sirkulasi cairan disperse gas, yang selanjutnya dipakai pada
perhitungan hold up gas (ε) pada riser dan
dalam fase tersebut. Reaktor air-lift adalah
reaktor yang berbentuk kolom dengan downcomer. Besarnya hold up gas pada
riser dan downcomer dapat dihitung dengan
sirkulasi aliran. Kolom berisi cairan atau
persamaan:
slurry yang terbagi menjadi 2 bagian yaitu
raiser dan downcomer. Raiser adalah
bagian kolom yang selalu disemprotkan gas
2
𝜌𝐿
𝜀= ........................ (2) persamaan 7 dan laju sirkulasi cairan pada
𝜌𝐿 − 𝜌𝜀
𝜌𝐿 ∆ ℎ𝑟 riser ditunjukan oleh persamaan 8:
𝜀𝑟 = 𝑥 ........... (3)
𝜌𝐿 − 𝜌𝑎 𝑧
𝜌𝐿 ∆ ℎ𝑑 𝐿𝑐
𝜀𝑑 = 𝑥 .......... (4) 𝑈𝐿𝑑 = ............................ (7)
𝜌𝐿 − 𝜌𝑔 𝑧 𝑡𝑐
3
gas-cair dapat dilakukan dengan Metode Tinggi kolom: 91 cm
Sulfit. Metode ini berdasarkan pada reaksi Konsentrasi Na2 S2 O3 .5H2 O: 0,1 N
reduksi natrium sulfit. Mekanisme reaksi Konsentrasi Na2 SO 3 : 0,037 N
yang terjadi: Variabel berubah
Laju alir udara: 5 ml/s; 8 ml/s; 11
Na2 SO3 + 0,5 O 2 Na2 SO4 + Na2SO3 ml/s
(sisa) Untuk menentukan hold up pada riser
downcomer, reaktor diisi dengan air dengan
Reaksi saat analisa : menghidupkan pompa, setelah reaktor terisi
Na2 SO3 (sisa) + KI + KIO 3 Na2 SO4 + air dengan ketinggian 91 cm maka pompa
2KIO 2 + I2 (sisa) dimatikan. Menambahkan Na2SO3 0,025
I2 (sisa) + 2 Na2 S2 O 3 Na2 S4 O 6 + 2NaI
N kedalam reaktor, ditunggu 5 menit agar
larutan Na2 SO 3 larut dalam air. Melihat
Mol Na2 SO 3 mula-mula (a) ketinggian inverted manometer. Hidupkan
𝑁 𝑁𝑎2𝑆𝑂3
= 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 kompresor kemudian melihat ketinggia n
𝑒𝑞 inverted manometer setelah kompresor
dihidupkan. Ambil sampel untuk titrasi dan
Mol I2 excess (b) menghitung densitasnya. Menghitung
𝑁 𝐾𝐼 besarnya hold up gas.
= 𝑥 𝑉𝑜𝑙 𝐾𝐼
𝑒𝑞 Menentukan konstanta perpindaha n
massa gas-cair dengan mengambil sampel
Mol Na2 SO 3 sisa (c) sebanyak 10 ml. Menambah KI sebanyak 5
1 𝑁 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 ml ke dalam sampel. Menitrasi dengan
=𝑏− 𝑥 𝑉𝑜𝑙 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3
2 𝑒𝑞 Na2 S2 O3 .5H2 O 0,1 N sampai terjadi
perubahan warna dari coklat tua menjadi
Mol O2 yang bereaksi (d) kuning jernih. Menambahkan 3 tetes
1 amilum. Menitrasi sampel kembali dengan
= 𝑥 (𝑎 − 𝑐)
2 larutan Na2 S2 O3 .5H2 O 0,1 N. TAT didapat
setelah warna putih keruh. Mencatat
O2 yang masuk reaktor (e) kebutuhan titran. Ulangi sampai volume
𝑑 𝑥 𝐵𝑀 𝑂2 titran tiap menit konstan.
=
60 Menentukan kecepatan sirkulas i
dengan merangkai alat yang digunakan.
Koefisien transfer massa gas-cair (KLa) Mengisi reaktor dengan air dan Na2SO3
𝑒 0,037 N (ketinggian 91 cm). Menghidupka n
𝐾𝐿𝑎 =
0.008 kompresor. Memasukkan zat warna pada
reaktor downcomer. Mengukur waktu yang
Bubble column reactor dan air-lift dibutuhkan oleh cairan dengan indikator zat
reactor merupakan salah satu proses yang warna tertentu untuk mencapai lintasan
operasinya menggunakan proinsip yang telah digunakan. Menghitung
hidrodinamika reaktor. Aplikasi bubble besarnya kecepatan sirkulasi.
column reactor antara lain sebagai absorbs
polutan dengan zat tertentu (misalnya CO2
dengan KOH) dan untuk bioreactor.
Sedangkan aplikasi air-lift reactor untuk
produksi lactase dan glukan, pengolahan air
minum, dan pengolahan limbah biologis.
4
Keterangan: Dari gambar 2. juga dapat diketahui
A. Kompresor hubungan antara ε r, εd, dan εtotal. Hubungan
B. Sparger ketiganya dapat dilihat berdasarkan rumus
C. Rotameter hold-up gas berikut:
D. Tangki Cairan ρL ∆hr
𝜀 𝑟𝑖𝑠𝑒𝑟 = ρL − ρg 𝑥
E. Pompa z
ρL ∆hd
F. Reaktor 𝜀 𝑑𝑜𝑤𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒𝑟 = ρL − ρg 𝑥 z
G. Inverted manometer daerah riser Ar . εr+ Ad . εd
𝜀 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
H. Inverted manometer daerah Ar + Ad
downcomer
Dari rumus diatas dapat dilihat bahwa
HASIL DAN PEMBAHASAN nilai hold-up gas dipengaruhi oleh
Hubungan antara Laju Alir terhadap perubahan ketinggian inverted manometer
Hold-up Gas (Δhr dan Δhd) yang berhubungan dengan
reaktor. Perbedaan ketinggian tersebut
Tabel 1. Hubungan antara Laju Alir terjadi karena masuknya gas ke dalam
terhadap Hold-up Gas reaktor. Berdasarkan tabel 1, nilai Δhr yang
Variabel Variabel Variabel didapatkan lebih besar daripada nilai Δhd.
1 2 3 Hal ini dikarenakan pada bagian riser
ε (5 ml/s) (8 ml/s) (11 ml/s) terdapat sparger yang berfungs i
εr 0.00865 0.01112 0.01112 menghasilkan gas yang berasal dari
kompresor sehingga terjadi perbedaan
εd 0.00494 0.00494 0.00618
tekanan yang mengakibatkan perbedaan
εtot 0.00724 0.00877 0.00924 ketinggian inverted manometer. Ketika
sampai permukaan, cairan gelembung
0.012 tersebut akan terlepas kembali ke udara
tanpa melalui area downcomer. Oleh
0.01 karena itu nilai Δhr lebih besar daripada
0.008
nilai Δhd. Dari gambar 2 juga dapat
ε
5
yang ditentukan menjadi semakin
Ar . εr+ Ad . εd sedikit/kecil dan laju sirkulasi cairan
𝜀 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = Ar + Ad
menjadi semakin besar. Hal ini sesuai
dengan persamaan beikut:
εtotal merupakan hasil rata-rata dari 𝐿𝑐
luas area riser dikalikan dengan ε riser 𝑈𝐿𝑑 = 𝑡𝑐
ditambah dengan luas area downcomer dimana:
dikalikan εdowncomer kemudian dibagi luas Uld = laju sirkulasi cairan downcomer
total reaktor (luas area riser ditambah luas (cm/s)
area downcomer). Dari persamaan ini akan Lc = panjang lintasan dalam reaktor (cm)
diperoleh hasil bahwa 𝜀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 merupakan total tc = waktu (s)
dari hold up gas yang dihasilkan. Oleh
karena itu nilai 𝜀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 diantara εriser dan Pada konsentrasi larutan yang sama,
εdowncomer. maka laju sirkulasi semakin cepat dengan
bertambahnya laju alir. Karena dengan
Hubungan antara Laju Alir terhadap daya dorong yang lebih besar untuk
Laju Sirkulasi mensirkulasikan sejumlah massa yang
sama (konsentrasi tetap) dibutuhkan waktu
Tabel 2. Data laju sirkulasi pada setiap yang lebih sedikit (Haryani dan Widayat,
variabel laju alir 2011). Berdasarkan gambar 3. juga dapat
UL Variabel Variabel Variabel dilihat bahwa nilai Ulr lebih besar daripada
1 2 3 Uld. Hal ini dikarenakan, laju sirkulas i
(5 ml/s) (8 ml/s) (11 ml/s) berbanding terbalik dengan luas
ULd 16,667 20 𝑐𝑚/𝑠 23,077 penampangnya. Pernyataan ini seuai
𝑐𝑚/𝑠 𝑐𝑚/𝑠 dengan rumus berikut:
ULr 10,241 12,289 14,180
𝑐𝑚/𝑠 𝑐𝑚/𝑠 𝑐𝑚/𝑠 Ulr.Ar = Uld.Ad
dimana:
Ulr = laju sirkulasi cairan riser (cm/s)
25
Uld = laju sirkulasi cairan downcomer
20 (cm/s)
Ar = luas bidang zona riser (cm2 )
UL
15 Uld
Ad = luas bidang zona downcomer (cm2 )
Ulr
10
5 ml/s 8 ml/s 11 ml/s Dalam praktikum ini digunaka n
reaktor air-lift dimana luas penampang riser
Laju Alir
lebih besar daripada luas penampang
Gambar 3. Hubungan Antara Laju Alir downcomer. Dengan luas penampang riser
Terhadap Laju Sirkulasi yang lebih besar, maka nilai laju sirkulas i
area riser (Ulr) menjadi kecil karena nilai
Dari gambar 3. dapat diketahui bahwa laju sirkulasi berbanding terbalik dengan
semakin besar nilai laju alir gas maka nilai luas penampang dan nilai Uld pun lebih
Ulr dan Uld akan semakin besar pula. besar daripada nilai Ulr.
Percobaan ini dilakukan dengan
menggunakan zat warna yang diteteskan
pada area downcomer. Semakin besar laju
alir gas yang diberikan pada reaktor
mengakibatkan daya dorong area
downcomer semakin besar sehingga waktu
yang diperlukan untuk menempuh lintasan
6
Pengaruh Laju Alir Gas terhadap sehingga akan terjadi perpindahan massa
Koefisien Trasnfer Massa Gas-cair oksigen secara cepat. Sehingga perbedaan
(KLa) Rata-rata konsentrasi oksigen semakin besar dan Kla
akan semakin besar pula (Haryani dan
Tabel 3. Data kLa rata – rata pada Setiap Widayat, 2011).
Variabel
1 2 3 Berdasarkan rekasi :
Variabel Na2 SO 3 + 0,5 O 2 → Na2 SO4 +
(5 ml/s) (8 ml/s) (11 ml/s)
Na2 SO 3 (sisa)
KLa 395,458 403,0494 407,842 Na2 SO 3 (sisa) + KI + KIO 3 → Na2 SO4 +
2KIO 2 + I2 (sisa)
I2 (sisa) + 2 Na2 S2 O3 → Na2 S4 O6 + 2NaI
Gambar 4. Hubungan antara Laju Alir Gas Mol Na2 SO 3 mula-mula (a)
dengan Nilai kLa Rata – Rata 𝑁 𝑁𝑎2𝑆𝑂3
= 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
𝑒𝑞
Dari Gambar 4., dapat diketahui
bahwa semakin besar laju alir gas, maka Mol I2 excess (b)
semakin besar nilai koefisien perpindahan 𝑁 𝐾𝐼
massa gas-cair (KLa) rata-rata nya. Hal ini = 𝑥 𝑉𝑜𝑙 𝐾𝐼
𝑒𝑞
dikarenakan semakin besar laju alir gas
maka akan semakin banyak oksigen yang Mol Na2 SO 3 sisa (c)
yang masuk kedalam reaktor atau dengan 1 𝑁 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3
kata lain semakin besar pula konsentrasi =𝑏− 𝑥 𝑉𝑜𝑙 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3
2 𝑒𝑞
oksigen dalam medium. Dengan besarnya
konsentrasi oksigen maka semakin banyak
Mol O 2 yang bereaksi (d)
pula oksigen yang mampu dipindahka n 1
kedalam larutan, sehingga nilai Kla yang = 𝑥 (𝑎 − 𝑐)
merupakan koefisien perpindahan massa 2
gascair akan semakin besar pula. Fenomena O2 yang masuk reaktor (e)
ini sesuai dengan pernyataan Haryani dan 𝑑 𝑥 𝐵𝑀 𝑂2
Widayat (2011) dalam penelitiannya yang =
menyatakan bahwa semakin besar laju alir 60
udara, maka nilai Kla akan semakin besar. Koefisien transfer massa gas-cair (KLa)
Hal itu dikarenakan, semakin besar laju alir 𝑒
udara maka udara yang dapat dipindahka n 𝐾𝐿𝑎 =
0.008
ke dalam larutan semakin besar pula
sehingga Kla semakin besar. Selain itu
Widayat (2011) juga menyatakan bahwa
semakin besar laju alir maka konsentrasi
oksigen dalam medium bertambah
7
Hubungan Waktu Tinggal terhadap Mol I2 excess (b)
KLa 𝑁 𝐾𝐼
= 𝑥 𝑉𝑜𝑙 𝐾𝐼
Tabel 4. Data kLa pada Setiap menit 𝑒𝑞