Anda di halaman 1dari 5

Berfikir Kritis dan Profesionalisme

dalam Menjalankan Profesi Kedokteran


Kadek Ayu Paramitadewi Usadi
NIM 102015120
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara 6 Jakarta Barat 11510, Indonesia
Email : kadek.2015fk120@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan
Setiap orang harus mempunyai integritas diri yang baik, begitupun
seorang dokter yang harus memiliki sikap profesionalisme dalam profesinya.
Dengan cara menunjukkan sikap sesuai dengan kode etik, itu merupakan salah
satu syarat menjadi dokter yang professional. Dokter yang professional adalah
dokter yang mampu bekerja dengan baik, tetapi tetap dalam lingkaran kode etik
kedokteran Indonesia.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat memahami
bagaimana seorang dokter berpikir kritis dan professional dalam menjalankan
profesinya.

Scenario

Tertangkapnya hakim penerima suap dan pemakai zat adiktif


psikotropika sudah menjadi berita hangat di semua media informasi. Untuk
membuktikan dugaan penyuapan dan pemakaian zat adiktif psikotropika, pihak
berwajib meminta dokter ahli untuk menguji pemakaian zat adiktif psikotropika.
Anda mendapat tugas untuk menguji pemakaian zat adiktif tersebut. Disaat
pemeriksaan medis akan dilaksanakan, anda didatangi oleh sejumlah orang tidak
dikenal yang mengatasnamakan institusi tertentu dan menawarkan kepada anda
imbalan uang, dalam kondisi keuangan yang sulit imbalan yang ditawarkan
sangat menggiurkan. Permintaan mereka sederhana: anda diminta menghapus
semua petunjuk yang mengarah pada penggunaan zat psikotropika dalam
pemeriksaan hakim yang menjadi terdakwa. Tawaran suap itu ternyata disertai
dengan ancaman serius bagi hidup anda dan keluarga anda jika anda menolak
permintaan mereka.

Identifikasi Istilah

1. Psikotropika = Zat/obat, baik alamiah maupun sintesis &


bukan narkotika yang dapat menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku1

2. Adiktif = Bersifat menimbulkan ketergantungan pada


pemakainya1

Rumusan Masalah
Dokter beserta keluarganya diancam dan disuap untuk menghapus semua
petunjuk penggunaan zat psikotropika

Analisis Masalah

Suap & Narkotika

Profesionalisme

Integritas Diri

Moral

Tuntutan
kelangsungan &
keselamatan hidup

Hipotesis
Jika dokter tidak menerima suap, maka dokter bebas dari ancaman
hukum
Sasaran Pembelajaran
1. memilah antara keputusan kategoris dan hipotesis
2. mengambil penyimpulan deduktif dan induktif
3. menyusun silogisme yang sesuai, yaitu silogisme kategoris dan
silogisme hipotesis

Pembahasan

Integritas diri secara garis besar merupakan cara untuk mengenal dan
mengetahui kemampuan diri. Integritas diri mempunyai nilai pengaruh yang
tinggi pada kehidupan tiap orang.2 Seorang dokter haruslah bersikap
professional dalam menjalankan tugasnya. Professional disini dalam arti
seseorang yang memiliki pekerjaan dan mampu bekerja dengan baik. Memiliki
sikap professional dilihat dari bagaimana seorang dokter bisa menunjukkan
sikap yang sesuai dengan kode etik dokter Indonesia seperti menjaga
kerahasiaan pasien, menunjukkan rasa empati dan pendekatan terhadap
hubungan dokter pasien, menghormati pasien tanpa mengenal suku, ras, budaya,
dan lainnya. Dari sudut pandang dokter, ada beberapa motivasi untuk
mendorong profesionalisme itu sendiri muncul, yaitu dorongan professional
untuk memberikan layanan yang terbaik kepada pasien, dorongan untuk
memenuhi kewajiban kepada pemberi kerja, dan dorongan untuk memperoleh
kepuasan kerja dan mencegah kejenuhan.3
Dokter sendiri harus juga memiliki moral yang baik. Moral dalam kata
lain yaitu adat istiadat atau kebiasaan. Moral yang lebih kepada rasa dan karsa
manusia dalam melakukan segala hal di kehidupannya. Norma moral berkaitan
dengan hal-hal yang mempunyai konsekuensi serius bagi kesejahteraan,
kebaikan dan kehidupan manusia. Didalam skenario, moral dokter
dipertaruhkan karena ia diancam dan disuap sehingga dokter bingung terhadap
apa yang harus dilakukannya antara memilih moral atau menjamin
kelangsungan dan keselamatan hidupnya, karena jika ia tetap memilih
mengedepankan moral yang ada, keselamatan dokter dan keluarganya akan
terancam jika dokter menolak permintaan mereka.
Pertimbangan etika sangat penting ketika kita dihadapkan dengan
tindakan yang mengharuskan kita memilih untuk menjalankan teori-teori yang
ada.4 Contohnya adalah mempertimbangkan antara teori utilitarisme dengan
teori deontology. Utilitarisme yang berarti manfaat, mengedepankan sesuatu
yang baik yang membawa manfaat lebih untuk orang banyak. Didalam scenario,
manfaatnya itu ada jika dokter menerima dan menyetujui permintaan mereka
dikarenakan hakim yang bersalah itu bisa terbebas dari hukum dan juga dokter
beserta keluarganya selamat dari ancaman yang mempertaruhkan keselamatan
dan kelangsungan hidup mereka. Lain dengan teori deontology yang berarti
kewajiban, sang dokter bingung harus menentukan karena dalam kewajiban
seorang dokter yang benar, ia tidak boleh berbohong atas informasi pasiennya
dan itu juga melanggar etika moral dalam profesi kedokteran.

Kesimpulan
Dokter diwajibkan bisa berfikir kritis dalam mengambil tindakan seperti
contoh diskenario dimana dokter dilemma antara menjalankan teori utilitarisme
atau teori deontology dikarenakan nyawa dokter dan keluarganya sama-sama
terancam.
Daftar Pustaka

1. Kamus Besar Bahasa Indonesia


2. Wuryanano. The 21 principles to build and develop fighting spirit.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2007
3. Sadikin ZD. Profesionalisme bagi profesi dokter. Maj Kedokt Indon
2008;58(4): 95-7
4. Ujan AA. Filsafat hukum. Edisi 5. Yogyakarta. Kanisius; 2013

Anda mungkin juga menyukai