Abstrak: Nyeri kolik pada penderita batu ureter merupakan gangguan urologi yang paling
menyakitkan. Nyeri kolik timbul karena adanya obstruksi dan hambatan pasase material dalam
organ berongga. Kolik sangat dipengaruhi oleh ukuran batu, lokasi batu, derajat obstruksi, dan
variasi anatomi tiap individu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara nyeri
kolik dengan lokasi batu ureter pada pasien batu ureter unilateral. Penelitian dilakukan pada 1 Juni
2012 – 1 Juni 2013 di Departemen Urologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dengan mengambil
1146 data rekam medis pasien dengan batu ureter unilateral tahun 2009-2011. Data dikelompokkan
sesuai dengan ada tidaknya nyeri kolik dan lokasi batu (proksimal dan distal ureter), lalu dihitung
persentase perbandingan nyeri kolik dan lokasi batu dengan uji chi-square untuk melihat
kemaknaannya. Sebagian besar pasien penderita batu ureter adalah laki-laki (73%). Kolik terjadi
pada sebagian besar pasien (65,1%). Pasien kolik dengan batu ureter distal lebih banyak dari pada
batu ureter proksimal (55,4%) (p=0,000, CI95%: 0,584). Disimpulkan bahwa terdapat hubungan
bermakna antara nyeri kolik dengan lokasi batu ureter.
Abstract: Colic pain in ureteral stone patients is the most painful urologic symptom. Colic pain
occurs when there is an obstruction and passage barrier materials in organs with lumens. Colic pain
is mostly affected by stone size, location, degree of obstruction, and individual anatomical
variation. This study’s objective is to know the relationship between colic pain occurences and
stone locations in unilateral ureteral stone patients. The study was conducted on June 1st, 2012 -
June 1st, 2013 in the Department of Urology Cipto Mangunkusumo Hospital by using the 1146
medical records of unilateral ureteral stones patients in 2009-2011. Data are grouped according to
the presence or absence of pain colic and stone location (proximal and distal ureter), and then the
percentage ratio of colic pain and the stone location are calculated using the chi-square test to see its
relationship. It is found that from patients with ureteral stone, 73% of them is male and colic pain
occurs in 65,1% of the total patients. Patients with distal ureteral stones have colic pain occurs more
than in proximal ureteral stones (55,4%) (p=0,000, CI 95%= 0,584). In conclusion, there is a
relationship between colic pain and ureteral stone location.
Tinjauan Pustaka
Ureter adalah struktur tubular bilateral yang bertanggung jawab untuk menyalurkan urin dari
pelvis ginjal ke kandung kemih. Ureter umumnya memiliki panjang 22-30 cm dengan dinding
terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan yang paling dalam adalah lapisan epitel transisi. Selanjutnya
adalah lamina propria. Ini adalah lapisan jaringan ikat yang ada sepanjang epitel membentuk lapisan
mukosa. Yang melapisi lamina propria adalah lapisan otot polos yang berbatasan dengan otot yang
menutupi calyces ginjal dan pelvis, meskipun dalam ureter lapisan ini dibagi menjadi lapisan dalam
longitudinal dan lapisan luar yang melingkar, lapisan-lapisan otot ini bekerja sinergis memberikan
gelombang peristaltik yang aktif mengangkut urin dari sistem pengumpulan ginjal melalui ureter ke
kandung kemih. Lapisan terluar dari ureter adalah lapisan adventitia. Lapisan tipis ini mengelilingi
ureter dan meliputi pembuluh darah dan limfatik yang berjalan sepanjang ureter.
Ureter dimulai di persimpangan ureteropelvic, yang terletak di posterior arteri dan vena
ginjal. Kemudian berlangsung inferior sepanjang tepi anterior dari otot psoas. Sebelah anterior,
ureter kanan berhubungan dengan usus asendens, sekum, kolon mesenterium, dan usus buntu.
Ureter kiri erat berkaitan dengan kolon desendens dan sigmoid. Sekitar sepertiga dari jalan ke
kandung kemih ureter dilintasi oleh pembuluh gonad. Saat memasuki panggul, ureter melintasi
pembuluh darah iliaka.Ureter normal tidak memiliki diameter yang sama, terdapat tiga penyempitan
fisiologis yang terdapat pada ureter. Tiga penyempitan tersebut berada pada persimpangan
ureteropelvic, persilangan dengan vasa iliaka, dan persimpangan ureterovesical.
Penyempitan pertama terjadi pada persimpangan ureteropelvic, pelvis ginjal mengecil ke
dalam ureter proksimal. Penyempitan kedua terjadi saat ureter melintasi pembuluh iliaka. Hal ini
disebabkan kombinasi dari kompresi ekstrinsik dari ureter oleh pembuluh iliaka dan angulasi
anterior diperlukan ureter saat melintasi pembuluh iliaka untuk masuk ke dalam pelvis.
Metode
Desain penelitian yang digunakan adalah studi cross-sectional untuk mengetahui
hubungan antara nyeri kolik dengan lokasi batu ureter pada penderita batu ureter unilateral di
Departemen Urologi RSCM Tahun 2009 – 2011. Penelitian ini dilaksanakan di Departemen
Urologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Juni 2012
hingga Juni 2013. Populasi target dari penelitian ini adalah pasien batu ureter unilateral.
Populasi terjangkau penelitian ini adalah pasien batu ureter unilateral di Departemen Urologi
RSCM. Subyek penelitian ini adalah pasien batu ureter unilateral di Departemen Urologi RSCM
periode tahun 2009 – 2011, dengan mengambil rekam medis yang sesuai dengan kriteria inklusi
dan eksklusi yang telah ditetapkan. Penetapan besar sampel dalam penelitian cross-sectional ini
digunakan rumus sehingga didapatkan jumlah minimal sampel yang diperlukan adalah 97 rekam
medis pasien dan harus ditambahkan 10% mengingat adanya kemungkinan drop out. Tetapi
karena peneliti memiliki banyak data yang dapat diolah sesuai dengan kriteria inklusi dan
kriteria ekslusi, maka peneliti memasukkan 1146 rekam medis pasien sesuai dengan jumlah
pasien selama 3 tahun (2009 - 2011) sehingga besarnya n2 menjadi 1146. Sehingga jumlah
sampel yang digunakan adalah 1146 rekam medis pasien. Kriteria inklusinya adalah Rekam
medis pasien urolithiasis di Departemen Urologi pada tahun 2009-2011, Jenis kelamin laki-laki
dan perempuan, Mengalami urolitihiasis di saluran ureter dan batu hanya berada di salah satu
saluran ureter saja, Jumlah batu yang berada di ureter tersebut hanya ada satu, Ukuran Batu
Ureter dibawah 20 mm. Kriteria Eksklusinya Data dari rekam medis tidak lengkap. Kriteria
Drop Out tidak ada dalam penelitian ini. Variabel bebas dari penelitian adalah Lokasi batu
ureter dan Variabel terikatnya adalah nyeri kolik. Alat dan Bahan yang digunakan adalah Alat
tulis, buku catatan, Program PASW 18, dan Formulir penelitian. Peneliti mengambil rekam
medis yang kemudian diseleksi sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditentukan.
Rekam medis yang sesuai dengan kriteria tersebut kemudian dimasukkan semua sebagai sampel.
Peneliti mengambil data-data yang dibutuhkan dari rekam medis yang telah diseleksi diambil
dan dikumpulkan ke dalam tabel untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan korelasi yang ingin
diketahui. Data yang akan diambil dari rekam medis adalah Lokasi batu, Nyeri kolik, dan Jenis
kelamin. Data akhir yang diperoleh berupa tabel berisi semua data-data yang diperlukan seperti
yang tercantum diatas. Data tersebut kemudian akan diubah ke dalam skala kategorik yang telah
ditetapkan dalam definisi operasional riset ini. Data tersebut lalu diolah dengan menggunakan
PASW Statistics version 18 dimana diuji dengan uji Chi-square dan karenatelah memenuhi
Hasil
Data penelitian ini didapatkan dari data rekam medis pasien dengan batu ureter unilateral
dari hasil pemeriksaan di Departemen Urologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Penelitian
dilakukan dengan mengambil dan mengelompokkan dua variabel untuk selanjutnya dianalisa
keterkaitannya. Variabel pertama, yaitu ada atau tidaknya nyeri kolik yang dialami oleh pasien
dengan batu ureter unilateral. Variabel kedua adalah lokasi batu saluran kemih yang terdapat pada
ureter, yang dibagi menjadi proksimal dan distal. Lokasi batu ureter dikategorikan menjadi
proksimal ureter dan distal ureter terhadap ginjal, dimana yang menjadi garis pembagi adalah
perlintasan arteri dan vena iliaka di dekat ureter.13
Peneliti mengambil sampel sebanyak 1146 pasien yang berobat di Departemen Urologi
RSCM pada rentang waktu 3 tahun, dari tahun 2009 sampai 2011. Sampel yang didapatkan terdiri
dari 837 pasien laki-laki dan 309 pasien perempuan. Didapatkan 1146 pasien dari data yang
tercantum pada rekam medisnya termasuk ke dalam kriteria inklusi. Dari keseluruhan subyek
memiliki usia 19 – 75 tahun, dengan rerata usia 44,01 tahun. Selanjutnya diambil data yang
berkaitan dengan variabel yang akan dianalisa sesuai dengan yang dibutuhkan dan data tersebut
dikategorikan sehingga didapatkan data sebagai berikut :
Kelamin
Lokasi Batu Ureter
Laki-laki Perempuan Jumlah
Ureter Proksimal 416 (36,3%) 149 (13%) 565 (49,3%)
Ureter Distal 421 (36,7%) 160 (14%) 581 (50,7%)
837 (73%) 309 (27%) 1146 (100%)
Dapat dilihat dari tabel 4.1 dari total jumlah pasien yang menderita batu ureter,
perbandingan jumlah pasien laki-laki lebih banyak dibandingakan jumlah pasien perempuan yang
menderita penyakit batu ureter. Dari total pasien yang menderita batu ureter, 73% adalah laki-laki
dan 27% adalah perempuan.
Tabel 4.2 Perbandingan pasien kolik dan tidak kolik dengan lokasi batu ureter proksimal dan
distal.
Kolik
Lokasi Batu Ureter
Positif Negatif Jumlah
Ureter Proksimal 333 (29,1%) 232 (20,2%) 565 (49,3%)
Ureter Distal 413 (36%) 168 (14,7%) 581 (50,7%)
746 (65,1%) 400 (34,9%) 1146 (100%)
500
400
300
Ureter
Proksimal
Ureter
Distal
200
100
0
Kolik
Tidak
Kolik
Dapat dilihat dari tabel 4.2 bahwa jumlah pasien yang mengalami nyeri kolik lebih banyak
dari pada pasien yang tidak mengalami nyeri kolik, yaitu 746 orang dari jumlah seluruh sampel
yaitu 1146 pasien, dengan persentase hasil 65,1%. Demikian pula dengan yang tidak mengalami
nyeri kolik yaitu 400 pasien dari jumlah seluruh sampel 1146 pasien, dengan persentase hasil
34,9%. Jumlah pasien yang mengalami kolik dengan lokasi batu ureter dibagian proksimal lebih
sedikit dibandingkan dengan jumlah pasien yang mengalami kolik dengan lokasi batu ureter
dibagian distal. Jumlah pasien yang mengalami kolik di ureter bagian proksimal yaitu 333 pasien,
sementara jumlah pasien yang mengalami kolik di ureter bagian distal yaitu 413 pasien. Dari total
pasien yang mengalami kolik, 44,6% dengan batu ureter proksimal dan 55,4% dengan batu ureter
distal. Jumlah pasien yang tidak mengalami kolik dengan lokasi batu ureter dibagian proksimal
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pasien yang tidak mengalami kolik dengan lokasi batu
ureter dibagian distal. Jumlah pasien yang tidak mengalami kolik di ureter bagian proksimal yaitu
232 pasien, sementara jumlah pasien yang tidak mengalami kolik di ureter bagian distal yaitu 168
pasien. Dari total pasien yang tidak mengalami kolik, 58% dengan batu ureter proksimal dan 42%
dengan batu ureter distal. Dari grafik 4.1 dapat dilihat dari seluruh pasien yang mengalami batu
ureter unilateral, lokasi batu ureter di distal dan memiliki nyeri kolik merupakan kasus terbanyak.
Odds ratio dari variabel nyeri kolik dan lokasi batu ureter sebesar 0,584 dengan Confidence
Interval 95% berada pada interval 0,457 – 0,746. Selanjutnya, dilakukan analisa terhadap kaitan
antara nyeri kolik dengan lokasi batu ureter. Analisa dilakukan dengan menggunakan uji chi-
square, dari kedua variabel dan hasilnya didapatkan nilai p=0,000. Agar analisa keterkaitan dua
Pembahasan
Nyeri kolik pada penderita batu ureter merupakan salah satu gangguan urologi yang paling
menyakitkan. Penderita dengan batu ureter mempunyai keluhan yang bervariasi mulai dari tanpa
keluhan, disuria, hematuria, retensio urin, anuria, dan sakit pinggang ringan sampai dengan kolik.
Pada penelitian ini, telah didapatkan 1146 data pasien batu ureter dari Departemen Urologi Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo dari tahun 2009 - 2011. Data-data tersebut sudah memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi. Dari data-data tersebut akan dicari hubungan nyeri kolik dengan lokasi batu
ureter pada penderita batu ureter unilateral.
Dari hasil yang sudah didapatkan, peneliti menemukan 837 pasien batu ureter adalah laki-
laki dan 309 pasien adalah perempuan. Dari data tersebut dapat terlihat perbandingan jumlah pasien
laki-laki dan perempuan hampir 3:1. Perbandingan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rahardjo D dan Hamid R pada tahun 2004 yang menyebutkan bahwa insidensi batu ureter di
Indonesia dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2002 terus meningkat dan laki-laki lebih sering dari
pada perempuan dengan perbandingan 3:1. Dalam European Association of Urology Guidelines
tahun 2007 juga menyebutkan bahwa insidensi batu ureter semakin meningkat tiap tahunnya dengan
perbandingan laki-laki dan perempuan 3:1.
Hal ini dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap
pembentukan batu. Faktor-faktor tersebut antara lain adanya faktor genetik, biologik dan
lingkungan. Faktor genetik yang berperan adalah adanya septiuria, hiperkalsiuria primer, dan
hiperoksaliuria primer. Faktor biologik yang berperan adalah terjadinya supersaturasi urin,
kekurangan faktor proteksi, perubahan pH urin, nucleasi serta faktor yang dapat melekatkan kristal
tubulus renalis. Serta faktor lingkungan seperti penduduk di daerah dengan suhu panas (tropis)
diduga kuat mempunyai resiko lebih tinggi, karena produksi keringat yang lebih banyak sehingga
mengurangi produksi urin. Kebiasaan minum yang sedikitpun juga dapat menjadi faktor pencetus
terjadinya batu, karena banyak minum akan meningkatkan diuresis mencegah terjadinya batu.
Dari faktor-faktor tersebut terlihat laki-laki lebih banyak beresiko dibanding perempuan.
Disamping faktor genetik dan biologik, laki-laki lebih memiliki kebiasaan yang beresiko
menyebabkan batu saluran kemih. Laki-laki lebih banyak bekerja di luar ruangan dan mungkin
ditambah kebiasaan minum yang kurang. Hal tersebut dapat menyebabkan perubahan pH urin. PH
urin dalam sehari kadarnya bervariasi, tetapi pH rata-rata batas toleransi adalah antara 5,6 – 6,5.
Kesimpulan
Batu ureter banyak terjadi pada pria, dengan perbandingan 3 : 1. Dari total pasien dengan
batu ureter, 65,1% kolik. Secara deskriptif didapatkan jumlah pasien yang mengalami kolik dengan
lokasi batu ureter dibagian distal 55,4%, sedangkan jumlah pasien yang mengalami kolik dengan
lokasi batu ureter dibagian proksimal 44,6%. Secara deskriptif didapatkan jumlah pasien yang tidak
mengalami kolik dengan lokasi batu ureter dibagian proksimal 58%, sedangkan jumlah pasien yang
tidak mengalami kolik dengan lokasi batu ureter dibagian distal 42%. Sebagian besar pasien dengan
batu ureter mengalami kolik. Terdapat hubungan yang bermakna antara nyeri kolik dengan lokasi
batu di ureter pada pasien batu ureter unilateral yang dibuktikan dengan uji Chi-square (p=<0,05).
Saran
Diperlukan penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor yang dapat mencetuskan nyeri kolik
pada pasien dengan batu ureter terutama mengenai perbedaan ukuran batu ureter, lamanya
obstruksi, dan derajat obstruksi yang ditimbulkan.
13. Walsh PC, Refik AB, Vaughan ED Jr, Wein AJ (eds): Campbell’s Urology, 9th ed.
Philadelphia, WB Saunders 2007;37:26-32
14. Shoiker AA, Provoost AP, Nijman RJM. Resistive index in obstructive uropathy. Brit. J
Urol. 1997;80:195-200.
15. Fredric L, Evan A, Worcester E. Kidney stone disease. Science in medicine. 2005;
115:2598–2608.
29. Pais V., Strandhoy J., Assimos D., Pathophisiology of Urinary Tract Obstruction In Walsh
PC, Refik AB, Vaughan ED Jr, Wein AJ (eds): Campbell’s Urology, 9th ed. Philadelphia,
WB Saunders 2007;37:1195-1126.
30. Natarajan V. Obstruction of the upper urinary tract. Surgery 2005; 23:137-141.
31. Shoiker AA, Provoost AP, Nijman RJM. Recoverability of renal function after relief of
chronic partial upper urinary tract obstruction. Brit. J Urol. 1999;83:11-17.
32. Klahr S. Pathophysiology of obstructive nephropathy : a 1991 update. Semin. Nephrol.
1991;11:156-168.