Anda di halaman 1dari 20

1

EMOSI DAN SUASANA HATI

Dalam analisi kita,kita memerlukan. Tiga istilah yang sangat erat maknanya: afeksi,
emosi, dan suasana hati.
Afeksi (affect) adalah istilah umum yang mencakup kisaran yang luas dari perasaan yang
dialami seseorang meliputi emosi maupun suasana hati. Emosi (emotion) adalah perasaan intens
yang diarahkan pada seseorang atau sesuatu. Suasana hati (mood) adalah perasaan yang kurang
intens dibandingkan emosi dan sering (meskipun tidak selalu) muncul tanpa sebuah peristiwa
spesifik sebagai stimulus.
Kebanyakan ahli percaya bahwa emosi lebih cepat datang dan pergi dibandingkan
suasana hati. Misalnya, jika seseorang kasar pada Anda, anda akan merasa marah.
Emosi adalah reaksi pada seseorang (melihat seseorang teman ditempat kerja mungkin
membuat Anda merasa gembira) atau suatu peristiwa (berhadapan dengan seorang klien yang
kasar mungkin membuat Anda merasa frustasi). Sebaliknya suasana hati biasanya tidak
diarahkan pada orang atau peristiwa. Namun emosi dapat berubah menjadi suasana hati saat anda
kehilangan fokus pada peristiwa atau objek yang memulai perasaan itu dengan cara yang sama,
suasana hati baik atau buruk dapat membuat anda lebih emosional dalam merespon sebuah
peristiwa.
Tampilan 4-1 menunjukan hubungan antara afeksi,emosi,dan suasana hati.

AFEEKSI

Didefinisikan sebagai kisaran luas dari perasaan yang dialami


sesorang. Afeksi dapat dialami dalam bentuk emosi atau suasana
hat

EMOSI SUASANA HATI

Disebabkan oleh peristwa spesifik Penyebabnya sering kali umum dan


Sangat singkat tdak jelas
durasinya(detk/menit) Bertahan lebih lama dari emosi
Spesifik dan banyak (jam/hari)
(amarah,takut,kesedihan,kebahagia Lebih umum(dua dimensi utama:afeksi
an,jijik,terkejut) positf dan afeksi negatve)
Biasanya diikut dengan ekspresi yang Umumnya tdak diindikasikan oleh
jelas ekspresi yang jelas
Berorientasi tndakan Kognitf
2

Pertama,seperti yang ditunjukan, afeksi adalah istilah luas yang mencakup emosi dan suasana
hati.kedua, ada perbedaan antara emosi dan suasana hati. Beberapa dari perbedaan ini bahwa
emosi lebih mungkin disebabkan oleh peristiwa spesifik dan emosi lebih cepat datang dan pergi.
perbedaan lainnya lebih tidak kelihatan. misalnya, tidak seperti suasana hati,emosi seperti
amarah dan merasa terhina cenderung lebih jelas ditampilkan oleh ekspresi wajah. Juga,
beberapa peneliti berspekulasi bahwa emosi lebih berorientasi tindakan dapat mengarahkan kita
pada tindakan langsung, sedangkan suasana hati lebih kognitif ,Yaitu dapat menyebabkan kita
berpikir atau khawatir sementara waktu. Terakhir, tampilan itu menunjukkan bahwa emosi dan
suasana hati sangat berhubungan dengan dapat mempengaruhi satu sama lain.
Afeksi, emosi,dan suasana hati terpisah secara teori namun dalam perbedaannya tidaklah
selalu jelas. di beberapa area,para peneliti telah cendrung mempelajari suasana hati, dalam area
lainnya cenderung emosi. jadi ketika kita main topic perilaku organisasi tentang emosi dan
suasana hati,anda dapat melihat lebih banyak informasi mengenai emosi dalam satu area dan
mengenai suasana hati daerah lainnya hanyalah tahapan dari riset.

Emosi Dasar
Ada beberapa banyak emosi, emosi mencakup rasa marah, jijik, antusias, iri, takut,
frustasi, kecewa, malu, bahagia, benci, berharap, cemburu, gembira, cinta, bangga, terkejut, dan
sedih. Dalam penelitian kontemporer,psikolog telah mencoba mengidentifikasi emosi-emosi
dasar dengan mempelajari berbagai ekspresi wajah. Budaya juga memiliki norma-norma yang
mengatur ekspresi emosional, jadi cara kita mengalami sebuah Emosi tidak selalu sama dengan
bagaimana kita menunjukannya. Orang-orang di Amerika Serikat Timur Tengah mengenali
senyum sebagai tanda kebahagiaan, tetapi di Timur Tengah sebuah senyuman juga dapat
diartikan sebagai tanda ketertarikan seksual sehingga wanita belajar untuk tidak tersenyum pada
pria.
Tidak mungkin psikolog atau filsuf akan setuju sepenuhnya pada suatu set emosi dasar,
atau bahkan pada apakah bahkan hal tersebut ada. Tetapi cukup banyak peneliti yang masih
setuju dengan emosi dasar universal, bahkan mengurutkannya dalam sebuah rangkaian kesatuan,
yaitu bahagia, terkejut, takut, sedih, marah, benci. Semakin dekat dua emosi terhadap emosi
lainnya dalam rangkaian ini, semakin besar kemungkinan dapat dibedakan. Selain itu, seperti
yang akan kita lihat lebih lanjut, faktir-faktor kultural juga dapat memengaruhi interpretasi.

Suasana Hati Dasar : Afeksi Positif dan Negatif


Salah satu cara mengklasifikasikan Emosi adalah dengan bertanya apakah iya positif atau
negatif. Emosi positif seperti kebahagiaan dan rasa syukur-mengungkapkan evaluasi atau
perasaan menyenangkan. Emosi negatif seperti amarah atau rasa bersalah-mengungkapkan
sebaliknya. Tetapi ingatlah bahwa emosi tidak bisa netral.
3

Afeksi positif (positive affect) adalah sebuah dimensi suasana hati yang terdiri atas emosi -emosi
positif spesifik seperti ketertarikan,keyakinan diri, dan keceriaan padahal tertinggi dan
kebosanan, kelambanan,serta kelebihan pada akhir rendah.
Afeksi negatif (negative affect) adalah sebuah dimensi suasana hati yang terdiri atas emosi-
emosi seperti kegugupan,stres,dan kecemasan pada akhir tinggi dan relaksasi ketenangan serta
kendali diri pada akhir rendah.
Kompensasi positivitas (positivity offset) adalah kecenderungan kebanyakan individu untuk
mengalami suasana hati positif ringan pada masukkan nol ( saat tidak ada hal tertentu yang
terjadi).

Fungsi Emosi
Apakah Emosi Membuat Kita Tidak Rasional ? seberapa sering anda mendengar seseorang
mengatakan “oh, anda hanya sedang emosi”? anda mungkin akan tersinggung. Astronom
terkenal, carl sagan, pernah menulis “saat kita memiliki emosi emosi yang kuat,kita bertanggung
jawab karena membodohi diri kita sendiri”.Observasi-observasi menyatakan bahwa rasionalitas
dan emosi saling bertolak belakang dan jika anda menampilkan emosi, mungkin anda bertindak
tidak rasional. Salah satu tim penulis berpendapat bahwa menampilkan emosi seperti kesedihan
sampai menangis sangat berbahaya bagi karier sehingga kita seharusnya meninggalkan ruangan
itu daripada membiarkan orang lain melihatnya. Perspektif-perspektif ini menyakatan
demonstrasi atau bahkan pengalaman emosi dapat menyebabkan kita terlihat lemah, rapuh atau
tidak rasional. Meskipun demikian, riset semakin menunjukan bahwa emosi sebenarnya penting
untuk penalaran rasional.
Contoh dari Phineas
Gade dan banyak cedera
otak lainnya mempelajari
betapa kita harus memiliki
kemampuan untuk
merasakan emosi agar
rasional. Mengapa? Oleh
karena emosi kita
memberikan informasi
penting mengenai
bagaimana kita memahami
dunia sekitar kita.
Misalnya, sebuah studi
terkini mengindikasikan
bahwa individu dalam
suasana hati negatif lebih baik dalam mengenali kebenaran informasi akurat dibandingkan orang
dalam suasana hati bahagia. Apakah kita benar-benar ingin manajer mengambil keputusan
tentang pemecatan seorang pekeria tanpa berdasarkan emosinya maupun emosi pekerjanya?
4

Kunci dari keputusan baik adalah dengan mempergunakan pikiran dan perasaan dalam
keputusan-keputusan kita.

Apakah Emosi Menyebabkan Kita Bersikap Etis? Suatu cabang bidang riset yang sedang
bertumbuh telah mulai menguji hubungan antara emosi dan sikap moral. Sebelumnya diyakini
bahwa, seperti halnya pengambilan keputusan secara umum, kebanyakan pengambilan keputusan
etis didasarkan pada proses kognitif urutan yang lebih tinggi, tetapi riset mengenai emosi moral
semakin mempertanyakan perspektif ini. Contoh emosi moral termasuk simpati pada penderitaan
orang lain, rasa bersalah mengenai perilaku tidak bermoral diri sendiri, kemarahan mengenai
ketidakadilan yang dialami orang lain, pengertian pada orang lain yang berprilaku tidak etis, dan
rasa terhina pada pelanggaran norma – norma moral. Sejumlah studi menyatakan bahwa reaksi-
reaksi ini umumnya didasarkan pada perasaan dibandingkan kognisi semata. Meskipun
demikian, kita melihat batasan moral kita logis dan wajar, tidaklah emosional. Kepercayaan kita
sebenarnya dibentuk oleh kelompok kita, yang memengaruhi persesi kita mengenai orang lain,
menghasilkan respons tanpa sadar dan suatu perasaan yang berbagi emosi yang “benar”.
Sayangnya, perasaan ini mengizinkan kita untuk kadang kadang menjustifikasi reaksi emosional
murni sebagai sesuatu yang etis. Dalam pekerjaan dan kehidupan, penilaian moral kita lebih
banyak berkaitan dengan emosi dibandingkan kognisi, tetapi kita cenderung berpikir sebaliknya,
khususnya saat penilaian penilaian itu dibagikan oleh rekan-rekan anggota kelompok kita.
Anda dapat memikirkan riset ini dalam kehidupan anda sendiri untuk meihat bagaimana
model emosional etika bekerja. Misalkan, gempa bumi besar yang menyerang Jepang tahun
2011. Ketika Anda mendengar hal itu, apakah Anda secara emosional kecewa atas penderitaan
orang lain, atau apakah anda membuat kalkulasi yang lebih rasional tentang situasi tidak
menguntungkan mereka? Andaikan suatu waktu saat Anda telah melakukan sesuatu yang
menyakiti orang lain. Apakah Anda marah atau kecewa pada diri Anda sendiri? Atau memikirkan
saat Anda melihat orang lain diperlakukan tidak adil. Apakah Anda tidak setuju dengan orang
yang berlaku tidak adil, atau Anda terlibat dalam sebuah kalkulasi rasional tentang keadilan
situasi yang bersangkutan? Kebanyakan orang yang berpikir tentang situasi situasi ini setidak-
tidaknya memiliki dorongan emosional yang mungkin menggerakkan mereka untuk terlibat
dalam tindakan-tindakan etis seperti mendonasikan uang untuk membantu orang lain, meminta
maaf dan mencoba membuat perbaikan, atau turut campur demi orang yang diperlakukan tidak
adil. Kesimpulannya, orang-orang yang berperilaku etis sedikitnya membuat keputusan
berdasarkan emosi dan perasaan mereka, dan reaksi emosional ini sering kali merupakan hal
yang baik.

Sumber Emosi dan Suasana Hati


Pernahkah Anda mengatakan, "Saya bangun dengan posisi salah hari ini”? Pernahkah Anda
marah pada rekan kerja atau anggota keluarga tanpa alasan tertentu? Jika Anda pernah, mungkin
Anda bertanya-tanya dari mana datangnya emosi dan suasana hati. Disini kita membahas
beberapa pengaruh utama.
5

Kepribadian Suasana hati dan emosi memiliki suatu komponen karakteri kebanyakan orang
telah membangun kecenderungan untuk mengalami suasana hati emosi tertentu lebih sering dari
pada orang lain. Orang-orang juga mengalami emosi sama dengan intensitas berbeda. Misalnya,
bandingkan CEO Microsoft Steven Bal dengan Mark Zuckerberg dari Facebook, Ballmer dengan
mudah tergerak oleh inyur perangkat lunak Mark Lucovsky melaporkan bahwa ketika ia
mengatakan Ballmer bahwa ia meninggalkan Microsoft untuk pindah ke Google Ballmer
melempar ke dinding dan marah. Zuckerberg, sebaliknya, dikenal tenang dan tidak emosi
Ballmer dan Zuckerberg mungkin berbeda dalam intensitas afeksi, atau seberapa mereka
merasakan emosi-emosinya. Orang-orang yang intens secara afektif mengapa mereka merasakan
emosi positif maupun negatif secara mendalam; saat mereka sedih, mereka benar-benar sedih,
dan saat mereka bahagia, mereka benar-benar bahagia.
Waktu dalam Hari Apakah Anda manusia pagi? Atau Anda merasa lebih baik di hari? orang-
orang memang beragam dalam suasana hatinya berdasarkan waktu dan hari. Meskipun
demikian, riset menyatakan kebanyakan kita sebenarnya mengikuti yang sama, dan sifat alami
dari pola ini mungkin mengejutkan Anda. Tingkat afeksi pun cenderung mencapai puncak pada
akhir pagi (pukul 10.00-siang) dan kemudian bertanya pada level tersebut sampai awal malam
(sekitar pukul 19.00). Mulai sekitar 12 jam sesudah bangun, afeksi postif mulai jatuh sampai
tengah malam, dan kemudian, untuk yang terjaga, penurunan itu meningkat sampai suasana hati
positif naik lagi sesudah terbit matahari. Untuk afeksi negatif, kebanyakan riset menyatakan ia
berfluktuasi kurang afeksi positif, tetapi tren umumnya adalah ia meningkat sepanjang hari,
sehingga rendahnya adalah pada awal pagi dan tertinggi pada akhir malam. Baru baru ini, sebuah
studi menarik menilai suasana hati dengan menganalisi Twitter dari 2,4 juta individu di 84
negara. Peneliti menilai suasana hati mencatat adanya kata yang berkonotasi afeksi positif
(bahagia, antusias, tertarik) afeksi negatif (sedih, marah, cemas).Flukuasi harian dalam suasana
hati cenderung mengikuti pola yang sama di kebanyakan negara. Khususnya, tidak memandang
dalam minggu, afeksi positif rmeningkat sesudah terbitnya matahari, cenderung memudar pada
pertengahan pagi, tetap stabil sampai sekitar pukul 19.00, dan kemudian cenderung meningkat
lagi sampai jatuh pada tengah malam. Hasil ini serupa dengan apa yang kami laporkan dari riset
sebelumnya. Sebab perbedaan utama adalah pada apa yang terjadi di malam hari. Seperti yang
sebelumnya, kebanyakan riset menyatakan bahwa afeksi positif cenderung jatuh sesudah pukul
19.00, sedangkan studi ini menyatakan bahwa ia meningkat sebelum turun pada tengah malam.
Kita harus menunggu riset selanjutnya untuk melihat penjelasan yang akurat. Tren afeksi negatif
alam studi ini lebih konsisten dengan riset sebelum menunjukkan bahwa afeksi negatif berada
pada titik terendah di pagi hari dan cenderung meningkat sepanjang hari dan malam.
Hari dalam Minggu apakah orang orang dalam suasana hati terbaiknya pada akhir pekan?
Dalam kebanyakan budaya hal itu benar - misalnya,orang dewasa Amerika cenderung
mengalami afeksi positif tertinggi pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu dan terendah pada hari
senin. Seperti berdasarkan studi pada lebih dari 500 pesan Twit hal itu cenderung juga benar
dalam beberapa budaya lainnya. Bagi orang Jerman dan cina afeksi positif tertinggi dari jumat
hingga minggu dan terendah pada senin. Pola yang sah bahkan kelihatannya berlaku di negara-
6

negara seperti banyak negara lslam – dimana akhir pekan terjadi pada hari hari yang berbeda.
Hal ini tidak berlaku di semua budaya meskipun demikian. Seperti ditunjukkan, di jepang, afeksi
positif lebih tinggi pada hari Senin dari pada jumat mapun Sabtu.
Untuk afeksi negatife, senin adalah afeksi negatif tertinggi dikebanyakan budaya.
Meskipun demikian, di banyak negara, afeksi negatif lebih rendah pada hari Jumat dan Sabtu
dibandingkan pada hari Minggu. Mungkin karena Minggu sama-sama dapat dinikmati sebagai
hari libur (sehingga memiliki afeksi positif lebih tinggi). kita juga agak tertekan karena minggu
yang akan datang (sehingga afeksi negative lebih tinggi).
Cuaca Kapan menurut Anda, Anda akan berada dalam suasana hati yang lebih baik – suhu 70
derajat dan cerah, atau pada hari yang mendung, dingin, dan hujan? Banyak orang percaya
suasana hatinya dipegaruhi cuaca. Bagaimana pun, bukti yang cukup wajar dan detail dari para
peneliti menunjukkan bahwa cuaca memiliki sedikit pengaruh pada suasana hati, setidaknya bagi
kebanyakan orang. Korelasi ilusi yang terjadi ketika kita mengasosiasikan dua peristiwa yang
dalam kenyataan tidak memiliki hubungan,menjelaskan mengapa orang-orang cenderung
beranggapan bahwa cuaca yang baik meningkatkan suasana hati mereka.
Stres seperti yang Anda mungkin bayangkan, peristiwa harian yang memberi tekanan di tempat
kerja (e-mail menjijikkan, tenggat waktu yang semakin dekat, kehilangan penjualan yang besar,
teguran dari atasan) secara negatif memengaruhi suasana hati. Efek dari stres juga bertumbuh
sepanjang waktu. Menumpuknya level stres dapat memperburuk suasana hati kita, dan kita lebih
mengalami emosi emosi negatif. Meskipun kadang-kadang kita mampu menghadapi stres,
kebanyakan dari kita mendapati stres memengaruhi suasana hati kita. Riset terbaru juga
menyatakan saat situasi sangat menguras emosi, kita memili respons alami untuk menjauhkan
diri, sampai membuang muka.
Aktivitas sosial Apakah Anda cenderung paling bahagia ketika berjalan-jalan dengan teman?
Untuk kebanyakan orang, aktivitas sosial meningkatkan suasana hati positif dan memiliki efek
yang kecil pada suasana hati negatif. Tetapi apakah orang-orang dalam suasana hati positif
mencari interaksi sosial, atau apakah interaksi sosial menyebabkan orang dalam suasana hati
baik? Tampaknya kedua-duanya benar. Apakah jenis aktivitas sosial berpengaruh? Tentu saja ya.
Riset menyatakan aktivitas sosial yang bersifat fisik (ski atau naik gunung dengan teman),
informal (pergi ke pesta) atau kuliner (makan dengan yang lain) lebih kuat asosiasinya dengan
kenaikan suasana hati positif dibandingkan peristiwa peristiwa formal (menghadiri rapat) atau
tidak aktif (menonton TV bersama teman-teman).
Tidur orang dewasa Amerika Serikat melaporkan mereka tidur kurang dari orang dewasa
generasi terdahulu. Menurut para peneliti dan spesialis kesehatan masyarakat, porsi besar dari
angkatan kerja Amerika Serikat menderita kurang tidur: 41 juta pekerjadapat tidur kurang dari
enam jam per malam. Kualitas tidur memengaruhi suasana hati dan keletihan yang meningkat
menempatkan pekerja pada risiko kesehatan yakni penyakit, luka,dan depresi. Salah satu alasan
adalah bahwa waktu tidur yang tidak cukup atau dikurangi mengganggu pengambilan keputusan
dan membuat sulit untuk mengendalikan emosi. Sebuah studi terkini menyatakan tidur yang
buruk juga merusak kepuasan orang merasa lelah, terganggu, dan kurang awas.
7

Olahraga Anda sering mendengar bahwa orang harus berolahraga untuk meningkatkan suasana
hati mereka. Apakah “terapi keringat” benar-benar bekerja? Tampaknya ya. Riset secara
konsisten menunjukkan bahwa olahraga meningkatkan suasana hati postif orang. Meskipun tidak
benar-benar sangat tinggi secara keseluruhan. Efeknya paling dirasakan oleh mereka yang
depresi. Jadi latihan fisik mungkin membantu menempatkan anda dalam suasana hati yang lebih
baik. Tetapi jangan harapkan keajaiban.
Umur Apakah orang muda mengalami emosi positif ekstrem (yang disebut antusia muda) lebih
dari orang tua? Jika Anda menjawab “ya” Anda salah. Satu studi terbanyak orang-orang dengan
umur 18-94 tahun mengungkapkan bahwa emosi emosi tampaknya terjadi lebih sedikit seiring
pertambahan usia. Periode suasana hati tinggi bertahan lebih lama bagi individu-individu
berumur, dan suasana hati menghilang. Studi itu menyiratkan pengalaman emosional membaik
seiring penuaan kita, kita mengalami lebih sedikit emosi negatif.
Jenis kelamin Banyak yang meyakini bahwa wanita lebih emosional dari pada pria. Apakah ini
fakta? Bukti memang membenarkan wanita lebih ekspresif secara emosional dari pada pria,
mereka mengalami emosi lebih intens, mereka cenderung “berada” pada emosi tertentu lebih
lama dari pada pria, dan mereka lebih sering menampilkan emosi emosi positif maupun
negatif,kecuali amarah. Bukti dari sebuah studi atas para partisipasi dari 37 negara berbeda
menemukan bahwa pria secara konsisten melaporkan level kuat lebih tinggi, seperti amarah,
sedangkan wanita lebih banyak melaporkan emosi seperti kesedihan dan ketakutan. Oleh karena
itu, ada beberapa perbedaan kelamin dalam pengalaman dan ekspresi emosi.
Orang-orang juga cenderung mengaitkan emosi pria dan wanita dalam cara mungkin
berdasarkan stereotip atas bagaimana reaksi emosi umumnya. Satu studi menunjukkan bahwa
partisipan partisipan eksperimental yang membaca mengeksoresi emosi menginterprestasikan
reaksi wanita sebagai disposisional (berhubungan dengan kepribadian), sedangkan reaksi pria
diinterpretasikan sebagai sesuatu yang diakibatkan oleh situasi di sekitar mereka Misalnya,
sebuah gambar wanita yang sedang pengamatnya untuk mempercayai bahwa ia bertindak
konsisten dengan kepribadian emosional, sedangkan gambar pria yang lebih mungkin diatribus
dengan pengalaman hari yang buruk. Studi lainnya menunjukkan bahwa partisipan mendeteksi
ekspresi marah pada wajah pria dan ekspresi kebahagiaan wajah wanita,wajah netral pada pria
lebih diatribusikan bahagia.

Emosi Pekerja
Jika Anda pernah memiliki pekerjaan penjualan ritel atau penunggu meja di restoran,
anda mengetahui pentingnya menampilkan sikap ramah dan tersenyum. Meskipun hari hari saat
tidak merasa ceria, Anda tahu bahwa manajemen mengharap tetap bersemangat saat menghadapi
pelanggan. Jadi Anda memalsukannya. Seorang pekerja mengerahkan tenaga dan mental dengan
menempatkan tubuh dan pikiran pada pekerjaan. Tetapi pekerjaan juga membutuhkan emosi
pekerja suatu ekspresi pekerja atas emosi emosi yang diharapkan organisasi selama transaksi
transaksi interpersonal saat bekerja.
8

Konsep emosi pekerja muncul dari studi atas pekerjaan jasa. Kita mengharapkan para
pramugari agar terlihat ceria, pemimpin upacara pemakaman terlihat sedih, dan dokter terlihat
netral emosinya. Tetapi emosi pekerja relevan pada hampir semua pekerjaan. Setidak-tidaknya
manajer Anda mengharapkan Anda sopan dan tidak kasar saat berinteraksi dengan rekan kerja.
Tantangan sebenarnya muncul saat pekerja harus menampilkan suatu emosi saat sebenarnya
merasakan yang lain. Disparitas ini adalah disonansi emosi (emotionaldissonance), dan ini dapat
sangat berpengaruh. Menumpuknya perasaan frustasi, amarah, dan tidak suka pada akhirnya
dapat berujung pada kelelahan nosional serta keletihan luar biasa, Disonansi emosi adalah seperti
disonansi kognitif yang dibahas pada bab sebelumnya, selain bahwa disonansi emosi berpusat
pada perasaan bukan pikiran. Oleh karena meningkatnya pentingnya emosi pekerja sebagai suatu
komponen kunci dari kinerja efektif kita harus memahami relevansi emosi dalam bidang
perilaku organisasi.
Emosi pekerja menciptakan dilema bagi pekerja. Ada orang yang jelas-jelas tidak Anda
suka,tetap harus bekerja dengannya. Mungkin Anda menganggap kepribadian orang tersebut
mengganggu. Mungkin Anda mengetahui mereka mengatakan hal-hal negatif tentang Anda
dibelakang Anda. Bagaimana pun, pekerjaan menuntut Anda untuk berinteraksi dengan orang-
orang ini secara regular. Jadi Anda dipaksa untuk berpura-pura ramah.
Terutama dalam hal pekerjaan akan sangat membantu Anda jika dapat memisahkan
antara yang dirasakan dan yang ditampilkan. Emosi yang dirasakan (felt emotion) adalah emosi
aktual individu. Sebaliknya, emosi yang ditampilkan (displayed emotion) adalah yang dituntut
oleh organisasi untuk ditunjukkan oleh pekerja dan dianggap pantas untuk pekerjaan itu. Mereka
tidak muncul begitu saja; mereka di pelajari. Sama halnya, kebanyakan dari kita mengetahui
bahwa kita diharapkan sedih saat pemakaman, tanpa peduli apakah kita menganggap kematian
orang itu sebagai sebuah kehilangan, dan untuk tampil dalam pernikahan dengan gembira
meskipun kita tidak ingin merayakannya.
Riset menyatakan bahwa di tempat kerja di Amerika Serikat, kita diharapkan
menampilkan emosi emosi positif seperti kebahagiaan dan semangat serta meredam emosi emosi
negatif seperti rasa takut, amarah, jijik,dan rasa tidak suka. Manajer yang efektif telah belajar
untuk serius dalam memberikan seorang pekerja evaluasi kinerja yang negatif dan
menyembunyikan kemarahan mereka saat mereka gagal mendapa promosi. Seorang agen
penjualan yang tidak belajar untuk tersenyum dan ramah, tanpa menghiraukan perasaan
sebenarnya pada saat itu, umumnya tidak akan bertahan lama dalam pekerjaan itu. Cara kita
mengalami emosi tidak selalu sama dengan cara kita menunjukkannya.
Menampilkan emosi emosi palsu membutuhkan kita untuk meredam yang sebenarnya.
Akting permukaan (surface acting) adalah menyembunyikan perasaan dalam dan
menyembunyikan ekspresi emosional sebagai respons atas peraturan. Seoran pekerja yang
tersenyum pada pelanggan meskipun saat itu ia tidak merasa senang adalah akting permukaan.
Akting mendalam (deep acting) adalah mencoba untuk memodifikasi perasaan di dalam yang
sebenarnya berdasarkan aturan. Penyedia layanan kesehatan mencoba untuk secara murni merasa
lebih empati terhadap pasiennya adalah akting mendalam. Akting permukaan berhadapan dengan
9

emosi yang ditampilkan, dan akting mendalam berhadapan dengan emosi yang dirasakan. Riset
di Belanda dan mengindikasikan bahwa akting permukaan sangat tertekan, sedangkan pemikiran
penuh (mindfullness) (belajar untuk secara obiektif mengevaluasi situasi kita saat itu) lebih
menguntungkan bagi kebaikan pekerja. Menampilkan emosi yang tidak sebenarnya kita rasakan
adalah melelahkan, sehingga penting untuk memberikan pekerja yang terlibat dalam tampilan
permukaan kesempatan untuk rileks dan menyegarkan diri. Sebuah studi yang mempelajari
bagaimana instruktur pemandu sorak menggunakan jam mengajarnya untuk beristirahat
mendapati bahwa mereka yang menggunakan waktunya untuk istirahat dan rileks lebih efektif
sesudah istirahatna. Studi lainnya menemukan bahwa dikelompok kerja rumah sakit yang sangat
menuntut tampilan emosional, keletihan lebih tinggi dibandingkan di kelompok kerja rumah
sakit lainnya.

Teori Periswtiwa Afektif


Kita telah melihat bahwa emosi dan suasana hati meripakan bagian penting dari hidup
dan pekerjaan kita. Tetapi bagaimana mereka memengaruhi kinerja dan kepuasan kita ? Sebuah
model yang disebut teori peristiwa afektif (affective event theory [AET]) menunjukkan bahwa
pekerja bereaksi secara emosional pada hal-hal yang terjadi ditempat kerja,dan reaksi ini
memengaruhi kinerja dan kepuasan mereka.
Teorinya dimulai dengan mengenali bahwa emosi adalah respons atas peristiwa di
lingkungan kerja. Lingkungan kerja mencakup semua yang mengelilingi pekerjaan itu ragam
tugas dan tingkat otonomi, tuntutan pekerjaan, serta tuntutan untuk mengekspresikan emosi
pekerja. Lingkungan ini menciptakan peristiwa kerja yang bisa saja menjengkelkan,
menyenangkan, atau keduanya. Contoh dari yang menjengkelkan adalah kolega yang menolak
melakukan bagian pekerjaannya, bentroknya arahan dari manajer yang dan tekanan waktu yang
berlebihan. Peristiwa yang menyenangkan termasuk sasaran, dukungan dari kolega, dan
menerima pengakuan atas suatu pencapaian.
Peristiwa kerja ini mendorong reaksi emosional positif atau negative yang diterima
kepribadian dan suasana hati pekerja untuk selanjutnya direspons dengan intensitas tinggi atau
rendah. Orang dengan skor stabilitas emosional rendah lebih mungkin bereaksi kuat pada
peristiwa negative. Respons emosional kita pada suatu peristiwa berubah tergantung suasana
hati. Terakhir, emosi memengaruhi sejumlah variable dan kepuasan, seperti perilaku kewargaan
organisasi, komitmen organisasi, tingkat niat untuk keluar, dan penyimpangan ditempat kerja.
Ujian teori peristiwa afektif menyatakan hal-hal berikut.
1. Satu episode emosi sebenarnya merupakan serangkaian pengalaman emosional yang didorong
muncul oleh suatu peristiwa tunggal dan menandung elemen emosi serta siklus suasana hati
2. Emosi saat ini memengaruhi kepuasan kerja pada saat berlangsung, bersama dengan riwayat
emosi yang mengelilingi peristiwa itu
3. Oleh karena suasana hati dan emosi berfluktuasi sepanjang waktu, efeknya pada kinerja juga
berfluktuasi.
4. Perilaku yang digerakkan emosi umumnya pendek dalam durasi dan variabili tunggal
10

5. Oleh karena emosi, bahkan yang positif, cenderung tidak cocok dengan perilaku yang
diisyaratkan untuk melakukan sebuah oekerjaan, mereka biasnya memilih pengaruh negative
terhadap kinerja

Mari lihat sebuah contoh. Katakanlah anda bekerja sebagai insinyur penerbangan untuk
boeing. Oleh karena penurunan permintaan jet komersial, Anda mempleajari bahwa perusahaan
sedang mempertimbangkan untuk memutus hubungan kerja bagi 10.000 pekerja, mungkin
termasuk anda. Peristiwa ini mungkin membuat anda merasakan emosi negative, khususnya rasa
takut bahwa anda mungkin kehilangan sumber utama pendapatan. Oleh karena masalah ini
membuat anda sangat khawatir dan mengganggu pikiran. Peristiwa ini meningkatkan perasaan
tidak aman. Kekhawatiran anda meningkat karena anda (1) tidak mengambil risiko itu secara
volunteer. (2) tidak memoercayai pemberi kerja anda, (3) menyadari risiko itu ada dalam tangan
orang yang perspektifnya mungkin tidak menguntungkan anfa, dan (4) melihat tidak ada manfaat
jika anda bertindak. Rencana PHK juga menggerakkan rangkaian peristiwa-perisitwa lebih kecil
yang menciptakan sebuah eposide: Anda berbicara dengan atasan anda, dan ia meyakinkan
bahwa anda aman; anda mendengar rumor bahwa deppartemen anda sangat rentan termasuk
kedalam daftar yang akan dieliminasi; Selain itu, anda bertemu dengan kolega lama anda yang di
PHK enam bulan lalu dan masih belum menemukan pekerjaan. Peristiwa ini akhirnya membuat
emosi anda naik dan turun. SUatu hari, anda merasa bersemangat bahwa anda akan bertahan.
Kemudian, anda mungkin depresi dan cemas. Peralihan emosi ini mengalihkan perhatian anda
dari pekerjaan dan menurunkan kinerja serta kepuasan anda. Akhirnya, respons anda semakin
menguat kearena ini merupakan PHK terbesar ke-4 yang dilakukan Boeing dalam 3 tahun
terakhir.
Kesimpulannya, AET menawarkan dua pesan penting. Pertama, emosi memberikan
pandangan yang berharga tentang bagaimana peristiwa yang menjengkelkan dan menyenangkan
di tempat kerja memengaruhi kinerja pekerja serta kepuasannya, kedua, pekerja dan manajer
seharusnya tidak mengabaikan emosi atau peristiwa yang menyebabkannya, walau mereka
tampaknya sepele, tetapi mereka akan terakumulasi.

Kecerdasan Emosional
Diane adalah seorang manajer kantor. Kesadarannya atas emosi diri sendiri dan emosi
orang lain hampir nihil. Ia mudah berubah suasana hati dan tidak mampu menciptakan
antusiasme atau minatnya pada para pekerjanya. Ia tidak memahami mengapa pekerja kecewa
dengannya. Ia sering bereaksi berlebihan pada masalah dan memilih respon yang paling tidak
efesian atas situasi emosional. Diane memiliki kecerdasan emosional yang rendah. Kecerdasan
emosional (emosional intelligence) adalah kemampuan seseorang untuk (1) menilai emosi dalam
diri dan orang lain, (2) memahami makna emosi-emosi ini, dan (3) mengatur emosi seseorang
secara teratur dalam sebuah model alur. Orang yang mengetahui emosinya sendiri dan baik
dalam membaca petunjuk emosional—misalnya mengetahui mengapa merka marah dan
bagaimana mengekspresikan dirinya tanpa melanggar norma—akan lebih efektif.
11

Beberapa studi menyatakan kecerdasan emosional memainkan peran penting dalam


kinerja. Sebuah studi yang menggunakan teknologi gambaran resonansi magnetic fungsional
(MRI) menemukan bahwa mahasiswa MBA eksekutif yang baik dalam tugas pengambilan
keputusan strategis lebih mungkin melibatkan pusat emosi otak dalam proses keputusannya.
Mahasiswa juga mengurangi penekanan penggunaan bagian yang lebih kognitif dari otaknya.
Studi lain melihat kesuksesan dan gegagalan presiden Amerika Serikat—dari Franklin Roosevelt
sampai Bill Clinton kurang dan mengevaluasi mereka di enak kualitas : komunikasi, organisasi,
keahlian politis, visi, gaya kognitif, dan kecerdasan emosional. Kualitas utama yang
membedakan yang sukses (seperti Roosevelt, dan Reagan) dari yang tidak suskes (seperti
Johnson, carter, Nixon) adalah kecerdasan emosional. Sebuah studi simulasi juga menunjukkan
bahwa mahasiswa yang baik dan mengidenfikasi dan membedakan antara perasaan nya sendiri
mampu membuat keputusan investasi yang lebih menguntungkan.
Kecerdasan emosional telah menjadi sebuah konsep yang kontrovesional dan perilaku
organisasi, dengan pendukung dan penetang, Dalam pembahasan berikut kita meninjau argument
yang medukung dan menentang viabilitasnya.

Kasus untuk Kecerdasan Emosional


Argumennya mendukung kecerdasan emosional temasuk daya Tarik intuitifnya, bahwa ia
memprediksi kriteria yang berarti, dan ide bawah itu berdasarkan biologi.

Daya Tarik Intuitif Intuisi menyatakan orang yang dapat mendeteksi emosi orang lain,
mengendalikan emosinya sendiri, dan mengendalikan interaksi social dengan memiliki posisi
yang kuat dalam dunia bisnis. Materi promosi suatu perusahaan untuk ukuran kecerdasan
emosional mengklaim, “Kecerdasan emosional berperan atas lebih 85% kinerja terbaik dalam
pimpinan puncak.

Kecerdasan emosional memprediksi kriteria yang berarti Buki menyatakan tinggi


kecerdasan emosional berarti seseorang akan berkinerja baik dalam perkerjaan. Misalnya, sebuat
studi menemukan kecerdasan emosional memprediksi kinerja pekerjaan di pabrik rokok Cina.
Sebuah tinjauan atas studi-studi mengindikasikan bahwa, seorang keseluruhan, secara lemah
tetapi secara konsisten positif berkoreksi dengan kinerja, bahkan setelah peneliti
memperhitungkan kemampuan kehati-hatian, dan rasionalitas.

Kecerdasan emosional berdasarkan biologi Dalam sebuah studi, orang-orang dengan


kerusakan di area otak yang mengatur pemrosesan emosional (bagian korteks prefron) memiliki
skor tidak lebih rendah dalam ukuran standar pada orang tau kerusakan yang sama. MEskipun
demikian , mereka memiliki skor lebih rendah signifikan pada ujian kecerdasan emosioal dan
terganggu dalam pengambilan keputusan norma. Studi ini menyatakan kecerdasan emosional
berdasarkan neurologi dengan cara yang tidak berhubungan dengan ukuran standar kecerdasan.
12

Ada juga bukti bahwa kecerdasan emosional dipengaruhi genetic, yang selanjutnya mendukung
pendapat bahwa kecerdasan emosional sebuah factor biologis mendasar yang nyata.

Kasus yang bertentangan dengan kecerdasan emosional


Dibalik semua dukungan, kecerdasan emosional juga mendapat banyak kritik yang mengatakan
kecerdasan emosional bersifat samar dan tidak mungkin diukur, mereka mempertanyakan
validitasnya.

Para peneliti kecerdasan emosional tidak sepakat tentang definisi bagi banyak peneliti, tidak
jelas apakah kecerdasan emosional itu, karena para peneliti menggunakan definisi yang berbeda.
Beberapa focus pada ujian dengan jawaban yang benar dan salah yang darinya kita dapat
menyimpulkan kemampuan seseorang untuk mengenali dan mengendalikan emosi. Ini
merupakan perspektif kecerdasan atas emosional yang berdasarkan kemampuan. Para peneliti
lain telah memandang kecerdasan emosional secara ragam ide yang luas yang kita dapat ukur
dengan melaporkan sendiri dan yang dihubungkan secara utamaoleh fakta yang tidak satupun
dari mereka sama dengan kecerdasan kognitif. Bukan hanya dua definisi ini berbeda, tetapi
ukuran yang digunakan masing-masing perspektif pun hamper tidak berkolerasi satu sama lain

Kecerdasan emosional tidak dapat diukur Banyak kritik telah mempertanyakan tentang
pengukuran kecerdasan emosional hal ini dikatakan menreka berpendapat bahwa kecerdasan
emosional adalah sebuah bentuk inteligensia. Harus ada jawaban benar dan salah untuknya
dalam tes. Beberapa tes memang memiliki jawaban yang benar dan salah, meskipun validitas dan
beberapa pertanyaan diragukan. Satu ukuran menanyakan anda untuk mangasosiasikan perasaan
dengan warna, seolah-olah warna ungu selalu membuat kita merasa sejuk dan tidak hangat.
Ukuran lainnya dilaporkan oleh diri sendiri, seperti “saya baik dalam membaca orang lain” dan
tidak memiliki jawaban yang benar atau salah. Ukuran kecerdasan emosional beragam dan para
peneliti tidak dapat memberlakukan ukuran-ukuran itu seketat seperti pada studi mereka atas
ukuran kepribadian dan kecerdasan umum.

Kecerdasan Emosional tidak lebih dari sekedar kepribadian dengan Label berbeda
Beberapa kritik berpendapat bahwa karena kecerdasan emosional sangat erat kaitannya dengan
dengan intelegensia dan kepribadian, sekai anda mengendalikan factor factor ini, tidak ada lagi
hal unik yang di tawarkan. Ada beberapa dasar atas argument ini. Kecerdasan emosional tampak
berkorelasi dengan ukuran kepribadian, khususnya stabilitas emosional. Jika ini benar, maka
penanda biologis seperti aktivitas oam dan heritablitias dapat didistribusikan pada konstruksi
psikologis yang lebih dikenal dan diteliti dengan lebih baik lainnya. Sampai tingkat tertentu, para
penelitu telah menyelesaikan isu ini dengan mencatat bahwa kecerdasan emosional adalh sebuah
konsep yang sebagian ditentukan oleh ciri-ciri seperti kecerdasan emosional adalah sebuah
konsep yang sebagian ditentukan oleh ciri-ciri seperti kecerdasan kognitif, kehati-hatian, dan
13

penalaran, sehingga masuk akal bahwa kecerdasan emosional berkorelasi dengan karakteristik-
karatkeristik ini.
Meskipun bidang pemahaman tentang kecerdasan emosional sedang berkembang, banyak
pertanyaan yang belum terjawab. Kecerdasan emosional secara luas popular di antara
perusahaan-perusahaan konsultasi dan dalam media popular, tetapi masih sulit untuk
memvalidasi konsep ini dengan literature riset.

Pengaturan Emosi
Pernakah anda mencoba untuk menyemangati diri anda saat anda merasa jatuh, atau
menenangkan diri anda saat anda merasa marah? Jika demikian, anda telah terlibat dalam
pengaturan emosi, yang merupakan bagian dari literature kecerdasan emosional tetapi saat ini
semakin dipelajari sebagai sebuah konsep terpisah. Pendapat utama dibalik pengaturan emosi
adalah untuk mengidentifikasi dan memodifikasi emosi yang anda rasakan. Riset terkini
menyatakan bahwa kemampuan manajemen emosi adalah alat prediksi kuat atas kinerja tugas
bagi beberapa pekerjaan dan perilaku kewargaan organisasi(Organizational citizenhip
behaviour).
Para peneliti dari pengaturan emosi sering mempelajari strategi yang mungkin digunakan
orang untuk mengubah emosinya. Salah satu strategi yang telah kita diskusikan dalam bab ini
adalah acting permukaan, atau secara harfiah, “berpura-pura dengan wajah” sebagai respons
yang pantas atas situasi tertentu. Akting mendalam, strategi lainnya yang telah kita bahas, lebih
mutah secara psikologis dibandingkan acting permukaan karena pekerja sebenarnya mencoba
mengalami emosi itu, Akting mendalam, meskipun kurang “salah” dibandingkan acting
permukaan, mungkin masih tetap sulit karena bagaimana pun mewakili acting.
Oleh karena itu, para peneliti perilaku organisasi mencoba memahami strategi yang dapat
digunakan orang yang melakukan acting, seperti menunjukkan emosi yang pantas, tetapi juga
mengurangi dampak dari acting itu, seperti kelelahan emosional dan penarikan diri dari tempat
kerja. Sasarannya adalah untuk memberikan pekerja dan manajer alat untuk memonitor dan
memodifikasi respons emosional mereka atas situasi tempat kerja.
Meskipun risetnya terus berlanjut, studi mengindikasikan bahwa pengaturan emosi yang
efektif mencakup mengakui bukannya menekan respons emosional kita atas situasi, dan
mengevaluasi kembali peristiwa setelah terjadi. Sebuah studi terkini mengilustrasikan efek dari
penilaian ulang kognitif yang sangat potensial. Dari partisipan-partisipan konflik Israel-Palestina,
mereka yang siap untuk menilai ulang situasu menunjukkan kesediaan lebih untuk
mempertimbangkan perdamaian terhadap Palestina dan kurang mendukung taktik-taktik agresif
dibandingkan kelompok kendali, tidak hanya segera sesudah studi tetapi sampai lima bulan
kemudian. Ini menyatakan bahwa teknik penilaian ulang kognitif dapat membuat orang
mengubah respons emosionalnya, bahkan ketika subjek masalah sangat menguras emosi seperti
konflik Israel-Palestina.
Teknik lain dengan potensi atas pengaturan emosi adalah pengungkapan. Riset
menunjukkan bahwa ekspresi terbuka dari emosi dapat membantu individu, kebalikan dari
14

membiarkan emosi "menumpuk Pengungkapan ini harus dilakukan secara hati-hati, karena
mengungkapkan atau menyatakan frustasi Anda secara langsung dapat menyinggung orang lain.
Faktanya, apakah mengungkapkan emosi membantu pengungkapnya merasa lebih baik sangat
tergantung pada respons pendengar. Jika pendengar tidak merespons (banyak yang menolak
merespons), akan membuat pengungkap merasa lebih buruk. Jika pendengar merespons dengan
ekspresi dukungan atau validasi pengungkap merasa lebih baik. Oleh karena itu, jika kita ingin
mengungkapkan amarah pada rekan kerja,kita perlu memilih seseorang yang akan merespons
dengan simpati. Mengungkapkannya pada orang yang dinilai mudah tersinggung jarang
memperbaiki keadaan dan bisa menyebabkan meningkatnya emosi-emosi negatif.
Seperti yang mungkin Anda duga, tidak semua orang sama baiknya dalam mengatur
emosinya. Individu yang lebih tinggi dalam karakteristik kepribadian penalaran lebih sulit
melakukannya dan sering mendapati suasana hati mereka di atas kemampuan kendali mereka.
Individu yang memiliki kepercayaan diri lebih rendah juga kurang mungkin mencoba untuk
memperbaiki suasana hati sedihnya, mungkin karena kurang mungkin dibandingkan yang lain
untuk merasa mereka layak dalam suasana hati baik.
Saat tampaknya pengaturan emosi diinginkan, riset menyatakan ada sisi buruk dari
mencoba mengubah perasaan Anda. Mengubah emosi Anda membutuhkan usaha, dan seperti
yang kita catat saat mendiskusikan tenaga emosional, usaha ini bisa melelahkan. Kadang-kadang
mencoba untuk mengubah emosi sebenarnya membuat emosi itu lebih kuat; misalnya mencoba
untuk berbicara pada diri Anda sendiri agar tidak takut dapat membuat Anda lebih fokus pada
apa yang menakutkan Anda, yang membuat Anda lebih takut." Dari perspektif yang lain, riset
menyatakan bahwa menghindari pengalaman emosi negatif kurang mungkin berujung pada
suasana hati positif dibandingkan benar-benar mencari pengalaman emosi positif. s Misalnya,
Anda lebih mungkin mengalami suasana hati positif jika Anda memiliki percakapan yang
menyenangkan dengan seorang teman daripada jika Anda menghindari percakapan tidak
menyenangkan dengan rekan kerja yang kasar.
Saat teknik pengaturan emosi dapat membantu kita menghadapi situasi tempat kerja yang
sulit, riset mengindikasikan efeknya beragam. Sebuah studi terbaru di Taiwan menemukan
bahwa partisipan yang berkerja bagi atasan yang bersikap mengganggu melaporkan kelelahan
emosional dan kecenderungan penarikan diri dari kerja, tetapi pada tingkat yang berbeda
berdasarkan strategi pengaturan emosi yang mereka gunakan. Ini menyatakan bahwa lebih
banyak riset atas penerapan teknik-teknik yang perlu dilakukan untuk membantu para pekerja.
Oleh karena itu, saat ada banyak harapan dalam teknik teknik pengaturan emosi, jalan terbaik
menuju tempat kerja yang positif adalah merekrut individu-individu berpikiran positif dan
melatih pemimpin mengelola suasana hati, sikap kerja, dan kinerja mereka." Pemimpin terbaik
mengelola emosi sebanyak mereka mengelola tugas dan aktivitas.

Aplikasi Perilaku organisasi terhadap Emosi dan Suasana Hati


Dalam bagian ini, kita menilai bagaimana pemahaman emosi dan suasana hati dapat
meningkatkan kemampuan kita untuk menjelaskan dan memperkirakan proses seleksi
15

dalam organisasi, pengambilan keputusan. kreativitas. motivasi, kepemimpinan, keinterpersonal,


negosiasi, layanan pelanggan, sikap kerja, dan perilaku tempat menyimpang. Kita iuga melihat
bagaimana manajer dapat memengaruhi suasana hati kita.

Seleksi
Salah satu implikasi dari bukti uji kecerdasan emosional sampai saat ini adalah pemberi kerja
seharusnya mempertimbangkannya sebagai sebuah faktor dalam mereka pekerja, khususnya
untuk pekerjaan yang menuntut tingkat interaksi sosial. Faktanya, lebih banyak pemberi kerja
mulai menggunakan ukuran-ukuran kecerdasan emosional untuk merek ut orang. Sebuah studi
atas perekrut Air Force Amerika St menunjukkan bahwa perekrut berkinerja terbaik
menampilkan level tinggi kecerdasan emosional. Menggunakan penemuan ini, Air Force menata
ulang kriteria seleksi Sebuah investigasi lanjutan menemukan bahwa orang yang bahwa orang
yang memiliki skor kecerdasan emosional tinggi akan lebih berpeluang 2,6 kali diterima bekerja
dibandingkan dengan skor kecerdasan emosional yang rendah. Di Loreal, agen penjual yang
berdasarkan skor kecerdasan emosional menjual lebih banyak dibandingkan yang diri
berdasarkan prosedur seleksi lama perusahaan. Secara tahunan.agen penjual yang karena
kompetensi emosionainya menjual $91.370 lebih banyak dibandingkan penjualan lainnya, untuk
sebuah kenaikan penerimaan bersih senilai $2.558.360

Pengambilan Keputusan
Pendekatan tradisional atas studi pengaman keputusan dalam organisasi telah menitikberatkan
rasionalitas. Tetapi para perilaku organisasi semakin menemukan bahwa suasana hati dan emosi
memiliki penting terhadap pengambilan keputusan.
Suasana hati dan emosi positif tanpaknya membantu orang mengambil keputusanbaik.
Orang-orang dalam suasana hati baik atau mengalami emosi positif mungkin dibandingkan yang
lain untuk menggunakan pengalaman, atau aturan (yaitu prinsip dengan aplikasi luas yang tidak
dimaksudkan untuk menjadi benar akurat atau dapat diandalkan untuk setiap situasi). untuk
membantu mengatasi keputusan dengan cepat. Emosi positif juga meningkatkan keahlian
memecahkan masalah sehingga orang-orang positif menemukan solusi solusi masalah yang lebih
baik.
Para peneliti perilaku organisasi terus berdebat tentang peran emosi dan suasana negatif
dalam pengambilan keputusan. Meskipun satu studi yang sering dikutip menyatakan orang-orang
yang depresi mencapai penilaian yang lebih akurat," bukti-bukti-bukti yang baru menunjukkan
mereka mengambil keputusan lebih buruk. Mengapa ? Karena orang depresi lebih lama dalam
memproses informasi dan cenderung memilih sendiri opsi yang mungkin dibandingkan yang
paling mungkin." Mereka mencari solusi sempurna, padahal soiusi sempurna itu jarang ada.

Kreativitas
Orang-orang dalam suasana hati baik cenderung lebih kreatif daripada orang dalam suasana hati
buruk." Mereka mengnasilkan banyak ide dan pilihan, dan yang lain berpikir mereka orisinal."
16

Tampaknya orang yang mengalami suasana hati atau emosi positif lebih fleksibel dan terbuka
dalam pikirannya, yang dapat menjelaskan mengapa mereka lebih kretif.
Beberapa peneliti, bagaimana pun tidak percaya suasana hati positif membuat orang lebih
kreatif. Mereka berpendapat bahwa ketika orang dalam suasana hati positif,mereka bisa menjadi
rileks ("Jika sava dalam suasana hati baik, nai-hai akan berjaian baik dan saya tidak perlu
memikirkan ide-ide baru) dan tidak terlibat dalam pemikiran kritis yang perlu untuk beberapa
bentuk kreativitas." Jawabannya bisa terletak pada pemikiran tentang suasana hati yang cukup
berbeda. Daripada melihat afeksi positif atau negatif mungkin untuk mengonseptualisasikan
suasana hati sebagai perasaan aktif amarah, ketakutan atau ekstatik dan membedakannya dengan
suasana hati deaktivasi seperti kekecewaan depresi, atau puas diri. Semua suasana hati aktivasi,
baik positif atau negatif tampaknya mengarahkan pada kreativitas lebih, sedangkan suasana hati
deaktivasi mengarahkan pada yang kurang." Kita juga mendiskusikan sebelumnya bahwa faktor-
faktor lain seperti keletihan bisa mendorong kreativitas sebuah studi terhadap 428 pelajar
mendapati mereka menampilkan yang terbaik pada tugas pemecahan masalah yang kreatif saat
mereka letih, menyiratkan bahwa keletihan dapat membebaskan pikiran untuk
mempertimbangkan solusi-solusi yang sesuai."

Motivasi
Beberapa studi telah menunjukkan pentingnya suasana hati dan emosi terhadap motivasi. Satu
studi menempatkan dua kelompok orang untuk memecahkan teka-teki kata. Kelompok pertama
menonton sebuah video klip ucu yang ditujukan untuk menempatkan mereka pada suasana hati
baik pertama kali. Kelompok lainnya tidak diperlihatkan klip itu dan langsung mulai
mengerjakan teka-teki. Hasilnya? Kelompok suasana hati positif melaporkan ekspektasi tinggi
mampu memecahkan teka-teki, bekerja lebih keras, dan memang memecahkan lebih banyak
teka-teki.
Studi lainnya menemukan bahwa memberikan orang umpan balik kinerja-baik nyata
maupun palsu memengaruhi suasana hati mereka, yang kemudian memengaruhi motivasi
mereka.' Jadi, sebuah siklus dapat ada di mana suasana hati positif menyebabkan orang lebih
kreatif, yang berujung pada umpan balik positif dari yang mengamati pekerjaan mereka. Umpan
balik positif ini lebih jauh menanamkan lagi suasana hati positif yang dapat membuat orang
berkinerja lebih baik lagi, dan seterusnya.
Studi lainnya mengamati suasana hati agen penjualan asuransi di Taiwan Agen dalam
suasana hati baik didapati lebih membantu terhadap rekan kerjanya dan juga merasa lebih baik
tentang diri mereka. Faktor-faktor ini kemudian mengarahkan pada kinerja superior dalam
bentuk penjualan lebih tinggi dan laporan kinerja yang lebih baik dari atasan.

Kepemimpinan
17

Kepemimpinan yang efektif bergantung pada daya tarik emosional untuk membantu
menyampaikan pesannya. Faktanya, ekspresi dari emosi dalam berbicara sering kali merupakan
elemen kritis yang membuat kita menerima atau menolak pesan pemimpin.
Politisi, sebagai contohnya, telah belajar untuk menunjukkan antusiasme saat berbicara mengenai
kesempatan menang dalam pemilihan, bahkan sekalipun jajak pendapat (polling) menyiratkan
sebaliknya.
Riset terkini telah tokus pada etek penimpin transfornasional, yang dapat tikirkan saat ini
sebagai pemimpin luar biasa (sampai kita membahas topiknya lebih dalam diBab 12). Pemimpin
transtornasional menyadari etek yang dimiliki emosi terhadap pengikutnya dan sering kali secara
bebas berbagi emosi. Sebuah studi dengan partisi militer Taiwan mengindikasikan bahwa dengan
berbagi emosi, pemimpin transformasi menginspirasikan emosi positif pada pengikutnya yang
berujung pada kinerja yang lebih baik.
Eksekutif perusahaan mengetahui isiemosional adalah kritis agar pekerja mempercaya
visi mereka tentang masa depan perusahaan dan menerima perubahan. Ketika yang lebih tinggi
kedudukannya menawarkan visi visi baru, khususnya dengan sasaran yang tidak jelas atau jauh,
sering kali sulit bagi para pekerja untuk menerima perubahan yang mereka bawa. Dengan
membangkitkan emosi dan mengaitkan mereka dengan visi yang menarik, para pemimpin
meningkatkan kemungkinan bahwa manajer dan pekerja menerima perubahan.
Para pemimpin yang fokus pada sasaran inspirasic juga menghasilkan optimisme yang lebih
tinggi dan antusiasme dalam pekerja, yang berujung pada interaksi sosial yang lebih positif
dengan rekan kerja dan pelanggan.

Negosiasi
Negosiasi adalah sebuah proses emosional meskipun demikian, kita sering mengatakan seorang
negosiator yang ahli memiliki "wajah poker" Beberapa studi tentang menunjukkan bahwa
seorang negosiator yang berpura-pura marah memiliki keuntung daripada lawannya. Mengapa?
oleh karena saat seorang negosiator menunjukan amarah, lawannya menyimpulkan negosiator itu
telah memberikan semua yang diberikannya sehingga ia pun mengalah.106 Amarah seharusnya
digunakan secara sele dalam negosiasi; negosiator yang marah yang memiliki informasi atau
kekuatan yang kurang dibandingkan lawannya memiliki hasil yang lebih buruk secara signifikan.
Jelas tampak bahwa individu yang lebih berkuasa dengan informasi yang lebih baik akan kurang
bersedia untuk berbagi informasi atau bertemu dengan lawan yang mau di tengah-tengah
negosiasi
Menampilkan emosi negatif (seperti amarah) bisa saja efektif, tetapi merasa tentang Anda
tampaknya memperburuk negosiasi di masa depan. Individu yang buruk dalam negosiasi
mengalami emosi negatif, mengembangkan persepsi negatif di mitranya, dan kurang bersedia
untuk berbagi informasi atau kooperatif dalam negosiasi di masa depan. Menariknya, ketika
suasana hatidan emosi memiliki manfaat ditempat kerja, dalam negosiasi-jika kita tidak
memalsukan tampilan luar seperti berpura-pura marah-emosi mungkin memperburuk kinerja
negosiator. studi tahun menemukan bahwa orang yang menderita kerusakan pada pusat emosi di
18

otaknya (di bagian yang sama pada Phineas Gage) bisa menjadi negosiator terbaik karena meresa
tidak mungkin lebih membenarkan saat dihadapkan dengan hasil negatif.

Layanan Pelanggan
Status emosional pekerja memengaruhi layanan pelanggan, yang memengaruhi bisnis
pengulangan dan kepuasan pelanggan." Memberikan iayanan pelanggan berkuali tinggi
menuntut pekerja karena itu sering kali menempatkan mereka pada situasi disonaemosi.
Disonansi emosi jangka panjang adalah prcdiktor kclc:ihan pekerjaan, menurunkan kinerja, dan
kepuasan kerja yang lebih rendah."

Sikap Kerja
Pernah mendengar nasihat, "Jangan pernah membawa pekerjaan Anda ke rumah, berarti Anda
seharusnya melupakan tentang pekerjaan kantor saat Anda pulang ke rumah? Nasihati. itu lebih
mudah dikatakan daripada dilakukan. Beberapa studi telah menunjukkan orang-orang yang
memiliki hari baik di tempat kerja cenderung berada dalam suasana hati lebih baik di rumah
malam itu, dan demikian pula sebaliknya. Orang-orang yang mengalami hari yang sangat stres di
tempat kerja juga mengalami masalah untuk rileks setelah pulang kerja." Sebuah studi
mendapatkan sepasang suami istri menjelaskan suasana hati mereka saat merespons survei
telepon genggam terjadwal pada hari yang sama. Seperti kebanyakan pembaca yang telah
menikah juga, jika salah satu dari pasangan berada dalam suasana hati negatif selama hari kerja,
suasana hati itu akan tertumpah pada pasangannya malam itu. Dengan kata lain, jika Anda
memiliki hari buruk di tempat kerja, pasangan Anda mungkin akan mengalami malam yang tidak
menyenangkan. Meskipun orang-orang memang secara emosional membawa pekerjaannya ke
rumah, bagaimana pun, pada hari berikutnya efek itu biasanya pergi."

Perilaku Menyimpang di Tempat Kerja


Siapa pun yang telah menghabiskan banyak waktu di sebuah organisasi menyadari orang-orang
sering kali berperilaku yang melanggar norma-norma yang ditetapkan dan mengancam
organisasi, anggota-anggotanya, atau keduanya. Tindakan-tindakan ini disebut perilaku
menyimpang di tempat kerja (workplace deviant behaviors)."" Banyak dapat dijejaki pada
emosi-emosi negatif. Misalnya, rasa iri adalah emosi yang terjadi ketika Anda tidak menyukai
seseorang karena memiliki sesuatu yang Anda tidak punyai tetapi sangat Anda inginkan seperti
tugas yang lebih baik, kantor yang lebih luas, atau gaji yang lebih tinggi. Itu dapat mengarahkan
pada perilaku menyimpang yang dibenci. Seorang pekerja yang iri dapat menusuk pekerja lain
dari belakang, secara negatif mengganggu kesuksesan orang lain, dan secara positif mengganggu
pencapaiannya sendiri.
Orang-orang yang marah mencari orang lain yang dapat disalahkan atas suasana hati buruk
mereka, menginterpretasikan perilaku orang lain kasar, serta memiliki masalah dalam
19

mempertimbangkan sudut pandang orang lain. Tidak sulit untuk melihat bagaimana proses-
proses ini juga dapat berujung langsung pada penyerangan verbal atau fisik.
Bukti menyatakan bahwa orang yang sedang dalam emosi negatif lebih mungkin terlibat dalam
perilaku menyimpang jangka pendek di tempat kera, seperti bergosip atau mencari-cari di
Internet, daripada orang lain.12 Dalam pertimbangan. sebuah studi terbaru dcngan pariisipan
telekomunikasi dan TI Pakistan mendapati bahwa amarah berkorelasi dengan perilaku yang lebih
agresif berlawanan dengan produktif seperti berperilaku kasar kepada orang lain dan
penyimpangan produ st, sedangkan kesedihan tidak. Menarik baik amarah maupun kesediahan
tidak ditandai dengan sikap penarikan diri kerja oleh karena itu perlu menganggap serius
ekspresi amarah pekerja bissa tetap berada dalam organisasi dan terus bertindak agresif pada
orang lain Sekali penyerangan dimula, mungkin bahwa orang lain akan menjadi marah dan
sehingga sekarang menjadi eskalasi serius dari perilaku negatif.

Keselamatan dan Cedera di Tempat Kerja


Riset yang menghubungkan afektivitas negatif pada meningkatnya cedera di tempat menyatakan
bahwa pemberi kerja dapat meningkatkan kesehatan dan keselamatan mengurangi biaya) dengan
menjamin pekerja tidak terlibat dalam aktivitas yang bahaya ketika berada dalam suasana hati
buruk. Suasana hati burul dapat berkontribusi pada kejadian cedera di tempat kerja dengan
beberapa cara. individu dalam suasana buruk cenderung lebih cemas, yang dapat membuat
mereka kurang dapat menyesuaikan diri dengan potensi bahaya. Seseorang yang selalu takut
akan lebih pesimis efektivitas pencegahan keselamatan karena ia merasa ia bagaimana pun akan
atau ia mungkin panik dan mematung ketika dihadapkan pada situasi yang mengancamn.
Suasana hati negatif juga membuat orang lebih gampang diahlikan, dan pengalihan jelas hanya
dapat mengarah pada perilaku ceroboh.

Bagaimana Manajer dapat Memengaruhi Suasana Hati


Anda biasanya dapat meningkatkan suasana hati teman dengan berbagi sebuah klip yang lucu,
memberikan orang itu sekantung kecil permen, atau bahkan menawar minuman yang
menyenangkan. Tetapi apa yang dapat perusahaan lakukan untuk meningkatkan suasana hati
pekerja? Manajer dapat menggunakan humor dan memberi mereka hadiah apresiasi kecil untuk
pekerjaan yang dilakukan dengan baik. Juga ketika pemimpin itu sendiri dalam suasana hati
baik, anggota kelompok lebih positif,hasilnya mereka akan berkerja dengan lebih baik. Tetapi
bagaimana ketika pemimpin bersedih? Sebuah studi terbaru tentang penularan emosi mendapati
bahwa pemimpin yang menampilkan kesedihan meningkatkan kinerja analitis pengikut, mungkin
karena pemimpin kurang terlibat dengan mereka saat sedih. Bagaimanapun, studi ini
mengindikasikan bahwa penimpin dinilai lebih efektif saat mereka berbagi emosi posisi dan
pengikut lebih kreatif dalam lingkungan emosional positif.
Memilih anggota tim yang positif dapat memiliki efek yang menular karena suasana hati positif
mengalir dari satu anggota ke anggota yang lain. Salah satu studi tim profesional mendapati
suasana hati bahagia pemain memengaruhi suasana hati anggota timnya dan secara positif
20

memengaruhi kinerjanya. Dengan demikian, sangat akan bagi para manajer untuk memilih
anggota tim yang memiliki suasana hati positif

Anda mungkin juga menyukai