Anda di halaman 1dari 18

PEMBANGUNAN EKONOMI DI PEDESAAN

Oleh:
1. Ica Harika NIM 17808141003
2. Theresia Fitri Fidia F NIM 17808141005
3. Rahayu Kartika Putri NIM 17808141009

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
2

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... 1


DAFTAR ISI .................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan .................................................................................................. 4
D. Manfaat ................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Pembangunan Ekonomi Pedesaan ............................................ 5
B. Pemberdayaan Pembangunan Ekonomi Pedesaan ................................. 7
C. Syarat Pembangunan Ekonomi Pedesaan yang Berkesinambungan ....... 9
D. Permasalahan yang dihadapi Pembangunan Ekonomi Pedesaan............ 10
E. Strategi Pengembangan Pembangunan Ekonomi Pedesaan ................... 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................... 16
B. Saran .................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 18


3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang cukup
sumbernya mana? banyak, yaitu lebih dari 260 juta jiwa. Walaupun begitu, hampir 50%
data jumlah
penduduk penduduk Indonesia bertempat tinggal di desa dengan mayoritas bekerja di
50% bertempat bidang pertanian, perdagangan, dan nelayan. Hal tersebut dikarenakan setiap
tinggal di desa dll
desa memiliki karakteristik yang berbeda dilihat dari segi mutu Sumber Daya
Manusia (SDM), Sumber Daya Alam (SDA), jumlah penduduk, keadaan
sosial dan ekonomi, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Masalah dan
kebutuhan pokok masyarakat pada setiap desa juga berbeda. Hal ini berarti
bahwa setiap program pembangunan pedesaan harus berbeda sesuai dengan
ciri khas dari masing-masing desa.
Salah satu penyebab banyaknya penduduk miskin di pedesaan yaitu
pelayanan infrastruktur yang kurang memadai. Menurut data BPJS pada
periode September 2017, jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan
sebanyak 16,31 juta orang. Faktor penyebab lainnya yaitu relatif rendahnya
produktivitas tenaga kerja karena masih bertumpu pada sektor pertanian, dan
menguatnya desakan ahli fungsi lahan dari pertanian menjadi nonpertanian
terutama di Pulau Jawa.
Pembangunan pedesaan merupakan faktor penting dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Terdapat manfaat langsung dan tidak
langsung dari pembangunan prasarana yang sangat signifikan, baik dalam
penciptaan kesempatan kerja maupun strategi yang efektif untuk mengurangi
kemiskinan. Pembangunan pedesaan juga merupakan suatu strategi dalam
mencapai tujuan-tujuan pembangunan.
Berdasarkan paparan masalah diatas, maka diperlukan wawasan
mengenai pembangunan ekonomi pedesaan dan strategi pengembangan
pembangunan ekonomi. Sehingga masyarakat terutama mahasiswa diharapkan
4

mampu memecahkan permasalahan mengenai pembangunan ekonomi


pedesaan tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang yang ada dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apa saja konsep pembangunan ekonomi pedesaan?
2. Bagaimana pemberdayaan pembangunan ekonomi pedesaan?
3. Apa saja syarat-syarat pembangunan ekonomi pedesaan yang
berkesinambungan?
4. Apa saja permasalahan yang dihadapi pembangunan ekonomi pedesaan?
5. Bagaimana strategi pengembangan pembangunan ekonomi pedesaan?

C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mendiskripsikan konsep pembangunan ekonomi pedesaan.
2. Untuk mendiskripsikan pemberdayaan pembangunan ekonomi pedesaan.
3. Untuk mengidentifikasi syarat-syarat pembangunan ekonomi pedesaan
yang berkesinambungan.
4. Untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi pembangunan
ekonomi pedesaan.
5. Untuk mengidentifikasi strategi pengembangan pembangunan ekonomi
pedesaan.

D. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah
bertambahnya wawasan dan pengetahuan, serta munculnya kesadaran diri
dari mahasiswa mengenai pembangunan ekonomi pedesaan. Sehingga
sebagian dari masyarakat desa dapat membantu pemerintah untuk
mengembangkan pembangunan ekonomi di desa masing-masing.
5

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pembangunan Ekonomi Pedesaan


1. Pengertian Sistem Ekonomi
perlu di tambah Sistem ekonomi adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara
untuk mengalokasikan sumber daya alam yang dimiliki suatu
negara baik untuk individu maupun organisasi di negara tersebut
(Kiromim Baroroh, 2017:2).
2. Faktor Produksi
Faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah
proses produksi barang dan jasa. Secara total terdapat lima hal yang
dianggap sebagai faktor produksi, yaitu tenaga kerja (labour), modal
(capital), sumber daya fisik (physical resources), kewirausahaan
(entrepreneurship), dan sumber daya informasi (information resources).
a. Sumber Daya Fisik
Faktor produksi fisik ialah semua kekayaan yang terdapat di
alam semesta dan barang mentah lainnya yang dapat digunakan dalam
proses produksi. Faktor yang termasuk di dalamnya adalah tanah, air,
dan bahan mentah (raw material).
b. Tenaga Kerja
Faktor produksi tenaga kerja terkandung unsur fisik, pikiran,
serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Tenaga kerja dapat
dikelompokkan berdasarkan kualitas dan sifat kerjanya.
Berdasarkan kualitasnya, tenaga kerja dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu tenaga kerja terdidik, tenaga kerja terampil dan tenaga kerja
tidak terdidik dan tidak terlatih. Tenaga kerja terdidik adalah tenaga
kerja yang memiliki keahlian di bidangnya. Misalnya, dokter, akuntan,
ahli hukum, dll. Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang
memerlukan kursus atau latihan bidang-bidang keterampilan tertentu
sehingga terampil di bidangnya. Misalnya, tukang listrik, montir,
tukang las, dan sopir. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih
6

adalah tenaga kerja yang tidak membutuhkan pendidikan dan latihan


dalam menjalankan pekerjaannya. Misalnya, tukang sapu, dan
pemulung.
Berdasarkan sifat kerjanya, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga
kerja rohani dan tenaga kerja jasmani. Tenaga kerja rohani adalah
tenaga kerja yang menggunakan pikiran, rasa, dan karsa. Misalnya,
guru, konsultan, dan pengacara. Sementara itu, tenaga kerja jasmani
adalah tenaga kerja yang menggunakan kekuatan fisik dalam kegiatan
produksi. Misalnya, tukang las, pengayuk becak, dan sopir.
c. Modal
Modal dapat digolongkan berdasarkan sumbernya, bentuknya,
berdasarkan kepemilikan, dan berdasarkan sifatnya. Berdasarkan
sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua yaitu modal sendiri dan
modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam
perusahaan sendiri, misalnya setoran dari pemilik perusahaan. Modal
asing adalah modal yang bersumber dari luar perusahaan, misalnya
modal yang berupa pinjaman bank.
Berdasarkan bentuknya modal dibagi menjadi modal konkret
dan modal abstrak. Modal konkret adalah modal yang dapat dilihat
secara nyata dalam poses produksi. Sedangkan yang dimaksud dengan
modal abstrak adalah modal yang tidak memiliki bentuk nyata tetapi
memiliki nilai bagi perusahaan, misalnya hak paten.
Berdasarkan pemilikannya, modal dibagi menjadi modal
individu dan modal masyarakat. Modal individu adalah modal yang
sumbernya dari perorangan dan hasilya menjadi sumber pendapatan
bagi pemiliknya. Contohnya adalah rumah pribadi yang disewakan
atau bunga tabungan di bank. Sedangkan yang dimaksud dengan
modal masyarakat adalah modal yang dimiliki pemerintah dan
digunakan untuk kepentingan umum dalam proses produksi.
Contohnya rumah sakit umum milik pemerintah, jalan, jembatan, atau
pelabuhan.
7

Terakhir modal dibagi berdasarkan sifatnya yaitu modal tetap


dan modal lancar. Modal tetap adalah jenis modal yang dapat
digunakan secara berulang-ulang, misalnya mesin-mesin dan bangunan
pabrik. Sementara itu, yang dimaksud dengan modal lancar adalah
modal yang habis digunakan dalam satu kali proses produksi, misalnya
bahan baku.
d. Kewirausahaan
Faktor kewirausahaan adalah keahlian atau keterampilan yang
digunakan seseorang dalam mengkoordinir faktor-faktor produksi
untuk menghasilkan barang dan jasa. Sebanyak dan sebagus apapun
faktor produksi alam, tenaga manusia, serta modal yang dipergunakan
dalam proses produksi, jika tidak dikelola dengan baik hasilnya tidak
akan maksimal.
e. Sumber daya informasi
Sumber daya informasi adalah seluruh data yang dibutuhkan
perusahan untuk menjalankan bisnisnya. Data ini berupa ramalan
kondisi pasar, pengetahuan yang dimiliki karyawan, dan data-data
ekonomi lainnya. Tanpa adanya informasi kegiatan ekonomi tidak
akan berjalan. Contohnya ketika para petani tadah hujan di Gunung
Kidul diajarkan cara meningkatkan nilai ekonomi ketela dengan cara
membuat keripik ketela. Mereka sanggup untuk memproduksi ketela,
namun mereka tidak dapat memasarkan karena keterbatasan informasi
pemasaran produk ini.

B. Pemberdayaan Pembangunan Ekonomi Pedesaan


Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sehingga diperlukan
pemberdayaan dalam sektor pertanian. Pembangunan pertanian berlandaskan
sumber daya alam yang didukung oleh pembangunan industri serta
perdagangan diharapkan menjadi media yang dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat pedesaan, membuka peluang kesempatan kerja baru, dan
mendukung usaha kecil menengah dalam meningkatkan pendapatan nasional.
8

Sebagian besar penduduk negara Indonesia bermata pencaharian


sebagai petani, terutama masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan.
Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Faktanya sektor pertanian di
Indonesia masih sangat memprihatinkan, karena ketika musim kemarau tiba
sawah menjadi kering sehingga terjadi gagal panen. Begitu juga sebaliknya,
ketika musim hujan tiba sawah terendam air sehingga para petani mengalami
rujukannya
gagal panen. Soetomo dalam Ahmad Erani Yustika (2003)
mana
mensimbolisasikan petani sebagai manusia yang selalu kalah. Setidaknya tiga
hal berikut berikut ini menggambarkan kekalahan petani tersebut.
Pertama, kekalahan yang datang dari alam. Ini sesuatu yang sangat
ironis bila mengingat pada awalnya kultur bercocok tanam telah lahir berkat
anugerah kekayaan alam. Namun ini juga dapat dipahami karena
ketergantungan petani kepada alam, yang apabila tidak diantisipasi akan
menimbulkan bencana.
Kedua, terbentuknya masyarakat dan lembaga beserta sistem
kekuasaan dan politik yang ada di dalamnya. Kelembagaan tani modern
sebenarnya telah membuka babak baru dimana buruh tani bergantung pada
majikan, pemasaran produksi pertanian di bawah hukum permintaan dan
penawaran pasar, bahkan harga jual produk pertaniannya selalu terancam oleh
rekayasa praktek ekonomi makro.
Ketiga, ilmu pengetahuan dan teknologi yang diharapkan bisa
mengatasi tradisionalitas ternyata juga tidak tercapai. Justru sebaliknya ilmu
pengetahuan dan teknologi berubah menjadi bentuk-bentuk dominasi baru
yang membuat petani semakin tersingkir. Pada jaman dahulu petani
menggunakan ani-ani untuk memanen padi, namun karena dianggap tidak
efisien maka beralih ke alat pemanen padi yang lebih canggih.
Beberapa upaya untuk pemberdayaan di sektor pertanian dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Mengupayakan bertambahnya luas lahan yang bisa ditanam dengan
menciptakan lahan pertanian baru dan pencegahan konversi lahan
pertanian subur.
9

2. Pemerintah daerah secara aktif melakukan perbaikan sarana dan


prasarana dengan pendanaan swadaya.
3. Pemerintah daerah ikut memasarkan produk-produk pertanian melalui
perusahaan daerah. Lumbung-lumbung beras dan produk makanan lain
perlu di bangun di tiap wilayah (desa/kecamatan) atas tanggung jawab
bersama pemerintah daerah dan petani.
4. Mengupayakan peningkatan komsumsi bahan makanan non beras seperti
umbi-umbian dengan berbagai cara, misalnya mengadakan festival
makanan tradisional. Pemerintah daerah perlu mendorong industri
pengolahan bahan-bahan makanan non beras. Sebaliknya perlu dilakukan
gerakan untuk mengurangi konsumsi makanan dari gandum dengan
gerakan tidak makan jenis makanan tersebut pada hari-hari tertentu.

C. Syarat-Syarat Pembangunan Ekonomi Pedesaan yang


Berkesinambungan
Pembangunan pedesaan harus bisa dijalankan dengan pendekatan
yang sesuai dengan sifat dan cirinya agar bisa mencapai target. Menurut
Syahza (2007), pembangunan pedesaan yang ideal harus mengikuti empat
upaya besar, berupa strategi pokok pembangunan pedesaan. Keempat strategi
pokok ini satu sama lain harus saling berkaitan dan berkesinambungan.
Berikut adalah empat strategi pokok pembangunan pedesaan tersebut:
1. Memberdayakan ekonomi masyarakat desa.
Dibutuhkan modal dan bimbingan-bimbingan dalam rangka pemanfaatan
teknologi dan pemasaran yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan dan memandirikan masyarakat desa.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pedesaan.
Kualitas sumber daya manusia bertujuan agar mereka memiliki dasar
memadai dalam rangka meningkatkan dan memperkuat produktivitas dan
daya saing.
3. Pembangunan prasarana di pedesaan.
10

Prasarana perhubungan di wilayah pedesaan adalah kebutuhan mutlak,


karena prasarana perhubungan inilah yang dapat memacu ketertinggalan
masyarakat pedesaan.
4. Membangun kelembagaan pedesaan baik yang bersifat formal maupun
nonformal.
Dengan adanya kelembagaan ini, maka dapat tercipta pelayanan yang
baik guna memacu perekonomian pedesaan seperti lembaga keuangan
(Syahza dan Suarman, 2013 : 128-129).

D. Permasalahan yang dihadapi Pembangunan Ekonomi Pedesaan


1. Kendala Perencanaan
Masalah yang sering muncul dan menonjol dalam aspek
perencanaan adalah belum memadainya kemampuan masyarakat dan
aparat setempat, khususnya dalam melakukan perencanaan di wilayahnya.
Kondisi tersebut berakibat belum bisa dihasilkannya perencanaan-
perencanaan yang baik dan kebanyakan dari kegiatan mereka masih
bersifat rutin yang sebenarnya dapat diserahkan pada dinas-dinas dan
instansi yang ada. Akibatnya rencana program yang diusulkan tidak
sesuai dengan garis besar rencana pembangunan nasional jangka panjang.
Walaupun pemerintah pusat telah menyusun rencana makro secara
nasional, tetapi perencanaan dari daerah sebenarnya merupakan masukan
sangat penting bagi perencanaan yang ditentukan oleh pusat tersebut.
Perencanaan yang disusun oleh pusat tentunya digunakan jika daerah
belum mempunyai perencanaan.
Garis besar perencanaan yang disusun oleh pusat tersebut
biasanya disampaikan terlebih dahulu untuk dikonfirmasikan dengan
daerah dalam Koordinasi Nasional. Jika usulan proyek dari daerah tidak
muncul sesuai dengan waktu penetapan anggaran, maka rencana yang
digunakan berasal dari pusat, termasuk anggaran yang ditentukan sesuai
dengan perencanaan. Hal ini dimungkinkan karena perencanaan nasional
harus menjangkau seluruh perencanaan daerah dan dijaga agar tidak
11

terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan yang


telah direncanakan tersebut. Oleh karena itu, jika terjadi hal-hal yang
tidak sesuai dengan keadaan daerah maka hal ini adalah sebagai akibat
karena tidak adanya koreksi dari daerah terhadap rencana yang disusun
dari pusat.
Dengan keadaan ini maka sering terdapat kesan adanya
perencanaan yang turun dari atas. Padahal hal ini sebenarnya sebagai
akibat tidak ada kemauan dan kemampuan revisi yang datang dari bawah.
Di samping adanya kelemahan teknis aspek perencanaan tersebut,
terdapat pula adanya kelemahan yang lebih bersifat konsepsional yang
melekat dalam perencanaan ekonomi dalam lingkup global. Kelemahan
tersebut adalah anggapan adanya kesamaan pemilikan faktor, kesamaan
kemampuan dalam penguasaan faktor produksi serta adanya anggapan
bahwa mekanisme pasar selalu berjalan dengan sempurna.
Padahal pada kenyataannya keadaan masyarakat dalam hal
kepemilikan serta penguasaan faktor produksi tidaklah merata. Hal itu
berakibat redistribusi manfaat tidak akan secara otomatis terjadi, dan
menyebabkan kecenderungan masyarakat yang mempunyai produktivitas
tinggi akan lebih cepat berkembang dan yang lemah kurang mendapatkan
kesempatan untuk berkembang.
2. Kendala Pelaksanaan
Pembangunan merupakan suatu proses yang berawal dari keadaan
yang belum ada, terbatas dan sesuai dengan tingkat perkembangan
masyarakatnya. Pada daerah baru yang sedang dibuka (dikembangkan)
tidak dapat dipungkiri bahwa kemampuan masyarakatnya terbatas, baik
dalam hal kemampuan (produktivitas), sumber manusia maupun sumber
dana. Jika diharapkan perubahan yang relatif cepat menyamakan tingkat
yang ada secara nasional, maka perlu mempersiapkan sumber daya yang
ada sehingga siap mengikuti perkembangan secara nasional. Namun,
kenyataannya cara ini dirasakan lebih lambat. Bahkan hasil
pembangunan yang dicapai tidak memenuhi syarat yang diharapkan,
12

mutu kurang memadai, penyelesaian kegiatan terlambat, dan seringkali


arah kegiatan terpaksa dialihkan karena tidak sesuai dengan keinginan
masyarakat setempat. Cara yang pertama dengan memacu pembangunan
menyesuaikan dengan perkembangan daerah lain menjadi pilihan dari
banyak pembuat kebijaksanaan, dengan demikian tidak dapat dihindari
bahwa penggunaan sumberdaya dan input-input dari luar terpaksa harus
diterima. Sebagai akibatnya tujuan utama memberikan kesempatan pada
masyarakat setempat sering terabaikan.
3. Kendala Koordinasi
Pembangunan daerah merupakan proses pembangunan lintas
sektoral yang mengikutsertakan bermacam aspek kehidupan.
Pembangunan daerah khususnya pembangunan perdesaan merupakan
wewenang penguasa daerah yang didukung oleh aparat dari departemen
teknis dan dibantu koordinasinya oleh Bappeda. Departemen teknis yang
mempunyai hubungan struktural secara vertikal pada umumnya
mempunyai program yang digariskan dari pusat. Hal ini yang seringkali
menjadi penyebab terjadinya ketidaksesuaian perencanaan di tingkat
daerah karena keadaan daerah setempat, kondisi lahan, dan keadaan
sosial ekonomi masyarakatnya yang berbeda dari perkiraan tingkat pusat.
Peran koordinasi menjadi semakin penting dalam menjelaskan
pembangunan yang direncanakan dari tingkat atas agar dapat
diimplementasikan di tingkat daerah tanpa mengganggu arah
pembangunan nasional, tetapi tetap mencapai sasaran untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat.
Peran koordinasi ini dapat ditingkatkan jika setiap anggota
masyarakat dan aparat pembangunan mempunyai persepsi yang sama
dalam mewujudkan arah pembangunan. Oleh karena itu perlu
dipersiapkan aparat perencanaan pembangunan, sehingga mampu
mengantisipasi setiap perubahan yang datang baik dari keinginan
masyarakat dan selaras dengan arah pembangunan nasional. Dalam
upaya memperlancar aspek koordinasi, maka aparat perencanaan
13

pembangunan perlu dipersiapkan untuk lebih memahami aspek sosial


ekonomi yang bersifat lintas sektoral dan multidimensi.
4. Kendala Monitoring dan Evaluasi
Aspek monitoring dan evaluasi suatu program ketika tengah
dilaksanakan maupun telah selesai dilaksanakan sering terabaikan. Hal
tersebut berakibat pada tidak terarahnya program karena terjadinya
penyimpangan-penyimpangan dari pelaksanaan suatu program.
Meskipun sudah dilaksanakan, fungsi monitoring dan evaluasi seringkali
yang digunakan sebagai penilaian adalah jumlah dana yang dicairkan.
Sedangkan, kesesuaian hasil program dengan tujuan program kurang
mendapatkan perhatian.
Dengan demikian, evaluasi penggunaan dana sekaligus
pertimbangan tentang perbandingan manfaat dan biaya relatif terabaikan.
Alokasi dana pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah pada
hakikatnya ditujukan untuk secara langsung meningkatkan produksi dan
secara tidak langsung menciptakan prasarana yang mampu mendorong
peningkatan produksi. Dengan demikian, alokasi dana pembangunan
dinilai efektif bila mampu menggerakkan kegiatan ekonomi dan
meningkatkan pendapatan masyarakat. Meningkatnya pendapatan
masyarakat berarti meningkatnya potensi bagi peningkatan pendapatan
pemerintah. Pendapatan pemerintah dari pajak yang dibayarkan oleh
masyarakat merupakan imbalan dari penggunaan pelayanan yang telah
disediakan oleh pemerintah tersebut.

E. Strategi Pengembangan Pembangunan Ekonomi Pedesaan


Pembangunan masyarakat pedesaan merupakan bagian dari
pembangunan masyarakat yang diarahkan pula kepada pembangunan
kelembagaan dan partisipasi, serta pemberdayaan masyarakat dalam
meningkatkan kesejahteraan pada satuan wilayah pedesaan. Di negara-negara
berkembang, secara demografis sebagian besar penduduk tinggal di pedesaan
dan memiliki tingkat pendidikan rendah.
14

Seperti dalam pembangunan ekonomi pada umumnya, maka dalam


mewujudkan tujuan pembangunan pedesaan, terdapat paling sedikit
empat jenis strategis, yaitu strategi pertumbuhan, strategi kesejahteraan,
strategi yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat, strategi terpadu
atau strategi yang menyeluruh. (Kiromim Baroroh, 2017 : 64).

1. Strategi Pertumbuhan
Strategi pertumbuhan umumnya dimaksudkan untuk mencapai
peningkatan secara cepat dalam nilai ekonomis melalui peningkatan
pendapatan perkapita, produksi dan produktivitas sektor pertanian,
permodalan, kesempatan kerja, dan peningkatan kemampuan partisipasi
masyarakat pedesaan.
2. Strategi Kesejahteraan
Strategi kesejahteraan pada dasarnya dimaksudkan untuk
memperbaiki taraf hidup atau kesejahteraan penduduk pedesaan melalui
pelayanan dan peningkatan program-program pembangunan sosial yang
berskala besar atau nasional, seperti pningkatan pendidikan, perbaikan
kesehatan dan gizi, penanggulangan urbanisasi, perbaikan permukiman
penduduk, pembangunan fasilitas transportasi, penyediaan prasarana dan
sarana sosial lainnya.
3. Strategi Responsif Terhadap Kebutuhan Masyarakat
Strategi ini merupakan reaksi terhadap strategi kesejahteraan yang
dimaksudkan untuk menggapai kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan
pembangunan yang dirumuskan oleh masyarakat sendiri mungkin saja
dengan bantuan pihak luar untuk memperlancar usaha mandiri melalui
pengadaan teknologi dan tersedianya sumber-sumber daya yang sesuai
kebutuhan di pedesaan
4. Strategi Terpadu atau Strategi yang Menyeluruh
Strategi terpadu dan menyeluruh ini ingin mencapai tujuan-tujuan
yang menyangkut kelangsungan pertumbuhan, persamaan, kesejahteraan
dan partisipasi aktif masyarakat secara simultan dalam proses
pembangunan pedesaan. Secara konsepsional terdapat tiga prinsip yang
membedakan dengan strategi lain, yaitu:
15

a. Persamaan, keadilan, pemerataan, dan partisipasi masyarakat


merupakan tujuan yang eksplisit dari strategi terpadu ini.
b. Perlunya perubahan-perubahan yang mendasar, baik dalam
kesepakatan maupun dalam gaya dan cara kerja.
c. Perlunya keterlibatan pemerintah desa dan organisasi sosial secara
terpadu, untuk meningkatkan keterkaitan antara organisasi formal dan
organisasi informal.
16

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Faktor produksi dibagi menjadi lima, yaitu sumber daya fisik, tenaga
kerja, modal, kewirausahaan, dan sumber daya informasi. Kelima hal tersebut
merupakan unsur untuk mendukung proses pemberdayaan pembangunan
ekonomi pedesaan. Pembangunan pedesaan harus dijalankan menggunakan
pendekatan yang sesuai dengan sifat dan cirinya agar bisa mencapai target.
Dalam menghadapi pembangunan ekonomi pedesaan terdapat beberapa
permasalahan atau kendala yaitu: perencanaan, pelaksanaan, koordinasi, dan
monitoring dan evaluasi. Dari berbagai kendala yang dihadapi, terdapat strategi
untuk mengembangkan pembangunan ekonomi pedesaan. Mulai dari strategi
pertumbuhan, strategi kesejahteraan, strategi responsif terhadap kebutuhan
masyarakat, dan strategi terpadu dan menyeluruh. Dengan adanya strategi
tersebut diharapkan dapat mengatasi masalah sehingga pembangunan ekonomi
pedesaan semakin maju dan berkembang.

B. Saran
1. Pemerintah pusat sebaiknya lebih mengawasi dan memperbaiki program
pembangunan ekonomi pedesaan yang sudah dijalankan agar sesuai
dengan program kerja yang telah direncanakan.
2. Pemerintah daerah sebaiknya mengoreksi rencana yang telah disusun dari
pusat terlebih dahulu. Misalnya terdapat suatu perencanaan yang tidak
sesuai dengan keadaan daerahnya, karena masalah masing-masing daerah
itu berbeda.
3. Diperlukan adanya sikap toleransi dari aparat pemerintah terhadap kritik
yang diberikan oleh masyarakat, karena kritik merupakan salah satu
bentuk dari partisipasi masyarakat.
4. Masyarakat jangan sepenuhnya menyalahkan atau mengandalkan dari
pemerintah saja. Partisipasi masyarakat penting dalam pembangunan desa
17

merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi,


kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat. Masyarakat lebih memercayai
jika mereka dilibatkan langsung dalam proses pembangunan desa.
5. Bagi mahasiswa sebaiknya setelah mengetahui tentang pembangunan
ekonomi pedesaan dapat menyebarluaskannya kepada masyarakat atau
mahasiswa lain yang belum mengetahuinnya. Sehingga bila semakin
banyak yang mengetahui mengenai pembangunan ekonomi pedesaan ini,
diharapkan dapat menerapkannya di lingkungan maupun desanya masing-
masing. Terlebih lagi mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa yang
nantinya akan duduk di kursi pemerintahan dapat mewujudkan
pembangunan ekonomi pedesaan agar semakin berkembang dan maju.
18

DAFTAR PUSTAKA

Almasdi, Syahza dan Suarman. 2013. “Strategi Pengembangan Daerah Tertinggal


dalam Upaya Percepatan Pembangunan Ekonomi Pedesaan”. Jurnal
Ekonomi Pembangunan (Online), Hlm. 126-139. Volume 14 Nomor 1,
diakses dari http://journals.ums.ac.id/ , pada tanggal 28 Maret 2018.

Baroroh, Kiromim. 2017. Ekonomi Kerakyatan, Konsep dan Implementasi.


Yogyakarta: Graha Cendekia.

Murdani, Andika Drajat. 2018. Pembangunan Ekonomi Pedesaan: Konsep,


Prinsip, Strategi, hingga Implementasi Dana Desa. Diakses dari
https://portal-ilmu.com/pembangunan-ekonomi-pedesaan/, pada Senin 26
Maret 2018.

Anda mungkin juga menyukai