Anda di halaman 1dari 17

1.

Jawa Timur

Ibu kota Jawa Timur adalah Surabaya. Provinsi Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur
Pulau Jawa, Indonesia. Luas wilayahnya 47.922 km², dan jumlah penduduknya 37.476.757 jiwa
(2010). Jawa Timur memiliki wilayah terluas di antara 6 provinsi di Pulau Jawa, dan memiliki jumlah
penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa Barat. Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa
di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di barat. Wilayah
Jawa Timur juga meliputi Pulau Madura, Pulau Bawean, Pulau Kangean serta sejumlah pulau-pulau
kecil di Laut Jawa dan Samudera Hindia (Pulau Sempu dan Nusa Barung).

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia, dan memiliki signifikansi
perekonomian yang cukup tinggi, yakni berkontribusi 14,85% terhadap Produk Domestik Bruto
nasional.

 Suku-Suku di Jawa Timur

Suku Dunia ~ Sebagai referensi anda, Suku Dunia akan membagikan kepada anda suku-suku
apa saja yang berada di Provinsi Jawa Timur dan semoga dengan postingan ini bisa
menambah wawasan anda akan pengetahuan keragaman suku di tanah air.

 Suku Jawa
Wong Jowo merupakan sebutan bagi orang Jawa atau Suku Jawa dan tentunya suku jawa ini
merupakan suku terbesar yang ada di Provinsi Jawa Timur maupun di provinsi Jawa lainnya.
Bahkan mereka tersebar di beberapa daerah lainnya di Indonesia melalui program transmigrasi
yang dilakukan oleh pemerintah.

Suku Tengger
Suku bangsa Tengger berdiam di tiga buah desa dalam kecamatan Sukapura, Kabupaten
Probolinggo, Provinsi Jawa Timur, yaitu desa Jetak, Wonotoro dan Ngadisari. Asal usul mereka
mungkin sama dengan suku bangsa Jawa umumnya. Bahasa yang mereka pakai juga bahasa Jawa
dialek Tengger. Akibat pemisahan diri di suatu saat dulu, maka ada beberapa unsur kebudayaan
mereka yang berbeda dengan orang Jawa sekarang. Agama yang mereka anut cenderung sama
dengan agama Hindu Darma sekarang, akan tetapi cukup kuat pula dipengaruhi oleh keyakinan
asli mereka terhadap lingkungan. Pola hidup sehari-hari mereka memang agak berbeda dengan
orang Jawa pada umumnya, karena mereka hidup di daerah Pegunungan Tengger yang amat
dingin, dengan kawah Gunung Bromo yang menjadi pusat orientasi pemujaan mereka.

Suku Osing
Orang Osing atau Using berdiam secara menyebar di Kecamatan Giri, Glagah, Kabat,
Rogojampi, Banyuwangi, Singojuruh, Genteng dan Srono dalam wilayah Kabupaten
Banyuwangi, Jawa Timur. Mereka menganggap diri sebagai penduduk asli di wilayah tersebut.
Asal usul mereka sebenarnya adalah keturunan rakyat Kerajaan Blambangan yang mengasingkan
diri pada zaman Majapahit. Mereka boleh dikatakan masih bagian dari suku bangsa Jawa. Nama
Osing diberikan oleh penduduk pendatang yang menetap di daerah itu pada abad ke-19. Kata
Osing atau Using berarti tidak, hal ini menunjukkan sikap mereka yang menolak pengaruh dari
luar pada zaman dulu.

Suku Madura
Suku bangsa ini mendiami Pulau Madura dan sebagian pantai Jawa bagian timur. Jumlah
populasi mereka sekitar 3.000.000 jiwa. Sebagian lain ada yang berdiam di kota-kota besar lain
di Indonesia. Bahasa mereka adalah bahasa Madura dengan dialek Kangean, Sumenep,
Pamekasan, Bangkalan, Probolinggo, Bondowoso dan Situbondo. Bahasa Madura juga mengenal
tingkatan bahasa, yaitu bahasa kasar, menengah dan halus, Bahasa kasar dipakai untuk
komunikasi sehari-hari masyarakat.

Suku Bawean
Suku Bawean merupakan satu kelompok kecil masyarakat Melayu yang berasal dari Pulau
Bawean. Letak pulaunya berada di Laut Jawa antara dua pulau besar, yaitu Pulau Kalimantan di
utara dan Pulau Jawa di selatan. Pulau Bawean terletak sekitar 80 mil ke arah utara Surabaya,
dan masuk kabupaten Gresik. Pulau ini terdiri atas dua kecamatan, yaitu kecamatan Sangkapura
dan kecamatan Tambak. Masyarakat Melayu Malaka dan Malaysia lebih mengenal dengan
sebutan Boyan dari pada Bawean. Dalam pandangan mereka, Boyan berarti sopir dan tukang
kebun karena profesi sebagian masyarakat asal Bawean adalah bekerja di kebun atau sebagai
sopir.

 GEOGRAFI

Jawa Timur terletak antara 111,0′ BT hingga 114,4′ BT dan Garis Lintang 7,12” LS dan 8,48 ‘LS
dengan luas wilayah 47.157,72 Km2.

Secara umum Jawa Timur dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu Jawa Timur daratan
dengan proporsi lebih luas hampir mencakup 90% dari seluruh luas wilayah Propinsi Jawa Timur
dan wilayah Kepulauan Madura yang hanya sekitar 10 % saja.

Jawa Timur mempunyai 229 pulau terdiri dari 162 pulau bernama dan 67 pulau tak bernama,
dengan panjang pantai sekitar 2.833,85 Km.

Batas-batas wilayah propinsi Jawa Timur sebagai berikut :

Batas Daerah :

– Sebelah Utara dengan Laut Jawa dan Pulau Kalimantan, Propinsi Kalimantan Selatan

– Sebelah Selatan dengan Samudra Indonesia

– Sebelah Barat dengan Propinsi Jawa Tengah

– Sebelah Timur dengan Selat Bali / Propinsi Bali


 Rumah Adat

Rumah adat Jawa Timur dinamakan Rumah Situbondo. Rumah Situbondo merupakan
model rumah adat Jawa Timur yang mendapat pengaruh dari rumah Madura. Rumah itu
tidak mempunyai pintu belakang dan tanpa kamar-kamar pula. Serambi depan tempat
menerima tamu laki-laki dan tamu perempuan diterima di serambi belakang. Mereka
masuk dari samping rumah.

Rumah Adat Jawa Timur


 Pakaian Adat

Pakaian adat yang dipakai prianya berupa tutup kepala (destar), baju lengan panjang
tanpa leher dengan baju dalam warna belang-belang. Sepotong kain tersampir di bahunya
dan ia memakai celana panjang sebatas lutut dengan ikat pinggang besar.
Sedangkan wanitanya memakai baju kebaya pendek dengan kain sebatas lutut. Perhiasan
yang dipakainya adalah kalung bersusun dan gelang kaki.

 Tari-tarian Daerah Jawa Timur

a) Tari Remo, sebuah tarian dari Surabaya yang melambangkan jiwa kepahlawanan.
Ditarikan pada waktu menyambut tamu agung.
b) b. Reog Ponorogo, merupakan tari daerah Jawa Timur yang menunjukkan
keperkasaan, kejantanan, dan kegagahan.
c) c. Tari Tandakan, adalah jenis tari pergaulan yang digali dan digarap berdasarkan
tari tradisional yang berkembang didaerah Jombang, dan sekitarnya. Sebagai tari
pergaulan maka tari ini bersuasana gembira dan berkesan akrab.
Tari Remo
 Senjata Tradisional

Senjata yang sangat terkenal di Jawa Timur adalah clurit. Clurit adalah sejenis arit dan
bentuknya cukup mengerikan. Orang-orang Madura sering menyelipkan clurit di
pinggangnya. Senjata lainnya di Jawa Timur adalah sondre, kodi, tombak, pisau belati, dan
arit bulu ayam.

Clurit

 Cerita rakyat jawa timur

1. Kisah Rakyat Ande-Ande Lumut


2. Sejarah Singkat Asal Usul Reog Ponorogo – Cerita Rakyat Jatim

3. Dongeng Rakyat dari Jawa Timur : Kisah Arya Menak

 Adat istiadat
Adat istiadat masyarakat Osing merupakan perpaduan budaya Jawa, Madura, dan
Bali. Sementara adat istiadat Suku Tengger banyak dipengaruhi oleh budaya Hindu.
Masyarakat desa di Jawa Timur, seperti halnya di Jawa Tengah, memiliki ikatan yang
berdasarkan persahabatan dan teritorial. Berbagai upacara adat yang diselenggarakan
antara lain: tingkepan (upacara usia kehamilan tujuh bulan bagi anak pertama),
babaran (upacara menjelang lahirnya bayi), sepasaran (upacara setelah bayi berusia
lima hari), pitonan (upacara setelah bayi berusia tujuh bulan), sunatan, pacangan.
Penduduk Jawa Timur umumnya menganut perkawinan monogami. Sebelum
dilakukan lamaran, pihak laki-laki melakukan acara nako'ake (menanyakan apakah si
gadis sudah memiliki calon suami), setelah itu dilakukan peningsetan (lamaran).
Upacara perkawinan didahului dengan acara temu atau kepanggih. Masyarakat di
pesisir barat: Tuban, Lamongan, Gresik, bahkan Bojonegoro memiliki kebiasaan
lumrah keluarga wanita melamar pria, berbeda dengan lazimnya kebiasaan daerah lain
di Indonesia, dimana pihak pria melamar wanita. Dan umumnya pria selanjutnya akan
masuk ke dalam keluarga wanita.Untuk mendoakan orang yang telah meninggal,
biasanya pihak keluarga melakukan kirim donga pada hari ke-1, ke-3, ke-7, ke-40, ke-
100, 1 tahun, dan 3 tahun setelah kematian.
1. tingkepan (upacara usia kehamilan tujuh bulan bagi anak pertama)

Arti atau Makna Upacara Tingkeban

Upacara Tingkeban adalah salah satu tradisi masyarakat Jawa, upacara ini disebut juga
mitoni berasal dari kata pitu yang arti nya tujuh. Upacara ini dilaksanakan pada usia
kehamilan tujuh bulan dan pada kehamilan pertama kali. Upacara ini bermakna bahwa
pendidikan bukan saja setelah dewasa akan tetapi semenjak benih tertanam di dalam rahim
ibu. Dalam upacara ini sang ibu yang sedang hamil dimandikan dengan air kembang setaman
dan disertai doa yang bertujuan untuk memohon kepada Tuhan YME agar selalu diberikan
rahmat dan berkah sehingga bayi yang akan dilahirkan selamat dan sehat.

Menurut tradisi Jawa, upacara dilaksanakan pada tanggal 7 , 17 dan 27 sebelum bulan
purnama pada penanggalan Jawa, dilaksanakan di kiri atau kanan rumah menghadap kearah
matahari terbit. Yang memandikan jumlahnya juga ganjil misalnya 5,7,atau 9 orang. Setelah
disiram, dipakaikan kain /jarik sampai tujuh kali, yang terakhir/ ketujuh yang dianggap paling
pantas dikenakan. Diikuti oleh acara pemotongan tumpeng tujuh yang diawali dengan doa
kemudian makan rujak, dan seterusnya. Hakekat dasar dari semua tradisi Jawa adalah suatu
ungkapan syukur dan permohonan kepada Yang Maha Kuasa untuk keselamatan dan
kenteraman, namun diungkapkan dalam bentuk lambang-lambang yang masing-masing
mempunyai makna.

Prosedur Upacara Tingkeban

Dalam upacara tingkeban tidak sembarangan dilaksanakan begitu saja adapun cara cara
dalam melaksanakan upacara tingkeban ini antara lain adalah :

Siraman yang di lakukan oleh para sesepuh sebanyak 7 orang termasuk ayah dan ibu wanita
hamil serta suami dari calon ibu. Siraman ini bermakna memohon doa restu agar proses
persalinan lancar dan anak yang akan dilahirkan selamat dan sehat jasmani dan rohani.
Sebaiknya yang memandikan adalah orang tua yang sudah mempunyai cucu.

Setelah siraman selesai, dilanjutkan dengan upacara memasukan telur ayam dan cengkir
gading. Calon ayah memasukan telur ayam mentah ke dalam sarung/kain yang di kenakan
oleh calon ibu melalui perut sampai pecah kemudian menyusul kedua cengkir gading di
teroboskan dari atas ke dalam kain yang di pakai calon ibu sambil di terima di bawah oleh
calon nenek dan kelapa gading tersebut di gendong oleh calon nenek dan di letak kan
sementara di kamar. Hal ini merupakan symbol harapan semoga bayi akan lahir dengan
mudah tanpa ada halangan.

Upacara Ganti Pakaian. Calon Ibu mengenakan kain putih sebagai dasar pakaian pertama,
kain tersebut melambangkan bahwa bayi yang akan di lahirkan adalah suci dan mendapat
berkah dari Tuhan

2. sepasaran (upacara setelah bayi berusia lima hari)

Sepasaran merupakan upacara adat bagi bayi berumur lima hari. Upacara ini terkadang
dilakukan bersamaan dengan pemberian nama pada sang bayi upacara ini bisa dilakukan
secara meriah.

Hadiah yang dibagikan berupa minuman segar beserta makanan makanan pasar atau biasa
disebut juga jajanan pasar. Selain itu juga terkadang ada pula yang dibungkus rapi ataupun
lainnya untuk dibawa pulang.

3. pacangan.
Penduduk Jawa timur juga umumnya menganut perkawinan monogami.
Sebelum dilakukan lamaran, pihak laki-laki melakukan acara nako’ake
(menanyakan apakah si gadis sudah memiliki calon suami), setelah itu
dilakukan peningsetan (lamaran). Upacara perkawinan didahului dengan
acara temu atau kepanggih.

 Lagu-lagu Daerah Jawa Timur, Lengkap Beserta Videonya


1. Rek Ayo Rek
2. Keraban Sape
3. Tanduk Majeng
4. Gai Bintang
5. Kembang Malathe
6. Bapak Tane

2. Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan. Ibu
kotanya adalah Banjarmasin. Provinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km²[5] dengan
populasi hampir 3,7 juta jiwa.
Provinsi ini mempunyai 11 kabupaten dan 2 kota. DPRD Kalimantan Selatan dengan surat
keputusan No. 2 Tahun 1989 tanggal 31 Mei 1989 menetapkan 14 Agustus 1950 sebagai Hari Jadi
Provinsi Kalimantan Selatan. Tanggal 14 Agustus 1950 melalui Peraturan Pemerintah RIS No. 21
Tahun 1950, merupakan tanggal dibentuknya provinsi Kalimantan, setelah pembubaran Republik
Indonesia Serikat (RIS), dengan gubernur Dokter Moerjani. Secara historis wilayah Kalimantan
Selatan mula-mula dibentuk merupakan wilayah Karesidenan Kalimantan Selatan di dalam
Propinsi Kalimantan itu sendiri.

 Suku bangsa[
Mayoritas penduduk Kalimantan Selatan adalah etnis Banjar (74,34%) yang terdiri atas 3
kelompok, yaitu Banjar Kuala, Banjar Pahuluan dan Banjar Batang Banyu. Etnis terbesar
kedua yaitu etnis Jawa (14,51%) yang menempati kawasan transmigrasi.

 Letak Geografis Kalimantan Selatan


Propinsi Kalimantan Selatan dengan ibukotanya Banjarmasin terletak di sebelah selatan pulau
Kalimantan dengan batas-batas: sebelah barat dengan propinsi Kalimantan Tengah, sebelah timur
dengan Selat Makasar, sebelah selatan dengan Laut Jawa dan di sebelah utara dengan propinsi
Kalimantan Timur.

Propinsi Kalimantan Selatan secara geografis terletak di antara 114 19" 33" BT - 116 33' 28 BT dan
1 21' 49" LS 1 10" 14" LS, dengan luas wilayah 37.377,53 km² atau hanya 6,98 persen dari luas
pulau Kalimantan. Daerah yang paling luas di propinsi Kalsel adalah Kabupaten Kotabaru dengan
luas 13.044,50 km², kemudian Kabupaten Banjar dengan luas 5.039,90 km² dan Kabupaten
Tabalong dengan luas 3.039,90 km², sedangkan daerah yang paling sempit adalah Kota
Banjarmasin dengan luas 72,00 km².

Kalimantan Selatan secara geografi terletak di sebelah selatan pulau Kalimantan dengan luas
wilayah 37.530,52 km2 atau 3.753.052 ha. Sampai dengan tahun 2004 membawahi
kabupaten/kota sebanyak 11 kabupaten/kota dan pada tahun 2005 menjadi 13 kabupaten/kota
sebagai akibat dari adanya pemekaran wilayah kabupaten Hulu Sungai Utara dengan Kabupaten
Balangan dan Kabupaten Kotabaru dengan Kabupaten Tanah Bumbu. Luas wilayah propinsi
tersebut sudah termasuk wilayah laut propinsi dibandingkan propinsi Kalimantan Selatan. Luas
wilayah masing-masing Kabupaten Tanah Laut 9,94 %; Tanah Bumbu 13,50%; Kotabaru 25,11%;
Banjar 12,45%; Tapin 5,80%; Tabalong 9,59%; Balangan 5,00%; Batola 6,33%; Banjarbaru 0,97%
dan Banjarmasin 0,19%.

Daerah aliran sungai yang terdapat di Propinsi Kalimantan Selatan adalah: Barito, Tabanio,
Kintap, Satui, Kusan, Batulicin, Pulau Laut, Pulau Sebuku, Cantung, Sampanahan, Manunggal dan
Cengal. Dan memiliki catchment area sebanyak 10 (sepuluh) lokasi yaitu Binuang, Tapin, Telaga
Langsat, Mangkuang, Haruyan Dayak, Intangan, Kahakan, Jaro, Batulicin dan Riam Kanan.

 Rumah Adat
Rumah adat Kalimantan Selatan dinamakan Rumah Banjar Bubungan Tinggi. Rumah Banjar
Bunbungan Tinggi mempunyai atap tinggi. Bagian depan rumah berfungsi sebagai teras yang
dinamakan pelatar, tempat anggota keluarga bersantai.

Rumah ini merupakan rumah panggung dan dibawahnya dapat digunakan untuk menyimpan
padi dan sebagainya. Seluruh rumah terbuat dari kayu ulin dan atapnya dari sirap kayu ulin.

Rumah Banjar Bubungan Tinggi

 Pakaian Adat

Pria memakai pakaian adat berupa tutup kepala(destra), baju rompi, sarung sebatas dengkul
dan celana panjang yang disebut selawar. Sedangkan sebilah keris diselipkan didepan perut.
Wanitanya memakai tutup kepala berhiasankan kembang goyang yang disebut sumping, baju
dan kain bersulam emas. Perhiasan yang dipakainya beruapa anting anting, kalung, pending,
dan gelang. Pakaian pengantinini berdasarkan adat banjar.
 Tari tarian Daerah Kalimantan Selatan
a. Tari Baksa Kembang, merupakan tai selamat datang pada tamu agung dengan
menyampaikan untaian bunga.
b. Tari Radap Rahayu, dipertunjukkan pada upacara tepung tawar, sebelum pengantun
pria dan wanita dipersandingkan dipelaminan.
c. Tari Mantang Gandut, tari gandut merupakan jenis tari garapan yang diangkat dari tari
tradisional Kalimantan Selatan. Tari ini termasuk jenis tari pergaulan, dimana penari
wanita, yang dinamakan Gandut, berusaha menarik simpati penonton, sedangkan
penari pria(Mantang) menyambut tantangan itu dengan memilih pasangannya.

Tari Baksa Kembang


4. Senjata Tradisional

Keris adalah salah satu senjata tradisonal diKalimantan Selatan. Ukurannya paling panjang
lebih kurang 30cmdan matanya terlogam lainnya. Senjata buat dari besi dicampur logam
lainnya. Senjata lainnya adalah anak mandau, bujak (sejenis tombak), sumpitan, dan beliung.

Keris

 Cerita rakya kalsel

a. Hikayat Putmaraga

b. Legenda telaga bidadari


 Adat istiadat kalsel
1) Upacara Adat Aruh Bahari

Lima balian (tokoh adat) yang memimpin upacara ritual ,berlari kecil sambil membunyikan
gelang hiang (gelang terbuat dari tembaga kuningan) mengelilingi salah satu tempat pemujaan
sambil membaca mantra, Dihadiri warga Dayak sekitarnya.

Prosesi adat ini dikenal dengan Aruh Baharin, pesta syukuran yang dilakukan gabungan keluarga
besar yang berhasil panen padi di pahumaan (perladangan) . Upacara Adat Aruh Baharin, Pesta
yang berlangsung tujuh hari itu terasa sakral karena para balian yang seluruhnya delapan orang
itu setiap malam menggelar prosesi ritual pemanggilan roh leluhur untuk ikut hadir dalam pesta
tersebut dan menikmati sesaji yang dipersembahkan.

2. Upacara Adat Maccera Tasi

Upacara Adat Macceratasi merupakan upacara adat masyarakat nelayan tradisional di


Kabupaten Kota Baru, Kalimantan
Selatan. Upacara ini sudah
berlangsung sejak lama dan terus
dilakukan secara turun-temurun
setiap setahun sekali. Beberapa
waktu lalu, upacara ini kembali

digelar di Pantai Gedambaan atau

disebut juga Pantai Sarang Tiung.

Prosesi utarna Macceratasi adalah penyembelihan kerbau, kambing,


dan ayam di pantai kemudian darahnya dialirkan ke laut dengan
maksud memberikan darah bagi kehidupan laut. Dengan
pelaksanaan upacara adat ini, masyarakat yang tinggal sekitar pantai
dan sekitarnya, berharap mendapatkan rezeki yang melimpah dari kehidupan laut.

3. Upacara Adat Babalian Tandik

Selain Upacara Adat Macceratasi, Kabupaten Kota Baru juga mempunyai upacara adat lainnya,
seperti Upacara Adat Babalian Tandik, yakni kegiatan ritual yang dilakukan oleh Suku Dayak
selama seminggu. Puncak acara dilakukan di depan mulut Goa dengan sesembahan
pemotongan hewan qurban. Upacara ini diakhiri dengan Upacara Badudus atau penyiraman Air
Dudus. Biasanya yang didudus (disiram) seluruh pengunjung yang hadir sehingga mereka basah
semua.

4. Upacara Adat Mallasuang Manu,

yakni upacara melepas sepasang ayam untuk diperebutkan kepada masyarakat sebagai rasa
syukur atas melimpahnya hasil laut di Kecamatan Pulau Laut Selatan. Upacara ini dilakukan
Suku Mandar yang mendominasi kecamatan tersebut, setahun sekali tepatnya pada bulan
Maret. Upacara ini berlangsung hampir seminggu dengan beberapa kegiatan hiburan rakyat
sehingga berlangsung meriah.
5. Upacara Adat Mandi Tian Mandaring

Upacara adat dalam memperingati usia kandungan 7 bulan ternyata di Kalimantan Selatan
dinamakan Upacara Mandi Tian Mandaring sering pula disebut dengan istilah bapagar
mayang,atau urang banjar bemandi-mandi karena tempat mandi dalam upacara itu
menggunakan pagar mayang. Upacara ini khusus diadakan untuk wanita hamil yang usia
kandungannya sudah mencapai tujuh bulan.

6. Upacara Basunat Kalimantan Selatan

7. Upacara Adat Pernikahan Di Kalimantan Selatan

Basasuluh

Basasuluh merupakan kegiatan untuk saling mengenal antar calon mempelai. Kegiatan ini
seperti tradisi ta’aruf dalam Islam dimana mempelai pria yang didampingi oleh keluarga
berusaha untuk mendapatkan informasi mengenai calon yang ingin dinikahinya. Bila kedua
calon telah mendapatkan informasi satu sama lainnya dan merasa cocok maka bisa
dilanjutkan dengan upacara badatang.
Badatang

Badatang merupakan kegiatan dimana mempelai pria dan beserta keluarganya mendatangi
keluarga calon mempelai wanita yang ingin diperistri. Tradisi badatang hampir sama dengan
tradisi lamaran. Calon mempelai pria dan keluarga menyampaikan maksud dan tujuannya
untuk meminang calon istri. Di dalam acara badatang kemudian akan ditetapkan pula waktu
untuk melaksanakan pernikahan.

Nikah

Acara nikah suku Banjar biasa disebut juga dengan ‘Meantar Jujuran’. Pada acara nikah,
mempelai pria dan mempelai wanita dinikahkan sesuai dengan hukum agama yang berlaku.
Bila calon mempelai beragama Islam maka pernikahan dilakukan sebagaimana hukum
pernikahan dalam Islam dengan menghadirkan penghulu, mahar, ijab qabul dan juga saksi-
saksi.
Batimung

Batimung merupakan upacara mandi uap yang dilakukan oleh pengantin pria dan pengantin
wanita. Biasanya dilakukan 3 hari sebelum upacara pernikahan dan resepsi pernikahan.
Upacara mandi uap dilakukan untuk menguras keringat kedua calon agar lebih bersih dan
wangi, sehingga ketika nanti tiba waktu persandingan, kedua mempelai pengantin tidak
akan mengeluarkan keringat lagi.

Badudus

Tradisi badudus adalah kegiatan mandi kembang yang dilakukan oleh mempelai wanita.
Mirip seperti tradisi siraman pada masyarakat suku Jawa. Tradisi badudus dilakukan pada
pagi hari sebelum acara persandingan. Mempelai wanita dimandikan dengan air yang telah
dilengkapi dengan berbagai macam taburan bunga. Pada saat tradisi badudus ini pula
dilakukan tradisi yang namanya Belarap, yakni tradisi mencukur dan membentuk rambut
pengantin wanita.

Batapung Tawar

Upacara Batapung Tawar dilakukan bersamaan dengan upacara badudus. Upacara


batapung tawar dilakukan sebagai bentuk penebusan atas berakhirnya masa perawan dari
seorang wanita yang akan menikah. Dalam upacara batapung tawar disediakan berbagai
perangkat yang melambangkan keperluan pokok rumah tangga. Diantara perangkat yang
disiapkan adalah seperti beras, kelapa, gula merah, ayam, telur ayam, pisau, lilin, uang koin
(receh), jarum dan benang, sirih, rokok daun dan berbagai rempah-rempah dapur. Masing-
masing perangkat memiliki kandungan makna filosofisnya sendiri-sendiri yang
menggambarkan makna kehidupan berumah tangga. Berbagai perangkat tersebut
dimasukkan kedalam sebuah keranjang yang kemudian diserahkan kepada tetua adat
kampung yang memimpin jalannya upacara badudus.

Walimahan

Upacara walimahan merupakah acara resepsi atau pesta pernikahan yang dilaksanakan
oleh keluarga pengantin dengan mengundang sanak keluarga dan kerabat untuk
memberikan restu kepada pengantin. Pada acara walimah suku Banjar, kegiatan gotong
royong sangat kental terasa. Dalam tradisi mereka, tuan rumah penyelenggara resepsi tidak
diperbolehkan untuk mengurus kepanitiaan pernikahan, para tetanggalah yang kemudian
secara gotong royong membentuk semacam kepanitiaan guna mengurusi segala macam
keperluan pesta pernikahan yang akan diselenggarakan, mulai dari kebutuhan tenda, sajian
kesenian, sajian makanan bagi para tamu undangan dan berbagai urusan dan kebutuhan
pesta lainnya.

Petataian

Petataian merupakan kursi dan hiasan pelaminan khas Banjar yang disiapkan sebagai
tempat pengantin untuk menerima para tamu undangan. Petataian biasanya diberi hiasan
dibagian belakang kursi pengantin maupuan di sisi kanan dan sisi kirinya, seperti hiasan
ornamen kain, maupun gucci dan tanaman sebagai pemanis dan pengindah pelaminan.
Batataian

Batataian merupakan kegiatan puncak pernikahan. Pengantin pria dan wanita bersanding di
kursi petataian dan kemudian keduanya menerima para tamu undangan. Namun sebelum
pengantin menerima tamu undangan biasanya didahului dengan upacara sujud pada orang
tua serta makan bersama, baru kemudian pengantin diarak untuk duduk di petataian.

 Lagu Daerah : Sapu Tangan Bapucu Ampat, Ampar Ampar Pisang.

Anda mungkin juga menyukai