Disusun Oleh :
Attar Asmawan
Donny Kristiyanto
Dudy Budiana
Madellia Fahreni Zakiah
Muhammad Rizal Andriyanto
Novri Rulyasri
Angkatan E50
Tim Penyusun
i
Daftar Kata Pengantar………………………………………………….……... i
Daftar Isi………………………………………………………..……... ii
Isi
Daftar Lampiran………………………………………………….……. iii
BAB I. PENDAHULUAN……………....…………………………….. 1
I.1 Latar Belakang...............……………………………………. 1
I.2 Perumusan Masalah………………………………………… 2
I.3 Tujuan Penyusunan Makalah………………………………. 2
I.4 Manfaat Penyusunan Makalah……………………………... 3
I.5 Ruang Lingkup……………………………………………... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.……………………………………... 4
II.1 Gambaran Umum Komoditi…,……………………………. 4
II.1.1 Ciri-Ciri Fisiologi Gandum….………………............ 4
II.1.2 Hasil Gandum dan Manfaatnya….……………......... 7
II.1.3 Pembudidayaan Gandum….…..........…………......... 8
II.1.4 Luas areal lahan Gandum...................….…..…......... 10
II.2 Industri hasil olahan Tepung Terigu Indonesia...…...……... 11
II.2.1 Pohon Industri Distribusi Tepung Terigu....….…….. 13
II.2.2 Standar Mutu Tepung Terigu.....………...….....……. 13
II.2.3 Produksi Tepung Terigu..………...…...……….…… 14
BAB III. METODOLOGI…………………………….……………….. 16
III.1 Pasar Permintaan dan Penawaran......................................... 16
III.2 Konsep Teori Ekonomi......................................................... 17
BAB IV. PEMBAHASAN……………………………………………. 22
IV.1 Kondisi Permintaan dan Penawaran Tepung Gandum
Indonesia.…….............................................................................. 22
IV.2 Kebijakan Pembatasan Impor Gandum dan Tepung
Terigu........................................................................................... 23
BAB V. PENUTUP…………………………………………………... 27
V.1 Kesimpulan……………………………………………….. 27
V.2 Saran……………………………………………………… 27
Daftar Pustaka………………………………………………….…….... 28
Lampiran………………………………………………….……............ 29
ii
Lampiran 1. Negara Produsen Utama Gandum Dunia....................................... 29
Lampiran 2. Data Impor Gandum Indonesia......................................................… 29
Lampiran
iii
Analisis Kebijakan Impor Tepung Gandum Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam hukum ekonomi jika negara melakukan impor itu karena belum dapat memproduksi
kebutuhannya sendiri atau terjadi inefisiensi dalam hal ini adalah gandum. Tetapi banyak
anggapan bahwa ekspor lebih penting dari impor namun pada faktanya bahwa impor berperan
penting juga untuk kelangsungan kegiatan produksi. Negara tidak bisa memenuhi kebutuhannya
jika bahan baku tersebut ketersediaannya sedikit dalam kasus ini adalah komoditas gandum.
Tanaman gandum (Triticum aestivum L.) sebetulnya dapat tumbuh dan berproduksi dengan
baik di Indonesia, terutama di daerah dataran tinggi bersuhu sejuk. Pada zaman Belanda gandum
ditanam di beberapa daerah dingin di Jabar, Jateng,Jatim, dan Sumut. Setelah merdeka, litbang
gandum mulai dilakukan pada tahun 1969 dan penanamannya terbatas hanya pada daerah dataran
tinggi. Sejak itu, diperkenalkan plasma nutfah gandum dari luar negeri di antaranya dari India,
Thailand dan China (Jusuf, 2002). Kebijakan pemerintah Orde Baru, yang terlalu fokus pada
produksi dan swasembada beras (padi), menyebabkan litbang tanaman pangan lain termasuk
gandum menjadi terbatas. Penanaman dan produksi gandum nasional masih sangat rendah
bahkan petani masih mengalami kesulitan budidaya terutama menyangkut ketersediaan benih
gandum.
Konsumen tepung gandum tersebut dari berbagai macam instrumen, mulai dari organisasi
atau perusahaan sampai industri rumah tangga, sehingga tepung gandum tersebut sebenarnya
menjadi pasar yang menarik untuk dikembangkan didalam negeri, ekspor maupun impor. Namun
diantara itu jika nasional mempunyai produsen domestik sendiri yang berpotensi maka
seharusnya anggaran pemerintah bisa lebih hemat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tepung terigu jenis medium wheat. Gandum yang termasuk dalam golongan gandum lunak
antara lain adalah Australian Extra Soft, Ukraine Wheat, dan Chinese Wheat.
3. Gandum Durum (Durum Wheat)
Gandum durum berwarna merah kecoklatan dengan endosperm berwarna kuning, memiliki biji
yang keras dengan tingkat kekerasan 25 psi sehingga dapat digolongkan sebagai gandum sangat
keras (very hard), kadar protein tinggi (minimal 14%), dan mempunyai daya serap air yang
tinggi. Gandum durum digunakan sebagai bahan baku pembuatan pasta, couscous, dan roti
Mediterania. Gandum yang termasuk dalam golongan gandum durum adalah Australian
Durum, dan Canada Western Amber Durum.
Perbedaan tingkat kekerasan kernel gandum ditentukan oleh tekstur dari endosperm, kandungan
protein dan pati di dalamnya. Semakin keras kernel gandum semakin tinggi pula kandungan
proteinnya. Hal ini karena semakin banyaknya protein yang menyelimuti pati dalam kernel gandum.
Berdasarkan warna bran gandum dibedakan menjadi dua macam yaitu Red dan White.
Sedangkan berdasarkan musim tanam dibedakan menjadi dua yaitu winter dan spring (Samuel,1972).
1. Red Winter Wheat
Red winter wheat mempunyai bran berwarna merah dan ditanam pada musim dingin. Gandum
yang termasuk dalam golongan ini dapat berasal dari gandum keras maupun gandum lunak.
Gandum tersebut antara lain adalah Hard Red Winter, Soft Red Winter, danCanada Western
Red Winter.
2. White Winter Wheat
White winter wheat mempunyai bran berwarna putih dan ditanam pada musim dingin. Gandum
yang termasuk dalam golongan ini dapat berasal dari gandum keras maupun gandum lunak.
Gandum tersebut antara lain adalah Australian Premium White, Australian Standard White,
Hard White Winter, dan Soft White Winter.
3. Red Spring Wheat
Red spring wheat mempunyai bran berwarna merah dan ditanam pada musim semi. Gandum
yang termasuk dalam golongan ini dapat berasal dari gandum keras maupun gandum lunak.
Gandum tersebut antara lain adalah Hard Red Spring, Soft Red Spring, Dark North Spring, dan
Canada Western Red Spring.
4. White Spring Wheat
White spring wheat mempunyai bran berwarna putih dan ditanam pada musim semi. Gandum
yang termasuk dalam golongan ini dapat berasal dari gandum keras maupun gandum lunak.
Gandum tersebut antara lain adalah Hard White Spring, Soft White Spring, Dark North Spring,
dan Canada Western Soft White Spring.
Biji gandum terdiri dari endosperm, bran dan germ. Bagian-bagian ini adalah bagian utama biji
gandum dimana besarnya komposisi tiap bagian endosperm 83%, bran 14.5% dan germ 2.5%.
Endosperm merupakan bagian dalam biji gandum berupa butiran (granula) pati (starch) yang tersusun
oleh butir-butir glukosa. Di sekitar pati (starch) dikelilingi protein yang sifatnya tidak larut air
(insoluble). Protein tersebut adalah glutenin dan gliadin. Glutenin adalah protein yang mempengaruhi
kekuatan meregang dari adonan. Sedangkan gliadin adalah protein yang mempengaruhi kemampuan
meregang (elastisitas) dari adonan. Glutenin dan gliadin adalah komponen pembentuk gluten ketika
didalam tepung gandum ditambahkan air dan dilakukan pengadukan (Shellen, 1971).
Menurut Kent NL (1975) Bran merupakan kulit luar gandum dan terdapat sebanyak 14,5% dari
total keseluruhan gandum. Bran terdiri dari 5 lapisan yaitu epidermis (3,9%), epikarp (0,9%), endokarp
(0,9%), testa (0,6%), dan aleuron (9%). Bran memiliki granulasi lebih besar dibanding pollard, serta
memiliki kandungan protein dan kadar serattinggi sehingga baik dikonsumsi ternak besar. Epidermis
merupakan bagian terluar biji gandum, mengandung banyak debu yang apabila terkena air akan
menjadi liat dan tidak mudah pecah. Fenomena inilah yang dimanfaatkan pada penggilingan gandum
menjadi tepung terigu agar lapisan epidermis yang terdapat pada biji gandum tidak hancur dan
mengotori tepung terigu yang dihasilkan. Kebanyakan protein yang terkandung dalam bran adalah
protein larut (albumin dan globulin).
Menurut Jones (1967) Endosperma merupakan bagian yang terbesar dari biji gandum (80-83%)
yang banyak mengandung protein, pati, dan air. Pada proses penggilingan, bagian inilah yang akan
diambil sebanyak- banyaknya untuk diubah menjadi tepung terigu dengan tingkat kehalusan tertentu.
Pada bagian ini juga terdapat zat abu yang kandungannya akan semakin kecil jika mendekati inti dan
akan semakin besar jika mendekati kulit. Lembaga (germ) terdapat pada biji gandum sebesar 2,5-3%.
Lembaga merupakan cadangan makanan yang mengandung banyak lemak dan terdapat bagian yang
selnya masih hidup bahkan setelah pemanenan. Di sekeliling bagian yang masih hidup terdapat sedikit
molekul glukosa, mineral, protein, dan enzim. Pada kondisi yang baik, akan terjadi perkecambahan
yaitu biji gandum akan tumbuh menjadi tanaman gandum yang baru. Perkecambahan merupakan salah
satu hal yang harus dihindari pada tahap penyimpanan biji gandum. Perkecambahan ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, di antaranya kondisi kelembapan yang tinggi, suhu yang relatif hangat dan
kandungan oksigen yang melimpah.
karakter kandungan fitokimia yang khas untuk gandum dibanding serealia lain. Glutein adalah protein
yang bersifat kohesif dan liat yang berperan sebagai zat penentu elastisitas adonan berbasis tepung
(Sleper dan Poehlman 2006).
Tepung terigu sebagai produk olahan dari biji gandum sebagai bahan baku makanan yang tidak
asing lagi di Indonesia, konsumsi terbesar adalah untuk 40% untuk konsumsi rumah tangga baik dalam
bentuk mie basah atau mie kering, 25% untuk industri roti, 20% industri mie instant, 15% untuk
industri cake dan biskuit, sisanya 5% untuk gorengan. Jenis-jenis makanan tersebut sangat disukai oleh
masyarakat mulai dari anak-anak sampai kalangan orang dewasa/orang tua, baik dari kalangan bawah
sampai tingkat atas. Beragamnya produk olahan berbasis terigu menyebabkan produksi terigu dan
permintaan gandum meningkat sebanding dengan tingkat konsumsi masyarakat terkait dengan tingkat
pendapatan dan laju pertambahan penduduk yang selalu meningkat (Adnyana, 2006).
Berdasarkan data Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO), konsumsi terigu
Indonesia meningkat sangat signifikan dari 9,9 kg per kapita pada 2002, menjadi 17,11 kg per kapita
pada 2007 atau sekitar 12% dari konsumsi pangan Indonesia dan pada tahun 2009 mencapai 17,7 kg
per kapita. Karena itu, impor gandum juga terus mengalami peningkatan di mana pada tahun 2003
hanya sekitar 3,736 juta ton, pada tahun 2005 mencapai 4,5 juta ton, kemudian mengalami peningkatan
mencapai 4.770.000 ton (US$697.524.000) pada tahun 2007 dan pada tahun 2010 mencapai level 5 juta
ton.
Data BPS menunjukkan bahwa impor biji gandum tahun 2011 telah mencapai 5,4 juta ton
dengan sumber utama dari Australia sebanyak 3,7 juta ton, Canada 982.200 ton dan Amerika Serikat
747.900 ton. Sedangkan impor tepung terigu tahun 2011, mencapai 680.100 ton dengan nilai 281,7 juta
dolar AS (BPS 2012). Pengekspor tepung terigu impor utamanya berasal dari Turki sebanyak 387.400
ton dan Sri Lanka 207.800 ton serta sisanya dari Ukraina, Belgia, dan Australia. Asosiasi Produsen
Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) pada tahun 2012 naik 6 persen dibanding 2011 yang mencapai 4,7
juta ton (Aptindo 2012).
April-Mei. Pada waktu tersebut curah hujan tidak terlalu tinggi sehingga tanaman dapat tumbuh
optimal.
Berikut beberapa proses/tahapan pembudidayaan gandum:
1. Pembenihan
Benih gandum yang baik memiliki ciri sebagai berikut:
a) Berasal dari malai yang matang pada batang Utama.
b) Mempunyai bentuk dan warna yang seragam.
c) Bebas dari hama dan penyakit.
d) Mempunyai bobot yang tinggi dan seragam.
e) Benih gandum mempunyai masa dormansi yang tidak terlalu lama antara 0 - 4 bulan.
f) Sebelum ditebar seyogyanya benih direndam beberapa menit dalam air.
g) Kotoran atau biji yang telah rusak, karena beratnya lebih ringan akan terapung. Benih yang
telah bersih itu kemudian diuji daya tumbuhnya.
Sebelum benih ditanam, sebaiknya diberi perlakuan benih terlebih dahulu, untuk mencegah
kerusakan dan serangan hama-penyakit, baik yang berasal dari dalam tanah atau dari benih itu
sendiri.Fungisida yang dapat digunakan antara lain Ceresan.
Banyaknya benih per lubang tergantung dari daya tumbuh benih. Benih yang berdaya tumbuh 95 %
cukup dua butir per lubang. Untuk jarak tanam 20 x 10 cm diperlukan 30 kg benih/ha.
Benih yang berdaya tumbuh kurang dari 95 persen sebaiknya lebih dari dua butir per lubang atau 35 kg
benih/ha.Kelembaban tanah selama perkecambahan dipertahankan pada RH tanah mendekati kapasitas
lapang.
2. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah untuk tanaman gandum hampir sama dengan pada padi gogo atau palawija
lainnya. Apabila memungkinkan, tanah diolah sempurna sampai gembur. Namun apabila terdapat
pertanaman sebelumnya , maka pengolahan tanah minimum juga dapat diterapkan. Sebaiknya
lahan dibuat dalam bentuk bedengan dengan lebar 2m dan panjang menyesuaikan kondisi lahan.
Jarak antar bedengan yang dianjurkan adalah 50 cm.
3. Penanaman
Setelah bedengan selesai dibuat maka tahapan selanjutnya adalah membuat alur/larikan pada
bedengan. Kedalaman alur/larikan sekitar 5 cm dengan jarak antar larikan 25 cm. Selanjutnya benih
disebar merata dalam larikan dan ditutup dengan tanah. Untuk mencegah hama maka sebelum ditutup
dengan tanah, disekitar benih ditaburi Furadan secukupnya.
4. Pemupukan
Agar dapat berproduksi maksimal, gandum perlu di beri pupuk secara teratur. Kebutuhan pupuk
gandum adalah urea 200 kg/ha, SP36 200 kg/ha serta KCl 100 kg/ha. Pemupukan dilakukan 2 kali
yaitu pada saat tanaman berumur ±10 hari setelah tanam (hst) sebanyak 100 kg urea,100 kg SP36 dan
50 kg KCl. Pemupukan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur ±30 hst dengan dosis yang sama
yaitu 100 kg urea, 100 kg SP36 dan 50 kg Kcl. Pada saat gandum sudah mulai berisi maka dianjurkan
juga memberikan pupuk daun.
Sementara dalam jangka panjang sudah berdiri Desa Industri di Desa Mandiri Pangan dan tumbuhnya
industri tepung dipedesaan.
Menurut Hasil Sembiring, Direktur Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementan,
potensi lahan gandum di Indonesia sekitar 49 juta hektar. Potensi ini terdiri dari lahan kering semusim
46 juta hektar dan lahan kering dataran tinggi iklim kering sekitar 3 juta hektar. Angka tersebut
berdasarkan data dari Balai Besar Sumber Lahan Pertanian 2008. Luas lahan tersebar di Sumatera,
Jawa dan Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Menurut Sembiring, pada
2013, realisasi luas tanam yang tercatat dari laporan monitoring ke daerah hanya sebesar 67 hektar
dengan luas panen 44 hektar. Angka ini menunjukkan penurunan dibanding tahun sebelumnya dengan
luas tanam 86 hektar dengan luas panen 63 hektar. Menurut Sembiring, jika semua petani gandum
melaporkan hasil panennya, data luas panen tersebut pasti akan lebih besar. Meski potensinya sudah
tinggi, dia tetap berharap lahan untuk gandum ini terus bertambah. Pasalnya, gandum yang cocok untuk
lahan di atas ketinggian 900 mdpl sangat terbatas. Sembiring mengungkapkan Kementan saat ini
tengah melaksanakan konsorsium mengenai pengembangan gandum. Dia mengatakan konsorsium ini
dikoordinasi oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kementan bersama dengan Badan
Tenaga Atom Nasional (Batan), perguruan tinggi, dan pihak swasta yang bergerak di bidang gandum.
Konsorsium dilaksanakan untuk mencari varietas gandum yang bisa ditanam di ketinggian 300 hingga
400 mdpl.
Menurut Sembiring, gandum memang cocok ditanam di ketinggian dengan suhu ideal di bawah
nol derajat. Di Indonesia sendiri, penanaman gandum baru bisa dilakukan di atas ketinggian 900 mdpl.
Namun, dia mengatakan bahwa di ketinggian tersebut lahan yang tersedia sempit. Untuk meningkatkan
prodiktivitasnya, gandum perlu dikembangkan untuk dapat ditanam di ketinggian yang lebih rendah di
mana lahannya tersedia lebih luas.
BAB III
METODOLOGI
Dalam menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan produksi dan konsumsi tepung
gandum dan produk-produk turunannya di Indonesia maka pemerintah telah menerapkan beberapa
kebijakan, baik di tingkat nasional maupun tingkat daerah. Kebijakan-kebijakan tersebut diharapkan
memberikan pemecahan masalah di sisi hulu maupun hilir. Beberapa kebijakan tersebut adalah:
1. Melakukan pengembangan pertanian tepung gandum di Indonesia.
Sebagai tanaman yang secara alamiah tumbuh di Negara sub- tropis, tanaman gandum tidak
memiliki potensi yang cukup besar di Indonesia. Tepung gandum bisa tumbuh di dataran
tinggi. Potensi pengembagan tepung gandum di Indonesia sangat besar. Dalam hal ini
peningkatan teknologi pertanian diharapkan dapat memberikan solusi dalam peningkatan
pertanian tepung gandum. Peran serta Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian sangat
dibutuhkan, begitu juga dukungan dari Pemerintah dan pihak swasta, terutama produsen
dari produk-produk turunan tepung gandum.
2. Menerapkan kebijakan ekonomi, terutama kebijakan fiskal dalam membatasi import tepung
gandum dan melindungi produk tepung gandum lokal.
a. Tariff barrier
Hal ini bisa berupa peningkatan bea masuk spesifik untuk produk tepung gandum.
b. Non tariff barriers
Dengan semakin ketatnya peraturan dari World Trade Organization (WTO) tentang
penerapan tariff barrier makan non-tariff barrier menjadi alternatif yang digunakan
negara-negara dunia untuk melindungi produk-produk lokalnya. Hal ini bisa berupa
kebijakan-kebijakan berikut antara lain :
Penerapan lisensi (ijin) khusus impor
Kuota atau pembagian kuota (quota shares)
Embargo
Peningkatan standard barang atau spesifikasi barang impor
3. Meningkatkan barang substitusi tepung gandum yang berasal dari produk lokal.
Produk-produk turunan tepung gandum berupa roti, kue dan mie sangat terbuka untuk
dikembangkan secara kreatif. Selera masyarakat Indonesia sangat terbuka untuk hal-hal
yang sifatnya baru dan berbeda. Di beberapa daerah telah berhasil dikembangkan produk-
produk seperti kue bolu singkong, mie jagung atau roti yang berbahan dasar kentang.
Kreatifitas masyarakat semakin berkembang dan didukung oleh sarana informatika yang
semakin maju seperti televisi dan internet. Hal ini membuka lebar terbukanya cabang-
cabang bisnis kuliner baru yang memanfaatkan produk-produk asli daerah.
Kebijakan pertama dan ketiga merupakan kebijakan di sektor produksi hulu dan sifatnya
jangka panjang sedangkan kebijakan kedua adalah kebijakan fiskal yang mempunyai
pengaruh langsung dan secara jangka pendek bisa dirasakan oleh industri hilir.
Permintaan pasar adalah penjumlahan seluruh permintaan individual untuk suatu barang
atau jasa tertentu. Dalam hal ini, permintaan produk tepung gandum adalah penjumlahan
dari permintaan perusahaan-perusahaan kecil maupun besar yang menyerap produk tepung
gandum sebagai salah satu bahan bakunya. Secara teori, nilai dan kecenderungan
permintaan dipengaruhi oleh beberapa determinan.
a. Harga Pasar
Harga pasar tepung gandum dunia dinilai dalam satuan per bushel tepung gandum atau
setara 27,2 kilogram. Produk tepung gandum di Indonesin didominasi produk impor dari
Negara-negara penghasil gandum, dalam hal ini tentu saja Indonesia tidak memiliki nilai
tawar yang cukup baik karena kita bukan Negara produsen. Perubahan harga pasar akan
mempengaruhi volume permintaan di sepanjang kurva permintaan. Semakin tinggi
harga produk maka semakin kecil permintaan terhadap produk tersebut.
b. Pendapatan konsumen
Pendapatan konsumen mempengaruhi jumlah konsumsi produk-produk turunan tepung
gandum. Naiknya pendapatan konsumen akibat naiknya angka kemakmuran secara
umum akan menaikkan daya beli konsumen. Hal ini secara psikologis akan
meningkatkan keinginan dan kemampuan masyarakan untuk melakukan belanja produk
secara umum. Pendapatan konsumen akan menggeser kurva permintaan.
c. Harga barang lain
Berdasarkan sifatnya barang lain bisa dibedakan :
Barang Substitusi (pengganti)
Barang ini sifatnya berhubungan secara positif artinya bila harga tepung gandum
naik makan permintaan atas barang substitusi akan naik juga. Contoh barang
pengganti tepung gandum adalah beras, singkong dan jagung.
Barang Komplementer (pelengkap)
Hubungan barang ini adalah negative dengan tepung gandum, artinya bila harga
tepung gandum naik maka permintaan barang komplementer akan turun. Contoh
barang pelengkap adalah selai, margarine atau coklat sebagai pelengkap roti.
d. Selera
Faktor selera sifatnya menggeser kurva permintaan. Selera akan produk tepung gandum
di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
Secara historis budaya Negara kita dipengaruhi oleh budaya asing misalnya India,
Tiongkok dan budaya colonial eropa , budaya-budaya tersebut telah
memperkenalkan kita akan produk-produk turunan tepung gandum seperti mie dan
roti.
Adanya iklan dan reklame media massa dan keterbukaan mengajak masyaraat kita
untuk mencoba produk-produk yang baru dan berasal dari luar Indonesia, misalnya
pizza dan pasta dari Italia atau Burger dari Amerika.
Penemuan-penemuan dan ide kreatif yang menghasilkan produk makanan baru yang
digemari oleh masyarakat.
e. Ekspektasi pasar
Hal ini terutama pengaruh dari rumor-rumor yang beredar baik secara global misalnya
isu kenaikan harga karena kekeringan, atau yang sifatnya nasional misalnya isue
pergantian kabinet atau pejabat yang ditengarai akan mengubah kebijakan pasar.
2. Penawaran
Jumlah yang ditawarkan adalah jumlah barang yang ingin dan mampu dijual oleh penjual.
Kurva penawaran dipengaruhi oleh beberapa determinan.
a. Harga Pasar
Naiknya harga pasar produk tepung tepung turunan dari gandum akan menaikkan
jumlah penawaran terhadap prduk tersebut, begitu juga sebaliknya. Kurva penawaran
memiliki kemiringan yang positif. Naik dan turunnya harga yang disebabkan oleh
penawaran akan menyebabkan pergeseran penawaran di sepanjang kurva.
b. Harga Input
Dalam industri tepung terigu input produksi meliputi beberapa hal antara lain:
Bahan baku
Bahan penunjang
Tenaga kerja
Fasilitas produksi
Titik E adalah titik keseimbangan (equilibrium) dimana permintaan bertemu atau sesuai
dengan permintaan.
BAB IV
PEMBAHASAN
impor tepung gandum dari Bulog (pemerintah) ke swasta, Dari system monopoli ke system
pasar terbuka.
Berdasarkan press release APTINDO (2005), deregulasi tepung terigu membawa perubahan
terutama dalam hal:
a. Kebebasan dalam pembelian gandum dan penjualan tepung terigu.
b. Persaingan bebas antar sesama produsen tepung terigu nasional dengan tepung terigu
impor.
c. Terjadi inovasi dalam pengembangan produk, merek dan promosi.
d. Kontribusi tanggung jawab sosial dari industri tepung terigu nasional
pengamanan dan/atau kuota. Kebijakan tersebut menimbang hasil penyelidikan Komite Pengamanan
Perdagangan Indonesia (KPPI) yang membuktikan adanya kerugian serius yang dialami oleh industri
dalam negeru sebagai akibat lonjakan impor gandum dan merekomendasikan untuk dikenakan tindakan
pengamanan perdagangan berupa bea masuk tindakan pengamananan atau kuota. Dalam pasal 4
disebutkan bahwa kuota terhadap gandum dilakukan dengan alokasi sebagai berikut :
1. Turki dengan kuota sebesar 251.450 Ton.
2. Sri Lanka dengan kuota sebesar 136.754 Ton.
3. Ukraina denga kuota sebesar 22.057 Ton.
4. Negara lainnya dengan kuota sebesar 30.880 Ton.
Negara lain dalan hal ini meliputi seluruh Negara maju yang menjadi anggota Worl Trade Organization
(WTO) dan Negara berkembang yang ekspor gandum ke Indonesia di atas 3% berdasarkan pangsa
impor tahun 2011.
Kebijakan kuota yang ditetapkan oleh Kemendag tersebut merupakan pembatasan yang sifatnya non
barrier tariffs, hal tersebut bisa dilakukan dengan beberapa tujuan:
1. Melindungi produsen lokal dari tekanan produk produk asing sehingga mereka bisa tetap
berproduksi.
2. Mengurangi konsumsi suatu produk di pasar supaya produk substitusinya masih laku di pasaran
Kebijakan yang dilakukan pemerintah ini bertujuan untuk mengurangi penawaran di dalam pasar dalam
negeri, rekayasa ini akan menyebabkan kurva penawaran begeser kearah negatif. Ditinjau dari
perspektif Penawaran dan Permintaan maka kondisi pasar tepung gandum dengan diberlakukan
kebijakan kuota akan mengalami hal berikut:
Dalam hal ini kurva penawaran bergeser ke arah negative (kiri) sedangkan kurva permintaan tetap. Hal
ini menyebabkan terjadinya titik equilibrium baru (E2) dengan kondisi:
1. Volume produk di pasar akan menurun (V2 <V1)
2. Harga produk akan naik (P2>P1)
Dalam kasus produk tepung gandum ini pemerintah memiliki kepentingan untuk menjaga konsumsi
gandum supaya tidak melonjak, hal ini karena gandum sulit dikembangkan di Indonesia sehingga
hampir seluruh permintaan dipenuhi dari impor. Pemerintah perlu menjaga produk gandum supaya
tetap elastis, dengan kata lain masyarakat tidak boleh tergantung dengan produk ini. Ketergantungan
terhadap tepung gandum bisa diartikan sebagai ketergantungan terhadap impor. Hal tersebut selain
merugikan neraca perdagangan juga akan mengganggu ketahanan pangan kita.
Hal-hal yang bisa dilakukan pemerintah untuk menjaga elastisitas produk gandum:
1. Menjaga Jumlah atau volume produk yang beredar di pasar
2. Mengembangkan produk-produk substitusi
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penetapan Kebijakan Pembatasan Kuota Impor Tepung Gandum berdampak ke harga, dimana harga
akan naik ketika penawaran di turunkan, hal itu berdampak pula volume pasar yang dipasar akan
menurun. Dengan kebijakan tersebut pula maka sangat berdampak pada kinerja perusahaan-
perusahaan yang berkonsentrasi pada industry tepung gandum, sehingga kebijakan tersebut membatasi
operasional perusahaan yang seharusnya bisa mencukupi kebutuhan masyarakat Indonesia dengan
pengolahannya.
.
V.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat dirumuskan saran sebagai berikut :
1. Pemerintah harus menjaga jumlah atau volume produk yang beredar di pasar.
2. Mengembangkan produk-produk subtitusi lain seperti jagung, Singkong, dll
DAFTAR PUSTAKA
Witternberg H. 2004. The inheritance and moleculer mapping of genes for post- anthesis drought
tolerance (PADT) in wheat [Disertation]. Martin Luther Universitat.
Sleeper DA, Poehlman JM 2006. Breeding Field Crops. 5th eds. USA: Iowa State University Press.
Adnyana MO, Subiksa M, Argosubekti N, Hakim L, Pabbage MS. 2006. Prospek dan arah
pengembangan agribisnis gandum. Badan Peneliti- an dan Pengembangan Pertanian. Departemen
Pertanian.
Wiyono, T.N. 1980, Budidaya Tanaman Gandum, PT. Karya Nusantara, Jakarta.
Samuel, W.J. 1972. Bakery Technology and Engineering. Second ed. The AVI Publishing co. Inc, West
Port, Conecticut.
Kent, N.L. 1975. Technology of Cereal with Special Reference to Wheat. Pergamon Press Inc., Oxford.
Budi Utomo, SPd. 2006. Memilih Tepung Terigu Yang Benar Untuk Membuat Roti, Cake Dan
Kue Kering
LAMPIRAN