Anda di halaman 1dari 25

Makalah Persalinan kala II lama dan kala II memanjang

Oleh kelompok 1 :

1. Annisa Aprianti

2. Annisa Ul Ilmi

3. Marwani Destia Rizki

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PRODY KEBIDANAN CURUP

TH. 2013/2014

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul
“Persalinan kala II lama kala II memanjang ” tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan
ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen
Pembimbing dan semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, atas kritik
dan sarannya, penulis mengucapkan terimakasih.

Curup, Februari 2014

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………1
DAFTAR ISI………………………………………………………………....2
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar belakang………………………………………………….…...4
B. Tujuan……………………………………………………………….5
C. Manfaat……………………………………………………………...5
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian…………………………………………………………...6
B. Etiologi………………………………………………………………6
C. Gejala klinik ………………………………………………………..9
D. Patofisiologi……………………………………………………........6
E. Dampak Persalinan Lama Pada Ibu dan Janin….………………10
F. Penanganan…………………………………………………………13
G. Pengertian …………………………………………………………..14
H. Etiologi ………………………………………………………………14
I. Gejala klinik ………………………………………………………..14
J. Penatalaksanaan…………………………………………………….15

BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………18
B. Saran………………………………………………………………..18

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Partus tak maju atau kala II lama adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat yang
tidak menunjukan kemajuan pada pembukaan servik. Turunnya kepala dan putaran paksi selama
2 jam terakhir. Persalinan pada prmitua bias any lebih lama.

Menurut SDKI 2007, 53% ibu tidak mengalami komplikasi selama persalinan, persalinan
lama sebesar 37%, perdarahan berlebihan sebesar 9% dan demam sebesar 7%, komplikasi kejang
2%, dan KPD lebih dari 6 jam 17%(depkes RI, 2007).

Partus lama masih merupakan suatu masalah di Indonesia. Berdasar hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-2003 dilaporkan bahwa dari seluruh
persalinan, kejadian persalinan lama adalah sebesar 31%, perdarahan berlebihan terjadi pada 7%
persalinan, dan angka kejadian infeksi sebesar 5%. Sementara ibu yang tidak mengalami
komplikasi selama persalinan adalah sebesar 64%. Berdasarkan survei ini, maka pelayanan
kesehatan ibu di Indonesia masih perlu peningkatan pelayanan dan harus dibenahi dengan
berbagai pendekatan (Kusumawati, 2006).

B. Rumusan Masalah

-. Apa pengertian partus lama ?

- Apa saja etiologi partus lama?

-bagaimana gejala klinik partus lama ?

-Bagaimana patofisiologi partus lama ?

- Tindakan apa yang seharusnya dilakukan pada partus lama ?

4
C.Tujuan

- Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan partus lama .

-Untuk mengetahui penyebab,gejala dan patofisiologi partus lama .

- Untuk mengetahui tindakan apa yang seharusnya dilakukan pada partus lama.

D. Manfaat

Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman bidan mengenai partus lama dalam hal
pelaksanaan anamnesa, penegakan diagnosa,penatalaksanaan, monitoring, serta penanganan
komplikasi.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian persalinan kala II lama


 Persalinan lama adalah dimana fase laten lebih dari 8 jam ,dan persalinan telah
berlangsung 12 jam atau lebih bayi belum lahir.
 Persalinan kala II lama atau di sebut juga partus tak maju adalah suatu persalinan dengan
his yang adekuat namun tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan servik, turunnya
kepala dan putaran paksi selama 2 jam terakhir (Mochtar, 1998).
 Menurut Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH (1998), pengertian dari partus lama adalah
persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primigravida dan lebih dari 18 jam
pada multigravida. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan fase aktif
 Menurut winkjosastro, 2002. Persalinan (partus) lama ditandai dengan fase laten lebih
dari 8 jam, persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih tanpa kelahiran bayi, dan
dilatasi serviks di kanan garis waspada pada partograf.
 Definisi (Menurut Prof. Dr. dr. Gulardi Hanifa Winkjosastro, SPOG, 2002. Buku
PanduaPraktisPelayananKesehatanMaternaldanNeonatal)
Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau
lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks dikanan garis waspada persalinan fase aktif.
 Jadi, persalinan kala II lama adalah persalinan yang telah berlangsung selama 12 jam atau
lebih bayi belum lahir,dan his adekuat namun tidak menunjukkan kemajuan pada
pembukaan servik.
2.2 Etiologi
 Factor Ibu
 His tidak efisien (adekuat)

Timbulnya his adalah indikasi mulainya persalinan, apabila his yang


timbul sifatnya lemah, pendek, dan jarang maka akan mempengaruhi turunnya
kepala dan pembukaan serviks atau yang sering disebut dengan inkoordinasi
kontraksi otot rahim, dimana keadaan inkoordinasi kontraksi otot rahim ini dapat
menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan

6
atau pengusiran janin dari dalam rahim, pada akhirnya ibu akan mengalami partus
lama karena tidak adanya kemajuan dalam persalinan.

 Faktor jalan lahir (pinggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)

Penyebab partus lama sebagian besar adalah karena panggul ibu yang
terlalu sempit, atau gangguan penyakit pada tulang sehingga kepala bayi sulit untuk
berdilatasi sewaktu persalinan. Faktor genetik, fisiologis, dan ingkungan termasuk
gizi mempengaruhi perawakan seorang ibu. Perbaikan gizi dan kondisi kehidupan
juga penting karena dapat membantu mencegah terhambatnya pertumbuhan. Selain
itu servik yang terlalu kaku juga dapat berdampak pada lambannya kemajuan
persalinan, karena akibat servik yang kaku akan menghambat proses penipisan
portio yang nantinya akan berdampak pada lamanya pembukaan. Adanya tumor
juga sangat berpengaruh terhadap proses lamanya persalinan. Jika terjadi tumor di
organ reproduksi khususnya pada jalan lahir tentunya akan menghalangi proses
lahirnya bayi yang kemungkinan besar akan mengakibatkan partus lama.

 Usia
Jika dilihat dari sisi biologis manusia 20 - 35 merupakan tahun terbaik
wanita untuk hamil karena selain di usia ini kematangan organ reproduksi dan
hormon telah bekerja dengan baik juga belum ada penyakit-penyakit degenerative
seperti hipertensi, diabetes, serta daya tahan tubuh masih kuat. Tidak semua ibu
dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun dipastikan mengalami
partus lama, akan tetapi pada sebagian wanita dengan usia yang masih muda organ
reproduksinya masih belum begitu sempurna dan fungsi hormon-hormon yang
berhubungan dengan persalinan juga belum sempurna pula.
Ditambah dengan keadaan psikologis, emosional dan pengalaman yang
belum pernah dialami sebelumnya dan mempengaruhi kontraksi uterus menjadi
tidak aktif, yang nantinya akan mempengaruhi lamanya persalinan. Sedangkan pada
ibu dengan usia lebih dari 35 tahun diketahui kerja organ-organ reproduksinya
sudah mulai lemah, dan tenaga ibu pun sudah mulai berkurang, hal ini akan
membuat ibu kesulitan untuk mengejan yang pada akhirnya apabila ibu terus

7
menerus kehilangan tenaga karena mengejan akan terjadi partus lama (Amuriddin,
2009)
 Paritas

Menurut Wiknjosastro salah satu penyebab kelainan his yang dapat


menyebabkan partus lama terutama ditemukan pada primigravida khususnya
primigravida tua, sedangkan pada multipara ibu banyak ditemukan kelainan yang
bersifat inersia uteri. Salah satu penyebab terjadinya partus lama menurut Moechtar
(1998) adalah kelainan his, his yang tidak normal baik kekuatan maupun sifatnya
ridak menghambat persalinan.

Kelainan his dipengaruhinya oleh herediter, emosi, dan ketakutan


menghadapi persalinan yang sering dijumpai pada primagravida. Dikatakan bahwa
terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang
berperitas tinggi.

 Respons stress

Stres psikologis memitiki efek fisik yang kuat pada persalinan. Hormon
stres, seperti adrenalin, berinteraksi dengan reseptor-beta di dalam otot uterus dan
menghambat kontraksi, memperlambat persalinan. Ini merupakan respons
involunter ketika ibu merasa terancam atau tidak aman, persalinannya berhenti
baginya untuk mencari tempat yang dirasakannya aman.

 Factor janin
 Faktor janin (mal presentasi, malposisi, janin besar)
a. Mal presentasi dan mal posisi

Mal presentasi adalah semua presentasi janin selain


varteks,sedangkan mal posisi adalah posisi kepala janin relative
terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik referensi. Pada kejadian
mal presentasi kerja uterus kontraksinya cenderung lelah dan tidak
teratur.

8
b. Bayi yang besar

Bayi yang besar merupakan faktor partus lama yang sangat


berkaitan dengan terjadinya malposisi dan malpresentasi, janin yang
dalam keadaan malpresentasi dan malposisi kemungkinan besar akan
menyebabkan partus lama atau partus macet

2.3 Tanda dan gejala


 Pembukaan serviks tidak melewati 3 cm sesudah 8 jam in partu
 Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari 3 kontraksi per 10 menit dan kurang
dari 40 detik
 Kelainan presentasi
 Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetpi tak ada kemajuan
penanganan
 GEJALA KLINIK

 Menurut Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH (1998) gejala klinik partus lama terjadi pada
ibu dan juga pada janin.
a. Pada ibu :
Ibu merasakan gelisah , letih, suhu badan meningkat, berkringat, nadi cepat,
pernafasan cepat. Di daerah lokal sering di jumpai : lingkaran bandl, edema vulva,
edema servik, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.

b. pada janin :

- Denyut jantung janin cepat atau hebat atau tidak teratur bahkan negative.

- Air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau- hijauan dan berbau.

- Caput succedaneum yang besar.

- Moulage kepala yang hebat .

- IUFD (intra uterin fetal death)

9
 Menurut Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG (1998), gejala utama yang perlu
diperhatikan pada partus lama antara lain :
1. Dehidrasi
2. Tanda infeksi : temperatur tinggi, nadi dan pernapasan, abdomen meteorismus
3. Pemeriksaan abdomen : meteorismus, lingkaran bandle tinggi, nyeri segmen bawah
rahim
4. Pemeriksaan lokal vulva vagina : edema vulva, cairan ketuban berbau, cairan
ketuban bercampur mekonium
5. Pemeriksaan dalam : edema servikalis, bagian terendah sulit di dorong ke atas,
terdapat kaput pada bagian terendah
6. Keadaan janin dalam rahim : asfiksia sampai terjadi kematian
7. Akhir dari persalinan lama : ruptura uteri imminens sampai ruptura uteri, kematian
karena perdarahan atau infeksi.

2.4 Dampak Persalinan Lama Pada Ibu-Janin


Persalinan lama dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi salah satu atau keduanya
sekaligus.

 Efek pada ibu


 Infeksi Intrapartum

Infeksi bahaya yang serius yang mengancam pada ibu dan janinnya pada partus
lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri didalam cairan amnion menembus
amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakterimiaa dan
sepsis pada ibu dan janin. Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang
terinfeksi, adalah konsekuensi serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan
akan memasukkan bakteri vagina kedalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama
persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi persalinan lama.

 Ruptura uteri

Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama


partus lama, terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan pada mereka dengan riwayat

10
seksio sesarea. Apabila disproporsi antara kepala janin dan panggul sedemikian besar
sehingga kepala tidak cakap (engaged) dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah
uterusmenjadi sangat teregang kemudian dapat menyebabkan rupture. Pada kasus ini
mungkinterbentuk cincin retraksi patologis yang dapat diraba sebagai sebuah kista
trasversal atau oblik yang berjalan melintang di uterus antara simfisis dan umbilicus.
Apabila dijumpai keadaan ini, diindikasikan persalinan perabdominam segera.

 Cincin retraksi patologis

Walaupun sangat jarang, dapat timbul kontriksi atau cincin local uterus pada
persalinan yang berkepanjang. Tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis
Bandl, yaitu pembebtukan cincin retraksi normal yang berlebihan. Cincin ini sering
timbul akubat persalinan yang terhambat, disertai peregangan dan penipisan berlebihan
segmen bawah uterus. Pada situasi semacam ini cincin dapat terlihat sebagai suatu
identitas abdomen dan menandakan ancaman akan rupturnya segnen bawah uterus.
Kontriksi uterus local jarang dijumpai saat ini karena terhanbatnya persalinan secara
berkepanjangan tidak lagi dibiarkan. Konstriksi local ini kadang-kadang masih terjadi
sebagai konstriksi jam pasir (haourglass constriction) uterus setelah lahirnya kembar
pertama. Pada keadaan ini, konstriksi tersebut kadang-kadang dapat dilemaskan dengan
anestesi umum yang sesuai dan janin janin dilahirkan secara normal, tetapi kadang-
kadang seksio sesarea yang dilakukan dengna segera menghasilkan progonis yang lebih
baik bagi kembar kedua.

 Pembentukan Fistula

Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas pinggul tetapi tidak
maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak diantaranya
dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan
sirkulasi, dapat terjadi narcosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan
dengan munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal, atau rektovaginal. Umumnya
narcosis akibat penekanan ini pada persalinan kala II yang berkepanjangan. Dulu saat
tindakan operasi ditunda selama mungkin, penyulit ini sering dijumpai, tetapi saat ini
jarang terjadi kecuali Negara-negara yang belum berkembang.

11
 Cedera otot-otot dasar panggul

Suatu anggapan yang telah dipegang adalah bahwa cedera otot-otot dasar panggul
atau persarfan ata fasia penghubungannya merupakan konsekuensi yang tida terlelakan
pada persalinan pervaginam, terutama apabila persalinannya sulit. Saat kelahiran bayi,
dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan kebawah akibat
upaya mengejan ibu. Gaya-gaya inimeregangkan dan melebarkan dasar panggul selama
melahirkan ini akan menyebabakan inkontinensa urin dan alvi serta prolaps organ
panggul.

 Efek pada janin :

Partus lama itu sendiri dapat dirugikan. Apabila panggul sempit dan juga terjadi ketuban
pecah lama serta infeksi intrauterus, risiko janin dan ibu akan muncul. Infeksi intrapartum bukan
saja merupkan penyulit yang serius pada ibu, tetapi juga merupakan penyebab penting kematian
janin dan neonates. Hal ini disebakan bakteri didalam cairan amnion menembus selaput amnion
dan menginvasi desidua serta pembuluh korion, sehingga terjadi bakteremia pada ibu dan janin.
Pneumonia janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi, adalah konsekuensi serius
lainnya.

 Kaput Suksedeneum

Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput suksedeneum


yang besar terjad terbawah kepala janin. Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan
menyebabakan kesalahan diagnostic yang serius. Kaput hamper dapat mencapai dasar
panggul sementara kepala sendiri belum cakap.

 Molase kepala janin

Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling


bertumpang tindih satu sama lain disutura-sutura besar, suatu proses yang disebut molase.
Biasannya batas median tulang parietal yang berkontak dengan promotorium bertumpang
tindih dengan tulang disebelahnya; hal ini sama terjadi pada tulang-tulang frontal. Namun
tulang oksipetal terdorong kebawah tulang parietal. Perubahan-perubahan ini sering
terjadi tanpa menimbulkan kerugian yang nyata. Di lain pihak, apabila distorsi yang

12
terjadi mencolok, molase dapat menyebabkan robekan tentorium, laserasi pembuluh
darah janin, tanpa perdarahan intra karinial pada janin. Fraktur tengkorak kadang-kadang
dijumpai, biasanya setelah dilakukan upaya paksa pada persalinan. Fraktur ini juga dapat
terjadi pada persalinan spontan atau bahkan sekseo sesarea

2.4 Penanganan :
 Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
 Mengobservasi keadaan umum ibu secara seksama
 Mengobservasi denyut jantung janin
 Berikan Larutan Glukosa 5% dan Larutan NaCL isotonic secara IV
 Memberikan dukungan emosi bila keadaan masih memungkinkan anjurkan bebas
bergerak
 Anjurkan kepada ibu untuk mengosongkan kandung kemih
 Bila penderita memrasakan nyeri, berikan analgetik.
 Pertolongan Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep,
manual aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal, seksio sesarea
dan lain-lain

13
1) Pengertian persalinan kala II memanjang
Persalinan kala II memanjang (prolonged expulsive phase) atau disebut juga
partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat namun tidak
menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putaran paksi
selama 2 jam terakhir. Biasanya persalinan pada primitua dapat terjadi lebih
lama. Menurut Harjono, persalinan kala II memanjang merupakan fase terakhir dari suatu
partus yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul gejala – gejala seperti
dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu serta asfiksia dan kematian janin dalam kandungan
(IUFD).
Persalinan pada primitua biasanya lebih lama. Pendapat umum ada yang
mengatakan bahwa persalinan banyak terjadi pada malam hari, ini di sebabkan kenyataan
bahwa biasanya persalinan berlangsung selama 12 jam atau lebih, jadi permulaan dan
berakhirnya partus biasanya malam hari (prof.Dr. rustam mochtar, Mph 1998).

A. Etiologi
Faktor – faktor penyebabnya adalah :
Kelainan letak janin, Kelainan – kelainan panggul, Kelainan his dan mengejan, Pimpinan
partus yang salah, Janin besar atau ada kelainan congenital, Primitua, Perut gantung atau
grandemulti, Ketuban pecah dini

B. Gejala Klinik
a) Pada ibu
 Gelisah,
 letih,
 suhu badan meningkat,
 berkeringat,
 nadi cepat,
 pernafasan cepat.
 Di daerah lokal sering dijumpai : Ring v/d Bandl, edema vulva, edema serviks, cairan
ketuban berbau dan terdapat mekonium.

14
b) Pada janin
 Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan negatif.
 Air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan dan berbau
 Caput Succedeneum yang besar
 Moulage kepala yang hebat
 IUFD (Intra Uterin Fetal Death)
C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu dengan kala II memanjang yaitu dapat
dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forceps, sectio caesaria, dan lain-
lain. Penatalaksanaannya yaitu sebagai berikut :
a. Tetap melakukan Asuhan Sayang Ibu, yaitu :
 Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses persalinan
dan kelahiran bayinya.
Alasan : Hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya dengan dukungan
dari keluarga yang mendampingi ibu selama proses persalinan (Enkin, et al,
2000).
 Anjurkan ibu untuk minum selama kala II persalinan
Alasan : Ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses persalinan
dan kelahiran bayi. Cukupnya asupan cairan dapat mencegah ibu mengalami hal
tersebut (Enkin, et al, 2000).
 Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala II persalinan. Berikan rasa
aman dan semangat serta tentramkan hatinya selama proses persalinan
berlangsung. Dukungan dan perhatian akan mengurangi perasaan tegang,
membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayinya. Beri penjelasan
tentang cara dan tujuan dari setiap tindakan setiap kali penolong akan
melakukannya, jawab aetiap pertanyaan yang diajukan ibu, jelaskan apa yang
dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil pemeriksaan yang dilakukan (misalnya
TD, DJJ, periksa dalam).

15
b. Melakukan kala II persalinan dan memulai meneran :
- Cuci tangan (Gunakan sabun dan air bersih yang mengalir)
- Pakai sarung tangan DTT/steril untuk periksa dalam
- Beritahu ibu saat, prosedur dan tujuan periksa dalam
- Lakukan periksa dalam (hati-hati) untuk memastikan pembukaan sudah lengkap
(10cm) lalu lepaskan sarung tangan sesuai prosedur PI
- Jika pembukaan belum lengkap, tentramkan ibu dan bantu ibu mencari posisi
nyaman (bila ingin berbaring) atau berjalan-jalan disekitar ruang bersalin.
Ajarkan cara bernafas selama kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan
bayinya dan catatkan semua temuan dalam partograf
- Jika ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap, beritahukan
belum saatnya untuk meneran, beri semangat dan ajarkan cara bernafas cepat
selama kontraksi berlangsung. Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang
nyaman dan beritahukan untuk menehan diri untuk meneran hingga penolong
memberitahukan saat yang tepat untuk itu.
- Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu ibu
mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran secara efektif dan
benar dan mengikuti dorongan alamiah yang terjadi. Anjurkan keluarga ibu
untuk membantu dan mendukung usahanya. Catatkan hasil pemantauan dalam
partograf. Beri cukup minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Pastikan ibu
dapat beristirahat disetiap kontraksi.
- Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan untuk meneran,
bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman (bila masih mampu, anjurkan
untuk berjalan-jalan). Posisi berdiri dapat membantu penurunan bayi yang
berlanjut dengan dorongan untuk meneran. Ajarkan cara bernafas selama
kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayi dan catatkan semua temuan
dalam partograf.
- Berikan cukup cairan dan anjurkan / perbolehkan ibu untuk berkemih sesuai
kebutuhan. Pantau DJJ setiap 15 menit, stimulasi puting susu mungkin dapat
meningkatkan kekuatan dan kualitas kontraksi.

16
- Jika ibu tidak ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit pembukaan
lengkap, anjurkan ibu untuk mulai meneran disetiap puncak kontraksi.
- Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit upaya tersebut diatas atau jika kelahiran
bayi tidak akan segera terjadi, rujuk ibu segera karena tidak turunnya kepala
bayi mungkin disebabkan oleh disproporsi kepala-panggul (CPD).
- Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah
oksigen ke plasenta. Dianjurkan mengedan secara spontan (mengedan dan
menahan nafas terlalu lama, tidak dianjurkan)
a. Jika malpresentasi dan tanda-tanda obstruksi bisa disingkirkan, berikan infus oksitosin
b. Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala :
- Jika kepala tidak lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian tulang kepala di stasion
(O), lakukan ekstraksi vakum atau cunam
- Jika kepala diantara 1/5-3/5 di atas simfisis pubis, atau bagian tulang kepala di antara
stasion (O)-(-2), lakukan ekstraksi vakum
- Jika kepala lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis atau bagian tulang kepala di atas stasion (-
2) lakukan seksio caesarea.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Persalinan kala II memanjang (prolonged expulsive phase) atau disebut juga partus tak
maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat namun tidak menunjukkan kemajuan pada
pembukaan serviks, turunnya kepala dan putaran paksi selama 2 jam terakhir. Biasanya
persalinan pada primitua dapat terjadi lebih lama. Menurut Harjono, persalinan kala II
memanjang merupakan fase terakhir dari suatu partus yang macet dan berlangsung terlalu lama
sehingga timbul gejala – gejala seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu serta asfiksia dan
kematian janin dalam kandungan (IUFD).

Persalinan pada primitua biasanya lebih lama. Pendapat umum ada yang mengatakan
bahwa persalinan banyak terjadi pada malam hari, ini di sebabkan kenyataan bahwa biasanya
persalinan berlangsung selama 12 jam atau lebih, jadi permulaan dan berakhirnya partus
biasanya malam hari (prof.Dr. rustam mochtar, Mph 1998).

18
DAFTAR PUSTAKA

Hanifa,winkjosastro.2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Llewllyn-jones, Derek. 2001. Dasa-Dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Jakarta : EGC
Rustam, mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC

Mochtar, Rustam.(1998). Synopsis Obstetri. Jakarta. EGC

Prawirohardjo, Sarwono. (1976). Ilmu Kebidanan. Edisi ke 4. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka
Rustam.

Prawirohardjo,sarwono.2009.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal.PT.bina pustaka sarwono prawirahardjo.Jakarta

Saifuddin, A. (2010). Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta.
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

19
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. E UMUR 22 TAHUN G1P0A0 HAMIL 38 MINGGU
DENGAN KALA II LAMA
DI RUANG IGD RSUD X

No. Register/Rekam Medik : 233085


Tanggal masuk : 10 Februari 2014 jam 10.30 WIB
Tanggal Pengkajian : 10 Februari 2014 jam 10.30 WIB
Pengkaji : MAAN
Tempat : DI RUANG IGD RSUD X

A. DATA SUBJEKTIF (S)

1. Ibu mengatakan :
- Bernama Ny. E berumur 22 tahun hamil anak pertama sejak 9
bulan yang lalu, dan tidak pernah keguguran.
- Bekerja sebagai ibu rumah tangga, beragama islam dan bersuku
sunda
- Melakukan 4 kali pemeriksaan kehamilan dengan bidan selama
hamil
- Mengeluh mules-mules sejak kemarin tanggal 9 Februari 2014 dan
keluar air-air dari tanggal 10 Februari 2014 pukul 06.30 WIB, jam
07.00 di lakukan pemeriksaan dalam oleh bidan pembukaan
lengkap dan di pimpin mengedan oleh bidan sejak jam 07.00
tanggal 10 Februari 2014.
- Sudah dipimpin mengedan selama lebih dari 3 jam
- Merasakan kelelahan dan capek karena sudah lama mengedan
- Merasakan cemas karena bayi tidak juga lahir
- Sudah mendapat suntik TT pada saat umur kehamilan 5 bulan
- Tidak mengkonsumsi obat-obatan kecuali obat dari bidan seperti
obat penambah darah dan tidak pernah minum jamu

20
- Tidak pernah mempunyai penyakit yang berhubungan dengan alat
reproduksinya seperti kista, kanker serviks,dll.
- Belum pernah memakai alat kontrasepsi metode apapun
- Merasa takut dan cemas dengan kehamilan pertamanya.
- Tidak menderita penyakit keturunan, menahun maupun menular.

A. DATA OBJEKTIF (O)


a. Pemeriksaan Umum
- Keadaan umum : Kesakitan
- Kesadaran : composmentis
- Tanda-tanda vital
TD : 90/80 mmhg
Pernapasan : 23x/menit
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 360 C
- Antropometri
BB terakhir : 67 kg
BB sebelum hamil : 51 kg
Kenaikan BB :16 kg

b. Pemeriksaan fisik
1. Kepala : Kulit kepala bersih, tidak berketombe,
rambut tidak mudah dicabut, tidak ada
benjolan dan tidak nyeri tekan.
2. Muka : Bentuk simetris, tidak terdapat chloasma
gravidarum.
3. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera
putih, tidak mengalami gangguan fungsi
penglihatan.
4. Mulut : Lembab, warna pucat, tidak ada stomatisis.

21
5. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
limfe serta tidak ada pembesaran vena
jugularis.
6. Dada : Mamae simetris, puting susu menonjol,
bersih, aerola mamae mengalami
hiperpigmentasi dan colostrum sudah
keluar.
7. Abdomen
- inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi, Membesar
sesuai dengan usia kehamilan, simetris, ada
striae gravidarum.
- Palpasi
Leopold I : Di bagian fundus teraba kurang bulat, lunak
tidak melenting, TFU 34 cm,3 jari di di
bawah px.
Leopold I : Sebelah kiri teraba panjang mendatar seperti
ada tahanan, dan sebelah kanan teraba
bagian-bagian kecil dan tidak
rata(ekstremitas)
Leopold III : Di bagian bawah teraba bulat, keras dan
melenting, bagian bawah sudah masuk PAP.
Leopold IV : Divergen Penurunan kepala 3/5
TFU : 34 cm
TBJ : 3105 – 3565 gram

His : 4 x 10’ x >40”


- Auskultasi
DJJ : 138 x/menit
9. Ekstrimitas atas : Tidak ada oedema/varises, bentuk simetris,
tidak ada gangguan fungsi, jari lengkap.
10. Ekstrimitas bawah : Tidak ada oedema/varises, bentuk simetris,

22
tidak ada gangguan fungsi, jari lengkap
Perkusi : Reflek pattela kanan kiri (+)/(+)
11. Genetalia : Tidak oedema/varises, perineum tidak ada
bekas luka
- Pemeriksaan dalam
Vulva/Vagina : tidak ada kelainan, tidak
oedema, tidak varises, ada pengeluaran
blood slym
Portio : tidak teraba
Pembukaan : lengkap
Ketuban : (-)tidak ada
Presentasi : Kepala
Penurunan : Hodge III, Ubun-ubun kecil
kanan melintang, sisa cairan ketuban jernih.
14. Anus Tidak ada haemoroid
:
h. Pemeriksaan penunjang
-
i. Therapy
Infus RL terpasang di tambah Phitogyn 1 ampul 20 tetes/menit

C. ANALISA (A)
Ny. E umur 22 tahu, G1P0A0 Usia kehamilan 38 minggu, keadaan ibu dan janin baik, keadaan
jalan lahir baik, Infartu Kala II lama

D. PENATALAKSANAAN (P)

1. Pukul : 10.30
Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga. Ibu mengerti atas penjelasan
yang telah disampaikan.

23
2. Pukul 10.34
Mengobservasi tetesan infus. Infus RL terpasang di tambah Phitogyn 1 ampul 20
tetes/menit
3. Pukul 10.35
Memposisikan ibu senyaman mungkin untuk mengedan. ibu memilih posisi litotomi
4. Pukul 10.40
Melakukan kolaborasi dengan dr. Sp.OG
Advis :
- Cefotaxime 3x1mg IV selang
- RL 500ml di tambah oksitosin 1 ampul 20 tetes/menit
5. Pukul 10.45
Memimpin ibu mengedan yang baik ketika ada his kuat dan menganjurkan ibu istirahat
jika tidak ada his. Ibu mengedan ketika ada his dan beristirahat jika tidak ada his
6. Pukul 10.48
Melakukan pemeriksaan kandung kemih. Kandung kemih teraba kosong
7. Pukul 10.52
Memberikan dorongan semangat kembali kepada ibu. ibu terlihat tetap semangat
8. Pukul : 11.05
Melakukan Episiotomi atas indikasi kala II lama dan perineum ibu tidak elastis.
Episiotomi sudah dilakukan.
9. Pukul 11.07
Melakukan pemeriksaan DJJ. DJJ 138x/menit
10. Pukul 11.09
Memimpin ibu meneran ketika ada his dan istirahat ketika tidak ada his. Ibu mengerti dan
bisa meneran saat ada his dan beristirahat jika tidak ada his.

11. Pukul 11.15


Melakukan tindakan vacuum dengan kolaborasi dengan dokter karena ibu masih mampu
mengedan

24
12. Pukul 11. 30
Bayi lahir dengan tindakan vakum, bayi tidak langsung menangis kurang kuat, reflek (+)
agak lemah, warna agak kebiruan, berjenis kelamin laki-laki. Ibu merasa senang
mengetahui bayinya sudah lahir namun cemas karena bayinya tidak menangis
13. Pukul 11.16
Meletakan bayi di perut ibu, mengeringkan, mengganti kain dengan yang bersih dan
hangat, Mengklem tali pusat dan memotongnya, melakukan penghisapan lendir dan
rangsangan traktil . Bayi menangis kuat dan ibu tidak lagi merasa cemas.
14. Pukul 11.19
Mengatur posisi yang nyaman untuk ibu. Ibu merasa nyaman kembali.
15. Pukul 11.20
Memastikan tidak terdapat bayi kedua dan memberi tahu ibu bahwa ibu akan di suntik
oksitosin untuk mempercepat kelahiran plasenta. Ibu mengerti dan bersedia untuk di
suntik.

25

Anda mungkin juga menyukai