Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“CONGESTIVE HEARTH FAILURE (CHF)”

Oleh :

NI LUH PUTU PUTRI WIDIARI

P07120216010
D-IV KEPERAWATAN TINGKAT II SEMESTER IV

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
CONGESTIVE HEARTH FAILURE (CHF)

I. LATAR BELAKANG

Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa

darah ke seluruh tubuh. Resiko Congestive Heart Failure (CHF) akan meningkat pada

orang lanjut usia (lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini

dapat menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti: hipertensi,

penyakit katub jantung, kardiomiopati dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi kondisi

akut dan berkembang secara tiba-tiba pada miokard infark (Kasron,2012).

Gagal jantung terutama merupakan penyakit usia lanjut. Gagal jantung terjadi

pada 2% pasien berusia dibawah 50 tahun, namun lebih dari 10% pasien berusia di

atas 65 tahun. Harapan hidup 5 tahun < 50%. Penyakit jantung iskemik dan hipertensi

merupakan faktor resiko utama (Aaronson,2010).

Menurut World Health Organization (WHO, 2004) jumlah penderita CHF di

seluruh dunia pada tahun 2004 adalah 5,7 Juta kasus. Asia Tenggaramerupakan

wilayah yangmemiliki jumlah penderitaCHF merupakan penyebab paling umum

hospitalisasi pada orang yang berusia lebih dari 65 tahun. Bahkan di Indonesia,

penyakit ini telah menjadi pembunuh nomor satu. Prevalensi penyakit jantung di

Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat.Dengan perkiraan 4,9juta kasus,

biaya perawatan pasien yang menderita penyakit ini $18 miliar setahun, diperkirakan

50-60% dari 875.000 hospitalisasi setiap tahun dapat dihindari dengan

penatalaksanaan pasien yang lebih baik. Terapi modalitas mencakup medikasi,

penatalaksanaan cairan, perubahan diet, modifikasi gaya hidup, dan pemantauan

tindak lanjut yang intensif. Pendidikan pasien dan kepatuhan merupakan aspek
penting untuk hasil yang baik (Marreli, 2008).

Gagal jantung kongestif disebabkan oleh beberapa faktor, sebuah hasil

penelitiandi Indonesia menunjukan gambaran dari faktor resiko penyakit Gagal

Jantung Kongestif, yaitu faktor keturunan terdapat 15 orang (50%), pasien yang

berjenis kelamin perempuan 16 orang(53,3%), pasien yang berusia 40-59 tahun 15

orang (50%), yang memiliki pola makan yang tidakbaik 29 orang (96,67%), yang

memilki kebiasaan merokok 16 orang (53,3%), yang memiliki riwayatObessitas 13

orang, yang memiliki riwayat DM 15 orang (50%), pasien yang kurang

melakukanaktifitas fisik 27 orang (90%), yang memilki riwayat Hipertensi 20 orang

(66,7%) (Nurhayati,2009).

II. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, sasaran dapat mengetahui
dan mengerti tentang CHF dan penatalaksanaannya.

2. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)


Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 30 menit, sasaran diharapkan
mampu :
a) Menjelaskan kembali pengertian Gagal Jantung dengan
kalimatnya sendiri
b) Menyebutkan kembali 3 dari 6 faktor penyebab Gagal Jantung
dengan baik tepat dan benar.
c) Menyebutkan kembali 4 tanda dan gejala Gagal Jantung dengan
baik tepat dan benar.
d) Menyebutkan 3 cara dari 8 cara penanganan Gagal Jantung
dengan baik tepat dan benar.
e) Menyebutkan 4 cara dari 12 cara pencegahan Gagal jantung
dengan baik,tepat dan benar.
III. MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian Gagal jantung
2. Penyebab Gagal jantung
3. Tanda dan gejala Gagal jantung
4. Cara penanggulangan Gagal jantung
5. Pencegahan gagal jantung

IV. METODE
Adapun metode yang digunakan dalam penyuluhan tentang stroke non
hemoragik ini antara lain :
A. Ceramah
B. Tanya jawab

V. ALAT, MEDIA, DAN SUMBER


A. ALAT
1. Meja
2. Kursi

B. MEDIA
1. Leaflet

C. SUMBER
Aaronson, Philip I. & Jeremy P.T. Ward. (2010). At a Glance: Sistem
Kardiovaskular. Edisi 3. Jakarta : Erlangga.
Carpenito, L.J. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8,
Alih Bahasa Ester M. Jakarta : EGC.
Kasron. (2012). Kelainan dan Penyakit Jantung. Yogyakarta : Nusa
Medika.
Masjoer, Arif M,dkk,2001,Kapita Selekta Kedokteran,Edisi 3:Media
Aesculapius Fakultas kedokteran universitas Indonesia,Jakarta
Nurhayati, Euis. (2009). Gambaran Faktor Resiko Pada Pasien
Penyakit Gagal Jantung Kongestif di Ruang X.A RSUP Dr.
Hasan Sadikin
Bandung.www.stikesayani.ac.id/publikasi/e.../201004-4pdf
VI. SASARAN
Sasaran dari penyuluhan ini adalah keluarga penderita penyakit gagal
jantung.

VII. WAKTU
Hari / Tanggal : Kamis, 14 Juni 2018
Pukul : 10.00 WITA s/d 10.30 WITA
Durasi : 40 menit

VIII. TEMPAT
Penyuluhan dilaksanakan di ruang Sahadewa RSUD Sanjiwani.

Setting tempat

Keterangan

= Moderator

= Penyaji

= Audiens

= Notulen

= Oberver
IX. KEGIATAN PEMBELAJARAN
LANGKAH- KEGIATAN KEGIATAN
NO. WAKTU
LANGKAH PENYULUH SASARAN
1. Pendahuluan 3 menit  Salam Pembukaan  Sasaran antusias
 Perkenalan Diri atas kedatangan
 Penyampaian Tujuan penyuluh
 Kontrak Waktu  Sasaran menjawab
salam penyuluh
2. Penyajian 25 menit Penyampaian materi :  Sasaran menyimak
a. Apersepsi dengan cermat apa
b. Menjelaskan yang disajikan
pengertian gagal oleh penyuluh
jantung  Bertanya apabila
c. Menjelaskan penyebab terdapat hal-hal
gagal jantung yang belum jelas
d. Menjelaskan tanda dan  Mencatat hal-hal
gejala gagal jantung penting yang
e. Menjelaskan cara dijelaskan oleh
penanggulangan Gagal penyuluh.
jantung.
f. Menjelaskan
pencegahan Cara
penanggulangan Gagal
jantung

3. Tanya Jawab 10 menit  Sasaran memberikan  Memberi respon


dan Evaluasi pertanyaan mengenai dengan menjawab
hal-hal yang belum pertanyaan
dimengerti penyuluh dengan
 Penyuluh memberi antusias.
pertanyaan terkait
materi yang telah
disajikan.
5. Penutup 2 menit  Menyimpulkan  Sasaran berterima
penyampaian materi kasih dan
 Menyampaikan terima menjawab salam
kasih penutup dari
 Mengucapkan salam penyuluh.
penutup

X. RENCANA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Tahap persiapan-awal pelaksanaan :
a. Media dan Alat
Media dan alat yang digunakan dalam penyuluhan
kesehatan semua lengkap atau dalam kondisi baik dan
bisa digunakan saat ceramah dan tanya jawab.
Media sudah dipersiapkan, yaitu leaflet mengenai gagal
ginjal 2 hari sebelum pemberian penyuluhan
b. Pemberi Penyuluhan
Pemberi materi sudah siap dalam melakukan
penyuluhan
c. Undangan
Keluarga pasien penderita gagal ginjal. Undangan
disampaikan pada tanggal 13 juni 2018
d. Pengorganisasian
 Kewajiban Pengorganisasian
 Moderator
o Mampu memimpin jalannya diskusi
sesuai dengan runtutan acara.
o Mampu mengendalikan jalannya
penyuluhan agar sesuai dengan
topik.
o Mampu membimbing peserta agar
suasana tetap tenang namun tidak
tegang.
o Melakukan tindakan agar diskusi
tetap fokus dan kondusif.
o Mampu memberikan arahan kepada
peserta.
 Penyaji
o Mampu menyampaikan tujuan
penyuluhan secara jelas
o Mampu menjelasakan materi secara
sistematis
o Mampu menggunakan bahasa yang
sesuai dengan audien
o Mampu menjawab pertanyaan dari
peserta
 Notulen
o Mencatat semua hal yang
disampaikan olehmoderator,
penyaji, atau peserta.
 Observer
o Mampu mengukur ketepatan waktu
2. Evaluasi Proses
 Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta
penyuluhan memahami materi penyuluhan yang diberikan.
 Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan.
 Selama proses penyuluhan terjadi interaksi antara penyuluh dengan
sasaran.
3. Evaluasi Hasil
Tercapai atau tidaknya TIU dan TIK Penyuluhan
Misalnya:
a. Peserta penyuluhan mampu menjelaskan kembali pengertian,
penyebab, dan tanda gejala gagal jantung mencapai 80%.
b. Peserta penyuluhan mampu menjelaskan kembali tentang
pencegahan dan penanganan gagal jantung mencapai 75%.
MATERI TERLAMPIR

A. Pengertian

Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk

memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan

akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif sering digunakan

kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan kanan (Kasron, 2012). Pada gagal

jantung, curah jantung tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh, atau

dapat memenuhi kebutuhan hanya dengan peningkatan tekanan pengisian

(preload). Mekanisme kompensasi mungkin mampu untuk

mempertahankan curah jantung saat istirahat, namun mungkin tidak cukup

selama menjalani latihan fisik. Fungsi jantung akhirnya menurun, dan

gagal jantung menjadi berat (dekompensata) (Aaronson,2010).

 Klasifikasi

Jenis gagal jantung ada bermacam-macam, menurut

Kasron tahun 2012, jenis gagal jantung antara lain:

o Gagal jantungakut-kronik

 Gagal jantung akut terjadinya secara tiba-tiba,

ditandai dengan penurunan kardiak output dan

tidakadekuatnya perfusi jaringan. Ini dapat

mengakibatkan edema paru dan kolaps pembuluh

darah.

 Gagal jantung kronik terjadinya secara perlahan

ditandai dengan penyakit jantung iskemik,

penyakit paru kronis. Pada gagal jantung kronik

terjadi retensi air dan sodium pada ventrikel


sehingga menyebabkan hipervolemia, akibatnya

ventikel dilatasi danhipertrofi.

o Gagal jantungkanan-kiri

 Gagal jantung kiri terjadi karena ventrikel gaga;

untuk memompa darah secara adekuat sehingga

menyebabkan kongesti pulmonal, hipertensi dan

kelainan pada katub aorta/mitral.

 Gagal jantung kanan, disebabkan peningkatan

tekanan pulmo akibat gagal jantung kiri yang

berlangsung cukup lama sehingga cairan yang

terbendung akan berakumulasi secara sistemik

o Gagal jantungsistolik-diastolik

 Sistolik terjadi karena penurunan kontraktilitas

ventrikel kiri sehingga ventrikel kiri tidak mampu

memompa darah akibatnya kardiak output

menurun dan ventrikelhipertrofi.

 Diastolik karena ketidakmampuan ventrikel

dalam pengisian darah akibatnya stroke volume

cardiac outputturun.

B. Etiologi
Menurut Kasron tahun 2012, ada beberapa etiologi/penyebab dari gagal jantung, yaitu:

o Kelainan Otot Jantung

Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,

disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari

penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi


atrial, dan penyakit degeneratif atauinflamasi.

o AterosklerosisKoroner

Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi otot jantung karena

terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis

(akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung)

biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit otot

jantung degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang

secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas

menurun.

o Hipertensi Sistemik AtauPulmonal

Meningkatnya beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan

hipertropi serabut otot jantung.

o Peradangan dan Penyakit MiokardiumDegeneratif

Sangat berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara

langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

o Penyakit JantungLain

Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya,

yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat

mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung untuk mengisi darah

(tamponade, perikardium, perikarditif konstriktif, atau stenosis AV),

peningkatan mendadak afterload.

o Faktorsistemik

Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya

gagal ginjal. Meningkatnya laju metabolisme, hipoksia dan anemia

memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen


sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke

jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektronik

dapat menurunkan kontraktilitasjantung.

C. Tanda dan Gejala

Menurut Kasron tahun 2012, tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya

volume intravaskuler. Kongesti jaringan terjadi akibat turunnya curah jantung pada

kegagalanjantung.

Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel

kiri paling sering mendahului gagsal ventrikel kanan. Kegagalan salah satu ventrikel

dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan, tetapi manifestasi kongesti dapat

berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yangterjadi.

o Gagal jantungkiri

Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tidak

mampu memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinisnya

sebagaiberikut:

 Dispneu

 Batuk

 Mudahlelah

 Kegelisahan dankecemasan

 Sianosis

 Gagal jantungkanan

 Kongestif jaringan perifer dan viseral.

 Edema ekstremitas bawah, pitting edema, penambahan berat badan

 Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena dihepar.

 Anorexia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena

dalam ronggaabdomen

 Nokturia

 Kelemahan

Menurut New York Heart Assosiation (NYHA) membuat klasifikasi

fungsional CHF dalam 4 kelas yaitu:

1. Kelas I : bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan.

2. Kelas II: bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari

aktifitas dari aktifitas sehari-hari tanpa keluhan.

3. Kelas III : bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari- hari

tanpakeluhan.

4. Kelas IV : bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas

apapun dan harus tirahbaring

D. Penanganan pada CHF


Menurut Mansjoer (2001) prinsip penatalaksanaan CHF adalah:

1. Tirah baring dapat mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung
dan menurunkan tekanan darah.
2. Diet Pengaturan membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal. Selain itu
pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur dan mengurangi edema
3. Pemenuhan oksigen akan mengurangi demand miokard dan membantu memenuhi
oksigen tubuh
4. Terapi Diuretik yang memiliki efek anti hipertensi dengan menigkatkan pelepasan air
dan garam natrium sehingga menyebabkan penurunan volume cairan dan merendahkan
tekanan darah.
5. Digitalis memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan kekuatan kontraksi
peningkatan efisiensi jantung. Saat curah jantung meningkat, volume cairan lebih besar
dikirim ke ginjal untuk filtrasi, eksresi dan volume intravaskuler menurun.
6. Inotropik Positif Dobutamin meningkatkan kekuatan kontraksi jantung (efek inotropik
positif) dan meningkatkan denyut jantung (efek kronotropik positif)
7. Pemberian sedative bertujuan mengistirahatkan dan memberi relaksasi pada klien.
8. Pembatasan Aktivitas Fisik dan Istirahat yang ketat merupakan tindakan penanganan
gagal jantung.

E. Pencegahan

Berikut ini merupakan cara sederhana untuk mencegah gagal jantung secara dini.

1. Beristirahat harus Cukup


a. Beristirahat secara teratur setiap hari.
b. Memperpendek waktu kerja bila memungkinkan.
c. Menghindaari kemarahan emosional
2. Membatasi Natrium sesuai dengan petunjuk
a. Membaca dengan teliti rencana diit yang tertulis dan daftar makanan yang dilarang.
b. Periksa label untuk mengetahui kandungan natrium (antasida, obat batuk, obat pencahar
dll.)
c. Menghindari penggunaan garam
d. Mengindari makan dan minum yang berlebihan.
3. Memeriksa kembali program aktivitas
a. Meningkatkan jalan–jalan dan aktivitas lain secara bertahap agar tidak menyebabkan
kelelahan dan sesak nafas.
b. Secara umum tetap melakukan aktivitas yang bisa dipertahankan tanpa menimbulkan
gejala.
c. Menghindari panas dan dingin yang berlebihan yang akan meningkatkan kerja jantung
d. Mematuhi kunjungan berkala pada dokter, rumah Sakit atau pelayanan kesehatan lain.
4. Waspada terhadap gejala kekambuhan jantung:
 ¨ Mengingat gejala ketika mulai sakit, timbulnya gejala yang dulu menunjukkan adanya
kekambuhan.
 ¨ melaporkan pada dokter atau perawat tentang semua gejala dibawah ini:
 ¨ Peningkatan berat badan
 ¨ Kehilangan selera makan
 ¨ Nafas pendek setelah beraktivitas
 ¨ Bengkak dikaki, tumit atau perut
 ¨ Batuk yang tidak sembuh-sembuh
 ¨ Buang air kecil yang sering dimalam hari
Lampiran 2
Evaluasi
1. Apa yang dimaksud dengan gagal jantung?
2. Sebutkan 3 faktor penyebab gagal jantung!
3. Sebutkan 4 tanda gejala gagal jantung!
4. Sebutkan 3 penanganan dari penyakit gagal jantung!
5. Sebutkan 4 pencegahan dari penyakit gagal jantung!

Anda mungkin juga menyukai