Anda di halaman 1dari 4

Mengenal SOPI (Minuman Asal MALUKU)

Sopi adalah minuman tradisional khas Maluku yang mengandung alkohol. Sopi sendiri berasal dari
bahasa Belanda, Zoopje, yang berarti alkohol cair. Keberadaannya illegal namun minuman itu telah
berurat dan berakar dalam kehidupan masyarakat Maluku. Sopi hadir dalam banyak upacara atau pesta-
pesta adat. Dalam keseharian pun Sopi selalu hadir di tengah masyarakat Maluku. Hal itulah yang
menjadi dilema bagi pemerintah daerah untuk menertibkannya. Ada rencana pemda untuk melegalkan,
tujuannya untuk mengkontrol produksinya. Sopi yang beredar saat ini di masyarakat mempunyai
kandungan alkohol di atas 30%. Sopi masuk ke dalam minuman keras golongan C. Kalau dilegalkan
berarti ada kontrol untuk kandungan alkoholnya.

Walaupun terus disita aparat kepolisian, tetap saja Sopi masih dikonsumsi dan digemari masyarakat.
Karena banyaknya permintaan maka produksinyapun tak pernah berhenti. Di daerah pegunungan yang
terjal Sopi masih diproduksi masal oleh penduduk setempat. Seperti di pulau Ambon, banyak titik-titik
lokasi di tengah hutan yang memproduksi Sopi secara tradisional. Bahan bakunya dari pohon aren yang
memang banyak terdapat di hutan-hutan Maluku. Hal itulah yang membuat Sopi menjadi mudah
dibuatnya.

Cara pembuatannya sederhana, air sadapan dari pohon aren atau yang biasa di sebut Sageru,
dibubuhkan bubuk akar Husor yang telah ditumbuk. Maksudnya agar air sageru tersebut tidak
menjadi manis dan mengental sehingga menjadi gula merah ketika dimasak dalam proses
pembuatan Sopi. Air sageru akan dimasak dalam sebuah tungku kedap udara. kemudian Uapnya
yang berubah menjadi zat cair dialirkan ke dalam batang bambu dan di tampung dalam botol,
itulah yang disebut Sopi.

Kualitas sopi itu berbeda-beda, tergantung dari cara pengolahan atau pemasakannya,
Sekali penyulingan menghasilkan dua jerigen atau 10 liter/harinya yang dijual seharga kurang
lebih Rp.200.000. per jerigen. Maka tidak heran jika banyak pembuat Sopi bisa menyekolahkan
anak atau keluarganya sampai tingkat doktoral. Menurut para pembuat Sopi sudah ada orang
yang menjadi profesor-profesor karena orang tua mereka menyekolahkan mereka dengan hasil
berjualan sopi. Seperti kata sebuah lirik lagu "KATONG JADI SARJANA KARENA SOPI
JUA" yang di nyayikan oleh musisi daerah yaitu bung Dalens dengan lagu berjudul SOPI.

Di tengah-tengah hutan di Maluku, Sopi masih terus diproduksi. Sopi memang dipandang illegal
oleh pemerintah, tapi keberadaanya tetap dibutuhkan untuk memutar roda ekonomi rakyat di
pedalaman dan juga karena sopi telah berakar dalam kehidupan masyarakat Maluku karena
seperti yang kita ketahui hampir semua upacara Adat di Negeri-negeri di Maluku menggunakan
Sopi.
Minuman alkohol dari proses penyulingan nira aren dan kelapa mendominasi minuman keras
lokal Indonesia. Selain itu, ada juga yang berasal dari fermentasi dari buah-buahan dan beras.
Kadang disebut juga tuak atau arak.

Di Manado, kita kenal minuman Cap Tikus yang berasal dari penyulingan nira aren, atau di
daerah setempat disebut sagoer. Di Maluku, Papua, dan Flores, minuman suling nira aren ini
disebut sopi.

Sopi sendiri berasal dari bahasa Belanda, yaitu zoopje, yang berarti alkohol cair. Almascatie,
blogger, penulis, sekaligus pemerhati budaya Maluku menyebutkan, warna sopi ada yang
bening, ada juga yang bening kekuningan. Konon, degradasi warna ini menentukan kadar
alkoholnya. Semakin tinggi kadar alkoholnya, semakin bening sopi tersebut. Kadar alkohol
dalam sopi mulai dari 30% ke atas.

Sopi ini merupakan minuman keras yang dilarang, termasuk di Maluku. Almascatie
mengisahkan, alasan utama kenapa minuman sopi ini dilarang adalah karena efek sampingnya.
“Pada saat mabuk, mereka berkelahi, bikin ribut. Makanya dilarang,” tuturnya.

Sejatinya minuman sopi ini sudah mendarah daging bagi orang Maluku, termasuk dari suku
Ambon. Sopi dianggap sebagai minuman adat. Pada upacara adat Pukul Sapu, Kampung Soya di
Pulau Ambon yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, sopi itu disajikan sebagai “anggur
persaudaraan” untuk menjamu gandong (saudara) mereka dari Kampung Salemang di Pulau
Seram yang mayoritas muslim datang.

Begitu juga pada saat upacara Panas Pela, ritual kerukunan antar negeri di Maluku yang berbeda
agama, sopi selalu disajikan di sana, sebagai simbol persaudaraan dan kerukunan.

Di Ambon, Almascatie mengisahkan, ada komunitas yang berusaha untuk melegalkan minuman
sopi, supaya bisa dijual dan bisa dikontrol. “Sekarang ‘kan dijual secara sembunyi-sembunyi,
siapapun bisa beli. Kalau dilegalkan, bisa diberi peraturan yang membatasi dan mengontrol
pembeli. Sekarang anak SMP aja bisa beli,” kata Almascatie.

Di daerah Tual ada beberapa kampung yang penghasilan utamanya adalah pembuat sopi. Ketika
dilarang, masyarakat di kampung ini kesulitan mencari penghasilan lain. “Bahkan sampai ada
lagu yang dibuat kawan di sana, yang mengisahkan bagaimana mereka bisa sekolah sampai
sarjana karena sopi, bukan karena hasil laut atau ladang,” kata Almascatie dengan logat
Ambonnya.

“Di Ambon, sopi mempunyai nilai adat yang lebih tinggi ketimbang hanya dianggap sebagai
minuman memabukkan,” kata Almascatie. Kerukunan antar suku dan pemeluk agama memang
bukan hal yang mudah, apalagi di Ambon, saat-saat ini.

Pekerjaan penyadapan dari pohon aren hingga menjadi sageru dikenal dengan istilah “Tifar”. Untuk satu
kali pekerjaan dari tifar hingga masak sopi, biasanya mereka tinggal di “walang sopi” selama 1 – 2 hari.
Hasil yang mereka dapatkan dalam 2 hari berkisar Rp. 300 ribuan. Pekerjaan ini biasa dikerjakan
bersama-sama sebanyak 2 orang. Kalo petani mempunyai jumlah pohon aren yang lebih banyak serta
lebih rajin dalam bekerja maka pendapatan mereka bisa lebih tinggi.
SOPI

Sopi merupakan fermentasi dari pohon Mayang (Aren) dan Kelapa yang memiliki kadar alkohol diatas
50%., dan merupakan meniman tradisional orang Maluku baik dalam acara Adat maupun acara-acara
pesta lainnya.
Mendegar kata Sopi, bukanlah hal yang asing bagi masyarakat di Maluku terkusus Negeri Tihulale
Amalessy. Bagi sebagian besar masyarakat Minuman sopi ini sangat menjanjikan untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat, tetapi sopi ini yang hancur leburkan oleh aparat keamanan karena dianggap
sebagai biang keladi terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban padahal banyak sekali orang tua
membesarkan dan menyekolahkan anaknya dari hasil sopi ini,

Proses pengambilan Air Nira (tipar)

Sopi biasanya di ambil dari Pohon Maya/Aren (Arenga Pinnata) dan Pohon Kelapa (Cocos nucifera)
dengan cara di penyadapan (dalam bahasa Maluku di sebut tipar )untuk di ambil air niranya atau dalam
bahasa Maluku di sebut Sageru.

PROSES PENYULINGAN

Jika air nira sudah di rasa cukub maka nira yang di kumpukan akan di masak atau di suling untuk
menghasilkan sopi, dengan kadar alkohol yang nantinya akan di soda lagi dengan sopi yang berkadar
alkohol renda, biasanya jika sopi hasil tadahan sulingan pertama yang memiliki kadar alkohol lebih tinggi
sehingga jika di bakar akan terbakar seperti spertus.

Pengambilan Sopi (tada sopi)

Nira yang di masak atau di suling pada tingkat panas tertentu akan menguap dan menjadi cait itulah
sopi, yang kemudian di gunakan untuk menuman penghangat dan minuman adat di Maluku.
jika nira di masak dalam wadah tertentu seperti durum bekas maka akan menghasilkan paling banyak 6-
8 Ciregen bimuli yang kemudian di soda lagi satu sama lainnya supaya menghasilkan sopi dengan
kualitas baik.
harga sopi berkisar Rp 30.000- 50.000 per cirigen tergantung kualitas dan jenisnya, jika sopi itu dari
Kelapa maka harganya akan rendah, namun jika sopinya dari Aren maka harganya

Anda mungkin juga menyukai