Anda di halaman 1dari 12

Mata kuliah

Kebijakan Bisnis
Program Doktor Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
Dosen:
Prof. DR. Taher Al Habsji

Review chapter 2: Buku Strategy Synthesis


Strategic Thinking
Disusun Oleh:
 Tundung Subali Patma. 107030102111003
 Hanif Mauludin. 107030101111011

Abstrak:
Makalah ini membahas teori strategic thinking yang dikaji dari dua
perspektif yaitu: rational reasoning perspective dan generative
reasoning perspective. Dua perspective ini sangat berlawanan dari
hal yang mendasar. Perspective rasional lebih mengedapankan
logika sebagai pijakan merumuskan dan mendefinisikan masalah
masalah strategi. Sedangkan perspective generative lebih
mengedapankan kreativitas. Bagian akhir makalah mencoba untuk
memetakan perbedaan keduanya dengan lebih jelas sehingga bisa
menjadi pijakan dalam melakukan sistesa atau penggabungan
berdasarkan kebutuhan dan situasi perubahan yang dihadapi
Strategic Thinking1
INTRODUCTION

Apa yang ada dipikiran ahli strategi? Pertanyaan ini mudah dikatakan tetapi tidak mudah untuk dijawab.
Pertanyaan tersebut penting dalam dua pandangan: secara umum dan secara personal. Secara umum,
mengetahui apa yang ada dipikiran para manager selama proses strategi adalah memahami pilihan para
manajer tersebut dan perilakunya. Membuka black box pemikiran para ahli strategi untuk melihat
bagaimana pembuatan keputusan dapat membantu mengantisipasi atau mempengaruhi pemikiran
strategi tersebut. Menyerap bagaimana manager mempertajam pandangan dan menyeleksi serta
menjalankan strategi yang dipilih dapat membantu mengembangkan proses strategi dengan lebih
efektif. Eksplorasi terhadap Strategic Thinking memicu setiap orang untuk menggali proses pencarian
gagasan dan refleksi kritis atas strategi yang mereke pilih. Umumnya, keraguan para ahli strategi
seharusnya bisa menjadi inspirasi bagi pembaca untuk mempertanyakan asumsi, pemikiran, keyakinan
dan ide serta mempertajam pemikiran strategi mereka. Dengan demikian apa yang menjadi pemikiran
ahli strategi akan terakit dengan masalah masalah strategi. Masalah strategi adalah suatu keadaan yang
memerlukan pertimbangan untuk di lakukan tindakan yang berkaitan dengan peluang mendapatkan
keuntungan dan juga untuk merespon ancaman. Untuk itu manager seharusnya tidak berpikir secara
sederhana tetapi manajer harus menuju proses rasionalisasi strategi, yaitu menemukan cara untuk
mendefinisikan dan memecahkan tantangan tantangan yang dihadapi. Manajer harus menyusun
tahapan berpikir mereka dalam proses rasionalisasi sehingga dihasilkan pola strategi yang efektif.
Beberapa pertanyaan yang krusial terkait dengan problem strategi adalah bagaimana manajer
mengidentifikasi dan mendiagnosis apa yang akan terjadi, bagaimana memecahkan masalah tersebut,
dan bagaimana manajer manjalankan, mengevaluasi serta memutuskan jawaban potensial yang muncul.
Persoalan rasionalisasi strategi sebagai rangkaian dari aktivitas berpikir strategi diarahkan pada
mendefinisikan dan memecahkan problem problem strategi yang selanjutnya akan dibahas pada bagian
berikut.

THE ISSUE OF STRATEGIC REASONING (ALASAN STRATEGIS)

Kemampuan manusia untuk mengetahui sesuatu berkaitan dengan kemampuan kognisi. Sebagai ahli
strategi yang ingin mengetahui problem strategis yang dihadapi perusahaan mereka perlu menggunakan

1
Chapter 2: Strategy Synthesis. Bob De Wit & Ron Meyer. 2005

2|Page
aktivitas kognitif (cognitive activities). Aktivitas kognitif (atau aktivitas berpikir strategis) perlu disusun
didalam proses rasionalisasi strategi. Oleh karena itu tahap awal menuju pemahaman yang lebih baik
atas apa yang dipikirkan para ahli strategi adalah menilai aktivitas kognitif yang bervariasi dalam
membuat proses rasionalisasi strategi. Untuk dapat melakukan aktivitas kognitif, orang perlu
membangkitkan kemampuan mentalnya. Meskipun sangat canggih, otak manusia masih secara fisik
terbatas atas apa yang bisa dilakukan. Keterbatasan cognitive abilities manusia ini akan dibahas pada
bagian selanjutnya. Poin terakhir yang akan dibahas terkait dengan strategic reasoning adalah cognitive
maps, cognitive maps ini berkaitan dengan kemampuan manusia dalam membuat model
penyederhanaan terhadap keadaan dunia.
Keterkaitan antara ketiga hal tersebut ( cognitive activities, cognitive abilities dan cognitive maps) dapat
diumpakan seperti computer. Aktivitas kognisi diibaratkan seperti perangkat keras (hard ware)
sedangkan cognitive maps diibaratkan seperti system operasi dalam computer seperti yang tampak
dalam gambar 1 berikut:

Application Level
Cognitive Activities
(mental reasoning)

Application Level
Cognitive Maps
(mental models)

Hardware Level
Cognitive Abilities (mental faculties)

Cognitive activities

Proses rasionalisasi strategi terdiri atas sejumlah elemen berpikir strategis atau aktivitas kognitif untuk
meningkatkan pemahaman ahli strategi. Perbedaan umum dapat dibuat antara aktivitas kognitif yang
diarahkan menuju pemberian definisi masalah strategis dan pemecahan masalah strategi.

Proses rasionalisasi strategi mengikuti elemen berikut:

 Identifikasi. Sebelum ahli strategi menuju pencapaian manfaat atas peluang atau menjawab ancaman
mereka harus mengetahui tantangan dan kepentingan mereka.

3|Page
 Diagnosing (diagnosa). Sebagai pegangan dalam masalah, ahli strategi harus mencoba memahami
struktur masalah dan penyebab yang mendasarinya.
 Conceiving (memahami). Untuk berhubungan dengan masalah strategi, ahli strategi sampai pada
solusi potensial. Jika ada lebih dari satu solusi, ahli strategi harus memilih salah satu solusi yang
paling menjanjikan.
 Realizing (pencapaian). Hanya masalah strategi yang benar benar krusial yang harus mendapat
perhatian untuk dipecahkan dan memberikan hasil.

Pendekatan terstruktur atas empat aktivitas cognitive tersebut adalah untuk membawa masalah strategi
dapat diidentifikasi melalui diagnose untuk memilih solusi dan terakhir untuk merealisasikan atau
mengimplementasikan aktivitas tersebut.

Berikut disajikan gambar 2 yang menunjukkan kaitan antara enpat aktivitas tersebut.

Identifying Diagnosing
Recognizing Analyzing
Sense-making Reflecting
(what is the nature of
(what is a problem)
problem)

defining

solving

Realizing Conceiving
Implementing Formulating
Acting Imagining
(what action (how should the
should be taken) problem be
addressed)

Dalam pendekatan ini, langkah pertama adalah identifikasi masalah startegik yang memerlukan
peninjauan internal maupun eksternal secara ekstensif melalui penyaringan informasi dan menyeleksi
isu yang prioritas atau utama. Tahap berikutnya adalah melakukan pengenalan terhadap masalah
strategi dengan melakukan diagnosa melalui pengumpulan data secara lebih lengkap dan juga
melakukan analisa dan menyaring informasi. Setelah masalah didefinisikan dengan baik, strategi dapat
diformulasikan dengan mengevaluasi pilihan solusi yang tersedia dan memutuskan solusi yang terbaik.

4|Page
Tahap akhir adalah realisasi, ahli strategi akan memastikan proses eksekusi atas solusi yang diajukan
melalui perencanaan, pengawasan dan aktivitas implementasi.

Cognitive ability

Manusia bukan maha tahu, mereka bukanlah mempunyai pengetahuan yang tak terbatas. Keterbatasan
kemapuan kognisi manusia disebabkan oleh tiga faktor berikut: Keterbatasan kemampuan merasakan
informasi, keterbatasan kemampuan memproses informasi, keterbatasan kapasitas menyimpan
informasi. Berkaitan dengan beberapa keterbatasan ini, otak manusia diupayakan dapat bekerja dengan
kemampuan memetakan yang lebih holistic.

Cognitive maps

Pengetahuan manusia yang tersimpan didalam pikiran adalah cognitive maps. Banyak istilah untuk
menyebutkan cognitive maps misalnya cognitive schemata, mental model, knowledge structure dan
construed reality. Cognitive maps menunjukkan gambaran pikiran manusia tentang bagaimana dunia
bekerja. Cognitive maps menggambarkan keyakinan seseorang tentang kepentingan persoalan dan
tentang hubungan sebab akibat diantara mereka. Cognitive maps ini dibentuk dalam waktu yang lama
melalui pendidikan, pengalaman, dan interkasi dengan lainnya. Berdasarkan masukan indera mereka,
orang akan menduga atau mengambil kesimpulan atas hubungan kausal antara fenomena, membuat
dugaan tentang faktor yang tidak teramati dan memecahkan inkonsistensi antara informasi yang
diterima. Cognitive maps akan membantu perilaku langsung melalui pemberian respon pemecahan
masalah yang mana respon pemecahan masalah tersebut sesuai.
Didalam membangun cognitive maps, orang memerlukan lebih banyak pengetahuan melalui
pengalaman langsung. Mereka belajar berkomunikasi, memainkan instrument atau alat dan
menyelesaikan masalah sambil bekerja. Pengetahuan menambah cognitive maps seseorang tanpa
explicitly articulated (explicit knowledge) atau dengan kata lain mereka memperoleh pengetahuan
melalui pengalaman belajar yang tidak selalu mengkuti aturan formal, prinsip prinsip, model teori,
melainkan menambah pengetahuan secara diam diam. Keadaan ini disebut sebagai Tacit Knowledge.
Cognitive maps tidak dibangun secara independen namun lebih kepada interaksi dengan lainnya. Orang
cenderung membentuk pemahaman bersama melalui interaksi dengan lainnya dalam suatu kelompok
dalam waktu yang cukup lama. Melalui pertukaran atas interpretasi pada apa yang mereka lihat mereka
telah berbagi realitas. Hasil dari cognitive maps adalah logika grup dominan, comon paradigm (paradigm
umum) atau belief system.

5|Page
THE PARADOX OF LOGIC AND CREATIVITY
Beberapa teori manajemen mencatat bahwa pertentangan antara intuisi dan analisis menciptakan
ketegangan pada manajer. Penggunaan yang luas atas pandangan intusi diantara manajer dapat
dipahami sebagai kebutuhan dan manfaat. Manajer yang intuitif terbentuk dari pengalaman yang lama
dan kandungan tacit knowledge. Intuisi juga dapat memberikan penilaian yang kaya melalui
memadukan semua tipe informasi kualitatif . lebih lanjut berpikir intuitive terkadang lebih baik saat
mengambil gambaran besar dunia/permasalahan dibanding berpikir analisis. Hal ini tidak berarti
manager menjadi lunak terhadap persoalan rasionalisasi strategi. Analisa tetap diperlukan dalam hal
melakukan tinjauan atas peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan untuk mengevaluasi
situasi. Dengan demikian berpikir logis tetap diperlukan sebagai persyaratan ketelitian dan daya kritis.
Namun demikian pemikiran kreatif tetap diperlukan untuk melihat adanya kemungkinan peluang
peluang baru dan menemukan kekuatan kekuatan baru. Dengan pemikiran kreatif diharapkan akan
menemukan model realita atas masa depan. Dengan menggabungkan keduanya (logic dan creativity)
para ahli strategi justru akan bisa melihat fenomena dengan lebih detail.

The demand for logical thinking

Sangat jelas jika manajer mendasarkan keputusan strategi mereka hanya pada penyimpangan cognitive
maps, tanpa disadari dibangun melalui pengalaman masa lalu ini akan mengarah pada hasil yang sangat
sedikit. Manager memerlukan kemampuan untuk berpikir kritis pada asumsi yang mereka pegang untuk
memeriksa apakah berdasar pada fakta actual atau hanya cerita cerita organisasi dan resep resep
industry. Manager harus mempunyai kemampuan lebih dalam membuat tacit belief dibandingkan
dengan explicit. Untuk menjadi ahli strategi yang sukses manager memerlukan keluar dari batasan
batasan cognitive maps mereka dan stakeholders yang terkait dengan proses strategi.

Menilai validitas dari cognitive map memerlukan pemikiran logis yang kuat. Berpikir logis adalah kritis
dan disiplin dalam berpikir berdasar pada aturan formal. Ketika memanfaatkan logika, tiap tahapan
dalam argument mengikuti dari awal berdasarkan prinsip prinsip yang terpercaya (valid). Dengan kata
lain pemikir logika hanya akan menurunkan kesimpulan jika itu berangkat dari serangkaian argument.

6|Page
Berpikir logis dapat diaplikasikan kepada semua tahapan dalam cognitive activities seperti yang tampak
dalam gambar 2. Ketika identifikasi dan dianosa masalah strategi, logical thinking dapat membantu
menghindari kemungkinan interpretasi secara emosional yang selalu mewarnai pemahaman manusia
atas peluang dan tantangan lingkungan serta kekuatan dan kelemahan organisasi. Dengan melakukan
analisa empiris dan pengujian yang hati hati atas dugaan melalui cognitive maps yang dibuat perusahaan
maka ahlistrategis dapat mencegah bangunan model yang salah atas realita yang terjadi. Ketika
memahami dan menjalankan solusi strategi, berpikir logis dapat membantu manager menghidari bahaya
dari rutinitas kebiasaan masa lalu. Dengan demikian diharapkan ahli strategi dapat menemukan cara
cara baru dalam memformulasikan strategi dengan mengembangkan pendekatan baru untuk
mendapatkan keunggulan competitive.
Lebih lanjut, berpikir logis dapat membantu dalam membuat perbedaan antara fantasi dan kelayakan
melalui analisis atas factor penentu keberhasilan dan kegagalan.

The Demand for creative thinking

Berpikir kreatif adalah kebalikan dari berpikir logis. Seperti yang telah dijelaskan dalam bagian terdahulu
bahwa ketika logika diterapkan, pemikir berdasarkan pada sederetan pemikiran pada tahap awal
mengikuti aturan formal dan pemikiran yang tepat hal inilah yang disebut sebagai Vertical thinking (De
Bono 1970). Akan tetapi ketika kreativitas digunakan, pemikir tidak mengambil tahap validitas, tetapi
mengambil lompatan atas imaginasi. Didalam berpikir kreativ, seseorang meninggalkan aturan formal
yang terdengar seperti argument dan menurunkan keputusan yang tidak dijustifikasi berdasar pada
argument argument yang mendahului. Dalam cara ini pemikir menurunkan pemahaman baru tanpa
bukti secara objektif terhadap ide baru yang bisa dipertimbangkan. De Bono mengatakan pola berpikir
ini sebagai lateral thinking.

Esensinya adalah, berpikir kreatif membawa kebebasan dalam mengikuti aturan berpikir. Satu ide
mungkin mengarahkan pad aide yang lain tanpa bertentangan dengan logika formal. Satu variable
mungkin akan berhubungan melalui pemikir yang satu kepada pemikir yang lain tanpa penjelasan atau
asumsi mengapa hal itu berhubungan. Kretaivitas berdampak pada penciptaan pemahaman baru
dengan sedikit perhatian atas dukungan bukti. Pola ini tentu berbeda denga pola empiris logis yang sarat
dengan bukti bukti sebelum menyimpulkan sesuatu atau menemukan pemahaman baru.
Kreativitas diperlukan pada saat melakukan identifikasi dan diagnosis masalah strategic. Cognitive maps
lama selalu memaksa menggunakan logika, mengunci seseorang kedalam pola lama dalam berpikir. Pola

7|Page
lama ini harus selalu di uji dan di tes dan akan mendatangkan imunitas atas signal dari luar sehingga
memerlukan waktu yang cukup lama untuk penyesuaian. Dengan demikian kreativitas berpikir akan
sangat membantu dalam menemukan cara cara baru dalam melihat suatu permasalahan.
Strategi baru sering tidak mengikuti fakta tetapi lebih pada menemukan makna dari fakta tersebut. Juga
tidak dianalisa terhadap keberadaan melainkan perlu di generalisasikan. Hal itu diperlukan jika strategi
tersebut ingin berbeda dan inovatif. Solusi kreatif tidak mengikuti dominasi logika tetapi jawaban yang
tidak diharapkan yang muncul ketika pegangan dari dominasi logika terbuka. Sayangnya kesimpulan
mengharuskan bahwa logical thinking dan creative thinking tidak hanya berlawanan tapi juga bekerja
secara parsial (terpisah) tidak bisa bersamaan. Manager seharusnya menggunakan kedua cara berpikir
berdasar logika dan kreativitas secara bersamaan. Pertentangan kedua polapikir ini tidak hanya terjadi
secara individu melainkan juga bisa terjadi dalam kerja secara tim, didalam departemen dan juga
perusahaan secara keseluruhan. Perbedaan in juga bisa menimbulkanpotensi konflik. Dan sepertinya
perbedaan cara pikir akan selalu terjadi sehingga memunculkan paradok diantara keduanya, Logical
thinking versus creative thinking.

PERSPECTIVE ON STRATEGIC THINKING

Ketika kebutuhan akan berpikir logis dan kreatif semakin jelas hal ini menempatkan para ahli strategi
dalam posisi canggung pada kebutuhan untuk membawa dua hal yang saling kontradiksi secara
bersamaan dalam satu proses rasionalisasi strategi. Berpikir logis membatu manager dalam membuat
proses rasionalisasi strategic menjadi lebih rasional, hati hati, komprehensif dan konsisten, tidak
serapangan (gegabah), terpisah dan khusus untuk tujuan tertentu. Sedangkan creative thinking
membantu proses rasionalisasi startegi menjadi lebih generative yang menghasilkan wawasan yang
lebih luas yang tidak lazim seperti biasanya, ide yang imaginative dan solusi yang inovatif, lebih lunak,
bersifat menyesuaikan dan hasil yang lebih bebas atau conservative. Dalam menemukan keseimbangan
diantara pertentangan bentuk pemikiran ini, pertanyaan utama adalah apakah proses rasionalisasi
strategi harus secara actual menjadi pedoman dasar rasional atau lebih pada proses generalisasi.
Apakah sebagian besar starategi merupakan aktivitas rasional, memerlukan berpikir logis sebagai modus
operandi dominan yang terkadang mengekang kreativitas dalam menghasilkan ide baru. Atau apakah
sebagian besar strategi adalah aktivitas generative yang memerlukan kreatvitas berpikir sebagai standar
operasi prosedur yang terkadang mengekang analisis logis yang diperlukan untuk mencabut ide ide
yang tidak layak.

8|Page
Jawaban dari pertanyaan tersebut seharusnya dapat ditemukan dalam literature managemen strategi.
Akan tetapi jawaban akan selalu bervariasi secara luas diantara para peneliti dan para manajer. Namun
perbedaan yang luas in dapat dikenali dengan memberikan sudut pandang atas pemikiran strategi
apakah seharusnya menggunakan pola pemikiran berdasarkan logika ataukah kreativitas.
Argument dalam alasan strategi yang mengharuskan dominasi proses rasional, memerlukan logika
sebagai bentuk utama pemikiran yang digunakan hal ini disebut dengan rational reasoning perpective.
Sedangkan yang berargumen bahwa esensi dari proses reasoning strategy adalah kemampuan untuk
mematahkan aturan atau cara lama melalui keyakinan yang menyimpang dan menurunkan wawasan
dan perilaku baru yang diperlukan untuk memperluas kreativitas. Hal ini disebutdengan generative
reasoning perspektif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam strategic thinking terdapat dua perspective yaitu:
perspektif rasional dan perspektif generative.

The rational reasoning perspective


Ahli strategi mejalankan perspektive rasional berargumen bahwa alasan strategic berawal dari akitivitas
logika. Untuk berhubungan dengan problem strategic, ahli strategis pertama harus memahami dan
mengalisa secara menyeluruh situasi masalah yang dihadapi. Data harus dikumpulkan pada
perkembangan eksternal organisasi dan data tersebut harus diproses untuk menunjukkan pelaung dan
tantangan didalam lingkungan organisasi. Lebih lanjut organisasi harus menilai kekuatan dan kelemahan
dan membangun resources yang tersedia. Setelah masalah didefinisikan sejumlah alternative strategi
dapat diidentifikasi dengan menyesuaikan atau mencocokkan dengan peluang eksternal dan kekuatan
internal. Selanjutnya pilihan strategi tersebut dijabarkan secara luas melalui evaluasi berdasar sejumlah
criteria. Seperti internal konsistensi, penyesuian eksternal,keunggulan bersaing, kelayakan organisasi,
potensi keuntungan dan resiko. Strategi terbaik dapat diseleksi dengan membandingkan score atas
semua opsi dan menentukan tingkat resiko yang akan diambil para ahli strategi. Setelah memilih strategi
selanjutnya diimplementasikan.
Untuk itu ahli strategi memerlukan keahlian dalam mengembangkan analisa dan harus mampu secara
hati hati, konsisten dan objektif berdasarkan data yang telah dikumpulkan, interpretasi data dan
mengkombinasikan temuan untuk membawa pada gambaran situasi masalah terkini. Kemungkinan
solusi akan memerlukan penilaian yang kritis dan semua kemungkinan kontijensi harus dipikrkan secara
logis.

9|Page
Meskipun perspective rasional telah digambarkan sebagai proses yang mengikuti tahap tahap yang
terstruktur meliputi pengenalan, analisis, formulasi dan implementasi, para pendukung perspektif ini
mencatat bahwa dalam realitanya para ahli strategi selalu mundur dan mengulangi beberapa tahap
tersebut karena ada informasi terbaru atau karena strategi yang dijalankan tidak bisa bekerja. Ahli
strategi mencoba untuk komprehensif, konsisten, dan teliti dalam analisis dan perhitungan mereka
tetapi mereka tidak mengetahui apapun dan keputusan tidak selalu sempurna. Seperti dalam hal
peramalan. Tidak semua hal bisa diramalkan. Ahli strategi tidak mengetahui semua hal dan dia bisa
salah. Rasional mereka sangat terbatas karena ketidaklengkapan informasi dan ketidaksempurnaan
cognitive abilities. Memang para ahli tersebut bertindak rasional tapi sangat terbatas sekali.
Terkadang para ahli tersebut harus berimprovisasi dalam mengatasi kekurangan informasi yang
diperlukan dalam mendiagnosis permasalahan. Dimana mereka cenderung menarik kesimpulan dan
berspekulasi berdasrkan pada fakta fakta yang diketahui.
Sebagai alternative, pendekatan rasional perlu mencoba untuk menjadi tidak rasional dan tidak logis
yang mana secara pasti hal itu tidak diinginkan para ahli tersebut. Non rational reasoning dating dari
bentuk yang bervariasi misalnya seseorang berpikir menggunakan emosi mereka. Perasaan atau feeling
dapat digunakan para ahli strategi untuk memahami situasi masalah dan kemungkinan solusi. Bukankah
kebanyakan aktivitas dan tujuan dalam organisasi sering didasarkan pada masalah personal value,
aspirasi dan cita cita., ketika motivasi untuk menjalankan strategi juga bersumber dari emosi manusia.
Intuisi selalu berguna dalam pengambilan keputusan yang berdasarkan pada pengalaman yang luas dan
sering benar.
Tehnik kreativitas dapat bermanfaat untuk mendorong beberapa ide yang tidak diharapkan sebelumnya.
Berpikir kreatif juga bisa memicu pemikiran yang tidak lazim. Didalam pemikiran kreatif apapun dapat
mengarahkan pada sesuatu yang baru.
Sebagai kesimpulan menawarkan persepektif rasional pada argument bahwa emosi, intuisi, dan
kreativitas mem[unyai peluang yang kecil dalam konteks strategic reasoning process dimana pemikiran
berdasar logika selalu menjadi komponen dominan dalam perspektif ini. Dengan demikian Metode
scientific meliputi penelitian, analysis, teorisasi semuanya diterapkan secara langsung terhadap proses
strategic reasoning.

The generative reasoning perspective


Ahli strategi mengambil perspektif generative karena melihat adanya kekurangan dalam perspective
rasional. Mereka setuju bahwa logika itu penting namun mereka menganggap logika bisa menjadi dari

10 | P a g e
penghalang dari pada sebagai penolong. Tekanan terhadap perspektif rasional ditunjukkan pada
ketidakmampuannya menurunkan wawasan atau cara baru dalam mendefinisikan masalah dan solusi
kreatif. Disamping itu sering terjadi cognitive maps yang sudah tidak update pada saat implementasi
strategi. Oleh karena itu creative thinking seharusnya bisa menjadi pendorong atau penunjang logical
thinking. Untuk alasan ini, pendukung perspective generative beragumen bahwa ahli strategis
sehartunya menghindari kesalahan proyeksi ketidakpastian melalui pendekatan rasional untuk dasar
strategi mereka tetapi seharusnya merawat kreatifitas sebagai asset kognitif yang utama.
Pespektif generative ditekankan pada situasi dan kondisi masalah strategi yang keras dimana tidak
mudah di untuk didefinisikan secara objektif melainkan terbuka pada interpretasi dari keterbatasan
variasi sudut pandang. Mendefinisikan dan memecahkan masalah strategi diyakini merupakan aktivitas
kreatifitas yang mendasar. Kompleksitas permasalahan saat ini tidak cukup hanya didefinisikan dengan
teknik SWOT misalnya, melainkan perlu interpretasi kreatif. Ahlistrategi harus mampu menggunakan
imaginasinya untuk menurunkan solusi yang tidak diketahui sebelumnya. Jika ada lebih satu pilihan
strategi yang muncul dalam pikirannya hal itu tidak mudah untuk dinilai mana yang terbaik bedasarkan
skor atau peringkat. Dalam situasi inilah intuitif seorang ahli strategi akan diperlukan untuk menilai visi
masa depan serta menentukan kesempatan terbaik untuk diwujudkan menjadi realita.
Persepektif generative reasoning lebih dari sekedar brainstorming atau kebebasan mengemukakan ide.
Dalam persepektif genetaive semua proses aktivitas dalam berpikir strategi diorientasikan menuju
penciptaan dari pada perhitungan, sebagai penemu dibandingkan menemukan. Unsur kreativitas
sebagai unsur pencipataan akan sesuatu yang baru sangat mendominasi dalam perspektif ini.
Ahli startegi juga harus mencoba tantangan untuk keluar dari kotak dalam artian cara cara lama atau
kebiasan lama dalam mendefinisikan dan memecahkan masalah masalah strategic. Dengan demikian
generative perspektif juga bisa diarikan sebagai pola piker baru yang mendobrak dominasi status quo
yang bertahan selama ini.
Sebagai kesimpulan, pendukung perspektif generative berargumen bahwa esensi dari reasoning
strategic adalah kemampuan untuk menciptakan tantangan terhadap sesuatu yang yang sudah ada dan
telah lama sebagai tirani atau penguasa yang membatasi ruang gerak cara berpikir kreatif. Konsekuensi
dari perspektif ini adalah tentu memerlukan latihan dan kreativitas serta mental yang fleksible.

TOWARD SYNTHESIS
Bagaimana seharusnya para manager menggunakan proses strategic reasoning dan bagaimana
seharusnya mereka menganjurkan hal itu dilakukan dengan baik didalam organisasi? haruskah manager

11 | P a g e
melihat strategi reasoning sebagai rasional dan aktivitas deduktif utama yang lebih dari pada imaginasi
dan proses generative? Haruskah ahli strategi mengikuti prosedur secara rasional meliputi analisis
masalah yang ketat dengan menggunakan metode ilmiah (scientific methods) dan menghitung tindakan
yang optimal? Ataukah seharusnya ahli startegi menerapkan sesuatu yang baru yang sebelumnya belum
pernah ada dengan mendefinisikan masalah dan menemukan tindakan baru.
Tabel 1 menunjukkan beberapa argument atas dua perspective yang berbeda tersebut dengan
demikian akan memudahkan manager untuk memahami keduanya dengan lebih sederhana. Dan juga
membantu untukmenentukan mana yang lebih sesuai dengan kondidi yang dihadapi.

Tabel 1. Rational reasoning versus generative reasoning perspective


Rational reasoning perspective Generative reasoning perspective
Penekanan Logika melebihi kreativitas Kreativitas melebihi logika
Gaya kognitif yang dominan Berdasarkan analisis Menggunakan intuitive
Alur berpikir Formal, taat aturan Informal, aturan berubah ubah
Sifat berpikir Deductive dan perhitungan Inductive dan imaginative
Definisi masalah Pengenalan dan aktivitas analisis Reflektif dan aktivitas berdasar
perasan atau indera
Pemecahan masalah Formulasi dan implementasi Imaginasi dan melakukan aktivitas
Nilai diposisikan pada Konsistensi dan ketat Menyimpang dan inovatif
Asumsi atas realita Objektif dan diketahui Subjektif dan dapat dibuat
Pembatas pikiran Informasi yang tidak lengkap Kesetiaan pada cognitive map saat
ini
Keputusan didasarkan pada kalkulasi Pertimbangan
Perumpaan Strategi sebagai ilmu Strategi sebagai seni.

Dengan melihat perbedaan mendasar antara kedua perspektif tersebut, untuk menemukan sintesis
antara keduanya perlu penggabungan atau sinergi yang saling melengkapi dan mengisi diantara
keduanya. Memang bukan pekerjaan mudah menemukan sintesa diantara kedua pendekatan tersebut.
Namun manager perlu mengembangkan sintesis tersebut untuk memdapatkan hasil yang lebih sesuai
dengan perkembangan dan situasi. Oleh karena itu manager juga harus menciptakan keseimbangan
baru dalam merespon perubahan perubahan yang terjadi.

12 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai