Anda di halaman 1dari 4

 INVASI TROFOBLAS ABNORMAL

Pada implantasi normal, arteriola spiralis uteri mengalami remodeling


ekstensif karena diinvasi oleh trofoblas endovascular. Sel sel ini menggantikan
lapisan otot dan endotel untuk memperlebar diameter pembuluh darah. Vena-vena
hanya diinvasi secara superfisial. Namun, pada preeclampsia, mungkin terjadi invasi
trofoblastik inkomplet. Bila terjadi invasi yang dangkal seperti ini, pembuluh
desidua, dan bukan pembuluh myometrium, akan dilapisi oleh trofoblas
endovascular. Arteriola myometrium yang lebih dalam tidak kehilangan lapisan
endotel dan jaringan muskuloelastik mereka, dan rerata diameter eksternal mereka
hanya setengah diameter pembuluh pada plasenta normal (Fisher,dkk.,2009).
Maddazli, dkk (2000) memperlihatkan bahwa derajat gangguan invasi trofoblas
pada arteria spiralis berhubungan dengan keparahan penyakit hipertensi.

Dengan menggunakan mikroskop electron, De Wolf dkk.,(1980) memeriksa


arteri yang diambil dari lokasi implantasi. Mereka melaporkan adanya perubahan
preeklamtik dini, termasuk karusakan endotel, insudasi komponen plasma ke dalam
dinding pembuluh, proliferasi sel miointima, dan nekrosis tunika media. Lipid
awalnya terakumulasi dalam sel miointima dan selanjutnya dalam makrofag. Sel
yang dipenuhi lipid semacam ini dan temuan terkait, disebut sebagai aterosis oleh
Herrig (1945). Biasanya, pembuluh yang terkena aterosis akan mengalami dilatasi
aneurismal (Khong,1991).

Karena itu, lumen arteriola spiralis yang terlalu sempit (abnormal)


kemungkinan mengganggu aliran darah plasenta. Berkurangnya perfusi dan
lingkungan yang inpoksik akhir-akhirnya menyebabkan pelepasan debris plasenta
yang mencetuskankan respons inflamasi sistemik, seperti yang diuraikan oleh
Redman dan Sargent (2008).
 FAKTOR IMUNOLOGIS
Ada toleransi sistem imun ibu terhadap antigen janin dan plasenta.
Hilangnya toleransi ini, atau mungkin disregulasi proses toleransi, merupakan teori
lain yang berusaha menjelaskan sindrom preeclampsia.

 AKTIVASI SEL ENDOTEL


Dalam banyak cara, perubahan inflamatorik diduga merupakan kelanjutan
perubahan pada tahap 1 yang disebabkan oleh kecacatan dalam plasentasi. Sebagai
respon terhadap factor-faktor plasenta yang dilepaskan akibat perubahan iskemik
atau akibat factor pencetus lainnya, serangkaian peristiwa akan tercetus (Taylor dkk,
2009). Karena itu, factor metabolic dan antiangogenik serta mediator inflamasi
lainnya diduga memicu cedera endotel.
Telat diajukan suatu teori bahwa disfungsi sel endotel disebabkan oleh
keadaan leukosit terhiperaktivasi dalam sirkulasi ibu (Faas, dkk ., 2000). Secara
singkat, sitokin seperti factor nekrosis tumor-a (TNF-a) dan interleukin (IL)
mungkin berperan dalam timbulnya stress oksidatif terkait preeclampsia. Stress
oksidatif ini ditandai dengan terdapatnya spesies oksigen reaktif dan radikal bebas
yang menyebabkan terbentuknya peroksida lipid yang berpropagasi sendiri. Hal ini
kemudian akan membentuk radikal-radikal yang sangat toksik yang akan
mencederai sel endotel, mengubah produksi nitrat oksida, dan mengganggu
keseimbangan prostaglandin. Akibat lain stress oksidatif mencakup produksi sel
busa makrofag yang penuh lipid yang tampak pada aterosis,aktivasi koagulasi
mikrovaskular, yang bermanifestasi sebagai trombositopenia, dan peningkatan
permeabilitas kapiler, yang ditandai dengan edema dan proteinuria.
Temua-temuan akibat stress oksidatif pada preeclampsia tersebut telah
menarik perhatian terhadap manfaat potensial antioksidan untuk mencegah
preeclampsia. Antioksidan berasal dari suatu family senyawa yang beragam dan
berfungsi mencegah produksi berlebihan serta kerusakan akibat radikal bebas yang
berbahaya. Contoh antioksidan antara lain vitamin E, vitamin C (asam askorbat),
dan b-karoten.

 FAKTOR NUTRISI
John dkk, (2002) memperlihatkan bahwa pada populasi umum, diet tinggi
buah dan sayuran yang memiliki aktivitas antoksidan berkaitan dengan penuruan
tekanan darah.
Zhang dkk., (2002) melaporkan bahwa insiden preeclampsia meningkat dua
kali lipat pada perempuan yang memiliki asupan asam askorbat kurang dari 85 mg
per hari. Penelitian-penelitian ini diikuti dengan uji teracak untuk meneliti
suplementasi diet. Villar, dkk (2006) memperlihatkan bahwa suplementasi kalsium
pada populasi yang memiliki sedikit efek dalam menurunkan angka kematian
perinatal, tetapi tidak berdampak pada insiden preeclampsia.
 FAKTOR GENETIK
Preeklampsia merupakan penyakit multifactorial dan poligenik. Dalam suatu
ulasan yang komprehensif, Ward dan Lindheimer (2009) mengutip risiko insiden
preeklampsia sebesar 20-40% pada anak dari ibu yang pernah mengalami
preeclampsia, 11-37% pada saudara perempuan seorang penderita preeclampsia,
dan 22-47% pada kembar. Pada suatu penelitian yang dilakukan Nilsson, dkk
(2004) pada hampir 1,2 juta kelahiran di Swedia, mereka melaporkan angka
kejaidan bersama sebesar 60% pada kembar monozigotik perempuan.
Kecenderungan herediter ini mungkin merupakan akibat interaksi ratusan
gen yang diwariskan, baik dari ayah maupun ibu, yang mengendalikan sejumlah
besar fungsi metabolic dan enzimatik di setiap sistem organ. Karena itu, manifestasi
klinis pada tiap perempuan yang mengalami sindrom preeklampsia akan menempati
suatu titik pada spectrum.
- Gen gen kandidat
Dari ulasan terbaru mereka, Ward dan Lindheimer (2009) menemukan bahwa lebih
dari 70 gen telah dipelajari atas kemungkinan kaitan mereka dengan preeclampsia.
Tujuh dari gen-gen ini yang telajh dipelajari. Lebih dari 100 penelitian mengenai
ketujuh gen ini diulas, dan hampir setengahnya melaporkan asosiasi positif yang
bermakna dengan gen-gen yang di teliti. Polimorfisme gen untuk Fas, protein
hypoxia-inducible-factor-1a (HIF-1a), IL-1b, limfotoksin-a, transforming growth
factor beta 3 (TGT-B3), dan TNF juga telah diteliti dengan hasil yang beragam.
Karena heterogenisitas sindrom preeclampsia, dan khususnya factor-faktor
genetic dan lingkungan yang berinteraksi dengan ekspresi fenotipik preeclampsia
yang kompleks, diragukan bahwa akan ditemukan satu gen kandidat yang
bertanggung jawab.

- Variable genetic lainnya


Terdapat sebuah daftar yang panjang berisi variable-variabel lain yang
memengaruhi ekspresi genotipik dan fenotipik sindrom preeclampsia,
1. Genotipe ganda : Maternal dan paternal ( fetal dan plasental )
2. Subkelompok : penyakit yang terkait, seperti diabetes dan sifat-sifat

seperti paritas

3. Etnisitas Genomik : frekuensi polimorfisme, genetic drift, efek founder,


dan
Seleksi
4. Interaksi antar gen : alel spesifik atau produk dari 2 atau lebih gen yang
saling
memengaruhi sehingga memengaruhi fenotipe.
5. Fenomena epigenetic: variasi dalam ekspresi gen stabil yang fungsional,
misalnya, perbedaan pemeriksaan pada kembar monozigot
6. Interaksi gen – lingkungan – hal lain bersifat tidak terbatas.

Anda mungkin juga menyukai