Anda di halaman 1dari 8

FORUM TEKNOLOGI Vol. 06 No.

ANALISA SISTEM NODAL DALAM METODE ARTICIAL LIFT

Oleh: *)Ganjar Hermadi

ABSTRAK

Dalam industri migas khususnya bidang teknik produksi, analisa sistem nodal
merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan dalam penentuan laju
produksi sumur natural flow. Persamaan inflow performance relationship (IPR)
disubstitusikan ke dalam persamaan outflow performance relationship, atau dalam hal
ini dapat disebut sebagai Tubing Performance Relationship (TPR), untuk memperoleh
laju produksi dan tekanan operasi tanpa membuat grafik terlebih dahulu. Persamaan
hasil substitusi ini memerlukan laju alir sebagai input yang juga merupakan output
sehingga menyebabkan persamaan ini harus diselesaikan secara numerik dengan
proses iterasi. Laju alir optimum yang dihasilkan kemudian di-validasi menggunakan
program yang sudah ada.
Lebih jauh lagi bisa dilakukan sensistivitas dengan melibatkan performa dari
Artificial Lift. Hal ini dilakukan jika kondisi suatu sumur sudah tidak lagi mengalir secara
alami (natural flow), sehingga pengangkatan buatan diperhitungkan dalam analisa
system nodal. Outflow performance dari suatu Artificial Lift (misal sebuah pompa)
dapat dilibatkan kedalam Inflow Performance reservoir sehingga dapat diperoleh
spesifikasi pompa optimum untuk sumur tersebut.

Kata kunci: analisa sistem nodal, artificial lift

I. PENDAHULUAN memproduksi minyak secara alami,


Teknik produksi secara umum maka dibutuhkan metode
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengangkatan buatan (artificial lift),
produksi secara sembur alam (natural seperti injeksi gas lift atau
flow) dan produksi dengan metode menggunakan pompa.
pengangkatan buatan (artificial lift). Usaha untuk mengoptimalkan
Produksi sembur alam biasanya produksi tersebut harus direncanakan
terjadi pada reservoir minyak yang baru dan dihitung dengan cermat, dan
diproduksikan. Hal ini dikarenakan dengan mempertimbangkan komponen
reservoir tersebut memiliki tekanan biaya atau keekonomian. Biaya yang
yang cukup kuat untuk mengangkat dikeluarkan untuk suatu metode
fluidanya ke permukaan. Setelah pengangkatan buatan harus dapat
diproduksikan beberapa lama, tekanan diatasi dengan jumlah produksi yang
yang dimiliki oleh reservoir akan diperoleh. Pemilihan pompa untuk
mengalami penurunan (decline) dan suatu sumur minyak pada umumnya
kemampuan untuk mengangkat adalah dengan menentukan harga laju
fluidanya pun akan menurun pula. Jika produksi yang diinginkan, kemudian
penurunan tekanan yang dialami oleh dengan menggunakan pump
reservoir sangat besar, maka reservoir performance curve akan diperoleh
tersebut tidak dapat lagi memproduksi harga head dan HP pompa untuk suatu
minyak ke permukaan. Ketika suatu harga RPM tertentu. Tetapi jika P dari
sumur sudah tidak dapat lagi pompa diketahui, maka kelakuan
32
FORUM TEKNOLOGI Vol. 06 No. 2

produksi dari pompa tersebut dapat


ditentukan dengan menggunakan
analisa sistem nodal (Nodal System
Analysis).

II. ANALISA SISTEM NODAL


Nodal Sistem Analisys (analisa
system nodal) merupakan suatu teknik
sederhana yang digunakan untuk
menentukan hubungan antara Inflow
Performance Relationship dengan
Tubing Intake, yang dapat digunakan
untuk menentukan laju produksi Gambar 1. Kurva nodal sistem analisys
optimum yang terjadi dalam suatu
sistem produksi. Suatu persamaan Gambar 2 memperlihatkan
matematis digunakan untuk kurva IPR dan kurva tubing intake tidak
menggambarkan kemampuan suatu berpotongan yang menunjukan bahwa
reservoir untuk memproduksi fluida kelakuan dari reservoir tidak lagi dapat
menuju lubang sumur dan sistem memproduksikan fluidanya secara
perpipaan yang mengalirkan fluida ke alamiah melewati tubing produksi. Jika
separator di permukaan. suatu sumur tidak dapat berproduksi
Komponen-komponen lain yang lagi, maka hal tersebut dapat
menyebabkan kehilangan tekanan disebabkan oleh banyak faktor, tapi
seperti lubang perforasi dan choke juga pada umumnya hal tersebut
dapat diperhitungkan untuk diakibatkan karena tekanan alir dasar
menentukan kehilangan total sistem. sumur sudah mengalami penurunan
Teknik ini kemudian digunakan secara sehingga tidak mampu lagi untuk
luas keperluan desain, evaluasi mengangkat fluida ke permukaan. Pada
keekonomian, dan penyelesaian saat itulah diperlukan adanya
masalah pada sumur minyak dan gas. pengangkatan buatan (artificial lift)
Pada umumnya teknik ini diselesaikan untuk mengangkat sisa fluida yang
secara grafik dengan menggunakan masih ada di dalam sumur.
plot tekanan versus laju alir.
Persamaan inflow dan outflow berbeda
dan berpotongan pada suatu titik. Titik
perpotongan ini menunjukkan laju alir
dan tekanan yang terjadi dalam sistem.
Jika kedua kurva tersebut tidak
berpotongan berarti sumur tersebut
tidak mampu memproduksikan fluida
menuju permukaan. Hal ini bisa diatasi
antara lain dengan metode artificial lift
seperti gas lift dan pompa. Gambar 1
memberi gambaran secara jelas
bagaimana analisa sistem nodal
diselesaikan secara grafis.
Gambar 2. Kurva IPR dan tubing intake
pada sumur mati
33
FORUM TEKNOLOGI Vol. 06 No. 2

Disini akan dibahas mengenai persamaan Darcy dapat dituliskan


penyelesaian analisa sistem nodal sebagai berikut :
secara numerik. Kedua kurva pada
penyelesaian analisa sistem nodal  Dalam satuan Darcy
secara grafis terbentuk dari dua k ( D) A(cm 2 ) dp
q(cc / s )   (atm / cm)
persamaan yang berbeda tentunya.  (cp) dl
Masing-masing mewakili bagian inflow (3.1)
dan outflow dari titik nodal. Sebagai
contoh adalah analisa sistem nodal  Dalam satuan lapangan
dengan titik nodal di dasar sumur. k (mD) A( ft 2 ) dp
q( stb / d )  (konst.) ( psi / ft )
Bagian inflow diwakili dengan  (cp) dl
persamaan IPR dan bagian outflow (3.2)
diwakili oleh persamaan kehilangan
tekanan dalam pompa.
2.1 Inflow Performance Relationship
(IPR)
Dalam memproduksi suatu
sumur, baik itu sumur minyak ataupun
gas, sangat diperlukan adanya
informasi mengenai kelakuan dari
reservoirnya.. Kelakuan reservoir
biasanya ditunjukkan dengan adanya
aliran (inflow) dari reservoir itu sendiri
yang disebabkan adanya tekanan
reservoir (Pr). Aliran dari reservoir
kedalam lubang sumur tergantung dari
drawdown atau pressure drop dalam
reservoir, Pr – Pwf, dimana Pwf adalah Gambar 3. Contoh kurva IPR
tekanan alir didasar sumur (bottomhole
flowing pressure) 2.2 Differential Pressure (P) Dalam
Aliran dari reservoir ke lubang Pompa
sumur tersebut dinamakan inflow Pompa dalam artificial lift
performance, dan kurva yang digunakan untuk mengangkat fluida
dihasilkan antara laju produksi dengan yang sudah tidak dapat dialirkan lagi
tekanan alir dasar sumur disebut inflow oleh tekanan didalam sumur ke
performance relationship, atau lebih permukaan. Differential pressure (P)
dikenal dengan istilah kurva IPR. Jadi yang dihasilkan pompa akan digunakan
kurva IPR merupakan kurva yang oleh fluida dari dasar sumur untuk naik
menunjukkan kelakuan produksi suatu ke permukaan. Makin besar P yang
sumur. dihasilkan oleh pompa, makin banyak
Kurva IPR ini dikembangkan fluida yang akan terangkat. Pengaruh
dari persamaan Darcy yang mampu
pompa pada sumur yang telah mati
memprediksikan laju alir fluida, baik tersebut dapat dilihat dari skema
minyak maupun gas, dari reservoir ke seperti pada Gambar 3.4 berikut.
lubang sumur. Secara umum

34
FORUM TEKNOLOGI Vol. 06 No. 2

Gambar 4. Skema pengaruh tekanan pompa (Pp) pada sumur mati

Dari skema diatas terlihat dimana :


bahwa tekanan alir dasar sumur tidak  0.433   fsc
dapat lagi mengangkat fluida, sehingga G f (V )    (3.4)
 350  VF
ketika dipasang pompa sebesar Pp
VF = wc + (1 – wc)Bo + GIP{GLR – (1 –
fluida dapat terangkat kembali ke
wc)Rs]Bg (3.5)
permukaan.
V = qsc x VF (3.6)
Persamaan differential Pressure
(P) 1)
pada pompa yang akan III. METODOLOGI
digunakan disini dipengaruhi oleh head Pengolahan data yang
pompa, gradien fluida didalam pompa, dilakukan dalam analisa sistem nodal
dan jumlah stage yang dimiliki oleh yang melibatkan artificial lift atau
pompa, dapat dinyatakan sebagai kehilangan didalam pompa adalah
berikut : dengan melakukan iterasi tekanan dari
(tekanan yang dihasilkan pompa) = suction pompa. Adapun prosedur
(head per stage) x (gradien fluida) x perhitungan untuk menentukan pump
(jumlah stage) intake dari pompa adalah sebagai
Dengan menyatakan bahwa P berikut :
= Pout – Pin, maka pernyataan diatas 1. Membuat kurva IPR dari data sumur
dapat ditulis dalam bentuk matematis yang tersedia. Kurva ini sangat
sebagai berikut : penting karena akan menunjukkan
dP  h(V ) xG f (V ) xd ( St ) (3.3) karakteristik dan kelakuan dari
dimana : reservoir itu sendiri.
dP = perbedaaan tekanan yang 2. Menentukan tipe pompa yang akan
dihasilkan pompa, psi digunakan, berdasarkan kedalaman
h = head per stage, ft/stage dari lubang sumur, yang
Gf = gradien fluida dalam pompa, psi/ft disesuaikan dengan kemampuan
d(St) = jumlah stage angkat (lifting capacity) pompa
h dan Gf merupakan fungsi dari 3. Menentukan range (selang data)
kapasitas, V pada kurva performa pompa dari
tipe pompa yang telah ditentukan
35
FORUM TEKNOLOGI Vol. 06 No. 2

diatas untuk tiap RPM-nya. Selang perhitungan sebelumnya. Pout yang


data yang diambil adalah harga laju digunakan disini tetap, yaitu
alir, q untuk harga head sepanjang tekanan dari tubing intake.
kurva RPM. Untuk mempermudah 9. Tekanan suction pompa (Pin) yang
pengambilan data dari kurva telah didapat merupakan tekanan
performa pompa, maka dilakukan alir dasar sumur (Pwf) dengan
interpolasi pada kurva tersebut asumsi bahwa WFL (working fluid
untuk setiap RPM. level) berada diatas sumur
4. Mensesuaikan selang data laju alir sehingga pompa dipasang tepat
yang diambil dari kurva performa didepan reservoir.
pompa dengan selang data dari 10. Selanjutnya dapat dibuat kurva
tubing intake pada butir (1) diatas. pump intake antara Pwf terhadap
Untuk mempermudah perhitungan, qsc yang memperlihatkan
maka selang data yang sesuai dari kemampuan angkat pompa pada
tubing intake tersebut diinterpolasi. RPM tertentu. Jika kurva pump
5. Data tekanan dari tubing intake intake tersebut digabung dengan
dengan laju alir yang sama dengan kurva IPR, maka perpotongan
laju alir dari kurva performa pompa kedua kurva tersebut merupakan
diasumsikan sebagai tekanan laju alir pompa pada kondisi sumur.
discharge (Pout) dari pompa 3.1 Studi Kasus
(diasumsikan bahwa panjang Data yang digunakan pada
pompa dapat diabaikan tulisan ini adalah data hipotesis, yaitu
dibandingkan dengan kedalaman data sumur dengan kedalaman 5000 ft..
lubang sumur). Data selengkapnya adalah sebagai
6. Dengan menganggap suatu harga berikut :
P pompa (Pass), maka tekanan
suction (Pin) dari pompa akan Tabel 3.1 Data sumur
didapat dengan persamaan Pin = Parameter
Pout - Pass. Kedalaman sumur, ft 5000
7. Selanjutnya menghitung P pompa Diameter casing, in 7
dengan persamaan (3.3) diatas. Diameter tubing, in 2 7/8
Sifat fisik fluida yang mengalir Tekanan wellhead, psi 120
didalam pompa (Z, Bo, Bg dan Rs) Temperatur wellhead, oF 110
o
dihitung menggunakan korelasi API 35
dengan kodisi tekanan rata-rata Specific Gravity minyak 0.85
(Pave) dari pompa, (Pin + Pout)/2, dan Specific Gravity gas 0.65
temperatur laju alir di dasar sumur. Specific Gravity air 1.074
8. Perbedaan tekanan pompa, P Water cut, % 75
yang didapat dari butir (7) tersebut Gas Oil Ratio, scf/stb 400
Tekanan bubble point, psi 1700
dibandingkan dengan Pass pompa
Tekanan reservoir, psi 1800
pada butir (6) diatas. Jika hasilnya
Productivity Index, stbl/d/psi 1.3889
berbeda maka dilakukan itersi
(diatasPb)
dengan cara memasukkan harga
Laju alir maksimum, stbl/d 2500
P tersebut kedalam persamaan Pin Temperatur alir, oF 150
= Pout – P sampai didapat harga
P atau Pin yang sama dengan
36
FORUM TEKNOLOGI Vol. 06 No. 2

3.2 Hasil Perhitungan  Pemilihan pompa


 Membuat kurva IPR Berdasarkan data kedalaman dari
Dengan mengasumsikan beberapa sumur sedang (5000 ft), untuk studi
nilai Pwf, tentukan laju alir dengan kasus maka dipilih pompa PCP
persamaan : dengan model 50-N-340. Model ini
qsc = J (Pr – Pwf) . dipilih karena laju produksi yang
= 1.3889 x (1800 – Pwf) dapat dihasilkan cukup besar, yaitu
340 BFPD untuk 100 RPM.

Gambar 5. Kurva performa pompa PCP

 Melakukan interpolasi data pada Selang data laju alir tubing intake
pump performance curve. yang sesuai dengan laju alir pada
Selang data laju alir sepanjang pompa diatas adalah antara 400 –
kurva 200 RPM pada pump 800 stbl/d dengan selang tekanan
performance curve model 50-N-340 antara 1800 – 1760 psi. Persamaan
adalah 456 – 675 BFPD. hasil interpolasi selang data tubing
Persamaan hasil interpolasinya intake diatas adalah :
adalah sebagai berikut : Pout = -0.1(q)2 + 1840
H = -0.1274(V)2 + 115.92(V) –  Melakukan perhitungan P pompa
20232 Pp = H(V) x Gf(V)
 Melakukan interpolasi data pada = (2133.775)(0.42461)
tubing intake = 906.0274 psi
37
FORUM TEKNOLOGI Vol. 06 No. 2

 Melakukan iterasi untuk Pin pompa  Membuat kurva pump intake.


Pp pada perhitungan diatas belum Buat kurva qsc vs Pin sebagai
sama dengan P asumsi, maka sensitivitas terhadap kurva IPR
dilakukan iterasi dengan (gambar 6)
memasukkan kembali harga Pp
atau Pin tersebut pada perhitungan
selanjutnya.

Tabel 3.2 Hasil perhitungan Pin pompa pada iterasi terakhir


untuk model 50-N340 @ 200 RPM
qsc,
Pout, psi H(V), bbl/STB Gf(V), psi/ft Pp, psi Pin, psi
stbl/d
560 1784 3633.755 0.42101 1529.833 254.1668
580 1782 2951.978 0.42328 1249.515 532.4849
600 1780 2156.328 0.42495 916.3288 863.6712
620 1778 1224.484 0.42590 521.5037 1256.496
630 1777 698.8732 0.42607 297.7677 1479.232
640 1776 240.6323 0.42732 102.8275 1673.173

2500

2000 IPR
200 rpm
1500 400 rpm
600 rpm
Pwf, psi

1000

500

0
0 500 1000 1500 2000 2500

qsc, stbl/d

Gambar 6. Plot pump intake model 50-N340

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 3. Pemilihan pompa sangat penting


4.1 Kesimpulan untuk mengetahui performa pompa
Dari penelitian ini, dapat tersebut sebagai acuan untuk
disimpulkan beberapa kondisi sebagai membuat pump intake performance
berikut: 4. Optimasi performa pompa, dalam
1. Penyelesaian nodal sistem analisis studi kasus ini adalah PCP,
dapat dilakukan dengan secara memperlihatkan bahwa pompa PCP
numerik dengan proses substitusi merupakan salah satu metode
dan iterasi. pengangkatan buatan untuk
2. Perbedaan tekanan dalam pompa kedalaman sumur yang relative
dapat digunakan sebagai sedang dan dengan laju alir yang
sensitivitas didalam kurva IPR suatu tidak begitu tinggi
sumur
38
FORUM TEKNOLOGI Vol. 06 No. 2

4.2 Saran pompa dengan menggunakan


Dari penelitian ini dapat metodologi ini
diajukan beberapa saran atau 3. Perlu dilakukan studi pemrograman
rekomendasi, sebagai berikut: untuk menghasilkan perhitungan
1. Perlu diperhatikan kesesuaian yang lebih akurat dan untuk
antara data sumur dan jenis pompa memperoleh nilai eror dari hasil
yang dipilih. perhitungan
2. Perlu studi lebih lanjut untuk
membandingkan semua jenis

DAFTAR PUSTAKA

Brown, K. E., “The Technology of Artifiial Method”, Volume 4, The Petroleum


Publishing Co., Tulsa Oklahoma, 1980.
Beggs, H. D., “Production Optimization Using Nodal Analysis”, Oil & Gas Consultants
International Inc. Publications, Tulsa, 1991.
Saveth, Kenneth J., Klein, Steven T., “The Progressing Cavity Pump : Principle and
Capabilities”, SPE Paper 18873, presented at the SPE Production
Operation symposium held in Oklahoma City, March13 – 14, 1989.
__________, “Moyno Down-Hole Pump Systems”, Robbins & Myers, Inc., 1998

*)
Penulis adalah Pejabat Fungsional Widyaiswara Pusdiklat Migas.

39

Anda mungkin juga menyukai