Lporan Fitokimia Rich
Lporan Fitokimia Rich
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Taksonomi
Adapun klasifikasi kunyit adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica Val (BPOM RI, 2008).
d. Perajangan
Beberapa jenis bahan baku simplisia seringkali harus diubah
menjadi bentuk lain misalnya irisan, potongan, dan serutan,
ntuk memudahkan kegiatan pengeringan, pengemasan,
penggilingan, dan penyimpanan serta pengolahan selanjutnya.
Harus dilakukan dengan hati-hati dengan pertimbangan yang
tepat karena perlakuan yang salah justru berakibat
menurunkan kualitas simplisia yang diperoleh. Semakin tipis
ukuran hasil perajangan akan memercepat proses penguapan
air sehingga mempercepat waktu pengeringan, namun jika
terlalu tipis dapat menyebaban berkuranya kadar aktif terutaa
senyawa yag mudah menguap (misalnya minyak atsiri)
sehingga dapat memengaruhi komposisi, baud an rasa yang
diinginkan.
e. Pengeringan
Pengeringan merupakan suatu upaya untuk menurunkan
kadar air bahan simplisia hingga tingkat yang diinginkan.
Pengeringan juga bermanfaat untuk mencegah timbulnya
jamur dan bakteri yang membutuhkan air dalam jumlah
tertentu untuk kelangsungan hidupnya. Persyaratan kadar air
untuk mencegah tejadinya reaksi enzimatis dan pertmbuhan
jamur dan bakteri, terutama untuk bahan simplisia nabati adala
kurang dari 10%. Pengerngan dapat dilakukan degan dua
cara yaitu pengeringan secara alamiah yang menggunakan
sinar matahari dan pengeringan di tempat teduh. Dan cara
pengeringan dengan metode buatan yang dilakuakan dengan
menggunakan alat yang memanfaatkan energy panas, listrik
atau api.
f. Sortasi kering
Prinsip kegiatan sortasi kering sama dengan sortasi basah,
tetapi dilakukan saat bahan simplisia telah keringsebelum
dilakukan pengemasan. Sortasi kering bertujuan untuk
memisahkan benda-benda asking dan pengotor lain yang
masih ada, seperti bagian yang tidak diinginkan, tanah atau
pasir. Kegiatan sortasi kering dilakukan agar lebih menjamin
simplsia benar-benar bebas dari bahan asing.
g. Pengemasan dan penyimpanan
Pengemasan betujuan untuk melindungi (proteksi) simplisa
saat pengangkutan, distribusi dan penyimpanan, dari
gangguan luar sperti suhu, kelembaban, sinarm pencearan
mikroba, serta serangan berbagai jenis serangga. Dan tujuan
dari penyimpanan adalah untuk mempertahankan kualitas dari
simplisia baik fisik maupun jenis dan kadar senyawa kimianya,
sehingga tetep memenuhi persyaratan mutu yang ditetepkan,
h. Pemeriksaan mutu
Simplisia harus memenuhi persyaratan umum untuk simplisia
seperti yang disebutkan dalam Farmakope Indonesia, atau
Materia Medika Indonesia. Secara umum, simplisia harus
memenuhi persyaratan kadar air yang tepat, tidak berjamur,
tidak mengandung lendir, tidak berubah warna dan tidak
berubah bau, serta tidak terserang serangga.
2.3. EKSTRAK DAN EKSTRAKSI
2.3.1. Pengertian Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan
dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut sepertis erat,
lainnya (Depkes,2002).
(Depkes, 2002).
(Hasiholan, 2012)
2.4. FRAKSINASI/PARTISI
2.4.1. Pengertian Fraksinasi/Partisi
pada bobot dari tiap fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada
diatas.
dan zat warna adalah bahan yang penting dan dapat diekstraksi
yang tetap.
Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai cara untuk
tanpa pemanasan.
Ekstraksi padat cair digunakan untuk memisahkan
(Sumarno, 2001).
air/kelembapan.
2. Untuk pemisahan senyawa yang bersifa tbasa, sebelum
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1. Alat
Alat yang digunakan adalah pisau, blender, wadah maserasi,
timbangan analitik, gelas ukur, batang pengaduk, pipet tetes,
cawan porselin, kain flanel, erlenmeyer, tabung reaksi, penjepit
tabung, bunsen, plat tetes, corong pisah, chamber, gelas arloji,
botol semprot, vial, rak tabung, sendok logam, dan corong.
III.1.2. Bahan
Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica Vahl), etanol 70%, HCl P
reagen Dragendorff, reagen Mayer, reagen Wagner,
Bouchardat, FeCl3, NaCl, HCl 2N, aquadest, kloroform, etil
asetat, n-heksan, butanol, etanol, FeCl3.
III.2 Cara Kerja
1. Pembuatan simplisia
Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica Vahl). Merupakan tanaman
yang termasuk dalam Famili Zingiberaceae. Rimpang kunyit yang
diambil kemudian dilakukan sortasi basah, dicuci dengan air
mengalir, diiris kecil-kecil lalu dikeringkan dengan cara dijemur
dibawah sinar matahari lalu ditutupi dengan kain hitam. Setelah itu
dilakukan sortasi kering, diserbukkan dengan menggunakan
blender lalu diayak dengan menggunakan pengayak.
2. Pembuatan ekstrak
Sebanyak 50 gram serbuk simplisia dimasukkan kedalam bejana
maserasi, kemudian dibasahi dengan etanol 70% secukupnya
sampai serbuk simplisia terbasahi sempurna. Simplisia yang
sudah dibasahi, didiamkan selama 30 menit dan tambahkan
pelarut hingga 625 ml. Lalu didiamkan selama 3x24 jam ditempat
sejuk dan terlindung dari cahaya dengan beberapa kali
pengadukan, kemudian saring filtratnya. Remaserasi dilakukan
selama 3 hari. Setelah 3 hari campuran diserkai dan diambil
filtratnya. Hasil filtrat diendapkan selama 2 hari ditempat sejuk dan
terlindung dari cahaya, kemudian diuapkan menghasilkan ekstrak
kental, lalu hitung persen rendemen ekstrak.
3. Partisi
a. Fraksi kloroform
Sebanyak 3 g ekstrak kental dilarutkan dalam 50 mL pelarut air.
Larutan selanjutnya dipartisi dengan menambahkan 100 mL
kloroform, digojok dalam corong pisah, didiamkan selama 15-30
menit dan diambil fase kloroformnya yang mana berada pada
fase paling bawah karena memiliki densitas yang lebih berat
dari air. Hasil partisi kemudian dipekatkan dengan cara diangin-
anginkan.
b. Fraksi Etil Asetat
Selanjutnya fraksi air dimasukkan kembali ke dalam corong
pisah lalu ditambahkan etil asetat sebanyak 100 mL kemudian
digojok dalam corong pisah, didiamkan selama 15-30 menit dan
diambil fase etil asetatnya. Etil asetat akan berada pada fase di
atas air dkarena memiliki densitas yang lebih ringan dibanding
air. Hasil partisi kemudian dipekatkan dengan cara diangin-
anginkan.
4. Skrining Fitokimia
a. Uji alkaloid
Ekstrak kental rimpang kunyit dimasukkan dalam tabung reaksi.
Ditambahkan 2 mL HCl 2N, kemudian dipanaskan selama 2-3
menit, dan didinginkan. Ditambahkan NaCl 2 mL untuk
mengendapkan protein-protein, kemudian disaring menggunkan
kertas saring. Ditambahkan HCl 2 N kedalam filtrat sampai 2
mL. Kemudian dibagi menjadi 3 bagian, bagian I ditambahkan
dragendorf menghasilkan endapan merah jingga (+), bagian II
ditambahkan mayer menghasilakn endapan putih atau putih
kekunignan (+), dan bagian III ditambahkan wagner
menghasilkan endapan coklat (+).
b. Uji tannin
Ekstrak kental ditambahkan air panas sebanyak 5 mL, lalu
dikocok sampai homogen. Ditambahkan garam dapur (NaCl) 5
tetes untuk mengendapkan proteinnya. Disaring, lalu filtratnya
ditambahkan FeCl3 3-4 tetes. Jika berwarna hijau biru (hijau-
hitam) berarti positif adanya tannin katekol sedangkan jika
berwarna biru hitam berarti positif adanya tannin pirogalol.
c. Uji flavonoid
Ekstrak kental dimasukkan dalam tabung reaksi, ditambahkan
etanol 5 mL dan HCl pekat 2 tetes, kemudian dipanaskan
selama 15 menit. Hasil positif bila terjadi warna merah terang.
d. Uji saponin
Ekstrak kental dimasukkan dalam tabung reaksi, ditambahkan
air panas lalu dikocok kuat-kuat selama 1 menit dengan
kekuatan konstan. Didiamkan, Apabila busa yang terbentuk
dengan tinggi 1-10 cm stabil selama 10 menit, maka
ditambahkan HCl melalui dinding tabung. Apabila tetap berbusa
berarti positif mengandung saponin.
e. Uji Steroid
Ekstrak kental dimasukkan dalam tabung reaksi lalu
ditambahkan etanol 5 mL, jika berbusa ditambahkan HCl 2N.
Ditambahkan pereaksi Lieberman-bouchardat 3-4 tetes, jika
terjadi perubahan warna menjadi berwarna merah atau merah
jambu berarti positif.
5. Uji KLT
Adapun cara kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Diaktifkan plat terlebih dahulu dalam oven dengan suhu
100ºC selama 30 menit
2. Setelah kering dianginkan dan buat jalur-jalur
penyerapan seperti pada kromatografi kertas dengan membuat
tanda batas menggunakan pensil
3. Hati-hati jangan sampai merusak lapisan adsorben
4. Disiapkan bejana pengembang dan isi dengan sistem
pelarut n-heksan dan etil asetat 7:3 Dengan ketinggian cairan
cairan 0,5 cm (sesuaikan volumenya dengan bejana), lalu tutup
rapat
5. Dibiarkan bejana jenuh dengan uap pelarut, sementara
itu siapkan cuplikan yang akan dipisahkan
6. Diambil bagian cairan sebagai cuplikan, pekatkan
dengan evaporasi sederhana
7. Ditotolkan ekstrak pada batas bawah plat beberapa kali
8. Dikeringkan totolan dengan mengangin-anginkan
sejenak
9. Plat KLT yang telah ditotoli cuplikan dimasukkan ke
dalam chamber untuk dielusi sampai batas atas yang
ditentukan
10. Ditutup bejana pengembang rapat-rapat
11. Dicatat waktu yang dibutuhkan masing-masing plat untuk
selesai elusi
12. Dikeluarkan plat dan dioven selama 30 menit pada suhu
40ºC
13. Diamati dan berikan tanda bercak warna dengan pensil
bila perlu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitungan rendamen:
Berat ekstrak yang diperole h
Rendamen= x 100
Berat simplisiaawal
35.8215 g
Rendamen= x 100
400 g
Rendamen=8.9553
IV.2 Pembahasan
Kunyit (Curcuma domestica) adalah salah satu contoh yang termasuk
salah satu tanaman rempah dan obat. Pada praktikum ini yaitu dilakukan
“Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica)”
yang merupakan jenis rempah-rempah dan sering digunakan sebagai
pengobatan secara tradisional.
Pada umumnya pengolahan simplisia memiliki beberapa tahap berupa
pengambilan sampel, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengerinagan,
sortasi kering dan pengepakkan serta pinyimpanan. Sampel diambil pada
hari selasa, 26 September 2017 jam 10.00–12.00 di kebun Malino, Sulawesi
Selatan, sampel diambil bagian rimpang yang berukuran besar (umur 9–12
bulan) tidak cacat dan tidak rusak (Kementerian pertanian, 2011).
Tahap selanjutnya adalah sampel di sortasi basah dengan cara
rimpang kunyit dibersihkan dari pengotor berupa tanah dan bagian tanaman
yang tidak diinginkan (akar, daun, dan lain-lain). Pembersihan dari tanah
dapat mengurangi kontaminasi mikroorganisme karena tanah banyak
mengandung mikroba (Katno, 2008).
Pencucian rimpang kunyit (Curcuma domestica) dicuci menggunakan
air bersih yang mengalir untuk membersihkan sisa kotoran yang masih
melekat dan membersihkan kontaminasi mikroba. Pencucian dilakukan
sesingkat mungkin (tiga kali), pencucian sebanyak 3-5 kali dapat
menghilangkan mikroba (Kementerian Pertanian, 2011). Setelah dicuci
rimpang ditiriskan untuk menghilangkan air saat pencucian dan kemudian
dilakukan perajangan untuk memperkecil ukuran rimpang agar dapat
memudahkan dalam pengeringan dan penyimpanan. Rimpang kunyit
(Curcuma domestica) dirajang dengan ukuran 7–8 mm (Kementerian
Pertanian, 2011).
Setalah perajangan Rimpang kunyit (Curcuma domestica)
dihamburkan dan diletakkan pada kertas (koran) kemudian dikeringkan di
dalam lemari pengering secara merata. Selama pengeringan, sampel
dibolak-balik agar kering merata. pengeringan dimaksudkan untuk
mengurangi kadar air dalam simplisia, kadar air 10% sudah dapat
menghentikan proses enzimatik pada simplisia sehingga simplisia tidak cepat
busuk serta akan menghentikan pertumbuhan jamur dan bakteri pada
simplisia (Depkes RI, 1985).
Rimpang kunyit (Curcuma domestica) kemudian di sortasi kembali
bagian-bagian yang tidak diinginkan dan dibersihkan dari pengotor pada
umumnya simplisia yang baik memiliki warna dan bau yang tidak
menyimpang jauh dari yang masih segar serta tidak ditumbuhi jamur dan
kapang (Kementrian Pertanian, 2011). Kemudian Setelah proses sortasi
kering, simplisia disimpan pada wadah tertutup baik.
Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi. Hal ini
dipertimbangkan dari sifat dari kandungan kimia rimpang kunyit belum
diketahui secara pasti, maka untuk mencegah terjadinya kerusakan
kandungan dalam bahan digunakan metode maserasi yang tidak melibatkan
adanya proses pemanasan. Sebelum dilakukan proses maserasi, terlebih
dahulu simplisia yang telah dikeringkan dihaluskan dengan menggunakan
alat blender, hal ini dimaksudkan untuk memperkecil ukuran partikel dari
serbuk simplisia karena semakin kecil ukuran partikel maka luas permukaan
akan semakin besar sehingga sudut kontak yang terjadi antara serbuk
simplisia dan cairan penyari akan semakin banyak dan dapat meningkatkan
penetrasi penyari kedalam sel simplisia untuk mempermudah dan
mempercepat proses ekstraksi (Wahyuni dkk, 2014).
Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol.
Pemilihan etanol 70% sebagai larutan penyari didasarkan pada sifat etanol
yang bersifat lebih polar dibandingkan dengan larutan penyari lain seperti n-
heksan dan kloroform, lebih aman penggunaannya dibandingkan dengan
metanol serta lebih sulit ditumbuhi oleh mikroorganisme berupa kapang atau
jamur dan lebih mudah menguap jika dibandingkan dengan pelarut air. Selain
itu, senyawa yang akan ditarik belum diketahui sifatnya secara spesifik
sehingga digunakan penyari etanol yang dianggap dapat menarik senyawa
yang bersifat polar maupun nonpolar (Wahyuni dkk, 2014).
Prinsip dasar dari metode maserasi adalah proses perendaman
sampel dengan pelarut organik yang sesuai pada suhu ruangan. Proses ini
sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena dengan
perendaman, sampel akan mengalami pemecahan dinding dan membran sel
akibat perbedaan tekanan di dalam dan diluar sel sehingga senyawa
metabolit yang terdapat dalam sitoplasama akan terlarut dalam pelarut
organik dan ekstraksi senyawa akan berlangsung sempurna karena waktu
perendaman yang dapat diatur (Katno, 2008).
Dari hasil ekstraksi yang dilakukan diperoleh ekstrak sebesar 35.8215
gram dari berat simplisia awal 400 gram sehingga diperoleh rendamen
sebesar 8.9553%. Hal ini dapat ditunjukkan pada tabel 1.
Hasil skrining fitokimia ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestic Val.)
Skrining fitokimia dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya
kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam suatu ekstrak yang
meliputi alkaloid, flavanoid, saponin, dan tanin. Pengujian ini dilakukan
dengan menggunakan pereaksi-pereaksi yang spesifik sesuai dengan
kelompok metabolit yang hendak diketahui.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa ekstrak
rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) positif mengandung flavonoid.
Dengan penambahan HCl pekat dalam uji flavonoid dimaksudkan untuk
menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya, yaitu dengan menghidrolisis O-
glikosil. Glikosil akan tergantikan oleh H+ dari asam karena sifatnya yang
elektrofilik. Glikosida berupa gula yang biasa dijumpai yaitu glukosa,
galaktosa dan ramnosa. Reduksi dengan Mg dan HCl pekat ini menghasilkan
senyawa kompleks yang berwarna merah atau jingga pada flavonol,
flavanon, flavanonol dan xanton (Latifah, 2015).
Pada uji saponin diperoleh hasil negatif yaitu busa yang terbentuk
hilang dan tidak dapat bertahan selama ±10 menit serta hilang dengan
penambahan HCl. Pada uji tanin, hasil yang diperoleh menunjukkan ekstrak
rimpang kunyit (Curcuma domestic Val.) tidak mengandung senyawa tanin
yang ditandai dengan terbentuknya warna coklat setelah ditambahkan FeCl 3
sedangkan pada uji alkaloid, dengan penambahan ketiga pereaksi uji alkaloid
(mayer, wagner dan dragendorf) tidak menghasilkan adanya endapan pada
larutan.
Partisi/fraksinasi ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestic Val.)
dengan metode ECC (Ekstrak Cair-Cair). Pada proses fraksinasi digunakan
tiga jenis cairan dengan tingkat kepolaran yang berbeda. Hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui sifat dari kandungan kimia berdasarkan kemampuannya
untuk dapat larut pada pelarut n-heksan : kloroform : air masing-masing
sebanyak 50 mL.
Prinsip dasar dari ekstraksi cair-cair ini adalah melibatkan
pengontakan suatu larutan dengan pelarut lain (solvent) lain yang tidak saling
melarut (immisible) dengan pelarut asal yang memiliki densitas yang berbeda
sehingga akan terbentuk dua fase beberapa saat setelah penambahan
solvent. Hal ini menyebabkan terjadinya perpindahan massa dari pelarut asal
ke pelarut pengekstrat (solvent). Perpindahan zat terlarut kedalam pelarut
baru yang diberikan disebabkan oleh adanya daya dorong (dirving force)
yang muncul akibat adanya beda potensial kimia antara kedua pelarut.
Sehingga dapat diketahui bahwa ekstraksi cair-cair merupakan proses
perpindahan massa yang berlangsung secara diffusional (Katno, 2008).
Maka dari prinsip tersebut diperoleh hasil 0.2099 g fraksi n-heksan,
0.5432 g fraksi kloroform dan fraksi air tidak ditimbang. Dari hasil tersebut
dapat diketahui bahwa kandungan senyawa dalam ekstrak rimpang kunyit
(Curcuma domestica Val.) sebagian besar dapat tertarik dalam senyawa
bersifat semi polar (kloroform).
Pemisahan dan Pemurnian Ekstrak Rimpang kunyit (Curcuma
domestic Val.) dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Untuk dapat
mengetahui pembentukan noda yang terbentuk, maka lempeng yang telah
dielusi dan dikeringkan selanjutnya diamati pada lampu UV 254 nm dan 365
nm.
UV 254 nm UV 365 nm UV 254 nm UV 365nm
.
BAB V
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
IV.1 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adijuana, N.M.A. 1989. Tekhnik Spektroskopi dalam Analisis Biologi. Bogor.
Pusat Antar Universitas IPB.
Agustina, Sri, Ruslan, WIraningtyas A., 2016. Skrining Fitokimia Obat di
Kabupaten Bima. Cakra Kimia Indonesian E-Journal of Applied
Chemistry.Vol. 14, No.1: 72-75. ,ISSN 2302-7274.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan. RI. 2005.InfoPom. Jakarta: BPOM.
RI Vol.6, No.4 juli 2005,.ISSN 1829-9334.
BPOM RI. 2008. Curcuma Domestica Val. Direktorat Obat Asli Indonesia.