Anda di halaman 1dari 26

SAINS SEBAGAI PRODUK, SIKAP, DAN PROSES

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Sains, Teknologi, dan Masyarakat
yang dibimbing oleh Ibu Erni Yulianti, S.Pd., M.Pd.

Oleh :
Kelompok 3/ OFFERING. A

1. Antiningrum Purwaningsih (150351600102)


2. Ayu Kamala Prakasiwi (150351603163)
3. Sesanti (150351600325)
4. Siti Aisyah Rohmatin (150351600593)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI S1 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FEBRUARI 2018

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah dengan judul “Sains Sebagai Produk, Sikap, dan Proses” ini
dapat kami selesaikan tepat waktu. Pembuatan makalah ini kami tujukan untuk
memenuhi tagihan tugas mata kuliah Sains, Teknologi dan Masyarakat.
Terima kasih kami sampaikan kepada dosen mata kuliah Sains, Teknologi
dan Pembelajaran yaitu Ibu Erni Yulianti, S.Pd., M.Pd. yang telah memberikan
tugas ini kepada kami sehingga pengetahuan kami tentang Sains Sebagai Produk,
Sikap, dan Proses dapat tercukupkan.
Kami berharap makalah ini dapat diterima dan dipahami oleh pembaca
sehingga dapat menjadi suatu hal yang berguna. Kekurangan dalam penyusunan
konten pasti tidak luput dari makalah ini, sehingga kami menerima kritik dan
saran untuk menyempurnakannya.

Malang, 02 Februari 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sains sebagai Produk Ilmiah .............................................. 3
2.2 Sains sebagai Sikap Ilmiah................................................. 6
2.3 Sains sebagai Proses Ilmiah ............................................... 13
BAB III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Para ahli pendidikan sains memandang sains tidak hanya terdiri atas
produk yang terdiri dari fakta, konsep, dan teori yang dihafalkan, tetapi juga
terdiri atas kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dan sikap ilmiah
dalam mempelajari gejala alam yang belum dapat diterangkan. Secara garis besar
sains dapat didefinisikan terdiri atas tiga komponen, yaitu sikap ilmiah, proses
ilmiah, dan produk ilmiah. Ada tiga dimensi penting dalam mempelajari sains.
Dimensi pertama adalah konten atau isi dari ilmu pengetahuan, konsep dasar, dan
pengetahuan ilmiah. Dimensi ini merupakan dimensi ilmu pengetahuan yang
sangat penting dan umumnya menjadi bahan pemikiran pertama. Dimensi kedua
adalah kerja sains, yaitu keterampilan proses sains yang digunakan para ilmuwan
dalam melakukan kerja ilmiah. Dimensi ketiga adalah sikap ilmiah. Dimensi ini
fokus pada sikap dan “watak” yang menjadi karakter dari sains. Dimensi ini
mencakup hal-hal seperti rasa keingintahuan dan kemampuan imajinasi,
antusiasme dalam mengajukan pertanyaan dan menyelesaikan masalah. Selain itu,
sikap ilmiah yang diperlukan adalah penghargaan terhadap metode dan nilai-nilai
ilmiah.
Dalam sifat ketentatifan ilmu pengetahuan, guru tidaklah mungkin dapat
mengajarkan semua konten dalam ilmu pengetahuan. Siswa dalam
keterbatasannya pun tidak mungkin dapat mengetahui semua fakta-fakta yang
telah ditemukan oleh para ilmuwan. Oleh karena itu, hal yang paling rasional
dapat dilakukan adalah siswa harus memahami metodologi kerja sains dan
memiliki keterampilan dalam kerja ilmiah atau keterampilan proses sains. Dengan
hal itu, siswa memiliki kompetensi untuk dapat mengembangkan sendiri
pengetahuannya. Oleh karena itu, dalam konteks pembelajaran sains pun harus
dirancang sebagaimana desain tiga dimensi sains yaitu konten/produk
pengetahuan, proses ilmiah dan sikap ilmiah.
Dari pemikiran di atas, dapat dikemukakan bahwa pembelajaran sains
haruslah mengintegrasikan antara pembelajaran keterampilan kerja ilmiah sebagai

1
proses penemuan dan pembentukan pengetahuan, pembelajaran konsep dasar
pengetahuan sains sebagai konten/produk sains, dan pembelajaran sikap ilmiah.
Maka penting untuk mengetahui penjelasan bahwa sains dapat didefinisikan atas
tiga komponen yaitu (1) sikap ilmiah, (2) proses ilmiah , dan (3)produk ilmiah
yang nantinya akan dibahas lebih rinci dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, masalah yang akan
dikaji dalam makalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud sains sebagai produk ilmiah?
2. Apa yang dimaksud sains sebagai sikap ilmiah?
3. Apa yang dimaksud sains sebagai proses ilmiah?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini disusun dengan tujuan :
1. Mengetahui dan memahami sains sebagai produk ilmiah
2. Mengetahui dan memahami sains sebagai sikap ilmiah
3. Mengetahui dan memahami sains sebagai proses ilmiah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sains sebagai Produk Ilmiah


Iskandar (1997) menyatakan bahwa llmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah
pengetahuan tentang alam dan gajala-gejalanya. Sedangkan dalam Asy’ari (2006)
tercantum definisi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan manusia
yang luas didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta
dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-
teori, dan hipotesa-hipotesa. Jadi, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang
mempelajari tentang fenomena-fenomena alam yang ada di sekitar kita serta
dijelaskan dengan bantuan konsep-konsep IPA.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu disebut juga sebagai produk
sains, ini merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang
dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad. Bentuk Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) sebagai produk adalah fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip,
dan hukum-hukum dan teori-teori IPA. Jika ditelaah lebih lanjut maka fakta-fakta
merupakan hasil dari kegiatan empirik dalam IPA, sedangkan konsep-konsep,
prisip-prinsip, dan teori-teori dalam IPA merupakan hasil dari kegiatan analitik.
Oleh sebab itu dikatakan pula bahwa sains merupakan satu sistem yang
dikembangkan oleh manusia untuk mengetahui diri dan lingkungannya (Iskandar,
1997).
1. Fakta sains
Fakta merupakan produk sains yang paling dasar. Menurut Samatowa
(2006) fakta adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar
ada, atau peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi dan sudah dikonfirmasi
secara obyektif.
Fakta adalah bentuk informasi yang harus diingat oleh siswa. Termasuk
waktu kejadian, nama orang atau peristiwa yang harus diingat. Contoh produk
sains yang merupakan fakta adalah:
─ Gula rasanya manis
─ Air membeku pada suhu 0°C

3
─ Atom hydrogen memiliki satu electron.
─ Merkurius adalah planet terdekat dengan matahari
─ Ular termasuk golongan reptilian
─ Logam tenggelam dalam air
─ Bentuk bulan yang terliahat dari bumi berubah-ubah
─ Katak berkembang biak dengan cara bertelur (Samatowa, 2006).

2. Konsep sains
Konsep dalam sains dinyatakan sebagai abstraksi tentang benda atau
peristiwa alam. Konsep juga diartikan sebagai suatu definisi atau penjelasan.
Konsep juga merupakan suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta sains yang
saling berhubungan. Konsep adalah kosakata khusus yang dipelajari siswa. Siswa
diharapkan dapat menjelaskan konsep yang dipelajari, mengenal ilustrasi konsep,
kesamaan suatu konsep dan mengtahui bahwa penggunaan konsep itu benar atau
salah. Suatu konsep dianggap telah dipelajari jika seseorang dapat memberikan
tanggapan terhadap pertanyaan atau rangsangan yang bervariasi atau kategori
yang sama. Abstraksi atau konsepsi tentang masing-masing konsep tersebut
adalah:
─ Hewan bedarah dingin adalah hewan yang menyesuaikan suhu tubuhnya
dengan suhu lingkungannya.
─ Gas adalah zat yang bentuk dan volumenya dapat berubah-ubah.
─ Satelit adalah benda angkasa yang bergerak mengelilingi planet.
─ Air adalah zat yang molekulnya tersusun atas 2 atom hydrogen dan 1 atom
oksigen
Contoh produk sains yang merupakan konsep adalah hewan berdarah
dingin, gas, satelit, air, semua zat tersusun atas partikel-partikel; benda-benda
hidup dipengaruhi oleh lingkungan; materi akan berubah tingkat wujudnya bila
menyerap atau melepaskan energi (Samatowa, 2006).

3. Prinsip sains
Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan diantara konsep-konsep
IPA. Prinsip merupakan kumpulan sejumlah besar fakta atau menjelaskan saling

4
keterhubungan sejumlah fakta. Prinsip IPA bersifat analitik sebab merupakan
generalisasi induktif yang ditarik dari beberapa contoh. Menurut para ilmuan
prinsip merupakan deskripsi yang paling tepat tentang objek atau kejadian. Prinsip
dapat berubah bila observasi baru dilakukan, sebab prinsip bersifat tentative.
Contoh produk sains yang merupakan prinsip ialah udara yang dipanaskan
memuai, adalah prinsip yang menghubungkan konsep-konsep udara, panas, dan
pemuaian. Prinsip ini menyatakan jika udara dipanaskan maka akan memuai.
Contoh lainnya yaitu semakin besar kuat cahaya, hasil fotosintesis semakin
banyak. Selain itu larutan yang bersifat asam bila yang dicampur dengan larutan
yang bersifat basa akan membentuk garam yang bersifat netral (Samatowa, 2006).

4. Hukum sains
Hukum adalah prinsip yang bersifat spesifik. Hukum sains adalah prinsip-
prinsip yang sudah diterima kebenarannnya yang meskipun sifatnya tentative
tetapi mempunyai daya uji yang kuat sehingga dapat bertahan dalam waktu yang
relatif lama. Kekhasan hukum dapat ditunjukkan dari :
─ Bersifat lebih kekal karena telah berkali-kali mengalami pengujian.
─ Pengkhususannya dalam menunjukkan hubungan antar variable.
Contoh:
─ Hukum Ohm menunjukkan hubungan antara hambatan dengan kuat harus dan
tegangan listrik, yaitu “besarnya hambatan sebanding dengan besarnya
tegangan listrik tetapi berbanding terbalik dengan kuat arusnya.”
─ Hukum Avogadro menjelaskan tentang hubungan antara jumlah molekul
dengan volume suatu gas yaitu: “pada suhu dan tekanan yang sama, semua
gas yang volumenya sama mengandung jumlah molekul yang sama banyak”.
(Samatowa, 2006).

5. Teori sains
Teori adalah generalisasi tentang berbagai prisip yang dapat menjelaskan
dan meramalkan fenomena alam. Teori juga dapat berubah jika ada bukti-bukti
baru yang berlawanan dengan teori tersebut. Contoh produk sains yang
merupakan teori adalah :

5
─ Teori Meteorologi memprediksi kapan akan mulai musim penghujan atau
menjelaskan mengapa terjadi gelombang tsunami.
─ Teori Atom menjelaskan bagaimana kekekalan massa baik sebelum reaksi
maupun sesudah reaksi kimia terjadi.
─ Teori Geosentrik alam semesta yang menonjol lima ratus tahun yang lalu
sekarang hanya merupakan bagian dari segala dan tidak berlaku lagi.
Untuk mendapatkan produk sains seperti tersebut diatas para ilmuan
melakukan kegiatan yang dikenal dengan proses sains. Oleh karena itu sains
sebagai suatu produk tidak bisa lepas dari sains sebagai suatu proses (Samatowa,
2006).

2.2 Sains sebagai Sikap Ilmiah

Semiawan (Patta Bundu, 2006: 4) mengemukakan bahwa sains yang


sebelumnya lebih dikenal dengan sebutan Ilmu Pengetahuan Alam dalam arti luas
adalah pelajaran dan penerjemahan pengalaman manusia tentang dunia fisik
dengan cara teratur dan sistematik, mencakup semua aspek pengetahuan yang
dihasilkan oleh metode saintifik, tidak terbatas pada fakta dan konsep saja tetapi
juga aplikasi pengetahuan dan prosesnya yang mengacu pada pemelekan pikir
manusia.

Carin and Sund (Patta Bundu, 2006: 4) menyatakan bahwa sains


merupakan suatu pengetahuan tentang alam semesta yang bertumpu pada data
yang dikumpulkan melalui pengamatan dan percobaan sehingga di dalamnya
memuat produk, proses, dan sikap manusia.Dari pendapat ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari gejala alam, mencakup
semua aspek pengetahuan yang dihasilkan oleh metode saintifik, serta memuat
produk, proses, dan sikap manusia.

Sebagai ilmu, IPA memiliki karakteristik yang membedakannya dengan


bidang ilmu lain. Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini.

6
a. IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi
oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang
dilakukan terdahulu oleh penemunya. Contoh: nilai ilmiah ”perubahan kimia”
pada lilin yang dibakar. Artinya benda yang mengalami perubahan kimia,
mengakibatkan benda hasil perubahan sudah tidak dapat dikembalikan ke sifat
benda sebelum mengalami perubahan atau tidak dapat dikembalikan ke sifat
semula.

b. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis,


dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta
saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya “metode ilmiah” (scientific methods)
yang terwujud melalui suatu rangkaian ”kerja ilmiah” (working scientifically),
nilai dan “sikapi lmiah” (scientific attitudes) (Depdiknas, 2006).

c. IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara
yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian
seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain

d. IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan


baganbagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan
observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut
(Depdiknas, 2006).

e. IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap. Produk
dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur
pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan,
penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan,
pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan
kesimpulan. Aplikasi merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep
IPA dalam kehidupan sehari-hari. Sikap merupakan rasa ingin tahu tentang obyek,
fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan
masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.

7
Sains mengandung tiga dimensi utama yang saling berkaitan erat. Dimensi
pertama adalah “the content of science”, the science concept, and scientific
knowledge” (isi materi sains, konsep sains, dan pengetahuan ilmiah). Dimensi ini
disebut juga produk ilmiah atau produk sains yang paling banyak diperbincangkan
dan tentu saja sangat penting. Dimensi kedua adalah “the processes of doing
science” (proses melakukan sains). Dimensi ini biasa disebut proses ilmiah atau
proses sains yang juga sangat penting karena mempelajari kegiatan yang harus
dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari serta membekali
peserta didik dengan keterampilan berbagai aspek kehidupan di masa yang akan
datang. Dimensi ketiga terfokus pada “the characteristic attitudes and
dispositions of science” (karakteristik sikap dan pandangan sains). Dimensi ini
disebut juga sikap ilmiah atau sikap sains yang sangat penting dalam penguasaan
dua dimensi yang lainnya (Patta Bundu, 2006: 4)

Dimensi sikap ilmiah sangat berpengaruh terhadap penguasaan dimensi


produk sains dan proses sains (Patta Bundu, 2006: 4). Berikut akan dijelaskan
lebih lanjut mengenai sikap ilmiah.

1. The Liang Gie (Devi Ertanti, 2010: 16 ) mengemukakan bahwa sikap ilmiah
adalah suatu kecenderungan pribadi seorang ilmuwan untuk berperilaku atau
memberikan tanggapan dalam hal-hal tertentu sesuai dengan pemikiran ilmiahnya
atau tidak bertentangan dengan citra keilmuwan pada umumnya.
2. Burhanuddin Salam (2005: 38) mengemukakan bahwa sikap ilmiah
merupakan suatu pandangan seseorang terhadap cara berpikir yang sesuai dengan
metode keilmuan, sehingga timbullah kecenderungan untuk menerima ataupun
menolak terhadap cara berpikir yang sesuai dengan keilmuan tersebut. Seorang
ilmuwan jelas harus memiliki sikap yang positif, atau kecenderungan untuk
menerima cara berpikir yang sesuai dengan metode keilmuan, yang
dimanifestasikan di dalam kognisinya, emosi atau perasaannya serta di dalam
perilakunya.

Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh
ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan (Iskandar, 1996/1997: 11). Sikap-
sikap ilmiah meliputi:

8
1) Obyektif terhadap fakta.
Obyektif artinya menyatakan segala sesuatu tidak dicampuri oleh perasaan
senang atau tidak senang. Contoh: Seorang peneliti menemukan bukti
pengukuran volume benda 0,0034 m3 , maka ia harus mengatakan juga
0,0034m3 , padahal seharusnya 0,005 m3 .
2) Tidak tergesa-gesa
Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang
mendukung kesimpulan itu. Contoh: Ketika seorang ilmuwan menemukan
hasil pengamatan suatu burung mempuyai paruh yang panjang dan lancip,
maka dia tidak segera mengatakan semua burung paruhnya panjang dan
lancip, sebelum data-datanya cukup kuat mendukung kesimpulan tersebut.
3) Berhati terbuka
Berhati terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan orang
lain, walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya
sendiri. Sementara itu, jika gagasan orang lain memiliki cukup data yang
mendukung gagasan tersebut maka ilmuwan tersebut tidak ragu menolak
temuannya sendiri.
4) Tidak mencampur-adukkan fakta dengan pendapat.
Contoh: tinggi batang kacang tanah di pot A pada umur lima (5) hari 2 cm,
yang di pot B umur lima hari tingginya 6,5 cm. Orang lain mengatakan
tanaman kacang tanah pada pot A terlambat pertumbuhannya, pernyataan
orang ini merupakan pendapat bukan fakta.
5) Bersikap hati-hati.
Sikap hati-hati ini ditunjukkan oleh ilmuwan dalam bentuk cara kerja yang
didasarkan pada sikap penuh pertimbangan, tidak ceroboh, selalu bekerja
sesuai prosedur yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya sikap tidak
cepat mengambil kesimpulan. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan
penuh kehati-hatian berdasarkan fakta-fakta pendukung yang benar-benar
akurat.
6) Sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi.
Bagi seorang ilmuwan hal yang dianggap biasa oleh orang pada umumnya,
hal itu merupakan hal penting dan layak untuk diselidiki. Contoh: Orang

9
menganggap hal yang biasa ketika melihat benda-benda jatuh, tetapi tidak
biasa bagi seorang Issac Newton pada waktu itu. Beliau berpikir keras
mengapa buah apel jatuh ketika dia sedang duduk istirahat di bawah pohon
tersebut. Pemikiran ini ditindaklanjuti dengan menyelidiki selama
bertahun-tahun sehingga akhirnya ditemukannya hukum Gravitasi.

Gega (Patta Bundu, 2006: 139) mengemukakan empat sikap ilmiah pokok
yang harus dikembangkan dalam sains, yaitu: (a) curiosity, (b) inventivenes, (c)
critical thinking, (d) persistence. Keempat sikap ini sebenarnya tidak dapat saling
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya karena saling melengkapi. Sikap ingin
tahu (curiosity) mendorong akan penemuan sesuatu yang baru (inventivenes),
yang dengan berpikir kritis (critical thinking) akan meneguhkan pendirian
(persistence) dan berani untuk berbeda pendapat.

10
Sedangkan menurut Winney Harlen (Hendro Darmodjo & Jenny R.E
Kaligis, 1991: 7- 11) sikap ilmiah akan dijelaskan sebagai berikut.:

a. Sikap ingin tahu (curiousity)


Sikap ingin tahu sebagai sikap ilmiah maksudnya adalah suatu sikap yang
selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar dari objek yang diamati.
Kata “benar” artinya rasional atau masuk akal.
b. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality)
Sikap ini bertitik tolak dari kesadaran bahwa jawaban yang telah mereka
peroleh dari rasa ingin tahu itu tidaklah bersifat final atau mutlak, tetapi
masih bersifat sementara atau tentatif. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan kemampuan berpikir maupun keterbatasan pengamatan panca
indera manusia untuk menetapkan suatu kebenaran. Sikap seperti itu dapat
dipupuk dengan cara mengajaknya melakukan pengamatan langsung pada
objek-objek yang terdapat di lingkungan sekolah. Data yang diperoleh
akan dapat memberikan sesuatu yang “baru” baginya tentang objek yang
diamati.
c. Sikap kerja sama (co operation)
Yang dimaksud kerja sama di sini adalah kerja sama untuk memperoleh
pengetahuan yang lebih banyak. Kerja sama itu dapat dalam bentuk kerja
kelompok, pengumpulan data maupun diskusi untuk menarik kesimpulan
dari observasi.
d. Sikap tidak putus asa (perseverence)
Suatu usaha apa pun, biasanya ada saja hambatannya. Seorang ilmuwan
mungkin saja telah menghabiskan waktu bertahun-tahun dengan biaya
namun belum juga memperoleh apa yang dicari. Namun
ketidakputusasaannya dikarenakan keyakinan bahwa yang dialaminya
setidaknya memberi petunjuk yang berguna bagi ilmuwan lain untuk tidak
mengambil jalan yang serupa. Di lingkungan sekolah, tugas guru adalah
memberikan motivasi bagi anak didik yang mengalami kegagalan dalam
upayanya menggali ilmu dalam bidang IPA agar tidak putus asa.

11
e. Sikap tidak berprasangka (open-minded)
Sikap tidak berprasangka dapat dikembangkan secara dini dengan jalan
melakukan observasi dan eksperimen dalam mencari kebenaran ilmu.
f. Sikap mawas diri (self critism)
Seorang ilmuwan sangat menjunjung tinggi kebenaran. Objektivitas tidak
hanya ditunjukkan di luar dirinya tetapi juga terhadap dirinya sendiri.
Itulah sikap mawas diri untuk menjunjung tinggi kebenaran.
g. Sikap bertanggung jawab (responsibility)
Sikap bertanggung jawab harus dikembangkan, misalnya dengan membuat
dan melaporkan hasil pengamatan, hasil eksperimen ataupun hasil
kerjanya yang lain kepada teman sejawat, guru atau orang lain dengan
sejujur-jujurnya.
h. Sikap berpikir bebas (independence in thinking)
Mencatat atau merekam hasil pengamatan sesuai dengan apa adanya dan
membuat kesimpulan sesuai dengan hasil kerja sendiri merupakan saat-
saat yang penting bagi anak dalam mengembangkan sikap berpikir bebas.
i. Sikap kedisiplinan diri (self discipline)
Kedisiplinan diri dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk
dapat mengontrol ataupun mengatur dirinya menuju kepada tingkah laku
yang dikehendaki dan yang dapat diterima oleh masyarakat. Untuk sampai
kepada kedisiplinan diri yang bertanggung jawab, haruslah dimulai dari
suatu tahap dependence (tahap ketergantungan dari yang membimbing),
kemudian secara bertahap kontrol dari si pembimbing dilepaskan untuk
sampai kepada tahap independence yaitu suatu tahap si anak menjadi
dewasa untuk dapat mengatur atau mengontrol dirinya sendiri.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap ilmiah merupakan


kecenderungan individu dalam bertindak atau berperilaku untuk memberikan
tanggapan mengenai hal-hal tertentu yang sesuai dengan pemikiran ilmiahnya,
serta dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-
langkah ilmiah. Dalam penelitian ini, sikap ilmiah yang akan ditingkatkan adalah
sikap ingin tahu, sikap berpikir kritis, sikap respek terhadap data/fakta, berpikiran
terbuka dan kerjasama, serta ketekunan.

12
2.3 Sains Sebagai Proses
Keterampilan Proses Sains (KPS) di bedakan menjadi ketrampilan proses dasar
dan ketrampilan proses terintegrasi (terpadu).

a. Keterampilan Proses Sains Terpadu


Keterampilan proses sains adalah pendekatan yang didasarkan pada
anggapan bahwa sains itu terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah.
Dalam pembelajaran sains, proses ilmiah tersebut harus dikembangkan pada
peserta didik sebagai pengalaman yang bermakna. Bagaimanapun pemahaman
konsep sains tidak hanya mengutamakan hasil (produk) saja, tetapi proses untuk
mendapatkan konsep tersebut juga sangat penting dalam membangun pengetahuan
peserta didik. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah memiliki peran yang penting
dalam menemukan konsep sains. Peserta didik dapat membangun gagasan baru
sewaktu mereka berinteraksi dengan suatu gejala. Pembentukan gagasan dan
pengetahuan peserta didik ini tidak hanya bergantung pada karakteristik objek,
tetapi juga bergantung pada bagaimana peserta didik memahami objek atau
memproses informasi sehingga diperoleh dan dibangun suatu gagasan baru.

Ada tiga dimensi ilmiah yang sangat penting dalam mengajarkan sains.
Yang pertama adalah isi dari sains yaitu konsep dasar dan pengetahuan ilmiah.
Dimensi ilmiah yang pertama ini adalah yang kebanyakan dipikirkan orang. Dua
dimensi ilmiah penting lain di samping pengetahuan ilmiah adalah proses ilmiah
dan sikap ilmiah. Proses ilmiah adalah bagaimana ilmuwan melakukan proses
dalam mendapatkan sains, sedangkan sikap ilmiah adalah bagaimana para
ilmuwan bersikap ketika melakukan proses dalam mendapatkan sains tersebut.
Sains adalah upaya untuk mempelajari, merumuskan permasalahan, dan
menemukan jawaban tentang berbagai gejala alam. Oleh karena itu, maka
keterampilan roses yang sama seperti yang dimiliki ilmuwan harus kita miliki
dalam memecahkan berbagai permasalahan kehidupan sehari-hari. Ketika
memberikan proses pengajaran kepada peserta didik untuk menggunakan
keterampilan proses dalam memahami sains, kita juga mengajarkan pada mereka
keterampilan yang akan mereka gunakan dalam masa depan di setiap area

13
kehidupan mereka. Keterampilan proses sains diklasifikasikan menjadi
keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu, American Association
for the Advancement of Science (1970), mengklasifikasikan keterampilan proses
menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Keterampilan
proses dasar meliputi, observasi (pengamatan), clasifying (menggolongkan),
communication (komunikasi), measuring (pengukuran), inferensi
(menyimpulkan), prediksi (meramalkan). Sedangkan keterampilan proses terpadu
meliputi pengontrolan variable, interpretasi data, perumusan hipotesa,
pendefinisian variabel secara operasional, merancang eksperimen. Komponen-
Komponen dari Keterampilan Proses Sains Terpadu Keterampilan proses terpadu
meliputi pengontrolan variable, interpretasi data, perumusan hipotesa,
pendefinisian variabel secara operasional, merancang eksperimen.

1. Mengidentifikasi Variabel
Variabel adalah satuan besaran kualitatif atau kuantitatif yang dapat
bervariasi atau berubah pada situasi tertentu. Kedudukan sebuah variabel dalam
penelitian sangat berpengaruh terhadap hasil dari sebuah penelitian. Besaran
kualitatif adalah besaran yang tidak dinyatakan dalam suatu pengukuran baku
tertentu. Besaran kuantiatif adalah besaran yang dinyatakan dalam suatu
pengukuran baku tertentu. Dalam suatu eksperimen terdapat tiga macam variable,
yaitu: variable manipulasi, variable respon dan variable control. Namun untuk
tingkatan sekolah dasar ketrampilan ini belum diperkenalkan.

2. Intepretasi Data
Keterampilan intepretasi data biasanya diawali dengan pengumpulan data,
analisis data, dan mendeskripsikan data. Mendeskripsikan data artinya menyajikan
data dalam bentuk yang mudah dSainshami. Misalnya dalam bentuk tabel, grafik
dengan angkaangka yang sudah ditentukan rata-ratanya. Data yang sudah
dianalisis kemudian diimpretasikan menjadi suatu kesimpulan dalam bentuk
pernyataan. Data yang diinterpretasikan harus yang membentuk pola atau
beberapa kecenderungan.

14
3. Hipotesis
Hipotesis biasanya dibuat pada suatu perencanaan penelitian yang
merupakan pekerjaan tentang pengaruh yang akan terjadi dari variable manipulasi
terdapat variable respon. Menurut (Nur, 1996) hipotesis dirumuskan dalam bentuk
pernyataan bukan pertanyaan, pertanyaan biasanya digunakan dalam merusumkan
masalah yang akan diteliti. Hipotesis dapat dirumuskan secara induktif dan
deduktif. Perumusan induktif berdasarkan data pengamatan sedangkan perumusan
deduktif berdasarkan teori.

4. Definisi Variabel Secara Operasional


Mendefinisikan secara operasional suatu variable berarti menetapkan
bagaimana suatu variable itu diukur. Definisi operasional suatu variable adalah
definisi yang menguraikan bagaimana mengukur suatu variable. Definisi ini harus
menyatakan tindakan apa yang akan dilakukan dan pengamatan apa yang dicatat
dari suatu eksperimen. Ketrampilan ini merupakan ketrampilan proses yang paling
sulit untuk dilatihkan karena itu harus sering di ulang-ulang. Contoh : peserta
didik melakukan percobaan .

5. Eksperimen
Eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang
direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau
menguji suatu hipotesis. Suatu eksperimen akan berhasil jika variable yang
dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara jelas dalam
suatu hipotesis, juga penentuan kondisi-kondisi yang akan dikontrol sudat tepat.
Untuk keberhasilan eksperimen ini maka setiap eksperimen harus dirancang
terlebih dahulu kemudian diuji coba. Melatihkan merencanakan eksperimen tidak
harus dalam bentuk penelitian yang rumit, tetapi cukup dilatihkan dengan menguji
hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan konsep-konsep di dalam kurikulum.

b. Keterampilan Proses dalam Pembelajaran sains


Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan
secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk

15
kreativitas. Dengan demikian, Pendekatan Keterampilan Proses adalah perlakuan
yang diterapkan dalam pembelajaran yang menekankan pada pembentukan
keterampilan memperoleh pengetahuan kemudian mengkomunikasikan
perolehannya. Keterampilan memperoleh pengetahuan dapat dengan
menggunakan kemampuan olah pikir (psikis) atau kemampuan olah perbuatan
(fisik).
American Association for the Advancement of Science (1970)
menyebutkan bahwa Keterampilan proses dasar meliputi, observasi (pengamatan),
classifying (menggolongkan), communication (komunikasi), measuring
(pengukuran), inferensi (menyimpulkan), prediksi (meramalkan). Sedangkan
keterampilan proses terpadu meliputi pengontrolan variable, interpretasi data,
perumusan hipotesa, pendefinisian variabel secara operasional, merancang
eksperimen. Penilaian dalam keterampilan proses dilakukan selama proses
pembelajaran (penilaian proses) dengan menggunakan indikator dan kata
operasional:
1. Mengamati: melihat, mendengar, merasa, meraba, mambaur, mencicipi,
mengecap, menyimak, mengukur, membaca.
2. Menggolongkan (mengklasifikasikan): mencari persamaan, menyamakan,
membedakan, membandingkan, mengontraskan, mecari dasar penggolongan.
3. Menafsirkan (menginterprestasikan): menaksir, memberi arti, mengartikan,
memposisikan, mencari hubungan, ruang-waktu, menentukan pola, menarik
kesimpulan, mengeneralisasikan.
4. Meramalkan (memprediksi): mengantissainssi berdasarkan kecenderungan,
pola atau hubungan antar data atau informasi.
5. Menerapkan/menggunakan (informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori,
sikap, nilai atau keterampilan dalam situasi): menghitung, menentukan
variabel, mengendalikan variabel, menghubungkan konsep, merumuskan
konsep, pertanyaan penelitian, menyusun hipotesis, membuat modul.
6. Merencanakan penelitian: menentukan masalah/objek yang akan diteliti,
menentukan tujuan penelitian, menentukan ruang lingkup penelitian,
menentukan sumber data, menentukan alat, bahan, dan sumber kepustakaan,
menentukan cara penelitian.

16
7. Mengkomunikasikan: berdiskusi, mendeklamasikan, mendramakan,
merenungkan, meragakan, mengugkapkan, melaporkan (dalam bentuk lisan,
tulisan, gerak atau penampilan).

c. Perbedaan Keterampilan Proses Sains Dasar dan Keterampilan Proses


Sains Terpadu

Menurut Dahar (1986), keterampilan proses IPA terdiri dari mengamati


(observasi), menafsirkan (interpretasi), meramalkan, menggunakan alat dan
bahan, menerapkan konsep (aplikasi), merencanakan penelitian,
mengkonsumsikan dan mengajukan pertanyaan.
Brotherton dan Preece (1995), mengemukakan struktur hirarki
keterampilan proses yang terdiri dari dua bagian, yaitu keterampilan dasar yang
meliputi observasi, klasifikasi, meramalkan, mencatat data, hubungan ruang dan
waktu, dan keterampilan terintegrasi yang meliputi interpretasi data, mengontrol
variabel, cara mendefinisikan, merumuskan hipotesis.
Menurut Barba (dalam Pudyo, 1999), Keterampilan Proses Sains (KPS) di
bedakan menjadi ketrampilan proses dasar dan ketrampilan proses terintegrasi.
Keterampilan proses dasar meliputi: observasi, klasifikasi, pengukuran,
komunikasi, menyimpulkan, prediksi, penggunaan hubungan tempat atau waktu,
penggunaan angka dan identifikasi variabel.
Sedangkan ketrampilan proses terintegrasi meliputi: penyusunan hipotesis,
pengontrolan variabel, investigasi, pendefinisian operasional dan eksperimen.
Keterampilan-keterampilan proses sains tersebut harus ditumbuhkan dalam diri
siswa sesuai dengan taraf perkembangan pemikirannya. Keterampilan-
keterampilan ini akan menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan
fakta dan konsep serta pertumbuhan dan perkembangan sikap.

No Keterampilan Proses Sains Dasar Keterampilan Proses Sains


Terintegrasi
1 Mengamati Mengidentifikasi variabel
2 Menggolongkan (mengklasifikasikan) Intepretasi data
3 Menafsirkan (menginterprestasikan) Hipotesis

17
4 Meramalkan (memprediksi) Definisi Variabel Secara
Operasional
5 Menerapkan/menggunakan eksperimen
6 Merencanakan penelitian
7 Mengkomunikasikan

Langkah-Langkah Metode Ilmiah


Menurut Isaac dan Michael (1980), ada sepuluh langkah dasar yang harus
ditempuh, yaitu:
1) Mengidentifikasi lingkup permasalahannya
Mengidentifikasi lingkup permasalahan merupakan suatu kegiatan menentukan
lingkup permasalahan serta menemukan permasalahan.
2) Mengadakan survey kepustakaan yang berkenaan dengan permasalahannya.
Survey kepustakaan merupakan kegiatan menggali teori-teori yang berkaitan
dengan permasalahan.
3) Merumuskan permasalahannya yang sebenarnya dalam bentuk yang jelas
dengan menggunakan istilah yang khusus.
Dari lingkup permasalahan yang telah diidentifikasi, menentukan
permasalahan ag aan dipecahkan.
4) Merumuskan hipotesis yang dapat diuji dan mendefinisikan konsepsi-konsepsi
dan dasar variabelnya.
Menjawab rumusan masalah dengan dugaan sementara yang didasari teori
yang telah dikumpulkan.
5) Menyatakan asumsi-asumsi sebagai landasan dasar yang memberikan petunjuk
penafsiran kesimpulan yang akan didapat
6) Menyusun desain penelitian untuk mencapai validitas internal maupun external
yang maksimal:
a. Menyeleksi subjek-subjeknya
b. Kontrol dan manipulasi dari variabel yang relevan
c. Pembentukan kriteria untuk menilai hasilnya
d. Penyusunan instrumen, seleksi dan penyusunan

18
7) Menetapkan cara pengumpulan data
Cara mengumpulkan data dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti
membuat angket, wawancara, atau melakukan sebuah percobaan.

8) Pemilihan cara analisis data


Kegiatan menganalisis data diartikan sebagai menginterpretasi data,
selanjutnya hasil interpretasi data dibandingkan dan diintegrasikan dengan teori
yang relevan dengan masalah penyelidikan, dan/atau dibandingkan dan
diintegrasikan dengan temuan penelitian lain yang relevan. Analisis data dapat
dilakuakan dengan 2 cara yaitu analisis data kualitatif dan analisis kuantitatif.

9) Penilaian hasil dan penarikan kesimpulan


Menyimpulkan adalah keterampilan memutuskan keadaan suatu objek
berdasarkan fakta, konsep, prinsip yang diketahui.
(Darmodjo, 1986:5.18)

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hakikat sains sebagai produk maksudnya adalah lebih menekankan pada


memahami apa yang sudah dihasilkan oleh sains itu sendiri seperti fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-pinsip, hukum-hukum, dan teori-teori. Untuk
mendapatkan produk sains tersebut, dilakukan kegiatan yang dikenal dengan
proses sains. Jadi, sains sebagai suatu produk tidak bisa lepas dari sains sebagai
suatu proses.
Sikap ilmiah merupakan kecenderungan individu dalam bertindak atau
berperilaku untuk memberikan tanggapan mengenai hal-hal tertentu yang sesuai
dengan pemikiran ilmiahnya, serta dalam memecahkan suatu masalah secara
sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Dalam penelitian ini, sikap ilmiah
yang akan ditingkatkan adalah sikap ingin tahu, sikap berpikir kritis, sikap respek
terhadap data/fakta, berpikiran terbuka dan kerjasama, serta ketekunan.

Keterampilan Proses Sains (KPS) di bedakan menjadi ketrampilan proses


dasar dan ketrampilan proses terintegrasi. Keterampilan proses dasar meliputi:
observasi, klasifikasi, pengukuran, komunikasi, menyimpulkan, prediksi,
penggunaan hubungan tempat atau waktu, penggunaan angka dan identifikasi
variabel.
Sedangkan ketrampilan proses terintegrasi meliputi: penyusunan hipotesis,
pengontrolan variabel, investigasi, pendefinisian operasional dan eksperimen.
Keterampilan-keterampilan proses sains tersebut harus ditumbuhkan dalam diri
siswa sesuai dengan taraf perkembangan pemikirannya. Keterampilan-
keterampilan ini akan menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan
fakta dan konsep serta pertumbuhan dan perkembangan sikap.
Sains sebagai proses atau metode penyelidikan (inquiry methods)
meliputi cara berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan saintis untuk
memperoleh produk-produk sains atau ilmu pengetahuan ilmiah, misalnya

20
observasi, pengukuran, merumuskan dan menguji hipotesis, mengumpulkan data,
bereksperimen, dan prediksi

21
DAFTAR PUSTAKA

Asy’ari, Muslichach. 2006. Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat


dalam Pembelajaran Sains. Jakarta: Depdiknas.
Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan dan Proses Sikap Ilmiah dalam
Pembelajaran Sains di SD. Jakarta: Depdiknas.

Burhanuddin, Salam. 2005. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara.

Carin dan Sund (dalam Patta Bundu). 2006. Penilaian keterampilan dan proses
sikap ilmiah dalam pembelajaran sains di SD. Jakarta: Depdiknas.

Darmodjo, Hendro. 1986. Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Karunika


Universitas Terbuka
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.

Gega (dalam Patta Bundu). 2006. Penilaian keterampilan dan proses sikap ilmiah
dalam pembelajaran sains di SD. Jakarta: Depdiknas.

Iskandar, Sarin M. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Departemen


pendidikan dan kebudayaan: Jakarta.
Iskandar, Srini M. 1996. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta:
Depdikbud.

Pudyo Susanto. (1999). Strategi Pembelajaran Biologi Di Sekolah Menengah.


Malang: Fakultas MIPA UNM.

Ratna Wilis Dahar dan Liliasari. 1986. Pengolahan Pengajaran Kimia. Jakarta :
Depdikbud UT.

Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA. Jakarta: Depdiknas.


The Liang Gie (dalam Devi Ertanti). 2010. Upaya Peningkatan Sikap Ilmiah
Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-BasedLearning) pada
Materi Sistem Pencernaan Siswa Kelas XI IPA3 Semester II DI SMA Negeri
2 Bantul Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Biologi FMIPA-
UNY.

22
Winney Harlen (dalam Hendro Darmodjo & Jenny R.E Kaligis). 1993.
Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Depdiknas.

23

Anda mungkin juga menyukai