Anda di halaman 1dari 10

EPIDEMIOLOGI GIZI

“RABUN SENJA ”

OLEH:

NAMA : HASMA DESI

NIM : K201402019

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MANDALA WALUYA

KENDARI

2017
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kasih karunia-Nya makalah Sistem Persepsi Sensory “RABUN SENJA” ini dapat
diselesaikan.

Kami menyadari bahwa Tuhanlah sumber segala ilmu pengetahuan sehingga


kami merasa memiliki kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk itu kami
membutuhkan saran dan kritik agar makalah ini menjadi lebih baik. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Kendari, 07 november 2017

Hasma desi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................

A. LATAR BELAKANG .................................................................................................


B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................
C. TUJUAN PENULISAN .............................................................................................
D. MANFAAT PENULISAN ..........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................

A. DEVINISI RABUN SENJA .......................................................................................


B. ETIOLOGI RABUN SENJA ......................................................................................
C. PATOFISIOLOGI RABUN SENJA ...........................................................................
D. MANIFESTASSI KLINIS RABUN SENJA ................................................................
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK RABUN SENJA ......................................................
F. PENATALAKSANAAN ...........................................................................................
G. KOMPLIKASI ..........................................................................................................

BAB III PENUTUP ..................................................................................................

A. KESIMPULAN .........................................................................................................
B. SARAN ....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Rabun senja, yang sering disebut juga sebagai rabun ayam atau Nyctalopia,
merupakan kelainan pada mata yang terjadi akibat kekurangan vitamin A.Kurangnya
kadarenergy protein, kekurangan zinc, efek obat pencahar, mutasi genetic, dan
konsumsi alcohol berlebihan juga memperparah keadaan penderita rabun senja. Rabun
senja disebabkan oleh rusaknya sel retina yang semestinya bekerja pada lingkungan
minim cahaya. Pada penderita rabun senja, sel pada retina dapat menjadi rusak karena
kekurangan vitamin A, namun dapat pula diakibatkan oleh mata minus, katarak, retinis
pigmentosa, obat-obatan, atau bawaan sejak lahir. Maka, dapat dikatakan bahwa rabun
senja merupakan suatu gejala klinis tahap awal akibat kekurangan vitamin A. Pada sel
batang di retina mata terdapat rhodopsin atau visual purple (pigmen ungu) yang
mengandung vitamin A yang terikat pada protein. Pada mata normal, apabila menerima
cahaya, rodopsin akan terkonversi menjadi visual yellow dan kemudian menjadi visual
white.
Konversi ini membutuhkan vitamin A. Regenerasi visual purple hanya akan terjadi
apabila tersedia vitamin A yang cukup. Tanpa regenerasi, maka pengelihatan mata
pada cahaya remang akan terganggu. Oleh karena itu, apabila kekurangan vitamin A,
maka mata akan sulit melihat ketika berada di lingkungan kurang cahaya.
Penderita rabun senja memiliki kesulitan untuk melihat pada saat hari sudah
senja (keadaan penglihatan mesopic) dan di lingkungan yang kurang cahaya (keadaan
penglihatan scotopic). Rabun senja bisa jadi merupakan sebuah gejala yang
menandakan bahwa seseorang terjangkit suatu kelainan mata, misalnya retinis
pigmentosa.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa devinisi Rabun Senja?
2. Apa Etiologi saja Rabun Senja?
3. Bagaimana Patofisiologi Rabun Senja?
4. Apa saja Manifestasi klinis Rabun Senja?
5. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik Rabun Senja?
6. Bagaimana Penatalaksanaan pada Rabun Senja?
7. Apa saja Komplikasi dari Rabun Senja?
3. TUJUAN
a. Tujuan umum
Mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien rabun senja.
b. Tujuan khusus
1. Memahami definisi Rabun senja.
2. Mengidentifikasi etiologi rabun senja
3. Mengetahui patofisiologi rabun senja
4. Mengetahui manifestasi klinis rabun senja
5. Mengetahui Pemeriksaan diagnostic rabun senja
6. Mengetahui penatalaksanaan rabun senja.
7. Mengetahui komplikasi rabun senja.
4. MANFAAT
1. Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien gangguan rabun
senja sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah sistem sensori dan persepsi.
2. Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal
dalam persiapan praktik di rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEVINISI RABUN SENJA
Rabun senja (nyctalopia) adalah gangguan penglihatan kala senja atau malam
hari, atau pada keadaan cahaya remang-remang. Banyak juga menyebutnya sebagai
rabun ayam, mungkin didasari fenomena dimana ayam tidak dapat melihat jelas di
senja atau malam hari. Rabun senja merupakan penyakit dengan keluhan tidak dapat
melihat dengan baik dalam keadaan gelap (waktu senja).
Rabun senja ini merupakan manifestasi defisiensi vitamin A yang paling awal.
Pada rabun senja, mata terlihat normal hanya saja penglihatan menjadi menurun saat
senja tiba atau tidak dapat melihat di dalam lingkungan yang kurang cahaya. Rabun
senja paling banyak dialami oleh anak-anak, pada anak berusia 1 sampai 3 tahun hal
ini bisa terjadi karena tidak lama setelah disapih anak tersebut diberikan makanan yang
tidak mengandung vitamin A. (Sommer 1978).

B. ETIOLOGI
Penyebab rabun senja adalah:
a. Konsumsi makanan yg tidak mengandung cukup vitamin A atau provitamin A untuk
jangka waktu yang lama.
b. Bayi tidak diberikan ASI Eksklusif
c. Menu tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, seng/Zn atau zat gizi
lainnya) yang diperlukan untuk penyerapan vitamin A dan penggunaan vitamin A dalam
tubuh.
d. Adanya gangguan penyerapan vitamin A atau pro-vitamin A seperti pada penyakit-
penyakit antara lain penyakit pankreas, diare kronik, Kurang Energi Protein (KEP) dan
lain-lain sehingga kebutuhan vitamin A meningkat.
e. Adanya kerusakan hati, seperti pada kwashiorkor dan hepatitis kronik, menyebabkan
gangguan pembentukan RBP (Retinol Binding Protein) dan pre-albumin yang penting
untuk penyerapan vitamin A.
C. PATOFISIOLOGI
Bentuk penyimpanan dalam hati dalam bentuk retinol sebagai asupan dari
vitamin A dan beta carotene. Ketika asupan vitamin A melebihi 300-1200 µg/hari,
kelebihan akan disimpan dan cadangan di hati meningkat. Ketika asupan vitamin A
kurang dari jumlah yang dibutuhkan, cadangan retinol dalam hati akan dikeluarkan
untuk memelihara serum retinol pada tingkat normal (di atas 200 µg)). Ketika asupan
vitamin A terus menerus berkurang untuk jangka waktu yang lama, cadangan dalam
hati akan menipis, tingkat serum retinol akan turun, fungsi epitel terganggu, dan tanda-
tanda xerophthalmia terlihat.
Retinol penting untuk elaborasi rodopsin (penglihatan remang-remang) oleh
batang, yaitu reseptor sensori retina yang bertanggung jawab untuk penglihatan dalam
cahaya tingkat rendah. Defisiensi vitamin A dapat mengganggu produksi rodopsin,
mengganggu fungsi batang sehingga menimbulkan rabun senja. Durasi ketidakcukupan
asupan terjadi tergantung dari jumlah vitamin A yang dicerna, tingkat penyimpanan hati,
dan tingkat penggunaan vitamin A yang digunakan oleh tubuh.
Anak-anak dengan status gizi buruk, asupan vitamin A yang sangat sedikit akan
memiliki cadangan yang terbatas. Ketika asupan vitamin A tidak ada dari diet atau
terjadi gangguan penyerapan dan terjadi peningkatan kebutuhan. metabolisme dapat
secara cepat menghabiskan cadangan retinol dalam hati dan merusak kornea,
walaupun mata pada saat itu masih terlihat normal. Ketersediaan vitamin A juga
tergantung pada status gizi anak secara keseluruhan. Jika asupan protein kurang maka
sintesis RBP pun akan menurun. Serum Retinol akan menurun walaupun cadangan di
hati normal. Akhirnya, hati tidak dapat menyimpan lagi vitamin A atau mensisntesis
RBP secara normal (Sommer 1978).

D. MANIFESTASI KLINIS
Rabun senja terjadi akibat gangguan pada sel batang retina. Tanda dan gejala
pada penderita rabun senja adalah:
a. Daya pandang menurun, terutama pada senja hari atau saat ruangan keadaan
ringan, sel batang retina sulit beradaptasi di ruang remang-remang atau kurang
setelah lama berada di cahaya terang.
b.Penglihatan menurun pada senja hari, yaitu penderita tidak dapat melihat di
lingkungan yang kurang cahaya, sehingga disebut juga buta senja.
c.Terjadi kekeringan mata,
d.Bagian putih menjadi suram sering pusing. (Wijayakusuma 2008).

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Tes adaptasi gelap
b. Kadar vitamin A dalam darah (kadar < 20 mg / 200 ml menunjukkan kekurangan
intake)

F. PENATALAKSANAAN

Pengobatan rabun senja tergantung pada penyebabnya.


a. Jika karena katarak (maka katarak sebaiknya dioperasi).
b. Jika karena kekurangan vitamin A (maka harus diberikan vitamin A dalam jumlah
yang cukup, baik berupa suplemen maupun dari makanan sehari-hari).
c. Menginjeksikan vitamin A secara intramuscular sebanyak 55 mg retinol palmitat
(100.000 IU).
d. Jika secara parenteral tidak tersedia, dapat diberikan sebanyak 110 mg retinol
palmitat (200.000 IU) dalam air atau minyak, melalui mulut.
e. Dosis sebaiknya berkurang setengah dari jumlah yang seharusnya pada anak
berusia kurang dari satu tahun.
f. Sebaiknya pengobatan dilakukan selama 2-6 bulan.

G. KOMPLIKASI
1. Katarak
2. glaucoma
3. Xerophthalmia
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Rabun senja (nyctalopia) adalah gangguan penglihatan kala senja atau malam
hari, atau pada keadaan cahaya remang-remang. Banyak juga menyebutnya sebagai
rabun ayam, mungkin didasari fenomena dimana ayam tidak dapat melihat jelas di
senja atau malam hari. Rabun senja merupakan penyakit dengan keluhan tidak dapat
melihat dengan baik dalam keadaan gelap (waktu senja).
Rabun senja ini merupakan manifestasi defisiensi vitamin A yang paling awal.
Pada rabun senja, mata terlihat normal hanya saja penglihatan menjadi menurun saat
senja tiba atau tidak dapat melihat di dalam lingkungan yang kurang cahaya. Rabun
senja paling banyak dialami oleh anak-anak, pada anak berusia 1 sampai 3 tahun hal
ini bisa terjadi karena tidak lama setelah disapih anak tersebut diberikan makanan yang
tidak mengandung vitamin A. (Sommer 1978).

B. SARAN
Dalam penulisan modul ini masih banyak lagi informasi tentang shock kardiogenik
yang belum di jelaskan dengan lengkap, untuk itu penyusun mengharapkan agar
pembaca mencari informasi yang lebih lengkap lagi agar informasi tentang shock dapat
bertambah.

Anda mungkin juga menyukai