Anda di halaman 1dari 9

USULAN PENELITIAN

PENGARUH TERAPI KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP NYERI LOW BACK

PAIN (LBP) PADA PETANI DI DESA BANGKOK KECAMATAN GURAH

KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2016

QUASY EKSPERIMEN

Oleh
Eka Wahyu Ningsih
NIM: 13620834

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2016
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah (NPB) merupakan masalah

kesehatan dunia yang sangat umum, yang menyebabkan pembatasan aktifitas dan juga

ketidakhadiran kerja. Nyeri punggung bawah memang tidak menyebabkan kematian,

namun menyebabkan individu yang mengalaminya menjadi tidak produktif sehingga

akan menyebabkan beban ekonomi yang sangat besar baik bagi individu, keluarga,

masyarakat, maupun pemerintah (Patrjaningrum, et al., 2015). LBP merupakan

gangguan muskuloskeletal yang banyak dikeluhkan oleh petani. Kegiatan yang

dilakukan petani umumnya memerlukan posisi tubuh yang statis dan repetitif yang

meningkatkan prevalensi keluhan LBP (Kaur, 2015). Berdasarkan The Global Burden

of Disease 2010 Study (GBD 2010), dari 291 penyakit yang diteliti, LBP merupakan

penyumbang terbesar kecacatan global, yang diukur melalui Years Lived With

Disability (YLD), serta menduduki peringkat yang keenam dari total beban secara

keseluruhan, yang diukur dengan the disability adjusted life year (DALY),

pengukuran DALY adalah metrik standar untuk mengukur beban yang dihitung

dengan menggabungkan years of life lost (YLL) dan years live with disability (YLD)

(Patrjaningrum, et al., 2015).


Nyeri punggung merupakan keluhan yang sering dijumpai pada kehidupan

sehari-hari. Diperkirakan hampir semua orang pernah mengalami nyeri punggung

semasa hidupnya. Nyeri punggung bawah tetap menjadi beban kesehatan masyarakat

yang utama diseluruh dunia industri, dari data epidemiologi menunjukkan nyeri

punggung bawah masuk pada urutan yang ke 19 dengan presentase 27 %, dan

prevalensi dirasakan seumur hidup sebanyak 60 % (Demoulin 2012). Menurut World

Health Organization (WHO), 2-5% dari karyawan di negara industri tiap tahun

mengalami nyeri punggung bawah, dan 15% dari absenteisme di industri baja serta
industri perdagangan disebabkan karena nyeri punggung bawah (Sakinah et al 2010).

Pada studi kolaborasi tentang nyeri yang dilakukan WHO (2013) didapatkan hasil

bahwa 33% penduduk di Negara berkembang mengalami nyeri presisten.


Berdasarkan data yang diperoleh dari survey work-related disease di Inggris

menunjukkan bahwa dari perkiraan 43.000 pekerja di sektor pertanian terjadi

gangguan ergonomis dengan rincian kasus back pain injury pada 27.000 pekerja,

upper limb injury atau keluhan dileher pada 10.000 pekerja dan keluhan keluhan pada

lower limb injury pada 11.000 pekerja petani lebih mudah terkena keluhan back pain

dari pada pekerja yang mempunyai aktivitas yang tidak terlalu sukar (Payuk, 2011).
LBP dialami hampir oleh setiap orang selama hidupnya. Di Negara barat

misalnya, kejadian LBP telah mencapai proporsi epidemic. Diperkirakan bahwa 80%

orang di Negara barat pernah merasakan nyeri pinggang bawah dalam kehidupannya.

Satu survey telah melaporkan bahwa 17,3 juta orang inggris pernah mengalami LBP.

26% orang dewasa Amerika dilaporkan mengalami LBP setidaknya satu hari dalam

durasi tiga bulan (NISMAT dan Bull dalam Nurbaya, 2014).


Berbagai bagian tubuh dapat mengalami gangguan otot rangka dengan lokasi

tersering pada pinggang. Gangguan otot rangka dapat menimbulkan nyeri dan

terbatasnya gerakan pada daerah yang terkena, sebagai akibat aktivitas fisik dan/atau

posisi kerja. Gangguan otot rangka dapat menyebabkan seseorang memerlukan

pengobatan yang rutin, absen dalam bekerja, hingga kecacatan (Depkes RI, 2007).

Berdasarkan penelitian di Indonesia, prevalensi penderita penyakit muskuloskeletal

tertinggi menurut pekerjaan adalah petani (Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan, 2013). Data dari survei work-related disease menunjukkan bahwa dari

43.000 pekerja di sektor pertanian, 27.000 pekerja mengalami keluhan LBP (Gusetoiu

R, 2011).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Kaur, 2015) Sebanyak 68,6% (48

orang) responden mengeluh LBP. Kelompok usia dengan keluhan >45 tahun paling
banyak mengalami LBP (73,3%). Keluhan LBP terbanyak dikeluhkan oleh petani

yang sering melakukan posisi kerja membungkuk (68,6%). Sebanyak 93,75% petani

yang tidak memiliki riwayat jatuh mengalami LBP. LBP adalah satu dari sepuluh

penyebab penderita datang ke Poli Rawat Jalan RSUD dr. Soetomo. Dari sepuluh

jenis penyakit terbanyak yang ditangani, LPB berada di urutan ke tiga setelah

penyakit stroke dan epilepsi yang memerlukan perhatian khusus.


Berdasarkan hasil survey lapangan yang dilakukan di Desa Bangkok

Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri, Kepala Desa mengatakan penduduk yang

bekerja sebagai petani ada sebanyak 703 orang dan hampir sebagian petani

mengeluhkan nyeri punggung bagian bawah setelah melakukan aktifitas. Dari hasil

survey yang dilakukan pada 10 petani, 7 petani mengatakan sering merasakan nyeri

pada punggung bagian bawah setelah melakukan aktivitas, sedangkan 3 petani tidak

merasakan nyeri pada punggungnya melainkan pada tangan dan kakinya. petani

sering mengeluhkan nyeri setelah melakukan aktivitas seperti membungkuk untuk

menanam padi, mencabuti rumput di sawah, mencangkul, dan mengangkat beban

berat seperti hasil panennya. Dari hasil survei petani mengatakan nyerinya itu sangat

bervariasi mulai dari ringan, sedang, hingga nyeri berat. Nyeri yang terjadi itu

biasanya itu hilang timbul, timbul saat melakukan aktivitas dan sesudah melakukan

aktivitas. Penatalaksanaan nyeri yang dilakukan biasanya seperti mandi air hangat, di

buat tidur, biasanya dipijit, dan di kasih GPU/Freshcare. Dari hasil survey juga petani

mengatakan bahwa mereka jarang memeriksakan keluhan nyerinya itu ke tenaga

kesehatan ataupun rumahsakit.

Lebih dari 70% manusia dalam hidupnya pernah mengalami LBP, dengan rata-

rata puncak kejadian berusia 35-55 tahun. Disebabkan ada beberapa faktor risiko

penting yang terkait dengan kejadian LBP yaitu usia diatas 35 tahun, perokok, masa

kerja 5-10 tahun, posisi kerja, kegemukan dan riwayat keluarga penderita
musculoskeletal disorder (Rahmaniyah, 2007).Faktor lain yang dapat mempengaruhi

timbulnya gangguan LBP meliputi karakteristik individu misal body mass index

(BMI), tinggi badan, kebiasaan olah raga, masa kerja (Harianto,2010).

Banyak faktor resiko yang berhubungan dengan keluhan LBP, seperti

hereditas, usia, jenis kelamin, deformitas postur tubuh, aktivitas fisik, masa kerja, dan

porsi kerja (Silviyani V, 2014). Faktor lainnya adalah faktor fisik yang mencakup

ketegangan fisik, seringnya mengangkat beban, dan postur kerja yang kurang tepat

(Andini F, 2015). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh (Silviyani, et al.,

2014) Terdapat pula hubungan antara perilaku merokok dengan nyeri pinggang,

dimana ditemukan perokok lebih banyak yang menderita LBP dibandingkan yang

tidak pernah merokok sama sekali.

Masa kerja yang lama dapat berpengaruh terhadap nyeri punggung bawah

karena merupakan akumulasi pembebanan pada tulang belakang akibat aktifitas

menggendong sehari-hari. Berat beban dan lama menggendong juga dapat

mempengaruhi nyeri punggung bawah karena semakin berat beban yang dibawa

seseorang setiap kali menggendong maka tekanan pada tulang belakang menjadi

semakin besar, sehingga memungkinkanterjadinya nyeri juga semkin besar.

Sedangkan pengaruh umur terhadap nyeri punggung bawah berkaitan dengan proses

proses penuaan sering bertambahnya umur. Termasuk degenerasi tulang yang

berdampak pada peningkatan resiko nyeri punggung bawah (Pratiwi, 2009).


LBP disebabkan oleh beberapa kelaianan atau perubahan patologik yang

mengenai beberapa organ atau jaringan tubuh oleh kareana itu para ahli membuat

klasifikasi yang berbeda atas dasar kelainan tersebut. Dalam hal ini yang penting

bagaimana kita memanfaatkan dari klasifikasi tadi untuk memahami segala maslah

yang berkaitan dengan NBP sebagai berikut (a) viserogenik (b) neurogenik (c)

vaskulogenik (d) psikogenik (e) spondilogenik (Harsono, 2007).


Dampak Low back pain posisi duduk yang tidak alamiah atau tidak ergonomis

akan menimbulkan kontraksi otot secara isometris (melawan tahanan) pada otot-otot

utama yang terlibat dalam pekerjaan. Akibatnya beban kerja bertumpu di daerah

pinggang dan menyebabkan otot pinggang sebagai penahan beban utama akan mudah

mengalami kelelahan dan selanjutnya akan terjadi nyeri pada otot sekitar pinggang

atau punggung bawah (Risyanto, 2008). Low back pain (LBP) pada umumnya tidak

mengakibatkan kecacatan, namun pada pekerja dapat menurunkan tingkat

produktivitas kerja, menurunkan performa kerja, serta kualitas kerja, konsentrasi kerja

dan juga secara tidak langsung meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan (Gusetoiu,

2011).

Sebuah penelitian memaparkan bahwa 11 persen tenaga kerja dengan LBP

mengalami gangguan aktivitas kerja hingga 4 minggu. Lebih dari 50 persen penderita

membaik dalam waktu satu minggu, dan lima persen penderita mengalami gangguan

aktivitas hingga lebih dari enam bulan.(Andini F, 2015).

Penatalaksanaan LBP ada dua yaitu terapi farmakologis dan terapi non

farmakologis. Terapi farmakologis: pemberian analgesik. Terapi non farmakologis

ada: (a)Stimulasi kutaneus (b) tehnik relaksasi, (e)tehnik massase/pijatan (f) Distraksi

(g) kompres dingin (i) Terapi kompres air hangat (Perry, 2009). Kompres hangat

merupakan salah satu metode non farmakologis yang di anggap sangat efektif dalam

menurunkan nyeri atau spasme otot. Panas dapat dialirkan melalui konduksi,

konveksi, dan konversi. Nyeri akibat memar, spasme otot arthitis berespon baik

terhadap peningkatan suhu karena dapat melebarkan pembuluh darah dan

meningkatkan aliran darah lokal. Oleh karena itu, peningkatan suhu yang disalurkan

melalui kompres hangat dapat meredakan nyeri dengan menyingkirkan produk-


produk inflamasi, seperti bradikinin, histamin, dan prostaglandin yang akan

menimbulkan rasa nyeri lokal (Price & Wilson,2005).

Kompres hangat mempunyai sifat vasodilatasi, meningkatkan suplai darah,

relaksasi pembuluh-pembuluh darah melebar. Sehingga akan memperbaiki peredaran

darah di dalam jaringan tersebut. Dengan cara penyaluran zat asam dan bahan

makanan sel-sel di perbesar dan pembuangan dari zat-zat yang akan di buang akan

diperbaiki lagi. Jadi akan timbul proses pertukaran zat yang akan lebih baik. Kompres

hangat bertujuan untuk pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot lebih rileks,

menurunkan rasa nyeri dan memperlancar pasokan aliran darah dan memberikan

ketenangan pada klien (Azril kimin,2009).

Kompres hangat yang digunakan berfungsi untuk melebarkan pembuluh

darah, menstimulasi sirkulasi darah, dan mengurangi kekakuan. Selain itu, kompres

hangat juga berfungsi menghilangkan sensasi rasa sakit. Untuk mendapatkan hasil

yang terbaik, tetapi kompres hangat dilakukan selama 20 menit dengan 1 kali

pemberian dan pengukuran intensitas nyeri dilakukan dari menit ke 15-20 selama

tindakan (Yuni Kismiati,2009).

Selama ini belum pernah di lakukan terapi kompres air hangat pada petani di

Desa Bangkok Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri oleh karena itu peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Terapi Air Hangat Terhadap Nyeri

Low Back Pain pada Petani di Desa Bangkok Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri.

1.2 Rumusan masalah

Apakah ada pengaruh terapi kompres air hangat terhadap nyeri low back pain pada petani

diDesa Bangkok Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri

1.3 Tujuan penulisan


1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui adakah pengaruh terapi kompres air hangat terhadap nyeri low

back pain pada petani di desa bangkok kecamatan gurah kabupaten kediri tahun

2016

1.3.2 Tujuan khusus


1. Mengidentifikasi nyeri Low Back Pain pada petani diDesa Bangkok Kecamatan

Gurah Kabupaten Kediri sebelum diberikan terapi kompres air hangat.


2. Mengidentifikasi nyeri Low Back Pain pada petani diDesa Bangkok Kecamatan

Gurah Kabupaten Kediri sesudah diberikan terapi kompres air hangat.


3. Menganalisis pengaruh terapi kompres air hangat terhadap nyeri Low Back Pain

pada petani diDesa Bangkok Kecamatan Gurah Kbupaten Kediri.

1.4 Manfaat penulisan


1. Bagi responden
Diharapkan dapat menurunkan nyeri LBP pada petani serta dapat menerapkan

terapi kompres air hangat saat nyeri itu timbul.


2. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi tenaga

kesehatan di puskesmas Desa Bangkok Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri

untuk terus menerapkan program terapi kompres air hangat sebagai upaya

meningkatkan derajat kesehatan petani.


3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagia tambahan referensi yang telah ada dan dapat dijadikan sebagai bahan

untuk kegiatan penelitian selanjutnya

4. Bagi Peneliti

Dapat menerapkan metodologi penelitian di bidang kesehatan terutama

tentang kejadian low back pain pada petani dan dapat mengatasianya dengan

cara melakukan terapi kompres air hangat sehingga dapat mencegah terjadinya

tingkat nyeri yang lebih parah.

Anda mungkin juga menyukai