PENETASAN
Oleh:
Reza Zulmi Prayoga (C31160271)
DATA
Jenis
Jumlah Untuk Jumlah Untuk
No Peralatan dan
Pejantan Betina
Bahan
1 Tempat Pakan 3 30
2 Tempat minum - -
3 Timbangan - -
4 sprayer - -
5 Sapu lidi - -
6 Sabit - -
7 Cangkul - -
8 Desinfektan - -
9 Kapur - -
10 Sekam - -
1
Pembahasan :
Pencapaian produksifitas yang tinggi dan menjaga status kesehatan ayam induk dapat
dilakukan salah satunya melalui program sanitasi antara lain: kebersihan lokasi, hygiene lokaasi,.
Kebersihan lokasi yang optimal dapat dilakukan dengan membersikan menggunakaan air dengan
tekanaan yang tinggi, pengendalian serangga pembawa (carier) penyakit dengan insektisida dan
fumigasi, pengeluaran sisa liter. Sisa kotoran tidak boleh disimpan dalam kandang dan harus
dibuang minimal dari lokasi kandang 1,5 km/1 mile dari lokasi kaandang.
Pencucian kandang dilakukan dengan terlebi dahulu instalasi listrik dimatikan, keluarkan
seluruh peralatan kandang antara lain: fans, tempat minum, tempat pakan, box sangkar, sekat
kandang. Perlu juga dillakukan pembersihan area sekitar kandang (3 meter/10 ft) darikandang
misalnya rumput liar, system drainase kandang dan instalasi air.
Sanitasi kandang yang baik perlu dilakukan melalui biosekuriti diiantaranya yaitu seleksi
terhadap pengunjung kandang dan hanya ppengunjung yang berkepentingan saja yang boleh
masuk, untuk mencegah terjadinya penularan penyakit pengunjung diharuskan mengganti baju
sebelum masuk areal kandang, disediaakan bak sanitasi pada pintukandang.
1. Pembersihan kandang
2. Pengapuran
Mengapa harus ada pengapuran, karena pengapuran sangat penting dalam pra
pemeliharaan karena dapat mencegah berkembangnya mikroorganisme yang dapat merugikan
seperti ookista (penyebab cocsidiosis), konsentrasi kapur yang digunakan pada pengapuran saat
pratikum yaitu 2% (2 kg kapur diencerkan dalam 10 liter air), kapur yang digunakan saat
2
praktikum untuk 4 kandang yaitu kurang lebih 20 kg, dengan merek dolomite. Yang di
campurkan di dalam tong besar.
3. Penyemprotan kandang
Penyemprotan dilakukan secara rutin 2 – 3 kali menggunakan mesin jeshet agar efektif dalam
menghilangkan bibit penyakit. Berikut ini hal-hal yang berkaitan dengan penyemprotan kandang:
Karena lantai kandang tidak panggung jadi dalam pra-pemeliharaan menggunakan liter.
Setellah kandang diistirahatkan, selanjutnya yaitu pemasangan liter yang memiliki tujuan yaitu
sebagai penjaga suhu bagi ternak. Litter yang digunakan yaitu sekam padi yang miliki daya serap
air yang baik, tidak mudah menggumpal, dan harganya yang murah. Setelah dilakukan
pemasangan. Liter disemprot dengan desinfektan yang bertujuan untuk menghilangkan micro-
organisme, untuk ketebalan liternya yaitu antara 5-7 cm.
3
Daftar Pustaka
Swadaya: Jakarta.
4
Latihan No :2
DATA
5
Pembahasan:
Seleksi bibit ayam ras harus sudah dilakukan sejak periode starter dan hendaknya
dilakukan berkesinaambungan dari periode starter, grower, sampai periode layer. Seleksi bibit
setiap periode dilakukan dengaan melihat kondisi kelincahan dan berat badan anak ayam. Ayam
yang lemah dikeluarkan dari kelompoknya. Anak ayam terseleksi kemudian dikelompokan
berdasarkan berat badan yaitu kelompok ringan, medium, dan besar.
Pada saat ayam berumur 12 minggu dilakukan seleksi ayam jantan dan betina, kemudian
dilakukan seleksi pada umur 18 minggu (untuk pembibit ayam petelur dan ayam dwi guna), dan
umur 20 minggu (untuk pembibit ayam potong).
Ayam betina kejantan-jantanan di-culling, ayam ini memiliki performance seperti ayam
jantan.
Ayam yang kelihatan lemah dan kering dibuang.
ayam jantan yang kebetina-betinaan dii-culling, cirinya yaitu kuku kaki taji dipotong,
tetapi performance ayam persis ayam betina.
Ayam jantan yang memiliki dua jari kaki sebelah dalam bengkok di-culling. Ayam jantan
tersebut dikawatirkan akan mengalaami kesulitan mengawini ayam betina.
Ayam jantan terseleksi di kandang disisakan 11% dari total populasi ayam betina.
3. Seleksi ayam betina umur 18 minggu (untuk tipe ayam petelur dan dwi guna) dan 20
Pada periode ini, diseleksi ayam betina diharapkan akan memberikan produkssi telur
yang tinggi. Cirri-ciri ayam yang berproduksi tinggi yaitu:
Bentuk kepalaa yam bagus, lebar dan dalam, pipih, maataanya bersinaar cerah.
Bentuk badan agak memanjang, punggung luas, tubuh kelihatan penuh dan dadanya agak
menjolok kedalam.
Kloaka bulat telur, lebar basah dan kelihatan pucat
Kakinya kecil dan pucat
Kalau diraba perutnya lunak
Jarak antara tulang dada (os sternum) dengan tulang duduk (os pubis) lebih dari tiga jari
manusia.
6
4. seleksi ayam betina umur 18 minggu (untuk tipe layer petelur dan dwiguna) dan 20
Pada umur 20 minggu (untuk pembibitan ayam Pedaging) dan 18 minggu (untuk
pembibitan ayam petelur dan dwiguna), diadakan seleekksi ayam jantan lagi sehingga ayam
jantan terseleksi di kandang di sisakan 10% dari total populasi ayam betina. Culling pejantan
yang sakit atau lumpuh dilakukan secara rutin supaya ayam betina yang biasanya melakukan
perkawinan dengan ayam jantan yang sakit dapat memindahkan perhatiannya pada ayam jantan
lainnya.
Untuk breeder (bibit) seleksi terhadap pejantan maupun betina calon bibit didasarkan 3
hal: kesehatan, cirri-ciri khas breed maupun varietas dan ciri khas produksi (production
characteristic), kesehatan yang tinggi (vigor) merupakan persyaratan utama bibit, hal ini
didasarkan atas tingkah laku dan ciri khas tubuhnya.
Ciri Tubuh
Parallelogram Triangle
Bentuk
Lebar kebelakang Sempit
Punggung
Memanjang Pendek
Tulang
Penuh, montok Kurus
Dada
Dalam daan penuh Tidak penuh
Perut
Luas dan kompak Kecil
Besar
Bulat, melebar Memanjang dan kecil
Kepala
Pendenk, melengkung Panjang dan tipis
Paruh
Luas, merah, cerah Kecil dan pucat kassar
Jengger
Hangat Dingin
Mata
Besar dan bersinar Redup dan kecil
Bulu
Tertutup rapat Renggang
Sayab
Melekat erat pada tubuh Menggantung
Ekor
Tegap ke atas Kebawah
Kaki
Pendek kuat Kurus panjang
7
Tanda-tanda layer produktif dan non produktif
Kesimpulan
Ayam petelur yang baik memiliki ciri-ciri yaitu, kepala dan muka terlihat halus, lebar,
merah, cerah; jenggel dan pial terlihat halus, lembab, lebih lebar, merah; mata terlihat bercahaya
dan cerah; tulang pubisdiraba kecil, kenyal, elastis, dan berjauhan jaraknya 3 jari; perutdiraba
halus, penuh, dan elastis; kloaka (dubur) terlihat lebar, basah, dan pucat; kulit terlihattipis, halus,
dan longgar; badan terlihatlebar dan dalam; bulu terlihat lengkap, padat, dan mengkilap serta
Daftar Pustaka
Sudarmono, A.S. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Jakarta: Penebar Swadaya.
8
Latiihan No :3
DATA
2. Pemasukan pejantan
Betina Jantan
Sex Ratio
Jumlah Rata-rata bobot Jumlah Rata-rata bobot
9
Pembahasan:
Tujuan usaha pembiibitan adalah untuk menghasilkan telur tetas yang baik dari iduk yang
berproduksi tinggi. Walaupun sekarang telah banyak bibit unggul yang dihasilkan, tetapi upaya
untuk menghasilkan yang lebihh unggul tetap dilakukan. Uupaya mendapatkan bibit unggul
tersebut tidak terlepas dari sistim pemuliabiakan yang didalamnya menyangkut program
perrsilangan (breeding programe). Pencampuran ayam jantan dan betiina pada umur 22minggu,
karenaa pada minggu inii ayam siap untuk bertelur.
Flock Mating
System persiilangan secara kelompok yaitu dalam satu kandang besar terdapat lebih dari
dari satu pejantan dan banyak betina pproduktif. Umumnya untuk 1 pejantan diimbbangi dengan
8-10 betina untuk ayam tipe berat, atau 1 pejantan diimbangi 10-12 betina dapat memilih
pejantan yang disukai, dapatmeningkatkan pembuahan, daan telur daapat bertunas dengan baik.
Kekuranggan yaitu sering terjadi keributan karena perkelahian.
Pen Mating
Stup Mating
sistem persilangan yang menggunaakan 1 ekor pejantan dengan 1 ekor betina. Kebaikan
sitem pekkawinan ini adalah keturunannya dappat diarahkan pada ssarran yang diinginkan.
Kejelekannya yaitu terlalu baanyak tenaga dan memakan waktu untuk mengatur.
Pemasangan sangkar
10
ayamnya. Sarang telur perlu dilengkapi tenggeran. Umumnya ayam petelur dadalam kandang
sering bertengger pada saat tertentu.
Daftar Pustaka
Rama J. 2009. Standar Peforman Produksi Ayam Jantan Tipe Petelur Per-1000 Ekoor. Tanpa
Penerbit :Bandar Lampung.
11
Latian No :4
DATA
Jumlah
Ransum yang
Umur Ayam Jumlah Ayam Konsumsi
Jenis Ransum Harus
(minggu) (ekor) Pakan (g/ekor)
disediakan
(kg)
Mix ransum
25 30 dengan 114 3,42
konsentrat
Jagung = 48%
Bekatut = 16%
Konsentrat = 36%
Top Mix = 0,5/100 gram
12
REKORDING PEMELIHARAAN
Pakan (30
Total Produksi Akumulasi
Tanggal Hari ekor/hari) % HDA
pakan (butir) produksi
kilogram
16/3/18 1 P=3,4 S=1 2,4 - 30 -
17/3/18 2 P=3,4 S=1 2,4 9 43,3 9
18/3/18 3 P=3,4 S=0 3,4 13 50 22
19/3/18 4 P=3,4 S=1,5 1,9 18 70 37
20/3/18 5 P=3,4 S=0,5 2,9 21 63,3 58
21/3/18 6 P=3,4 S=1 2,4 19 66,6 77
22/3/18 7 P=3,4 S=1,65 1,75 20 323,2 97
Total 17,15 92
Pakan (30
Total Produksi Akumulasi
Tanggal Hari ekor/hari) % HDA
pakan (butir) produksi
kilogram
23/3/18 8 P=3,4 S=1 1,6 14 46,6 111
24/3/18 9 P=3,4 S=0,2 3,2 24 80 135
25/3/18 10 P=3,4 S=2,4 1 17 56,2 152
26/3/18 11 P=3,4 S=1,7 1,7 18 60 170
27/3/18 12 P=3,4 S=0,8 2,6 27 90 197
28/3/18 13 P=3,4 S=1 2,4 21 70 218
29/3/18 14 P=3,4 S=0,55 2,8 20 56,7 235
Total 15,35 141 4,70
Pakan
Total Produksi Akumulasi
Tanggal Hari (ekor/hari) % HDA
pakan (butir) produksi
gram
30/3/18 15 P=3,4 S=0,28 3,12 17 56,7 255
31/3/18 16 P=3,4 S=0,1 3,3 28 93,33 28
1/4/18 17 P=3,4 S=1,5 1,9 14 46,7 59
2/4/18 18 P=3,4 S=0,9 2,5 21 70 70
3/4/18 19 P=3,4 S=0 3,4 23 76,7 99
4/4/18 20 P=3,4 S=0 3,4 22 73,33 122
Total
13
Pembahsan ;
Setelah memahami bahan penyusun pakan sebagaimana telah di bahas pada bagian 1-3,
kali ini saya akan membahas mengenai cara formulasi pakan ayam petelur. Tujuan dari
pembuatan pakan sendiri sebenarnya adalah menekan biaya pakan sehingga biaya produksi tidak
membengkak. Ada beberapa cara yang dapat diterapkan dalam menyusun formulasi pakan.
Beberapa di antaranya mungkin sudah diaplikasikan peternak, yaitu metode bujur sangkar
paerson (square paerson method), metode coba-coba (trial and error), metode komputer (program
excel) dan cara otomatis. Namun, untuk mendapatkan formulasi pakan yang baik, pemilihan dan
penggunaan bahan baku yang digunakan sangat berperan penting dan harus disesuaikan dengan
kebutuhan ternak serta mudah didapatkan.
Bujur sangkar paerson merupakan cara menyusun formulasi ransum yang sangat
sederhana dengan satu nutrien sebagai pembatas. Nutrien yang sering digunakan sebagai faktor
pembatas adalah protein dan energi. Bujur sangkar paerson dapat digunakan untuk menentukan
kombinasi konsentrat dengan bahan baku pakan sumber energi.
Dalam penyusnan ransum pakan untuk ayam bibit yang paling penting kandungan
proteinnya harus di bawaah 21 %, karena bila berebih maka ayam akan menjadi gemuk dan
untuk produksi fitas kedepannya semakin tunrun. Untuk ppemberian ransum kepada ayam
disesuaikan dengan kebutuahan perekor sesui dengan guide strain pada ayam pembibit.
Untuk waktu pemberian ran sum bisa dilakukan sehari dua kali yaitu pada pagi hari dan
siang hari pada jam 7 pagi dan jam 3: 30 sore hari. Apabila pemberian pakan tidak sesuai dengan
jadwaal makaa akan sangat berpengaruh terhadap produksifitas telur yang dihaasilkan. Untuk
penyimpanan pakan usahakan disimpan pada tempat yang tidak bersentuhaan langsung dengan
lantai dan terlindung dari hujan serta tempatnya haarus kering.
Daftar Pustaka
14
Latian No :5
DATA
Catatan:
Berat badan minimum ditentukan dengan cara mengurangi 10% dari bobot badan Rata-
rata, sedangkan berat badan maksimum ditentukan dengan cara menambahkan 10 % dari
bobot badan rata-rata..
Keterangan Hasil
15
Pembahasan :
Kematangan seksual yang terjadi secara serempak sangat diperlukan agar puncak
produksi segera tercapai dan bisa bertahan lama. Saat ayam ada yang mulai berproduksi telur,
kita harus segera memberikan stimulasi pencahayaan agar produksi telur dapat berlangsung
secara serempak. Kematangan seksual (dewasa kelamin) ini haruslah diselaraskan dengan
kedewasaan tubuh (berat badan).
16
· Jumlah sampel ayam yang ditimbang 50-100 ekor tiap kandang dan bisa ditingkatkan
5% jika dipelihara pada kandang baterai
· Penimbangan berat badan saat ayam petelur umur 0-2 minggu dilakukan secara
berkelompok, sedangkan umur > 3 minggu sebaiknya dilakukan per individu ayam
· Timbangan yang digunakan sebaiknya timbangan gantung dengan skala pembagi tidak
lebih dari 20 gram
· Saat umur 0-18 minggu kontrol berat badan sebaiknya dilakukan sekali per minggu,
umur 18 minggu sampai puncak produksi dilakukan setiap 2 minggu sekali, dan setelah
puncak produksi ayam hanya perlu ditimbang setiap bulan sekali
· Waktu penimbangan dilakukan pada waktu yang tetap, misalkan pada hari Senin pagi
dengan kondisi tembolok kosong sehingga bias akibat waktu yang berbeda maupun berat
ransum yang dikonsumsi bisa diminimalisir
7. Distribusikan pakan dan air minum dalam jumlah yang cukup dengan waktu yang sama.
8. Dalam kasus tertentu, jika berat badan dibawah standar maka harus koreksi (dengan
memperpanjang pakan pre-starter – program pemberian pakan yang intensif)
9. Lakukan manajemen yang baik (kontrol suhu, ventilasi dan litter yang baik).
Kepadatan kandang
Kandang yang terlalu padat akan meningkatkan kompetisi dalam mendapatkan ransum, air
minum maupun oksigen. Kompetisi ini akan memunculkan ayam yang kalah dan menang
sehingga pertumbuhannya menjadi tidak seragam. Kepadatan ayam petelur saat
masa grower sebaiknya 10 ekor/m2.
Tempat ransum dan air minum
Jumlah dan distribusi tempat ransum dan air minum harusnya sesuai dengan populasi ayam
sehingga suplai ransum dan air minum sesuai dengan kebutuhan.
17
Kandang yang nyaman
Ayam akan tumbuh dan berproduksi secara optimal jika dipelihara di kandang dengan suhu
(25-28oC) dan kelembaban udara (70%). Selain itu, sirkulasi udara harus diperhatikan sehingga
mampu membawa keluar gas berbahaya, seperti amonia, CO2 dan memasukkan O2 secara
optimal. Manajemen buka tutup tirai perlu diterapkan secara tepat. Penambahan ex-haused
fan juga bisa dilakukan untuk membantu sirkulasi udara pada kandang dengan aliran angin
rendah.
Program kesehatan yang tepat
Penyakit dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan keseragaman. Oleh karena itu,
program kesehatan harus diterapkan secara tepat. Vaksinasi dilakukan secara tepat baik jadwal,
jenis vaksin maupun aplikasi vaksinasinya. Begitu juga pengobatan, hendaknya dilakukan
dengan tepat. Biosecurity perlu diaplikasikan secara ketat agar tantangan bibit penyakit bisa
diminimalkan.
Daftar Pustaka
18
Latian No :6
DATA
Pada saat telur sudah di greding dan akaan di masukkan kedalam mesin tetas, untuk
peletakannya pada egg tray yaitu posisi telur yang tumpul menghadap keatas.
Cara ini, telur telur cukup dilap satu persatu dengan kain atau amplas, pembersihan cara
ini lebih banyak yang suka karena mudah, akan tetapi membutuhkan waktu yang lama.
19
4. Grading Telur
20
5. Hasil Grading
Berat Telur
< 50 g 50-60 g > 60 g
6 (4,96%) 87 (71,9%) 28 (23,14%)
Pembahasan:
Telur adalah suatu bentuk tempat penimbunan zat gizi seperti air, protein, karbohidrat,
lemak, vitamin, dan mineral yang diperlukan untuk petumbuhan embrio sampai menetas. Telur
yang dapat ditetaskan adalah harus fertil atau biasa disebut dengan telur tetas. Telur tetas
merupakan telur yang sudah dibuahi oleh sel jantan. Bila tidak dibuahi oleh sel jantan, telur
tersebut disebut telur infertil atau biasa disebut telur konsumsi, artinya telur tersebut tidak dapat
menetas jika ditetaskan, melainkan hanya untuk dikonsumsi saja. (Anonim, 2012).
Telur merupakan kumpulan makanan yang disediakan induk unggas untuk perkembangan
embrio menjadi anak ayam didalam satu wadah. Isi dari telur akan semakin habis begitu telur
telah menetas. Telur tersusun oleh tiga bagian utama: kulit telur, bagian cairan bening dan bagian
cairan yang berwarna kuning (Rasyaf, 1990).
Kerabang telur atau egg shell mempunyai dua lapisan yaitu spongy layer dan mamillary
layer yang terbungkus oleh lapisan lender berupa kutikula. Lapisan luar terbentuk dari kalsium,
phosphor dan vitamin D yang merupakan lapisan paling keras yang berfungsi melindungi semua
bagian telur. (Stadellman et al., 1995).
Untuk mendapatkan daya tetas yang tinggi kita harus melakukan seleksi telur dengan ketat.
Karena sifat-sifat tertentu dari telur korelasinya sangat nyata dengan tinggi rendahnya daya tetas.
Ada beberapa telur yang tidak boleh ditetaskan yakni: telur kotor atau telur lantai, telur retak,
telur yang kulitnya tipis, atau bentuknya abnormal, telur double yolk (kuning telur double) atau
bahkan lebih dari dua, telur kecil ( berat dibawah standar telur tetas) dan telur IB (Wandoyo,
1997).
Dari beberapa penelitian yang dilakukan beberapa ahli, misalnya Haryanto (1996),
Muhammad Rasyaf (1991) dan Antonius Riyanto (2001) menyatakan bahwa kerusakan isi
telur disebabkan adanya CO2 yang terkandung didalamnya sudah banyak yang keluar, sehingga
derajat keasaman meningkat. Peguapan yang terjadi juga membuat bobot telur menyusut dan
putih telur menjadi lebih encer. Telur segar yang baik ditandai oleh bentuk kulitnya yang bagus,
cukup tebal, tidak cacat (retak), warnanya bersih, rongga udara dalam telur kecil, posisi kuning
telur di tengah-tengah, dan tidak terdapat bercak atau noda darah (Anonim, 2010).
Secara alamiah bangsa unggas yang salah satunya adalah ayam, akan mengerami telur-
telurnya apabila sudah dirasa cukup baginya sebagai bagian dari memperbanyak keturunannya
(spesiesnya). Mesin tetas tentunya memang diciptakan untuk mengambil alih tugas mengerami
dari seekor induk ayam (atau bangsa unggas lainnya) dalam mengerami telur-telur yang dibuahi
dari hasil persilangan atau perkawinan dengan pejantan (Anonim, 2010).
21
Penetasan telur adalah usaha untuk menetaskan telur unggas dengan bantuan mesin penetas telur
yang sistem atau cara kerjanya mengadopsi tingkah laku (behaviour) induk ayam atau unggas
lainnya selama masa mengeram. Perbanyakan populasi unggas biasanya ditempuh dengan cara
menetaskan telur yang sudah dibuahi. Menurut Paimin(2000) penetasan telur ada dua cara, yaitu
melalui penetasan alami (induk ayam) dan melalui penetasan buatan (mesin tetas) (Anonim,
2012).
Grading adalah proses pemisahan telur yang layak tetas disebut HE (Hatching Egg) dan
telur yang tidak layak tetas yang disebut grade out. Berat telur yang ideal adalah 54 gram per
butir, karena akan menyusut 30 % dari bobot awal. Sehingga akan mencapai berat ideal DOC
yang memiliki bobot 36/37 gram.
Dalam proses seleksi telur, simpan telur secara hati-hati kedalam setter tray atau tray
transportasi dimana ujung yang tumpul berada diatas.
Ciri-ciri telur yang layak ditetaskan :
· Berat telur normal yaitu 50-60 gram.
· Bentuk telur normal yaitu berbentuk oval dengan perbandingan 2 : 3.
· Warna kulit telur berwarna coklat gelap.
· Kerabang telur tidak tipis, berukuran 0,3 mm.
· Kulit telur tidak kasar dan tidak berbintik-bintik.
Daftar Pustaka
Sudarmono, A.S. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Jakarta: Penebar Swadaya.
22
Latian No : 7-12
Pembahasan :
Tolak ukur keberhasilan dalam menetaskan telur unggas adalah banyaknya dari telur-
telur yang menetas dari telur yang fertil dari jumlah telur yang ditetaskan. Tak diragukan lagi
bahwa persentase daya tetas ditentukan oleh 3 faktor, yaitu Operator (orang yang menetaskan),
telur yang akan ditetaskan dan messin tetas yang digunakan dalam prose penetasan. Telur yang
akan ditetaskan syarat utamanya adalah telur tersebut harus fertil (penentu fertil tidaknya telur
dengan alat candler). Untuk menghasilkan telur-telur yang memenuhi syarat untuk ditetaskan
maka telur-telur tersebut harus dan perlu untuk diseleksi (atau lebih dikenal dengan seleksi telur
tetas) salah satu penyeleksian telur tetas yang penting adalah diantaranya bentuk telur tetas.
Sebutir telur dapat dikeluarkan melalui saluran telur (oviduct) memakan waktu sekitar 25,1 jam
(sehari lebih 1 jam). Jika dalam proses peneluran tersebut terganggu (karena nutrisi, genetik,
lingkungan kandang sekitar baik secara internal maupun eksternal maka akan menghasilkan
telur-telur yang mempunyai macam-macam bentuk telur. Dikenal ada 3 bentuk telur unggas
yaitu : bulat, lonjong dan oval telur. Dari ketiga bentuk tersebut yang ovallah yang baik untuk
ditetaskan karena menghasilkan daya tetas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan bentuk-
bentuk lainnya (Soedjarwo, 2012).
Cara kerja mesin ini masih sederhana pertama yaitu ketika ayam sudah bertelur kemudian
telur di masukkan ke dalam mesin penetas setelah itu atur suhunya , pengaturan suhu ini berguna
untuk membuat kondisi suhu yang ada dalam mesin penetas seperti suhu telur dalam pengeraman
induknya, suhu yang harus digunakan adalah 370 -380o C , Apabila suhu yang di gunakan atas
atau juga di bawah suhu 370 -380o C maka telur tidak akan menetas , selanjutnya telur di balik 3
kali dalam sehari pada jam 07.00 lalu siang hari 12.00 dan malam jam 19.00 kelemahan dari
mesin ini adalah membalik telurnya satu persatu , bolak balik telur sampai 16 hari , setelah 16
hari hingga pada hari ke 21 telur cukub di biarkan tapi tetap harus menjaga suhunya pada waktu
23
21 hari maka telur sudah banyak yang menetas setelah itu pindahkan ke tempat lain setelah itu
bersihkan mesin bisa di pakai lagi.
Cara kerja mesin penetas telur semi otomatis masih sama dengan mesin penetas yang
manual yang menjadi perbedaan dari mesin ini adalah tidak harus membolak balik telur satu-
persatu cukup putar handel yang ada di samping mesin penetas telur.
Cara kerja mesin penetas telur full otomatis juga sama dengan yang manual akan tetapi
banyak keunggulan dari mesin ini lebih canggih dari mesin penetas manual dan juga semi
otomatis kelebihannya adalah tidak perlu membolak- balik telur secara manual karena mesin
akan membalik telur secara otomatis sehingga lebih praktis tidak akan menggangu waktu anda
seperti yang manual dan yang semi otomatis.
Kelebihan dari mesin full otomatis membuat daya jualnya menjadi tinggi dan cara
kerjanya yang simple serta kecanggihan dari mesin penetas telur fill otomatis maka akan
membuat peternak unggas akan banyak membeli mesin ini untuk mendapat keuntungan yang
tinggi.
Cara menggunakan mesin tetas untuk menetaskan telur bebek, ayam maupun burung
puyuh merupakan hal yang sering kita jumpai pada peternak kecil maupun besar. Untuk skala
kecil, proses menetaskan telur secara alami menggunakan induk ayam akan jauh lebih praktis
dan efisien dari segi biaya dan waktu. Namun untuk penetasan skala besar, penggunaan metode
tersebut akan menjadi ribet karena satu induk ayam hanya bisa mengerami jumlah telur yang
terbatas.
24
Memakai mesin atau alat bantu menetaskan telur, maka 1000 telur ini bisa ditempatkan di
dalam 1 tempat maka akan lebih hemat tempat dan tenaga. Dan untuk mendapatkan hasil yang
optimal dan memperkecil resiko gagal tetas, beberapa persiapan dasar yang harus dilakukan
sebelum mesin digunakan:
Langkah-langkah Persiapan Cara Menggunakan Mesin Tetas Telur:
1. Sebelum mengoperasikan atau menggunakan mesin tetas, pastikan mesin dalam keadaan
steril bebas dari bakteri dan untuk mensterilkan mesin bisa dilakukan dengan
menggunakan obat anti septik incunol.
2. Isi bak air dengan air hangat lalu tutup menggunakan kain sampai kain dapat terendam.
3. Untuk mendapatkan suhu udara yang stabil, lakukan uji coba selama 24 jam. Temperatur
yang tepat dan baik adalah sekitar 38° Celsius.
Penetasan yang dimaksudkan dalam artikel ini adalah proses penetasan yang besar pada
usaha pembibitan itik maupun ayam. Hal ini disebabkan untuk sekali proses produksi bibit final
stock paling sedikit 1.000 ekor. Adapun tata laksana proses penetasan adalah seperti berikut :
Setelah telur tetas tiba di penetasan, telur-telur tersebut diseleksi kembali berdasarkan
beratnya. Hal ini dilakukan terutama bila penanggung jawab penetasan dan peternakan (sumber
telur tetas) berlainan. Tujuan seleksi telur adalah untuk mendapatkan bibit itik maupun ayam
sesuai yang diharapkan. Dari tabel di bawah ini, dapat diketahui pengaruh berat telur terhadap
berat awal anak ayam umur sehari yang ditetaskan dalam kondisi mesin
Setelah dilakukan seleksi ulang terhadap berat telur, kebersihan telur dan kondisi kulit
telur, kemudian telur-telur ini difumigasi dengan kekuatan triple (120 cc formalin dan 60 gram
KMn04) untuk ruangan 2.83 m3. Selanjutnya telur-telur ini dimasukan ke ruang pendingin
25
sambil menunggu waktu untuk dimasukan ke dalam mesin setter (inkubator). Agar supaya telur
tidak terkontaminasi lagi oleh bibit penyakit, letak ruang fumigasi sebaiknya langsung satu pintu
dengan ruang pendingin (cold storage). Untuk telur tetas yang membutuhkan penyimpanan
beberapa hari, ruang pendingin harus memiliki suhu atau temperatur ruang kurang dari 15°C
dengan kelembapan 70 – 80 %. Sebaiknya lama penyimpanan telur tidak lebih dari 1 minggu
sebab penyimpanan yang terlalu lama akan sangat berpengaruh negatif terhadap daya tetas serta
bertambahnya waktu yang dibutuhkan untuk menetas. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut :
Untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi serta untuk mendapatkan sanitasi yang baik,
maka penempatan ruang di penetasan menggunakan sistem one way system (telur berjalan satu
jalur). Pada sistem ini, arah angin dapat diatur sedemikian rupa sehingga akan mengalir dari
bagian yang bersih ke arah bagian yang kotor.
1. Ruang Fumigasi
Telur tetas yang telah tiba dari peternakan, langsung dimasukan ke ruang fumigasi,
selanjutnya telur difumigasi dengan kekuatan 3 kali. Petugas yang membawa telur tetas dari
peternakan hanya boleh memasukan telur sampai pintu bangunan penetasan dan tidak boleh
masuk ke dalam ruang penetasan.
Setelah telur difumigasi, telur dipindahkan ke ruang penerimaan atau ruang seleksi telur.
Di ruang ini, telu-telur diseleksi ulang berdasarkan :
Bentuk telur (normal atau oval dan tidak terlalu memanjang) dan
Selain dilakukan seleksi ulang, telur tetas juga dipindahkan dari tray yang digunakan dari
peternakan (asal telur) ke tray khusus yang akan digunakan dalam penetasan (mesin setter).
Untuk telur-telur yang tidak langsung dimasukan ke setter (inkubator), karena menunggu
hingga jumlah telur terpenuhi ataupun karena menunggu jadwal yang ditetapkan maka telur-telur
ini dimasukan ke dalam ruang penyimpanan. Telur-telur tersebut diletakan pada rak dan diberi
26
tanggal. Telur yang masuk ke ruang penyimpanan terlebih dahulu, harus dikeluarkan lebih
dahulu pula.Umumnya, lama penyimpanan telur sebelum masuk ke mesin setter adalah 4 hari.
Suhu dalam ruang penyimpanan sebaiknya diatur pada 15ºC dengan kelembapan 70 – 80
%. Ruang penyimpanan ini harus tidak memiliki jendela, dinding dan daun pintunya harus
dilapisi bahan yang tidak mudah lapuk dan berjamur bila terkena air. Petugas untuk ruang
penyimpanan sebaiknya tersendiri serta dapat merangkap tugas memasukan telur ke inkubator.
Untuk memudahkan petugas, sebaiknya pintu yang berhubungan degan ruang seleksi digembok
dari sebelah dalam, sedangkan pintu yang ke arah ruang pre heating diberi kunci.
Kurang lebih 6 jam sebelum dimasukan ke dalam inkubator, telur tetas sebaiknya
dikeluarkan dari ruang penyimpanan kemudian dibawa ke ruangan yang bersuhu 22ºC (72ºF).
Ruang ini sebaiknya berada langsung di ruangan mesin penetas. Manfaat penempatan telur di
ruangan ini adalah agar suhu telur dapat berangsur-angsur naik sehingga bila dimasukan ke
inkubator tidak menyebabkan turunnya suhu mesin tetas terlalu lama. Bila hal ini terjadi, maka
telur yang terlebih dahulu berada dalam inkubator akan mengalami kegagalan menetas.
Pada ruang inilah mesin penetas diletakan baik mesin setter (inkubator) maupun mesin
hatcher. Letak mesin setter dan hatcher sebaiknya berpasangan (berhadapan). Agar sanitasi ruang
terjaga, di antara ruang kedua mesin tersebut dipisahkan oleh dinding setinggi atap.
Pada dinding pemisah antar mesin tersebut dibuat pintu sorong yang dapat ditutup dan
dibuka selebar kereta dorong inkubator. Pintu ini bertujuan untuk memudahkan pemindahan telur
dari setter ke hatcher. Pada ruang hatcher diletakan pula meja-meja untuk candling (peropongan
telur dan pengeluaran telur yang tidak fertil). Untuk memudahkan peneropongan, selain
digunakan bola lampu yang kuat pada jendela kaca hatcher ditutup dengan kain tirai hitam yang
dapat dibuka lagi setelah peropongan selesai.
Lantai untuk ruangan setter dan hatcher sebaiknya dibuat dari bahan yang tidak mudah
menyerap air agar fluktuasi kelembapan di dalam mesin setter dan hatcher tidak terjadi. Untuk
kebutuhan ini, laintai dapat dibuat dari bahan keramik. Pada mesin tetas yang besar, biasanya
lantainya adalah lantai gedung tersebut, sedangkan dinding dan atap unit dibuat oleh pabrik
pembuat mesin tetas. Besarnya ruang setter dan hatcher tergantung pada banyaknya dan besarnya
unit mesin tetas. Banyaknya mesin tetas yang dimiliki tergantung pada jumlah telur tetas yang
akan ditetaskan. Di depan mesin setter dan hatcher darus dibuatkan saluran air tertutup sehingga
air kotoran bisa mengalir pada waktu mencuci mesin setter maupun hatcher.
Suhu yang optimum untuk ruangan ini adalah 22ºC dengan kelembapan 50 – 60 %.
Untuk memudahkan pekerjaan sebaiknya di depan setter dan hatcher harus ada jarak 3m antara
27
dinding pemisah dan mesin bagian depan. Jarak ini berguna untuk sirkulasi udara. Selai itu,
antara dinding mesin tetas bagian belakang dengan dinding bangunan juga harus diberi jarak
sekitar 60cm. Untuk membersihkan atap mesin, antara atap mesin tetas dengan atap bangunan
perlu diberi jarak 2.5m. Untuk kapasita 1000 telur tetas, kecepatan aliran udara pada ruang
inkubator sebaiknya 57 m³ per jam sedangkan pada ruang mesin hatcher 370m³ per jam.
Pada ruang ini dilakukan aktivitas seleksi final stock,pemotongan paruh (untuk DOC),
vaksinasi, packing (pengemasan) bibit ke dalam boks dan penyimpanan sementara. Di ruangan
ini, ventilasi harus diperhatikan. Temperatur optimum di ruangan ini adalah 22ºC dengan
kelembapan sekitar 60%.
7. Ruang Pencucian
Setelah telur menetas atau setelah transfer telur dari setter ke hatcher, banyak rak-rak dan
tray bekas telur yang kotor dan harus dibersihkan. Selain dibersihkan dengan deterjen,
penggunaan desinfektan sesudah barang-barang dicuci bersih sangatlah dianjurkan. Pencucian
harus dilakukan dengan bersih agar tidak berakibat menurunnya daya tetas dan kesehatan bibit
yang akan ditetaskan pada periode berikutnya.
Ruang ini selain sebagai tempat penyimpanan boks yang belum dirakit, juga digunakan
untuk menyimpan suku cadang mesin tetas.
Pertumbuhan Embrio
Pertumbuhan embrio ayam sesudah memasuki mesin tetas dapat digolongkan menjadi
tiga periode :
Periode I
Hari ke-2 : Jantung mulai berdenyut, pembuluh darah mulai tampak, cairan amnion mulai
tumbuh dengan fungsinya menjaga calon embrrio dari goncangan, penguapan dan kehancuran.
Hari ke-3 : Paruh, kaki, sayap mulai terbentuk. Begitu pula allantois yang berfungsi untuk
proses dan pengeluaran sisa-sisa metabolisme dari embrio
Periode II
28
Hari ke-6 : Paruh mulai tumbuh
Hari ke-13 : Kaki mulai tumbuh dan ukuran allantois mencapai maksimum
Periode III
Hari ke-15 : Kaki dan cakar mulai mengeras. Mulai umur 15-19 hari, usus mulai ada dan
leher mulai mengarah ke depan
Hari ke-17 : Paruh menghadap ke ruang udara, cairan amnion mulai menghilang dan
habis pada hari ke-19.
Hari ke-19 : Kuning telur masuk ke dalam perut embrio dan ruang udara dipecah oleh
embrio dengan paruhnya.
Hari ke-20 : Kuning telur masuk semua kedalam perut embrio memenuhi seluruh telur,
termasuk bagian ruang udara dan kulit telur menjadi retak.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesuksesan penetasan pada mesin tetas adalah
temperatur, kelembapan, sirkulasi udara dan pemutaran telur.
1. Temperatur
Temperatur mesin setter/hatcher, selama anak ayam (umur 1 – 18 hari) berada di mesin
tetas adalah 37,6ºC. Temperatur ruang mesin setter maupun hacther harus konstan dan dicek
setiap jam. Suhu yang berfluktuasi akan menyebabkan kegagalan dalam proses penetasan.
Kegagalan ini ditandai dengan banyaknya telur tetas yang tidak menetas. Kalaupun menetas,
bulu final stock itu lengket oleh cairan omnium. Selain dapat menyebabkan banyaknya telur
yang tidak menetas, temperatur yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah juga dapat
mempengaruhi lamanya waktu tetas.
Dua masa paling kritis pada kehidupan embrio yang sedang ditetaskan terjadi pada umur
2 – 4 hari (24 – 96 jam) pertama dan pada 3 hari terakhir (pada saat final stock berusah memecah
29
kulit telur). Oleh karena itu, waktu untuk peneropongan telur yang infertil (candling) dan transfer
telur dari setter ke hatcher (saat telur berada di luas mesin tetas) yang dilakukan pada 3 hari
terakhir, sebaiknya tidak lebih dari 30 menit. Selain itu, fumigasi di inkubator/setter sebaiknya
tidak dilakukan pada hari ke-2 (24 jam pertama) hingga pada hari ke-4 (96 jam) dari saat telur
dimasukan ke mesin tetas. Untuk mendapatkan hasil tetas yang tinggi, transfer telur dari setter ke
hatcher dilakukan pada saat 5% telur tetas mulai retak.
Suhu di dalam mesin setter dijaga agar selalu konstan. Untuk itu digunakan peralatan
yang terdapat di dalam mesin tetas. Cara settingnya pun diatur sehingga kapasitas satu mesin
tetas tidak dipenuhi sekaligus melainkan hanya 1/3 bagian pada setiap minggu. Hal ini berkaitan
dengan pengeluaran dan penyerapan panas (telur yang berumur 4 hari atau lebih akan
mengeluarkan panas sedangkan telur kurang dari 4 hari akan menyerap panas).
2. Kelembapan
Membuang atau mengalirkan CO2 ke luar mesin tetas sehingga kadarnya di dalam mesin
tetas tidak lebih dari 0.5%. dan
4. Pemutaran Telur
Selama telur tetas berada di dalam mesin setter atau inkubator, telur tetas harus diputar 90
derajat setiap jam untuk menjaga agar embrio tidak menempel pada salah satu sisi kulit telur.
Arah pemutaran telur untuk semua rak yang ada di dalam mesin inkubator harus searah. Hal ini
terutama penting untuk sirkulasi udara dari panas.
30
Pada mesin tetas buatan yang modern (memakai sistem digital), pengaturan temperatur,
kelembapan, pemutaran telur dan sirkulasi udara tidak perlu dicek terus menerus dengan
membuka pintu mesin tetapi cukup dengan melihat catatan yang dibuat secara otomatis pada
panel kontrol mesin tetas.
Sanitasi di dalam mesin tetas sangatlah penting. Sanitasi ini sangatlah berpengaruh
terhadap daya tetas dan kualitas DOC maupun DOD. Selain kebersihan mesin tetas dijaga
dengan cara mencuci bersih hatcher dan setter yang kosong, maka perlu juga dilakukan fumigasi
di dalam mesin tetas.
Daya tetas meliputi dua pengertian, yaitu persentase telur yang menetas dari sejumlah
telur fertil yang diinkubasi. Pengertian lain dan secara komersial lebih populer dipergunakan
adalah batasan daya tetas sebagai persentase telur yang menetas dari sejumlah telur yang
diinkubasi. Daya tetas merupakan faktor genetik yang dapat diturunkan induk kepada
keturunannya, sedangkan menurut Card (1962) menyatakan bahwa daya tetas dipengaruhi oleh
faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan pengaruhnya lebih besar terhadap daya tetas
dibandingkan faktor genetik.
1.Kematian embrio
Kematian embrio pada penetasan telur dapat terjadi pada saat telur berada di dalam tubuh
induk atau preoviposital mortality da kematian embrio yang terjadi sesudah telur keluar dari
tubuh induk, yang meliputi: early mortality, midle mortality, dan late mortality. Menurut
Whendrato dan Madyana (1986), ada tiga masa kritis kematian embrio, yaitu:
Berlangsung antara 3-4 hari dalam inkubasi, saat terjadinya perubahan fisiologis dalam
telur tetas. Terjadi pengeraman dan perubahan organ-organ menjadi bagian-bagian yang
sempurna, oleh karena itu periode ini kritis untuk pertumbuhan embrio. Tidak dilakukan
pemutaran telur.
Terjadi sekitar umur 14-16 hari masa inkubasi. Hal ini terjadi karena kekurangan
kandungan zat-zat yang yang diperlukan untuk pertumbuhan embrio selama masa inkubasi,
sehingga tidak dapat menjamin kehidupan dan pertumbuhan embrio.
2-3 hari sebelum menetas merupakan periode kritis. Faktor kematian saat ini disebabkan
temperatur dan kelembaban ruangan mesin tetas tidak tepat.
31
2. Bobot tetas dan faktor yang mempengaruhinya
Bobot tetas adalah bobot tubuh unggas umur sehari. Bobot tetas penting untuk
diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan. Bobot tetas yang ringan biasanya
pertumbuhannya sangat lambat. Bobot tetas yang normal akan menghasilkan bibit dengan
pertumbuhan dan perkembangan yang baik sehingga dapat berproduksi maksimal. Bobot tetas
dipengaruhi oleh bobot, lama penyimpanan telur, dan kelembaban.
Jangka waktu menetas adalah waktu yang dibutuhkan sebutir telur dari mulai dimasukkan
ke dalam mesin tetas sampai telur menetas. Jangka waktu menetas untuk setiap jenis ternak
unggas berbeda. Telur ayam membutuhkan waktu menetas antara 20-21 hari, itik 27-28 hari,
puyuh 16-18 hari dengan berbagai variasi bergantung pada berbagai faktor.
Standarnya berupa:
-Tidak cacat
Memang kini kebutuhan ayam di pasaran semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Kebutuhan ayam meningkat dengan berbagai kebutuhan kuliner yang ada di pasaran. Tidak
hanya dari daging ayam saja namun kebutuhan telur juga terus meningkat. Sebagai bahan lauk
pauk memang telur di sukai oleh banyak orang. Dari anak-anak hingga orang tua membutuhkan
konsumsi telur dalam jumlah besar. Protein dari telur memang dapat dikatakan sangat tinggi.
Tingginya peminat telur menjadikan prospek usaha ternak ayam menguntungkan. Khususnya
peluang usaha ternak ayam petelurkini menjadi salah satu jenis usaha yang menguntungkan.
Untuk menerjuni usaha ternak ayam memang bisa dibilang gampang-gampang susah. Yangmana
usaha ternak ayam petelur ini dapat Anda jalankan dengan kebutuhan modal yang cukup. Ternak
ayam petelur memang membutuhkan ketelatenan dan ketekunan yang sangat tinggi agar usaha
yang Anda jalankan dapat lebih lancar dan mudah. Kini memang dengan perkembangan jaman
yang maju Anda dapat mempelajari lebih dalam mengenai usaha ternak ayam petelur dari
32
internet. Dan disini pula kami akan membahas bisnis ternak ayam petelur yang ulasan bisnisnya
dan juga analisa usahanya dapat dlihat di bawah ini :
Memulai bisnis ternak ayam petelur
Bisnis ternak hewan ayam memang menjadi salah satu bisnis yang tidak pernah mati.
Begitupun dengan bisnis ternak ayam jenis ras petelur yang menjadi salah satu bisnis yang
menguntungkan. Untuk memulai bisnis ternak ayam petelur ini tidak sulit. Bisa di mulai dengan
mudah dengan modal yang kecil. Anda dapat memulai bisnis ternak ayam petelur di rumah.
33
Patokan harga untuk ternak ayam petelur dapat Anda buat dalam hitungan per kg telur dimana
harga mulai Rp 20.000 hingga Rp 30.000. Ini tergantung dari harga daging yang ada di pasaran.
34
Biaya Variabel
pakan ayam Rp. 128.000 x 30 = Rp. 3.840.000
Minuman Rp. 36.000 x 30 = Rp. 1.080.000
Karung Rp. 23.500 x 30 = Rp. 705.000
alat habis pakai Rp. 25.500 x 30 = Rp. 765.000
Vitamin Rp. 17.500 x 30 = Rp. 525.000
pakan tambahan Rp. 9.500 x 30 = Rp. 285.000
vaksin atau obat Rp. 24.000 x 30 = Rp. 720.000
BBM Rp. 25.000 x 30 = Rp. 750.000
alat lainnya Rp. 12.500 x 30 = Rp. 375.000
air dan listrik Rp. 31.500 x 30 = Rp. 945.000
Total Biaya Variabel Rp. 9.990.000
35