Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

GELOMBANG DAN OPTIK

KISI DIFRAKSI

Tanggal Praktikum : 25 Oktober 2017

Tanggal Pengumpulan : 30 Oktober 2017

Waktu Praktikum : 15.30 – 17.10 WIB

Nama : Nurul Fitriyani

NIM : 11150163000008

Kelompok/ Kloter : 1 (satu) / 1 (satu)

Anggota Kelompok :

1. Sulastri (11150163000005)
2. My Gempita Fitriyani (11150163000009)
3. Nia Rosidah (11150163000014)
4. Hani Fariha (11150163000016)

Kelas : Pendidikan Fisika 5A

LABORATORIUM OPTIK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017
KISI DIFRAKSI

A. Tujuan Praktikum
1. Memahami prinsip terjadinya difraksi
2. Menentukan panjang gelombang cahaya tampak
3. Membandingkan panjang gelombang cahaya tampak hasil percobaan dan teori

B. Dasar Teori

Sejumlah besar celah paralel yang berjarak sama disebut kisi difraksi. Kisi dapat
dibuat dengan mesin presisi berupa garis-garis paralel yang sangat halus dan teliti di
atas pelat kaca. Jarak yanag tidak tergores di antara garis-garis tersebut berfungsi
sebagai celah.Kisi difraksi yang berisi celah-celah disebut kisi transmisi (Giancoli,
2001 : 302-303).
Kisi difraksi adalah suatu alat yang terbuat dari pelat logam atau kaca yang
pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar. Suatu
kisi dengan lebar kira-kira 2cm mempunyai goresan-goresan atau garis-garis sampai
sebanyak 10.000 atau 20.000 garis. Garis-garis antara dua goresan dapat dipandang
sebagai suatu celah, dan interferensi dari 20.000 celah membentuk suatu garis-garis
terang (konstruktif) dan gelap (destruktif) yang sempit, dengan posisi bergantung
terhadap panjang gelombang. Jika cahaya putih melewati celah maka akan terjadi pola
difraksi dan akan diperoleh spektrum cahaya. Kisi difraksi dipergunakan untuk
menguraikan warna sehingga dapat dipergunakan untuk mengukur panjang
gelombang dan mengamati spektrum. (Kahfi,2009: http://digilib.itb.ac.id/)
Difraksi adalah penyebaran atau pelenturan gelombang yang disebabkan
olehadanya penghalang berupa celah. Semakin kecil halangan, penyebaran
gelombangsemakin besar. Hal ini bisa diterangkan oleh prinsip Huygens, tiap bagian
celah berlaku sebagai sebuah sumber gelombang, dengan demikian, cahaya dari satu
bagiancelah dapat berinterferensi dengan cahaya dari bagian yang lain dan
intensitasresultannya pada layar bergantung pada arah θ.
Difraksi cahaya merupakan peristiwa pelenturan gelombang cahaya ketika
melewati suatu celah sempit (lebar celah lebih kecil dari panjag gelombang). Sehingga
gelombang cahaya tampak melebar pada tepi celah. Peristiwa difraksi cahaya
menghasilkan garis-garis terang dan garis-garis gelap seperti pada peristiwa
interferensi. Gelombang bidang dilenturkan atau didifraksikan oleh tiap-tiap celah
meliputi bidang layar yang lebih luas daripada bayangan geometri celah. Hal ini
menyebabkan cahaya dari tiap-tiap celah bertumpang tindih pada layar, sehingga
terjadi interferensi. Jika berkas cahaya monokromatis dijatuhkan pada sebuah kisi,
maka sebagian cahaya akan diteruskan dan sebagian lagi akan dibelokkan. Apabila
melihat suatu sumber cahaya monokromatis dengan perantara sebuah kisi, maka akan
tampak suatu pola difraksi berupa pita-pita terang. Pita terang terjadi bila suatu
lintasan cahaya yang keluar daridua celah kisi yang berurutan memenuhi persamaan :
mλ = d sinθ

dimana n merupakan orde pola difraksi (0,1,2,…), d yaitu jarak antara dua garis kisi, λ
yaitu panjang gelombang dan θ merupakan sudut lenturan atau difraksi. Sebuah kisi
dapat mempunyai ribuan garis per sentimeter. Dari data banyaknya garis per
sentimeter kita dapat menentukan jarak antar celah atau yang disebut dengan tetapan
kisi (d), jika terdapat N garis per satuan panjang, maka tetapan kisi d adalah kebalikan
dari N, yaitu :
1
𝑑=
𝑁
(Pertiwi,2015: https://www.academia.edu/16757616/KISI_DIFRAKSI)
Seberkas sinar tegak lurus kisi dan sebuah lensa konvergen digunakan untuk
mengumpulkan sinar-sinar tersebut ke titik P yang dikehendaki pada layar. Distribusi
intensitas yang diamati pada layar merupakan gabungan dari efek interferensi dan
difraksi. Setiap celah menghasilkan difraksi seperti yang telah diuraikan sebelumnya,
dan sinar-sinar yang terdifraksi sebelumnya tersebut berinterferensi pada layar yang
menghasilkan pola akhir. (Ahmadun,2014.Laporan Kisi Difraksi
https://www.academia.edu/8053987/LAPORAN_KISI_DIFRAKSI ).
Cahaya memiliki sifat sebagai gelombang sehingga cahaya mengalami difraksi
dan interferensi. Syarat terjadinya difraksi adalah koheren dan selisih fase tetap.
Difraksi cahaya dapat terjadi jika cahaya melalui kisi. Kisi adalah celah sempit sejajar
yang jumlahnya sangat banyak. Konstanta kisi (d) adalah jarak antara dua celah yang
berdekatan.
𝑑. 𝑝
= 𝑚
𝑙
d= Konstanta kisi
p= Jarak titik terang pusat
l= Jarak kisi ke layar
m= Orde
= Panjang gelombang cahaya

C. Alat dan Bahan

No. Nama Alat dan Bahan Gambar


1

Rel Presisi

Layar Putih

Kotak Cahaya

4 Mistar
5

Kisi (100,300,600 garis/mm)

Filter Hijau

Diafragma

Catu Daya

Penyangga
D. Langkah Kerja
 Percobaan dengan N 100 celah/mm

No Langkah Kerja Gambar

Siapkan semua alat dan bahan yang


1.
akan digunakan

Buatlah rangkaian seperti gambar


2.
percobaan di samping

3. Pasang kisi 100 celah/mm

Atur jarak kisi dengan layar putih


4. sejauh 30 x 10-2, 35 x 10-2 dan 40 x
10-2 m
letakkan Diafragma di depan kotak
5.
cahaya

6. Hidupkan catu-daya tegangan utama

Setelah kotak cahaya menyala, amati


dan ukur jarak antara terang pusat dan
7.
cahaya merah,kuning,dan biru pada
layar dengan menggunakan mistar

Catat hasil pengukuran pada tabel


8.
percobaan
 Percobaan dengan N 300 celah/mm

No Langkah Kerja Gambar

Siapkan semua alat dan bahan yang


1.
akan digunakan

Buatlah rangkaian seperti gambar


2.
percobaan di samping

3. Pasang kisi 300 celah/mm

Atur jarak kisi dengan layar putih


4. sejauh 15 x 10-2, 20 x 10-2 dan 30 x
10-2 m
letakkan Diafragma di depan kotak
5.
cahaya

6. Hidupkan catu-daya tegangan utama

Setelah kotak cahaya menyala, amati


dan ukur jarak antara terang pusat dan
7.
cahaya merah,kuning,dan biru pada
layar dengan menggunakan mistar

Catat hasil pengukuran pada tabel


8.
percobaan
 Percobaan dengan N 600 celah/mm

No Langkah Kerja Gambar

Siapkan semua alat dan bahan yang


1.
akan digunakan

Buatlah rangkaian seperti gambar


2.
percobaan di samping

3. Pasang kisi 600 celah/mm

Atur jarak kisi dengan layar putih


4. sejauh 15 x 10-2, 20 x 10-2 dan 30 x
10-2 m
letakkan Diafragma di depan kotak
5.
cahaya

6. Hidupkan catu-daya tegangan utama

Setelah kotak cahaya menyala, amati


dan ukur jarak antara terang pusat dan
7.
cahaya merah,kuning,dan biru pada
layar dengan menggunakan mistar

Catat hasil pengukuran pada tabel


8.
percobaan
 Percobaan dengan N 600 celah/mm dengan filter

No Langkah Kerja Gambar

Siapkan semua alat dan bahan yang


1.
akan digunakan

Buatlah rangkaian seperti gambar


2.
percobaan di samping

3. Pasang kisi 600 celah/mm

Pasang filter hijau dan letakkan di


4.
depan kotak cahaya
Atur jarak kisi dengan layar putih
5. sejauh 15 x 10-2, 20 x 10-2 dan 30 x
10-2 m

letakkan Diafragma di depan kotak


6.
cahaya

7. Hidupkan catu-daya tegangan utama

Setelah kotak cahaya menyala, amati


dan ukur jarak antara terang pusat dan
8.
cahaya merah,kuning,dan biru pada
layar dengan menggunakan mistar
Catat hasil pengukuran pada tabel
9.
percobaan

E. Data Percobaan
 Keadaan Laboratorium
No. Indikator Hasil
1 Suhu Ruangan
2 Kelembaban
3 Kondisi Ruangan (deskripsi)

 Percobaan dengan N= 100 celah/mm


Warna
No. l (m) λ (m) p (m)
Cahaya
12,5 x 10-2
30 x 10-2 4,2 x 10-6 12,5 x 10-2
12,5 x 10-2
15,1 x 10-2
1 Merah 35 x 10-2 4,3 x 10-6 15,1 x 10-2
15,1 x 10-2
17,5 x 10-2
40 x 10-2 4,4 x 10-6 17,5 x 10-2
17,5 x 10-2
10,5 x 10-2
30 x 10-2 3,5 x 10-6 10,5 x 10-2
2 Kuning 10,5 x 10-2
12,5 x 10-2
-2 -6
35 x 10 3,6 x 10
12,5 x 10-2
12,5 x 10-2
15 x 10-2
40 x 10-2 3,7 x 10-6 15 x 10-2
15 x 10-2
8,5 x 10-2
30 x 10-2 2,8 x 10-6 8,5 x 10-2
8,4 x 10-2
10,5 x 10-2
3 Biru 35 x 10-2 3,0 x 10-6 10,5 x 10-2
10,5 x 10-2
12,5 x 10-2
40 x 10-2 3,1 x 10-6 12,5 x 10-2
12,5 x 10-2

 Percobaan dengan N= 300 celah/mm


Warna
No. l (m) λ (m) p (m)
Cahaya
3,5 x 10-2
15 x 10-2 7,7 x 10-7 3,5 x 10-2
3,5 x 10-2
4,5 x 10-2
1 Merah 20 x 10-2 7,4 x 10-7 4,5 x 10-2
4,5 x 10-2
6,5 x 10-2
30 x 10-2 7,2 x 10-7 6,6 x 10-2
6,5 x 10-2
3,0 x 10-2
15 x 10-2 6,6 x 10-7 3,0 x 10-2
3,0 x 10-2
2 Kuning
4,0 x 10-2
20 x 10-2 6,6 x 10-7 4,0 x 10-2
4,0 x 10-2
5,5 x 10-2
30 x 10-2 6,1 x 10-7 5,5 x 10-2
5,5 x 10-2
1,5 x 10-2
15 x 10-2 3,3 x 10-7 1,5 x 10-2
1,5 x 10-2
2,5 x 10-2
3 Biru 20 x 10-2 4,1 x 10-7 2,5 x 10-2
2,5 x 10-2
4,0 x 10-2
30 x 10-2 4,4 x 10-7 4,0 x 10-2
4,0 x 10-2

 Percobaan dengan N= 600 celah/mm


Warna
No. l (m) λ (m) p (m)
Cahaya
1,0 x 10-2
15 x 10-2 1,1 x 10-7 1,0 x 10-2
1,0 x 10-2
1,3 x 10-2
1 Merah 20 x 10-2 1,0 x 10-7 1,3 x 10-2
1,3 x 10-2
2,0 x 10-2
30 x 10-2 1,1 x 10-7 2,0 x 10-2
2,0 x 10-2
0,7 x 10-2
15 x 10-2 7,5 x 10-8 0,7 x 10-2
0,7 x 10-2
2 Kuning 1,0 x 10-2
1,0 x 10-2
-2 -8
20 x 10 8,0 x 10
1,0 x 10-2
1,7 x 10-2
30 x 10-2 9,1 x 10-8 1,7 x 10-2
1,7 x 10-2
0,5 x 10-2
15 x 10-2 5,3 x 10-8 0,5 x 10-2
0,5 x 10-2
0,8 x 10-2
3 Biru 20 x 10-2 6,4 x 10-8 0,8 x 10-2
0,8 x 10-2
1,5 x 10-2
30 x 10-2 8,0 x 10-8 1,5 x 10-2
1,5 x 10-2

 Percobaan dengan N= 600 celah/mm dengan filter


Warna
No. l (m) λ (m) p (m)
Cahaya
0,8 x 10-2
15 x 10-2 8,5 x 10-8 0,8 x 10-2
0,8 x 10-2
1,2 x 10-2
1 Merah 20 x 10-2 9,6 x 10-8 1,2 x 10-2
1,2 x 10-2
1,8 x 10-2
30 x 10-2 9,6 x 10-8 1,8 x 10-2
1,8 x 10-2
0,7 x 10-2
15 x 10-2 7,5 x 10-8 0,7 x 10-2
0,7 x 10-2

2 Kuning 1,0 x 10-2

1,0 x 10-2
-2 -8
20 x 10 8,0 x 10

1,0 x 10-2
1,7 x 10-2
30 x 10-2 9,1 x 10-8 1,7 x 10-2
1,7 x 10-2
0,5 x 10-2
15 x 10-2 5,3 x 10-8 0,5 x 10-2
0,5 x 10-2
0,8 x 10-2
3 Biru 20 x 10-2 6,4 x 10-8 0,8 x 10-2
0,8 x 10-2
1,5 x 10-2
30 x 10-2 8,0 x 10-8 1,5 x 10-2
1,5 x 10-2

F. Pengolahan Data
𝑑.𝑝
keterangan :
Rumus umum = 𝑚 d : lebar celah
𝑙
m : orde
𝑑. 𝑝
= p : jarak titik ke terang pusat
𝑙. 𝑚  : Panjang gelombang cahaya
1 l : Jarak kisi ke layar
Rumus untuk menemukan d : 𝑑 = 𝑁
N : banyak celah/cm

Jadi, yang dicari pada tiap percobaan adalah:


𝑝𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡
𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ =
𝑁. 𝑙. 𝑚

𝑝𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡
𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 =
𝑁. 𝑙. 𝑚

𝑝𝑏𝑖𝑟𝑢→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡
𝑏𝑖𝑟𝑢 =
𝑁. 𝑙. 𝑚
Penulisan hasil percobaan :
𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ ± 𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ ; 𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 ± 𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 ; 𝑑𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑟𝑢 ± 𝑏𝑖𝑟𝑢
2 2
𝑁∑
1 −(∑ )
Dengan  = √
𝑁 𝑁−1
 Percobaan dengan N= 100 celah/mm
1 1
𝑑= = = 1,0 × 10−5 𝑚
𝑁 100/𝑚𝑚
 Merah
𝒍 = 𝟑𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
12,5 𝑥10−2 + 12,5 𝑥10−2 + 12,5 𝑥10−2
𝑝̅ = = 12,5 𝑥10−2 𝑚
3
𝑑.𝑝𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (1,0 ×10−5 )(12,5 𝑥10−2 )
𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ = 𝑙.𝑚
=
30𝑥10−2 (1)
= 𝟒, 𝟐 𝒙𝟏𝟎−𝟔 𝒎

𝒍 = 𝟑𝟓 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
15,0 𝑥10−2 + 15,1 𝑥10−2 + 15,0 𝑥10−2
𝑝̅ = = 15,03 𝑥10−2 𝑚
3

𝑑. 𝑝𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (1,0 × 10−5 )(15,03 𝑥10−2 )


𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ = = −2
= 𝟒, 𝟑 𝒙𝟏𝟎−𝟔 𝒎
𝑙. 𝑚 35𝑥10 (1)

𝒍 = 𝟒𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
17,5 𝑥10−2 + 17,5 𝑥10−2 + 17,5 𝑥10−2
𝑝̅ = = 17,5 𝑥10−2 𝑚
3
𝑑.𝑝𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (1,0 ×10−5 )(17,5 𝑥10−2 )
𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ = 𝑙.𝑚
=
40𝑥10−2 (1)
= 𝟒, 𝟒 𝒙𝟏𝟎−𝟔 𝒎
 Kuning
𝒍 = 𝟑𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
10,5 𝑥10−2 + 10,5 𝑥10−2 + 10,5 𝑥10−2
𝑝̅ = = 10,5 𝑥10−2 𝑚
3
𝑑.𝑝𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 1,0 ×10−5 . 10,5 𝑥10−2 −𝟔
𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 = 𝑙.𝑚
= 30 𝑥10−2 (1)
= 𝟑, 𝟓𝒙𝟏𝟎 𝒎
𝒍 = 𝟑𝟓 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
12,5 𝑥10−2 + 12,5 𝑥10−2 + 12,5 𝑥10−2
𝑝̅ = = 12,5 𝑥10−2 𝑚
3
𝑑. 𝑝𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (1,0 × 10−5 ) (12,5 𝑥10−2) −𝟔
𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 = = = 𝟑, 𝟔 𝒙𝟏𝟎 𝒎
𝑙. 𝑚 35 𝑥10−2 (1)
𝒍 = 𝟒𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
15,0 𝑥10−2 + 15,0 𝑥10−2 + 15,0 𝑥10−2
𝑝̅ = = 15,0 𝑥10−2 𝑚
3
𝑑. 𝑝𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (1,0 × 10−5 ) (15,0 𝑥10−2) −𝟔
𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 = = = 𝟑, 𝟕 𝒙𝟏𝟎 𝒎
𝑙. 𝑚 40 𝑥10−2 (1)

 Biru
𝒍 = 𝟑𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
8,5 𝑥10−2 + 8,5 𝑥10−2 + 8,4 𝑥10−2
𝑝̅ = = 8,47 𝑥10−2 𝑚
3
𝑑. 𝑝𝑏𝑖𝑟𝑢→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (1,0 × 10−5 ) (8,47 𝑥10−2 )
𝑏𝑖𝑟𝑢 = = = 𝟐, 𝟖 𝒙𝟏𝟎−𝟔 𝒎
𝑙. 𝑚 30 𝑥10−2 (1)
𝒍 = 𝟑𝟓 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
10,5 𝑥10−2 + 10,5 𝑥10−2 + 10,5 𝑥10−2
𝑝̅ = = 10,5 𝑥10−2 𝑚
3
𝑑.𝑝𝑏𝑖𝑟𝑢→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 1,0 ×10−5 . 10,5 𝑥10−2
𝑏𝑖𝑟𝑢 = 𝑙.𝑚
=
35 𝑥10−2 (1)
= 𝟑, 𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟔 𝒎

𝒍 = 𝟒𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
12,5 𝑥10−2 + 12,5 𝑥10−2 + 12,5 𝑥10−2
𝑝̅ = = 12,5 𝑥10−2 𝑚
3
𝑑. 𝑝𝑏𝑖𝑟𝑢→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (1,0 × 10
−5
) (12,5 𝑥10
−2
)
𝑏𝑖𝑟𝑢 = = −𝟔
= 𝟑, 𝟏 𝒙𝟏𝟎 𝒎
𝑙. 𝑚 40 𝑥10 −2
(1)

 Percobaan dengan N= 300 celah/mm


1 1
𝑑= = = 0,33 × 10−5 𝑚
𝑁 300/𝑚𝑚
 Merah
𝒍 = 𝟏𝟓 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
3,5 𝑥10−2 + 3,5 𝑥10−2 + 3,5 𝑥10−2
𝑝̅ = = 3,5 𝑥10−2 𝑚
3

𝑑. 𝑝𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,33 × 10−5 )(3,5 𝑥10−2 )


𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ = = = 𝟕, 𝟕 𝒙𝟏𝟎−𝟕 𝒎
𝑙. 𝑚 15 𝑥10−2 (1)

𝒍 = 𝟐𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
4,5 𝑥10−2 + 4,5 𝑥10−2 + 4,5 𝑥10−2
𝑝̅ = = 4,5 𝑥10−2 𝑚
3

𝑑. 𝑝𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,33 × 10−5 )(4,5 𝑥10−2 )


𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ = = = 𝟕, 𝟒 𝒙𝟏𝟎−𝟕 𝒎
𝑙. 𝑚 20 𝑥10−2 (1)
𝒍 = 𝟑𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
6,5 𝑥10−2 + 6,6 𝑥10−2 + 6,5 𝑥10−2
𝑝̅ = = 6,5 𝑥10−2 𝑚
3

𝑑. 𝑝𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,33 × 10−5 )(6,5 𝑥10−2 )


𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ = = = 𝟕, 𝟐 𝒙𝟏𝟎−𝟕 𝒎
𝑙. 𝑚 30 𝑥10−2 (1)

 Kuning
𝒍 = 𝟏𝟓 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
3 𝑥10−2 + 3 𝑥10−2 + 3 𝑥10−2
𝑝̅ = = 3 𝑥10−2 𝑚
3
−5 −2
𝑑. 𝑝𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,33 × 10 ) (3 𝑥10 ) −𝟕
𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 = = = 𝟔, 𝟔 𝒙𝟏𝟎 𝒎
𝑙. 𝑚 15 𝑥10−2 (1)

𝒍 = 𝟐𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
4 𝑥10−2 + 4 𝑥10−2 + 4 𝑥10−2
𝑝̅ = = 4 𝑥10−2 𝑚
3
−5 −2
𝑑. 𝑝𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,33 × 10 ) (4𝑥10 ) −𝟕
𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 = = = 𝟔, 𝟔 𝒙𝟏𝟎 𝒎
𝑙. 𝑚 20 𝑥10−2 (1)

𝒍 = 𝟑𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
5,5 𝑥10−2 + 5,5 𝑥10−2 + 5,5 𝑥10−2
𝑝̅ = = 5,5 𝑥10−2 𝑚
3
−5 −2
𝑑. 𝑝𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,33 × 10 ) (5,5𝑥10 ) −𝟕
𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 = = = 𝟔, 𝟏 𝒙𝟏𝟎 𝒎
𝑙. 𝑚 30 𝑥10−2 (1)

 Biru
𝒍 = 𝟏𝟓 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
1,5 𝑥10−2 + 1,5 𝑥10−2 + 1,5 𝑥10−2
𝑝̅ = = 1,5 𝑥10−2 𝑚
3

𝑑. 𝑝𝑏𝑖𝑟𝑢→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,33 × 10−5 ) (1,5 𝑥10−2 )


𝑏𝑖𝑟𝑢 = = = 𝟑, 𝟑 𝒙𝟏𝟎−𝟕 𝒎
𝑙. 𝑚 15 𝑥10−2 (1)

𝒍 = 𝟐𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
2,5 𝑥10−2 + 2,5 𝑥10−2 + 2,5 𝑥10−2
𝑝̅ = = 2,5 𝑥10−2 𝑚
3

𝑑. 𝑝𝑏𝑖𝑟𝑢→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,33 × 10−5 ) (2,5 𝑥10−2 )


𝑏𝑖𝑟𝑢 = = = 𝟒, 𝟏 𝒙𝟏𝟎−𝟕 𝒎
𝑙. 𝑚 20 𝑥10−2 (1)
𝒍 = 𝟑𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
4 𝑥10−2 + 4 𝑥10−2 + 4 𝑥10−2
𝑝̅ = = 4 𝑥10−2 𝑚
3

𝑑. 𝑝𝑏𝑖𝑟𝑢→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,33 × 10−5 ) (4 𝑥10−2 )


𝑏𝑖𝑟𝑢 = = = 𝟒, 𝟒𝒙𝟏𝟎−𝟕 𝒎
𝑙. 𝑚 30 𝑥10−2 (1)

 Percobaan dengan N= 600 celah/mm


1 1
𝑑= = = 0,16 × 10−5 𝑚
𝑁 600/𝑚𝑚
 Merah
𝒍 = 𝟏𝟓 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
1 𝑥10−2 + 1 𝑥10−2 + 1 𝑥10−2
𝑝̅ = = 1 𝑥10−2 𝑚
3

𝑑. 𝑝𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,16 × 10−5 )(1 𝑥10−2 )


𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ = = = 𝟏, 𝟏 𝒙𝟏𝟎−𝟕 𝒎
𝑙. 𝑚 15 𝑥10−2 (1)

𝒍 = 𝟐𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
1,3 𝑥10−2 + 1,3 𝑥10−2 + 1,3 𝑥10−2
𝑝̅ = = 1,3 𝑥10−2 𝑚
3

𝑑. 𝑝𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,16 × 10−5 )(1,3 𝑥10−2 )


𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ = = = 𝟏, 𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟕 𝒎
𝑙. 𝑚 20 𝑥10−2 (1)

𝒍 = 𝟑𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
2 𝑥10−2 + 2 𝑥10−2 + 2 𝑥10−2
𝑝̅ = = 2 𝑥10−2 𝑚
3

𝑑. 𝑝𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,16 × 10−5 )(2 𝑥10−2 )


𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ = = = 𝟏, 𝟏 𝒙𝟏𝟎−𝟕 𝒎
𝑙. 𝑚 30 𝑥10−2 (1)

 Kuning
𝒍 = 𝟏𝟓 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
0,7 𝑥10−2 + 0,7 𝑥10−2 + 0,7 𝑥10−2
𝑝̅ = = 0,7 𝑥10−2 𝑚
3
−5 −2
𝑑. 𝑝𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,16 × 10 ) (0,7 𝑥10 ) −𝟖
𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 = = = 𝟕, 𝟓 𝒙𝟏𝟎 𝒎
𝑙. 𝑚 15 𝑥10−2 (1)

𝒍 = 𝟐𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
1 𝑥10−2 + 1 𝑥10−2 + 1 𝑥10−2
𝑝̅ = = 1 𝑥10−2 𝑚
3
−5 −2
𝑑. 𝑝𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,16 × 10 ) (1𝑥10 ) −𝟖
𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 = = = 𝟖, 𝟎 𝒙𝟏𝟎 𝒎
𝑙. 𝑚 20 𝑥10−2 (1)

𝒍 = 𝟑𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
1,7 𝑥10−2 + 1,7 𝑥10−2 + 1,7 𝑥10−2
𝑝̅ = = 1,7 𝑥10−2 𝑚
3
−5 −2
𝑑. 𝑝𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,16 × 10 ) (1,7𝑥10 ) −𝟖
𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 = = = 𝟗, 𝟏 𝒙𝟏𝟎 𝒎
𝑙. 𝑚 30 𝑥10−2 (1)
 Biru
𝒍 = 𝟏𝟓 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
0,5 𝑥10−2 + 0,5 𝑥10−2 + 0,5 𝑥10−2
𝑝̅ = = 0,5 𝑥10−2 𝑚
3

𝑑. 𝑝𝑏𝑖𝑟𝑢→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,16 × 10−5 ) (0,5 𝑥10−2 )


𝑏𝑖𝑟𝑢 = = = 𝟓, 𝟑 𝒙𝟏𝟎−𝟖 𝒎
𝑙. 𝑚 15 𝑥10−2 (1)

𝒍 = 𝟐𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
0,8 𝑥10−2 + 0,8 𝑥10−2 + 0,8 𝑥10−2
𝑝̅ = = 0,8 𝑥10−2 𝑚
3

𝑑. 𝑝𝑏𝑖𝑟𝑢→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,16 × 10−5 ) (0,8 𝑥10−2 )


𝑏𝑖𝑟𝑢 = = = 𝟔, 𝟒 𝒙𝟏𝟎−𝟖 𝒎
𝑙. 𝑚 20 𝑥10−2 (1)

𝒍 = 𝟑𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
1,5 𝑥10−2 + 1,5 𝑥10−2 + 1,5 𝑥10−2
𝑝̅ = = 1,5 𝑥10−2 𝑚
3

𝑑. 𝑝𝑏𝑖𝑟𝑢→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,16 × 10−5 ) (1,5 𝑥10−2 )


𝑏𝑖𝑟𝑢 = = = 𝟖, 𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟖 𝒎
𝑙. 𝑚 30 𝑥10−2 (1)

 Percobaan dengan N= 600 celah/mm dengan filter


1 1
𝑑= = = 0,16 × 10−5 𝑚
𝑁 600/𝑚𝑚
 Merah
𝒍 = 𝟏𝟓 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
0,8 𝑥10−2 + 0,8 𝑥10−2 + 0,8 𝑥10−2
𝑝̅ = = 0,8 𝑥10−2 𝑚
3

𝑑. 𝑝𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,16 × 10−5 )(0,8 𝑥10−2 )


𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ = = = 𝟖, 𝟓 𝒙𝟏𝟎−𝟖 𝒎
𝑙. 𝑚 15 𝑥10−2 (1)
𝒍 = 𝟐𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
1,2 𝑥10−2 + 1,2𝑥10−2 + 1,2 𝑥10−2
𝑝̅ = = 1,2 𝑥10−2 𝑚
3

𝑑. 𝑝𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,16 × 10−5 )(1,2 𝑥10−2 )


𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ = = = 𝟗, 𝟔 𝒙𝟏𝟎−𝟖 𝒎
𝑙. 𝑚 20 𝑥10−2 (1)

𝒍 = 𝟑𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
1,8 𝑥10−2 + 1,8 𝑥10−2 + 1,8 𝑥10−2
𝑝̅ = = 1,8 𝑥10−2 𝑚
3

𝑑. 𝑝𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,16 × 10−5 )(1,8 𝑥10−2 )


𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ = = = 𝟗, 𝟔 𝒙𝟏𝟎−𝟕 𝒎
𝑙. 𝑚 30 𝑥10−2 (1)

 Kuning
𝒍 = 𝟏𝟓 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
0,7 𝑥10−2 + 0,7 𝑥10−2 + 0,7 𝑥10−2
𝑝̅ = = 0,7 𝑥10−2 𝑚
3
−5 −2
𝑑. 𝑝𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,16 × 10 ) (0,7 𝑥10 ) −𝟖
𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 = = = 𝟕, 𝟓 𝒙𝟏𝟎 𝒎
𝑙. 𝑚 15 𝑥10−2 (1)

𝒍 = 𝟐𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
1 𝑥10−2 + 1 𝑥10−2 + 1 𝑥10−2
𝑝̅ = = 1 𝑥10−2 𝑚
3
−5 −2
𝑑. 𝑝𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,16 × 10 ) (1𝑥10 ) −𝟖
𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 = = = 𝟖, 𝟎 𝒙𝟏𝟎 𝒎
𝑙. 𝑚 20 𝑥10−2 (1)

𝒍 = 𝟑𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
1,7 𝑥10−2 + 1,7 𝑥10−2 + 1,7 𝑥10−2
𝑝̅ = = 1,7 𝑥10−2 𝑚
3
−5 −2
𝑑. 𝑝𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,16 × 10 ) (1,7𝑥10 ) −𝟖
𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 = = = 𝟗, 𝟏 𝒙𝟏𝟎 𝒎
𝑙. 𝑚 30 𝑥10−2 (1)
 Biru
𝒍 = 𝟏𝟓 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
0,5 𝑥10−2 + 0,5 𝑥10−2 + 0,5 𝑥10−2
𝑝̅ = = 0,5 𝑥10−2 𝑚
3
𝑑. 𝑝𝑏𝑖𝑟𝑢→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,16 × 10−5 ) (0,5 𝑥10−2 )
𝑏𝑖𝑟𝑢 = = = 𝟓, 𝟑 𝒙𝟏𝟎−𝟖 𝒎
𝑙. 𝑚 −2
15 𝑥10 (1)

𝒍 = 𝟐𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
0,8 𝑥10−2 + 0,8 𝑥10−2 + 0,8 𝑥10−2
𝑝̅ = = 0,8 𝑥10−2 𝑚
3

𝑑. 𝑝𝑏𝑖𝑟𝑢→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,16 × 10−5 ) (0,8 𝑥10−2 )


𝑏𝑖𝑟𝑢 = = = 𝟔, 𝟒 𝒙𝟏𝟎−𝟖 𝒎
𝑙. 𝑚 20 𝑥10−2 (1)

𝒍 = 𝟑𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟐 𝒎
1,5 𝑥10−2 + 1,5 𝑥10−2 + 1,5 𝑥10−2
𝑝̅ = = 1,5 𝑥10−2 𝑚
3

𝑑. 𝑝𝑏𝑖𝑟𝑢→𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 (0,16 × 10−5 ) (1,5 𝑥10−2 )


𝑏𝑖𝑟𝑢 = = = 𝟖, 𝟎 𝒙𝟏𝟎−𝟖 𝒎
𝑙. 𝑚 30 𝑥10−2 (1)

λ (x10-7 m)
kisi Yang dipakai
λmerah λmerah2 λkuning λkuning2 λbiru λbiru2
100 celah/mm 43 1849 36 1296 30 900
300 celah/mm 7,4 54,76 6,6 43,56 4,1 16,81
600 celah/mm 1 1 0,8 0,64 0,64 0,4096
600 celah/mm dengan filter 0,96 0,9216 0,8 0,64 0,64 0,4096
Jumlah 52,36 1905,68 44,2 1340,84 35,38 917,63
rata-rata 13,09 476,42 11,05 335,21 8,845 229,41

2
1 √𝑁 ∑ 2 − (∑ )
 =
𝑁 𝑁−1

𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = × 100%
̅
2
1 𝑁 ∑ 2 −(∑ )2 1 4 . 1905,68× 10−14 −(52,36×10−7 )
 Nilai 𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ = 𝑁 √ 𝑁−1
= 4√ 4−1
= 10,1 × 10−7 𝑚

 10,1 × 10−7
𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = × 100% = × 100% = 77,2%
̅ 13,09 × 10−7
2
1 𝑁 ∑ 2 −(∑ ) 1 4 . 1340,84× 10−14 −(44,2×10−7 )2
 Nilai 𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 = 𝑁 √ = 4√ = 8,4 × 10−7 𝑚
𝑁−1 4−1
 8,4 × 10−7
𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = × 100% = × 100% = 76%
̅ 11,05 × 10−7
2
1 𝑁 ∑ 2 −(∑ ) 1 4 . 917,63× 10−14 −(35,38×10−7 )2
 Nilai 𝑏𝑖𝑟𝑢 = 𝑁 √ = 4√ = 7,1 × 10−7 𝑚
𝑁−1 4−1

 7,1 × 10−7
𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = × 100% = × 100% = 80,3%
̅
 8,845 × 10−7
Pelaporan hasil perhitungan :
𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ ± 𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ = 13,09 × 10−7 ± 10,1 × 10−7 meter
𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 ± 𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 = 11,05 × 10−7 ± 8,4 × 10−7 meter
𝑏𝑖𝑟𝑢 ± 𝑏𝑖𝑟𝑢 = 8,845 × 10−7 ± 7,1 × 10−7 meter

𝒑𝒆𝒓𝒃𝒂𝒏𝒅𝒊𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒂𝒏𝒕𝒂𝒓𝒂 𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍 𝒑𝒆𝒓𝒄𝒐𝒃𝒂𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒐𝒓𝒊

(Sumber : http://web.ipb.ac.id/~tpb/files/materi/bio100/Materi/fotosintesis.html )

 Merah
𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 − 𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
%=| | × 100%
𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
13,09 × 10−7 − 7 × 10−7
=| | × 100% = 87%
7 × 10−7
 Kuning
𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 − 𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
%=| | × 100%
𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
11,05 × 10−7 − 5,75 × 10−7
=| | × 100% = 92,2%
5,75 × 10−7
 Biru
𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 − 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
%=| | × 100%
𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

8,845 × 10−7 − 4,5 × 10−7


=| | × 100% = 96,5%
4,5 × 10−7

G. Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan percobaan mengenai kisi difraksi.
Seperti yang telah dijelaskan pada dasar teori bahwa kisi difraksi adalah suatu alat
yang terbuat dari pelat logam atau kaca yang pada permukaannya digoreskan garis-
garis sejajar dengan jumlah sangat besar. Jika cahaya putih melewati celah maka akan
terjadi pola difraksi dan akan diperoleh spektrum cahaya. Kisi difraksi dipergunakan
untuk menguraikan warna sehingga dapat dipergunakan untuk mengukur panjang
gelombang dan mengamati spektrum. (Kahfi,2009: http://digilib.itb.ac.id/).

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa tujuan dari praktikum kali ini
adalah mengukur panjang gelombang cahaya tampak yang dihasilkan dan mengamati
spektrum serta membandingkannya dengan panjang gelombang cahaya
tampakberdasarkan teori yang ada. Kisi yang dipakai pada percobaan kali ini adalah
kisi 100 celah/mm, 300 celah/mm,600 celah/mm dan 600 celah/mm dengan filter.
Pada percobaan pertama yaitu dengan menggunakan kisi 100 celah/mm. Dari
hasil percobaan diketahui bahwa panjang gelombang dari yang terbesar sampai
terkecil secara berturut-turut adalah merah, kuning dan biru. Hal ini sesuai dengan
teori. Namun jika dilihat dari nilai panjang gelombang hasil percobaan maka nilainya
jauh berbeda dengan panjang gelombang secara teori. Secara teori panjang gelombang
merah,kuning dan biru secara berturut-turut adalah 700 nm (7x10-7 m),575 nm
(5,75x10-7m),450 nm (4,5x10-7m) sedangkan dari hasil percobaan panjang
gelombangnya secara berturut-turut adalah 43x10-7 m, 36x10-7 m, dan 30x10-7 m.
Dapat dilihat bahwa hasil percobaan sangat jauh beebeda dengan teori.
Pada percobaan dengan kisi 300 celah/mm,600 celah/mm dan 600 celah/mm
dengan filter juga terjadi hal yang sama layaknya yang terjadi pada percobaan
pertama. Ada beberapa hal yang mempengaruhi perbedaan tersebut diantaranya yaitu
penggunaan diafragma , pada langkah percobaan yang tertulis di modul praktikum
dijelaskan bahwa diafragma digunakan selama percobaan berlangsung namun pada
kenyataannya praktikan tidakmenggunakan difragma dengan alasan bahwa cahaya
tampak yang dihasilkan tidak jelas dan sulit untuk diukur. Hal kedua yang
mempengaruhi perbedaan hasil percobaan dan teori adalah kondidi mata praktikan
yang bertugas sebagai pengukur jarak terang pusat ke terang pertama dimana setiap
praktikan memiliki pendapat tersendiri mengenai warna merah, kuning dan biru.
Seharusnya yang dilakukan adalah praktikanmembawa referensi warna merah,kuning
dan biru yang telah diketahui panjang gelombangnya secara teori.
H. Tugas Pasca Praktikum
1. Jelaskan mengapa terjadi warna pelangi pada pembiasan kisi difraksi?
2. Bagaimana urutan warna-warna dari kisi difraksi? Berikan gambar/foto yang
kamu dapat! Jelaskan!
3. Buatlah grafik perbandingan panjang gelombang pada percobaan dan teori! Dan
berilah penjelasan/deskripsi!
4. Tentukan presentase kesalahan percobaannya!
Jawaban
1. Bila cahaya monokromatik (satu warna) dijatuhkan pada celah sempit, maka
cahaya akan di belokan /dilenturkan sedangkan bila cahaya yang dijatuhkan
polikhromatik (cahaya putih\banyak warna), selain akan mengalami peristiwa
difraksi, juga akan terjadi peristiwa interferensi, hasil interferensi menghasilkan
pola warna pelangi. Pada percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa
praktikan menggunakan cahaya polikromatik (cahaya putih) yang berasal dari
kotak cahaya, ketika cahaya putih diarahkan ke sebuah kisi maka cahaya tersebut
akan dibelokkan atau disebut proses difraksi (pembelokan) setelah itu cahaya
putih akan mengalami proses interferensi, hasil dari proses interferensi itu sendiri
adalah pola warna yang terlihat pada layar putih.
2. Setelah melakukan percobaan maka didapatlah gambar atau foto berikut ini:

Dari gambar atau foto tersebut dapat dilihat bahwa urutan warna dari yang
terdekat dengan terang pusat secara berturut-turut adalah biru,hijau, kuning dan
merah (namun pada percobaan ini kita hanya mengamati cahaya biru, kuning dan
merah). Setelah melewati tahap perhitungan didapatkan bahwa warna merah
memiliki nilai panjang gelombang terbesar diikuti kuning dan biru.
3. Dari percobaan yang dilakukan kita dapat membandingkan hasil percobaan
dengan teori yang ada. Dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Perbandingan Hasil Percobaan dan Teori


14

12

10
λ (x10-7 m)

6 Hasil Percobaan

4 Teori

0
Merah Kuning Biru
warna Cahaya

Dari grafik di atas dapatr diketahui bahwa baik hasil percobaan maupun teori nilai
panjang gelombang dari merah ke biru adalah menurun. Namun jika dilihat dari
niali panjang gelombangnya maka keduanya memiliki selisih yang sangat jauh.
Hal ini menunjukan bahwa hasil percobaan masih jauh dari teori sebenarnya.
4. Dari soal nomor 3 kita dapat mencari nilai prosentase kesalahannya:
 Merah
𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 − 𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
%=| | × 100%
𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
13,09 × 10−7 − 7 × 10−7
=| | × 100% = 𝟖𝟕%
7 × 10−7
 Kuning
𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 − 𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
%=| | × 100%
𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
11,05 × 10−7 − 5,75 × 10−7
=| | × 100% = 𝟗𝟐, 𝟐%
5,75 × 10−7

 Biru
𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 − 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
%=| | × 100%
𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

8,845 × 10−7 − 4,5 × 10−7


=| | × 100% = 𝟗𝟔, 𝟓%
4,5 × 10−7
Dilihat dari nilai prosentase kesalahannya dapat ditarik kesimpulan bahwa
percobaan yang telah dilakukan tidak sesuai dengan teori yang ada.
I. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
1. Proses terjadinya difraksi yaitu pada saat cahaya putih diarahkan ke kisi dan
selanjutnya cahaya tersebut berbelok dan meleawi kisi.
2. Untuk dapat membuktikan panjang gelombang tampak maka dapat menggunakan
𝑑.𝑝
persamaan  = .
𝑙.𝑚

3. Dari percobaan ini kita dapat membandingkan nilai panjang gelombang hasil
percobaan dan teori. Dari proses di atas dapat diketahui bahwa hasil percobaan
sangat jauh berbeda dengan teori yang ada hal ini dapat dilihat dari prosentase
kesalahannya.
J. Komentar
1. Sebelum memulai praktikum sebaiknya praktikan sudah memiliki gambaran
terhadap praktikum yang akan dilakukan.
2. Praktikan selalu berhati-hati dalam melakukan praktikum.
3. Asisten Laboran sudah membimbing praktikan dengan baik.

K. DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, Douglas C.2001.FISIKA/Edisi kelima, Jilid 1.Jakarta: Erlangga.
Sutrisno.1986.Elektronika Teori dan Penerapannya.Bandung:ITB.
Ahmadun,2014.Laporan Kisi Difraksi
https://www.academia.edu/8053987/LAPORAN_KISI_DIFRAKSI
Kahfi.2009.Kisi Difraksi.http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/690/jbptitbpp-gdl-
kahfisabar-34473-3-2009ts-2.pdf. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2017
Pukul 13.00 WIB.
Pertiwi, Puji Kumala.2015.Kisi Difraksi
https://www.academia.edu/16757616/KISI_DIFRAKSI. Diakses pada
tanggal 27 Oktober 2017 Pukul 13.00 WIB.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai