Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH LAJU ALIR UDARA TERHADAP HOLD UP GAS, LAJU SIRKULASI,

DAN KOEFISIEN TRANSFER MASSA GAS CAIR


Afriyanti1), Bagus Hutomo Santoso Putro1), Elsa1)
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang
Jl. Prof Soedarto – 50239 Semarang, Telp/Fax. 024-7460058

Abstrak

Reaktor adalah suatu alat tempat terjadinya suatu reaksi kimia untuk mengubah suatu
bahan menjadi bahan lain yang mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi. Pada perancangan
reaktor, fenomena hidrodinamika meliputi hold up gas dan laju sirkulasi cairan yang
merupakan faktor penting yang berkaitan dengan laju perpindahan massa. Tujuan percobaan
ini akan mempelajari hidrodinamika pada reaktor air-lift terutama pengaruh laju alir udara
terhadap hold up gas (Ԑ), laju sirkulasi (UL) dan koefisien tansfer massa gas-cair (KLa).
Hidrodinamika reaktor mempelajari perubahan dinamika cairan dalam reaktor sebagai akibat
laju alir yang masuk reaktor. Hidrodinamika reaktor meliputi hold up gas (rasio volume gas
terhadap gas cairan dalam reaktor) dan laju sirkulasi cairan disperse dalam fase tersebut.
Variabel tetap dalam percobaan ini yaitu konsentrasi Na 2 S2 O3 .5H2 O 0,1 N dan Na2 SO3 0,037
N, ketinggian kolom 91 cm. Sedangkan variabel berubahnya yaitu laju alir udara masing-
masing 5 ml/s, 8 ml/s, 11 ml/s. Prosedur percobaan adalah menentukan hold up pada riser dan
downcomer dengan melihat perubahan ketinggian inverted manometer sebelum dan sesudah
ditambahkan Na2 SO3 . Kemudian menentukan konstanta perpindahan massa gas-cair dengan
mencampurkan sampel 10 ml dan KI 5 ml, setelah ditambah dengan KI larutan dititrasi dengan
Na2 S2 O3 .5H2 O hingga berwarna kuning jernih lalu ditetesi amilum dan dititrasi kembali
sampai warna biru keruh hingga volume titran konstan tiap 5 menit pengambilan sampel.
Setelah itu menentukan laju sirkulasi dengan mengukur waktu yang dibutuhkan oleh cairan
dengan indikator zat warna pada bagian downcomer hingga mencapai lintasan yang
ditentukan.

Kata kunci: Hidrodinamika, reaktor, tinggi kolom

Abstract

Reactor is a means by which a chemical reaction occurs to convert a material into


another material having a higher economic value. In the design of the reactor, hydrodynamic
phenomena include the hold-up gas and the rate of fluid circulation which is an important
factor related to the mass transfer rate. The purpose of this experiment will be to study
hydrodynamics in air-lift reactors, especially the effect of air flow rate on hold up gas (Ԑ),
circulation rate (UL) and gas-liquid mass transfer coefficient (KLa). The hydrodynamics of the
reactor studies the fluid dynamics changes in the reactor as a result of the flow rate entering
the reactor. The hydrodynamics of the reactor includes the hold-up gas (the ratio of gas volume
to the liquid gas in the reactor) and the disperse fluid circulation rate in the phase.
The fixed variable in this experiment is the concentration of Na 2 S2 O3 .5H2 O 0,1 N and
Na2 SO3 0,037 N, height of column 91 cm. While the variable change is the air flow rate of each
5 ml / s, 8 ml / s, 11 ml / s. The experimental procedure is to determine the hold up on the riser
and downcomer by observing the altitude change of inverted manometer before and after

1
Na2 SO3 is added. Then determine the gas-liquid mass transfer constant by mixing the 10 ml
and KI 5 ml samples, after supplementation with the solution KI is titrated with Na2 S2 O3 .5H2O
until yellow is clear and then drops the starch and re-titrated until the blue colour becomes
turbid until the titrant volume is constant every 5 minutes then take it as a sample. After that
determine the rate of circulation by measuring the time required by the liquid with dye
indicator on the downcomer until it reaches the specified path.

Keyword: Hydrodynamics, reactor, column height

LATAR BELAKANG
Reaktor dapat diklasifikasikan atas dan mempunyai aliran ke atas. Sedangkan
dasar cara operasi, fase maupun downcomer adalah daerah yang tidak
geometrinya. Berdasarkan cara operasinya disemprotkan gas dan mempunyai aliran ke
dikenal reaktor batch, semi batch, dan bawah.
kontinyu. Berdasarkan fase reaksi yang Hidrodinamika reaktor meliputi hold
terjadi didalamnya reaktor diklasifikas ika n up gas (fraksi gas saat penghaburan) dan
menjadi reaktor homogen dan reaktor laju sirkulasi cairan. Kecepatan sirkulas i
heterogen, sedangkan ditinjau dari cairan dikontrol oleh hold up gas,
geometrinya dibedakan reaktor tangki sedangkan hold up gas dipengaruhi oleh
berpengaduk, reaktor kolom, reaktor kecepatan kenaikan gelembung. Sirkulas i
fluidisasi dan lain lain. Dari berbagai juga mempengaruhi turbulensi, koefisien
macam reaktor yang digunakan untuk perpindahan massa dan panas serta tenaga
kontak fase gas-cair, diantaranya dikenal yang dihasilkan.
reaktor kolom gelembung (bubble column Hold up gas atau fraksi kekosongan gas
reaktor) dan reaktor air-lift. Pada adalah fraksi volume fase gas pada disperse
perancangan reaktor, fenomena gas-cair atau slurry. Hold up gas
hidrodinamika yang meliputi hold up gas keseluruhan (ԑ).
dan cairan, laju sirkulasi merupakan faktor 𝑉𝜀
𝜀= ............... (1)
𝑉𝐿 − 𝑉𝜀
yang penting yang berkaitan dengan laju
perpindahan massa.
Setelah melakukan percobaaan, dimana: ε = hold up gas
Vε = volume gas (cc/s)
diharapkan mahasiswa mampu
membandingkan pengaruh tinggi cairan VL = volume cairan (cc/s)
terhadap hold-up gas (ε), membandingka n Hold up gas digunakan untuk
menentukan waktu tinggal gas dalam
pengaruh tinggi cairan terhadap laju
sirkulasi (VL), serta mampu menghitung cairan. Hold up gas dan ukuran gelembung
mempengaruhi luas permukaan gas cair
koefisien transfer massa gas-cair (kLa).
yang diperlukan untuk perpindahan massa.
Hidrodinamika reaktor mempela jar i
perubahan dinamika cairan dalam reaktor Hold up gas tergantung pada kecepatan
kenaikan gelembung, luas gelembung dan
sebagai akibat laju alir yang masuk reaktor
dan karakterisik cairannya. Hidrodina mika pola aliran. Inverted manometer adalah
manometer yang digunakan untuk
reaktor meliputi hold up gas (rasio volume
mengetahui beda tinggi cairan akibat aliran
gas terhadap volume gas cairan dalam
reaktor) dan laju sirkulasi cairan disperse gas, yang selanjutnya dipakai pada
perhitungan hold up gas (ε) pada riser dan
dalam fase tersebut. Reaktor air-lift adalah
reaktor yang berbentuk kolom dengan downcomer. Besarnya hold up gas pada
riser dan downcomer dapat dihitung dengan
sirkulasi aliran. Kolom berisi cairan atau
persamaan:
slurry yang terbagi menjadi 2 bagian yaitu
raiser dan downcomer. Raiser adalah
bagian kolom yang selalu disemprotkan gas
2
𝜌𝐿
𝜀= ........................ (2) persamaan 7 dan laju sirkulasi cairan pada
𝜌𝐿 − 𝜌𝜀
𝜌𝐿 ∆ ℎ𝑟 riser ditunjukan oleh persamaan 8:
𝜀𝑟 = 𝑥 ........... (3)
𝜌𝐿 − 𝜌𝑎 𝑧
𝜌𝐿 ∆ ℎ𝑑 𝐿𝑐
𝜀𝑑 = 𝑥 .......... (4) 𝑈𝐿𝑑 = ............................ (7)
𝜌𝐿 − 𝜌𝑔 𝑧 𝑡𝑐

dimana : ε = hold up gas dimana:


ε r = hold up gas riser Uld = laju sirkulasi cairan pada
downcomer (cm/s)
ε d = hold up gas downcomer
ρL = densitas cairan (gr/cc) Lc = panjang lintasan dalam reactor (cm)
ρg = densitas gas (gr/cc) tc = waktu (s)
hr = perbedaan tinggi
manometer riser (cm) Dikarenakan tinggi dan volumetr ik
aliran liquid pada raiser dan downcomer
hd = perbedaan tinggi
manometer downcomer (cm) sama, maka hubungan antara laju aliran
cairan pada riser dan downcomer yaitu:
Hold up gas total dalam reaktor dapat
dihitung dari keadaan tinggi dispersi pada Ulr.Ar = Uld.Ad ....................... (8)
saat aliran gas masuk reaktor sudah
mencapai keadaan tunak (steady state). dimana:
Persamaan untuk menghitung hol up gas Ulr = laju sirkulasi cairan riser (cm/s)
total adalah sebagai berikut : Uld = laju sirkulasi cairdan downcomer
(cm/s)
ℎ0 − ℎ1 Ar = luas bidang zona riser (cm2 )
𝜀= .......................... (5) Ad = luas bidang zona downcomer (cm2 )
ℎ0
dimana:
ε = hold up gas Waktu tinggal tld dan tlr dari sirkulas i
ho = tinggi campuran gas setelah kondisi liquid pada downcomer dan riser
tunak (cm) tergantung pada hold up gas seperti
hi = tinggi cairan mula-mula dalam reaktor ditunjukan pada persamaan berikut:
(cm)
𝑡𝑙𝑟 𝐴𝑑 1− 𝜀 𝑅
= ........................(9)
𝑡𝑙𝑑 𝐴𝑟 1− 𝜀 𝑑
Hubungan antara hold up gas riser (ε
r) dan donwcomer (ε d) dapat dinyatakan
dimana:
dengan persamaan 6:
tlr = waktu tinggal sirkulasi liquid pada
𝐴𝑟𝜀𝑟 +𝐴𝑑𝜀𝑑 riser (s)
𝜀= ..................... (6) tld = waktu tinggal sirkulas i
𝐴𝑟 +𝐴𝑑
liquid pada downcomer(s)
dimana: Ar = luas bidang zona riser (cm2 )
Ar = luas bidang zona riser (cm2 ) Ad = luas bidang zona downcomer (cm2 )
Ad = luas bidang zona downcomer (cm2 ) εr = hold up gas riser
εd = hold up gas downcomer
Sirkulasi cairan dalam reaktor air lift
disebabkan oleh perbedaan hold up gas Koefisien perpindahan masssa
riser dan downcomer. Sirkulasi fluida ini volumetric (kLa) adalah kecepatan spesifik
dapat dilihat dari perubahan fluida, yaitu dari perpindahan massa (gas teradsobsi per
naiknya aliran fluida pada riser dan unit waktu, per unit luas kontak, per beda
menurunnya aliran pada downcomer. konsentrasi). kLa tergantung pada sifat fisik
Besarnya laju sirkulasi cairan pada dari system dan dinamika fluida.
downcomer (ULd) ditunjukkan oleh Pengukuran konstanta perpindahan massa

3
gas-cair dapat dilakukan dengan Metode  Tinggi kolom: 91 cm
Sulfit. Metode ini berdasarkan pada reaksi  Konsentrasi Na2 S2 O3 .5H2 O: 0,1 N
reduksi natrium sulfit. Mekanisme reaksi  Konsentrasi Na2 SO 3 : 0,037 N
yang terjadi: Variabel berubah
 Laju alir udara: 5 ml/s; 8 ml/s; 11
Na2 SO3 + 0,5 O 2  Na2 SO4 + Na2SO3 ml/s
(sisa) Untuk menentukan hold up pada riser
downcomer, reaktor diisi dengan air dengan
Reaksi saat analisa : menghidupkan pompa, setelah reaktor terisi
Na2 SO3 (sisa) + KI + KIO 3  Na2 SO4 + air dengan ketinggian 91 cm maka pompa
2KIO 2 + I2 (sisa) dimatikan. Menambahkan Na2SO3 0,025
I2 (sisa) + 2 Na2 S2 O 3  Na2 S4 O 6 + 2NaI
N kedalam reaktor, ditunggu 5 menit agar
larutan Na2 SO 3 larut dalam air. Melihat
Mol Na2 SO 3 mula-mula (a) ketinggian inverted manometer. Hidupkan
𝑁 𝑁𝑎2𝑆𝑂3
= 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 kompresor kemudian melihat ketinggia n
𝑒𝑞 inverted manometer setelah kompresor
dihidupkan. Ambil sampel untuk titrasi dan
Mol I2 excess (b) menghitung densitasnya. Menghitung
𝑁 𝐾𝐼 besarnya hold up gas.
= 𝑥 𝑉𝑜𝑙 𝐾𝐼
𝑒𝑞 Menentukan konstanta perpindaha n
massa gas-cair dengan mengambil sampel
Mol Na2 SO 3 sisa (c) sebanyak 10 ml. Menambah KI sebanyak 5
1 𝑁 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 ml ke dalam sampel. Menitrasi dengan
=𝑏− 𝑥 𝑉𝑜𝑙 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3
2 𝑒𝑞 Na2 S2 O3 .5H2 O 0,1 N sampai terjadi
perubahan warna dari coklat tua menjadi
Mol O2 yang bereaksi (d) kuning jernih. Menambahkan 3 tetes
1 amilum. Menitrasi sampel kembali dengan
= 𝑥 (𝑎 − 𝑐)
2 larutan Na2 S2 O3 .5H2 O 0,1 N. TAT didapat
setelah warna putih keruh. Mencatat
O2 yang masuk reaktor (e) kebutuhan titran. Ulangi sampai volume
𝑑 𝑥 𝐵𝑀 𝑂2 titran tiap menit konstan.
=
60 Menentukan kecepatan sirkulas i
dengan merangkai alat yang digunakan.
Koefisien transfer massa gas-cair (KLa) Mengisi reaktor dengan air dan Na2SO3
𝑒 0,037 N (ketinggian 91 cm). Menghidupka n
𝐾𝐿𝑎 =
0.008 kompresor. Memasukkan zat warna pada
reaktor downcomer. Mengukur waktu yang
Bubble column reactor dan air-lift dibutuhkan oleh cairan dengan indikator zat
reactor merupakan salah satu proses yang warna tertentu untuk mencapai lintasan
operasinya menggunakan proinsip yang telah digunakan. Menghitung
hidrodinamika reaktor. Aplikasi bubble besarnya kecepatan sirkulasi.
column reactor antara lain sebagai absorbs
polutan dengan zat tertentu (misalnya CO2
dengan KOH) dan untuk bioreactor.
Sedangkan aplikasi air-lift reactor untuk
produksi lactase dan glukan, pengolahan air
minum, dan pengolahan limbah biologis.

BAHAN DAN METODE Gambar 1. Rangkaian Alat


Variabel tetap Hidrodinamika Reaktor

4
Keterangan: Dari gambar 2. juga dapat diketahui
A. Kompresor hubungan antara ε r, εd, dan εtotal. Hubungan
B. Sparger ketiganya dapat dilihat berdasarkan rumus
C. Rotameter hold-up gas berikut:
D. Tangki Cairan ρL ∆hr
𝜀 𝑟𝑖𝑠𝑒𝑟 = ρL − ρg 𝑥
E. Pompa z
ρL ∆hd
F. Reaktor 𝜀 𝑑𝑜𝑤𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒𝑟 = ρL − ρg 𝑥 z
G. Inverted manometer daerah riser Ar . εr+ Ad . εd
𝜀 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
H. Inverted manometer daerah Ar + Ad
downcomer
Dari rumus diatas dapat dilihat bahwa
HASIL DAN PEMBAHASAN nilai hold-up gas dipengaruhi oleh
Hubungan antara Laju Alir terhadap perubahan ketinggian inverted manometer
Hold-up Gas (Δhr dan Δhd) yang berhubungan dengan
reaktor. Perbedaan ketinggian tersebut
Tabel 1. Hubungan antara Laju Alir terjadi karena masuknya gas ke dalam
terhadap Hold-up Gas reaktor. Berdasarkan tabel 1, nilai Δhr yang
Variabel Variabel Variabel didapatkan lebih besar daripada nilai Δhd.
1 2 3 Hal ini dikarenakan pada bagian riser
ε (5 ml/s) (8 ml/s) (11 ml/s) terdapat sparger yang berfungs i
εr 0.00865 0.01112 0.01112 menghasilkan gas yang berasal dari
kompresor sehingga terjadi perbedaan
εd 0.00494 0.00494 0.00618
tekanan yang mengakibatkan perbedaan
εtot 0.00724 0.00877 0.00924 ketinggian inverted manometer. Ketika
sampai permukaan, cairan gelembung
0.012 tersebut akan terlepas kembali ke udara
tanpa melalui area downcomer. Oleh
0.01 karena itu nilai Δhr lebih besar daripada
0.008
nilai Δhd. Dari gambar 2 juga dapat
ε

εr diketahui bahwa ε downcomer lebih kecil dari


0.006 εd εtotal dan εriser. Hal ini karena hold up gas
εtot
dipengaruhi oleh laju sirkulasi cairan di
0.004
dalam reaktor. Selain itu, hold up gas juga
5 ml/s8 ml/s 11
tergantung kecepatan kenaikan gelembung,
ml/s
luas gelembung dan pola aliran.
Laju Alir
Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa
pada bagian riser terdapat sparger yang
Gambar 2. Hubungan Antara Laju Alir
berfungsi menghasilkan gas yang berasal
Terhadap Hold-up Gas
dari kompresor, sehingga dapat diketahui
bahwa pada bagian riser akan terjadi kontak
Pada gambar diatas terlihat bahwa
terlebih dahulu dengan gas yang dihasilka n
semakin besar laju alir maka nilai hold-up
oleh sparger baru kemudian bergeser dan
nya juga semakin besar. Hal ini
turun pada area downcomer. Oleh karena
dikarenakan semakin besar laju alir,
itu, nilai εdowncomer lebih rendah daripada
gelembung udara yang ada di dalam air (di
εriser dan εtotal. Sedangkan hubungan antara
dalam reaktor) akan bertambah banyak pula
εtotal dengan εriser dan εdowncomer pada
sehingga fraksi volume udara dalam larutan
percobaan ini yaitu nilai ε total berada
juga akan bertambah banyak.
diantara εriser dan εdowncomer . Hal ini dapat
Bertambahnya fraksi volume udara akan
dilihat dari hubungan persamaan hold up
meningkatkan nilai hold-up gas (Haryani
gas sebagai berikut:
dan Widayat, 2011).

5
yang ditentukan menjadi semakin
Ar . εr+ Ad . εd sedikit/kecil dan laju sirkulasi cairan
𝜀 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = Ar + Ad
menjadi semakin besar. Hal ini sesuai
dengan persamaan beikut:
εtotal merupakan hasil rata-rata dari 𝐿𝑐
luas area riser dikalikan dengan ε riser 𝑈𝐿𝑑 = 𝑡𝑐
ditambah dengan luas area downcomer dimana:
dikalikan εdowncomer kemudian dibagi luas Uld = laju sirkulasi cairan downcomer
total reaktor (luas area riser ditambah luas (cm/s)
area downcomer). Dari persamaan ini akan Lc = panjang lintasan dalam reaktor (cm)
diperoleh hasil bahwa 𝜀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 merupakan total tc = waktu (s)
dari hold up gas yang dihasilkan. Oleh
karena itu nilai 𝜀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 diantara εriser dan Pada konsentrasi larutan yang sama,
εdowncomer. maka laju sirkulasi semakin cepat dengan
bertambahnya laju alir. Karena dengan
Hubungan antara Laju Alir terhadap daya dorong yang lebih besar untuk
Laju Sirkulasi mensirkulasikan sejumlah massa yang
sama (konsentrasi tetap) dibutuhkan waktu
Tabel 2. Data laju sirkulasi pada setiap yang lebih sedikit (Haryani dan Widayat,
variabel laju alir 2011). Berdasarkan gambar 3. juga dapat
UL Variabel Variabel Variabel dilihat bahwa nilai Ulr lebih besar daripada
1 2 3 Uld. Hal ini dikarenakan, laju sirkulas i
(5 ml/s) (8 ml/s) (11 ml/s) berbanding terbalik dengan luas
ULd 16,667 20 𝑐𝑚/𝑠 23,077 penampangnya. Pernyataan ini seuai
𝑐𝑚/𝑠 𝑐𝑚/𝑠 dengan rumus berikut:
ULr 10,241 12,289 14,180
𝑐𝑚/𝑠 𝑐𝑚/𝑠 𝑐𝑚/𝑠 Ulr.Ar = Uld.Ad
dimana:
Ulr = laju sirkulasi cairan riser (cm/s)
25
Uld = laju sirkulasi cairan downcomer
20 (cm/s)
Ar = luas bidang zona riser (cm2 )
UL

15 Uld
Ad = luas bidang zona downcomer (cm2 )
Ulr
10
5 ml/s 8 ml/s 11 ml/s Dalam praktikum ini digunaka n
reaktor air-lift dimana luas penampang riser
Laju Alir
lebih besar daripada luas penampang
Gambar 3. Hubungan Antara Laju Alir downcomer. Dengan luas penampang riser
Terhadap Laju Sirkulasi yang lebih besar, maka nilai laju sirkulas i
area riser (Ulr) menjadi kecil karena nilai
Dari gambar 3. dapat diketahui bahwa laju sirkulasi berbanding terbalik dengan
semakin besar nilai laju alir gas maka nilai luas penampang dan nilai Uld pun lebih
Ulr dan Uld akan semakin besar pula. besar daripada nilai Ulr.
Percobaan ini dilakukan dengan
menggunakan zat warna yang diteteskan
pada area downcomer. Semakin besar laju
alir gas yang diberikan pada reaktor
mengakibatkan daya dorong area
downcomer semakin besar sehingga waktu
yang diperlukan untuk menempuh lintasan

6
Pengaruh Laju Alir Gas terhadap sehingga akan terjadi perpindahan massa
Koefisien Trasnfer Massa Gas-cair oksigen secara cepat. Sehingga perbedaan
(KLa) Rata-rata konsentrasi oksigen semakin besar dan Kla
akan semakin besar pula (Haryani dan
Tabel 3. Data kLa rata – rata pada Setiap Widayat, 2011).
Variabel
1 2 3 Berdasarkan rekasi :
Variabel Na2 SO 3 + 0,5 O 2 → Na2 SO4 +
(5 ml/s) (8 ml/s) (11 ml/s)
Na2 SO 3 (sisa)
KLa 395,458 403,0494 407,842 Na2 SO 3 (sisa) + KI + KIO 3 → Na2 SO4 +
2KIO 2 + I2 (sisa)
I2 (sisa) + 2 Na2 S2 O3 → Na2 S4 O6 + 2NaI

410 Dari reaksi diatas, dapat diketahui bahwa


405
400 O2 yang bereaksi setara dengan setengah
KLa

395 dari Na2 SO 3 yang bereaks (mol Na2SO3


390
385 mula-mula dikurang mol Na2 SO 3 sisa).
KLa
Var 1 Var 2 Var 3 Ketika semakin banyak mol O 2 yang masuk
(5 ml/s)(8 ml/s) (11 reaktor maka akan semakin besar pula Kla
ml/s) yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari
Laju Alir hubungan rumus berikut:

Gambar 4. Hubungan antara Laju Alir Gas Mol Na2 SO 3 mula-mula (a)
dengan Nilai kLa Rata – Rata 𝑁 𝑁𝑎2𝑆𝑂3
= 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
𝑒𝑞
Dari Gambar 4., dapat diketahui
bahwa semakin besar laju alir gas, maka Mol I2 excess (b)
semakin besar nilai koefisien perpindahan 𝑁 𝐾𝐼
massa gas-cair (KLa) rata-rata nya. Hal ini = 𝑥 𝑉𝑜𝑙 𝐾𝐼
𝑒𝑞
dikarenakan semakin besar laju alir gas
maka akan semakin banyak oksigen yang Mol Na2 SO 3 sisa (c)
yang masuk kedalam reaktor atau dengan 1 𝑁 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3
kata lain semakin besar pula konsentrasi =𝑏− 𝑥 𝑉𝑜𝑙 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3
2 𝑒𝑞
oksigen dalam medium. Dengan besarnya
konsentrasi oksigen maka semakin banyak
Mol O 2 yang bereaksi (d)
pula oksigen yang mampu dipindahka n 1
kedalam larutan, sehingga nilai Kla yang = 𝑥 (𝑎 − 𝑐)
merupakan koefisien perpindahan massa 2
gascair akan semakin besar pula. Fenomena O2 yang masuk reaktor (e)
ini sesuai dengan pernyataan Haryani dan 𝑑 𝑥 𝐵𝑀 𝑂2
Widayat (2011) dalam penelitiannya yang =
menyatakan bahwa semakin besar laju alir 60
udara, maka nilai Kla akan semakin besar. Koefisien transfer massa gas-cair (KLa)
Hal itu dikarenakan, semakin besar laju alir 𝑒
udara maka udara yang dapat dipindahka n 𝐾𝐿𝑎 =
0.008
ke dalam larutan semakin besar pula
sehingga Kla semakin besar. Selain itu
Widayat (2011) juga menyatakan bahwa
semakin besar laju alir maka konsentrasi
oksigen dalam medium bertambah

7
Hubungan Waktu Tinggal terhadap Mol I2 excess (b)
KLa 𝑁 𝐾𝐼
= 𝑥 𝑉𝑜𝑙 𝐾𝐼
Tabel 4. Data kLa pada Setiap menit 𝑒𝑞

Mol Na2SO3 sisa (c)


1 𝑁 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3
=𝑏− 𝑥 𝑉𝑜𝑙 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3
2 𝑒𝑞

Semakin besar nilai titran yang


diperoleh maka mol sisa Na2 SO 3 akan
semakin kecil. Ketika mol Na2 SO3 sisa
yang diperoleh kecil, maka akan
berpengaruh terhadap perhitungan O 2 yang
bereaksi, dengan rumus sebagai berikut:
1200

1000 Mol Na2 SO 3 mula-mula (a)


𝑁 𝑁𝑎2𝑆𝑂3
800 = 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
Variabel 1 𝑒𝑞
600
Variabel 2
Mol I2 excess (b)
400 Variabel 3 𝑁 𝐾𝐼
= 𝑥 𝑉𝑜𝑙 𝐾𝐼
200 𝑒𝑞
0
0 5 10 15 20 25 Mol Na2 SO 3 sisa (c)
1 𝑁 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3
Gambar 5. Pengaruh Waktu Terhadap kLa =𝑏− 𝑥 𝑉𝑜𝑙 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3
2 𝑒𝑞
Dari gambar 5, dapat dilihat baik Dengan mol Na2 SO3 sisa yang kecil,
variabel 1 dengan laju alir gas 5 ml/s maka mol O 2 yang bereaksi akan semakin
maupun variabel 2 dan variabel 3 dengan besar sesuai dengan rumus berikut:
laju alir masing – masing 8 ml/s dan 11
ml/s, bahwa semakin lama waktu, maka Mol O 2 yang bereaksi (d)
kLa semakin menurun. Reaksi yang terjadi 1
adalah: = 𝑥 (𝑎 − 𝑐)
2
Na2 SO3 + 0,5 O 2 → Na2 SO4 + sehingga mol O 2 yang masuk reactor akan
Na2 SO3 (sisa) semakin kecil sesuai rumus:
Na2 SO3 (sisa) + KI + KIO 3 → Na2 SO 4 +
2KIO 2 + I2(sisa) O2 yang masuk reaktor (e)
I2 (sisa) + 2 Na2 S2 O 3 → Na2 S4 O6 + 2NaI 𝑑 𝑥 𝐵𝑀 𝑂2
=
60
Dalam percobaan, semakin lama
waktu tinggal, maka jumlah titran yang Dengan mol O 2 yang masuk reactor
digunakan untuk titrasi semakin banyak, semakin kecil maka nilai Kla akan semakin
atau dengan kata lain waktu berbanding kecil pula, karena Kla sebanding dengan
lurus dengan jumlah titran yang jumlah mol O 2 yang masuk reactor, sesuai
dibutuhkan. Volum titran yang dibutuhka n rumus :
akan berpengaruh terhadap perhitunga n Koefisien transfer massa gas-cair (KLa)
mol Na2 SO 3 sisa, dengan rumus sebagai 𝑒
berikut: 𝐾𝐿𝑎 =
0.008
8
KESIMPULAN Engineering Journal,57 (1995) B7-
Semakin besar laju alir maka nilai hold-up B13. Canada
nya juga semakin besar karena gelembung Haryani, Kristina, Widayat. 2011.
udara yang ada di dalam air (di dalam Pengaruh Viskositas dan Laju Alir
reaktor) bertambah banyak sehingga fraksi Terhadap Hidrodinamika Dan
volume udara dalam larutan juga akan Perpindahan Massa Dalam Proses
bertambah banyak dan meningkatkan nilai Produksi Asam Sitrat Dengan
hold-up gas. Semakin besar nilai laju alir Bioreaktor Air-Lift dan Kapang
gas maka nilai Ulr dan Uld akan semakin Aspergilus Niger. Reaktor, Volume
besar juga karena daya dorong pada area 13 Nomor 3, Halaman 194-200
downcomer semakin besar sehingga waktu
yang diperlukan lebih singkat. Semakin Popovic, M.K. and Robinson, C.W.,
(1989). Mass Transfer Stuy of
besar laju alir gas, maka semakin besar nilai
External Loop Airlift and a Buble
koefisien perpindahan massa gas-cair
Column. AICheJ., 35(3), pp. 393-
(KLa) rata-rata nya karena semakin besar
405
laju alir gas maka akan semakin banyak
oksigen yang masuk kedalam reaktor dan Tim Penyusun. 2014. Buku Panduan
dipindahkan. Semakin lama waktu, nilai Praktikum Laboratorium Proses
KLa menurun karena jumlah O₂ yang Kimia. Jurusan Teknik Kimia.
bereaksi berkurang akibat jenuh oleh gas. Universitas Diponegoro

DAFTAR PUSTAKA Widayat. 2004. Pengaruh Laju Alir dan


Christi, M. Y., 1989, “Air-lift Bioreactor”, Viskositas Terhadap Perpindahan
El Sevier Applied Science, London. Massa Gas-Cair Fluida Non
Christi Yusuf, Fu Wengen dan Murray Newtonian Dalam Reaktor Air Lift
Moo Young. 1994. Relationship Rectangular. Posiding Seminar
Between Riser and Downcomer Nasional Rekayasa Kimia dan
Gas Hold-Up In Internal-Loop Proses 2004 ISSN : 1411-4216
Airlift Reactors Without Gas-Liquid William, J. A., 2002, “Keys to Bioreactor
Separator. The Chemical Selections”, Chem. Eng. Prog, hal 3441

Anda mungkin juga menyukai