Anda di halaman 1dari 4

HIPOMAGNESEMIA

PAPER
Tugas Mata Kuliah Penyakit Internal Gangguan Metabolit & Genetik

Oleh: Kelompok 1

Nunung Handoyo 105130101111021 Yoga Dwi Putra 115130100111030


Amanda V.B 105130107111003 Septin Mauludiyana 115130100111032
Anggita S.D 115130100111025 Fahmi Arief 115130100111033
Rini Nuraini 115130100111026 Hammam S.M.S 115130100111034
Irma M.S 115130100111027 Navilla A.Y 115130100111035
Aprilia Navrati Lova 115130100111028 Oktalavia D.N.R
115130100111036
Wahyu Edi S. 115130100111029

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

HIPOMAGNESEMIA
Magnesium (Mg) adalah kation intraselular utama. Di dalam sel, Mg terlibat
sebagai katalis atau penggerak dalam berbagai reaksi enzimatik, diperlukan untuk
semua reaksi yang memanfaatkan ATP. Mayoritas Mg tubuh ada di dalam tulang (50 %)
dan otot rangka dan jaringan lunak, sementara hanya sekitar 1 % yang ada di dalam
darah. Dengan demikian, tidak bisa menggunakan indikator serum untuk mengukur
kadar Mg di dalam tubuh. Dari Mg dalam darah, sekitar 20-30% beredar terikat dengan
protein serum (terutama albumin), sedangkan sisanya beredar bebas dalam darah (60 %)
atau terikat fosfat, sitrat, dan senyawa lainnya.
Homeostasis magnesium ditentukan terutama oleh keseimbangan antara
penyerapan usus dan ekskresi ginjal. Sampai saat ini masih sangat sedikit perihal
tentang faktor-faktor yang mengontrol homestasis magnesium, karena memang selama
ini magnesium disebut sebagai "forgotten element” atau elemen yang dilupakan. Ginjal
memainkan peran penting dalam mengendalikan kadar Mg serum oleh modulasi
reabsorpsi tubular. 70-80 % dari Mg disaring melalui glomerulus. Dari jumlah ini, 20 %
diserap dalam PCT (Proximal Convoluted Tubule), 70 % di lengkung Henle, dan 10 %
di tubulus distal. Kontrol reabsorpsinya sangat kompleks dimana faktor-faktor yang
terlibat termasuk pakan, hormon (PTH (Hormon Paratiroid), kalsitonin, ADH (Anti
Diuretik Hormon), aldosteron, tiroksin dan lain-lain). Magnesium juga disekresikan
dalam air liur (terutama pada ruminansia), keringat (pada kuda), dan sekresi susu.
Mg berperan dalam membantu aktivitas enzim seperti thiamin phyrofosfat
sebagai kofaktor. Ketersediaan Mg dalam ransum harus selalu tersedia. Perubahan
konsentrasi Mg dari keadaan normal selama 2-18 hari dapat menyebabkan
hipomagnesemia. Sekitar 30-50% Mg dari rata-rata konsumsi harian ternak akan diserap
di usus halus. Penyerapan ini dipengaruhi oleh protein, laktosa, vitamin D, hormon
pertumbuhan dan antibiotik (Poedjiadi, 1994).
Magnesium sangat penting peranannya dalam metabolisme karbohidrat dan
lemak. Defisiensi Mg dapat meningkatkan iritabilitas urat daging dan apabila iritabilitas
tersebut parah akan menyebabkan tetany. Defisiensi Mg pada sapi laktasi dapat
menyebabkan hypomagnesemia tetany atau grass tetany. Keadaan ini disebabkan tidak
cukupnya Mg dalam cairan ekstracellular, yaitu plasma dan cairan interstitial.
Kebutuhan Mg untuk hidup pokok adalah 2-2,5 gram dan untuk produksi susu adalah
0,12 gram per milligram susu. Ransum yang mengandung 0,25% Mg cukup untuk sapi
perah yang berproduksi tinggi (Arora, 1995).
Penyebab terjadinya hipomagnesia secara umum adalah:
1. Penurunan asupan karena anoreksia atau ketidakcukupan Mg dalam diet (pakan).
Pada ruminansia, contohnya pada sapi yang diberikan pakan rumput maupun pakan
kering yang rendah Mg menyebabkan hypomagnesemic tetany. Sindrom ini terjadi
dengan cepat pada sapi perah, terutama pada sapi perah yang sedang bunting maupun
pada masa laktasi karena kebutuhan Mg meningkat. Hypomagnesemic tetany ini
ditandai dengan hipomagnesemia parah, hipokalsemia (karena resistensi PTH dan
penghambatan sekresi PTH), dan rendah atau normal fosfat. Tanda-tanda klinis
sering dipicu oleh stres, seperti kurangnya asupan makanan, cuaca dingin,
transportasi, dan lain-lain.
2. Translokasi ke dalam sel
Mg dapat bergerak secara intraseluler dalam responnya terhadap insulin, hipotermia,
atau sepsis pada kuda. Ini adalah alas an terjadinya hipomagnesemia pada kuda
septik.
3. Excessive Loss
 Penurunan penyerapan Mg dapat terjadi dengan adanya gangguan
pencernaan dan akhirnya akan mengakibatkan malabsorpsi atau diare.
Selain itu, pada ruminansia, Mg juga banyak terdapat di air liur, oleh
karena itu ketika terjadi hipersalivasi dapat menyebabkan
hypomagnesemia (misalnya akibat terjangkit rabies, choke).
 Renal loss akibat diuresis, hipertiroidisme (Hormon tiroid menurunkan
kadar Mg melalui mekanisme yang belum diketahui), hipoparatiroidisme
primer (PTH merangsang ginjal meresorpsi Mg dan Mg keluar dari
tulang), dan asidosis.
 Cutaneous loss melalui produksi keringat yang berlebihan terutama setelah
kompetisi (pada kuda). Keringat banyak mengandung KCl, Mg, dan
kalsium.
Secara umum, kadar Mg yang sangat rendah pada tubuh menyebabkan serangan
jantung, kelemahan dan kejang-kejang.

Referensi
Arora, S. P. 1995. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. UGM. Press. Yogyakarta.

Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

http://syahrianasabil.blogspot.com/2014/01/mineral-makro-dalam-ransum-
ruminansia.html
https://ahdc.vet.cornell.edu/sects/clinpath/modules/chem/mg.htm

Anda mungkin juga menyukai