Anda di halaman 1dari 6

60

HUBUNGAN DOKTER PASIEN

1. REFERENSI
- Sadock BJ, Sadock VA, Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry, Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry, 9 th ed, Lippincott Williams & Wilkins, Baltimore, 136-
9, 193-216.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Umum:
Membekali pengetahuan yang diperlukan untuk mengenal hubungan dokter-pasien.

Tujuan Khusus :
a. Memahami rapport
b. Mengenal model interaksi dokter-pasien
c. Mengenal kondisi khusus pasien
d. Mampu melakukan wawancara psikiatrik
e. Mampu melakukan pemeriksaan status mental

3. KOMPETENSI
Mampu mengenal hubungan dokter pasien dan melakukan wawancara psikiatrik serta
pemeriksaan status mental untuk dapat menegakkan diagnosis psikiatri.

4. METODE PEMBELAJARAN
Tugas Baca : 2 jam
Diskusi kelompok : 1 jam
Resource Person Session : 1 jam
Case Report Session : 1 jam

5. EVALUASI
Mini C-Ex
Ujian akhir

6. MATERI AJAR :

Hubungan Dokter-Pasien
 hubungan dokter – pasien merupakan inti dari praktek kedokteran
 harapan pasien adalah terciptanya hubungan yang baik dengan dokternya dan
memperoleh kesembuhan.

 kenyamanan pasien dimulai dari kunjungan pertama kali ke dokter. Untuk


menimbulkan kenyamanan pasien, faktor interpersonal lebih penting daripada faktor
kemampuan teknis.

Rapport
• rapport adalah saling memahami dan saling percaya antara dokter dan pasien. Dengan
adanya rapport yang baik maka akan membantu tumbuhnya hubungan terapeutik yg
konstruktif.
• empati, bukan simpati
• hubungan yang saling menghargai antara kedua pihak menimbulkan toleransi terhadap
keterbatasan terapetik
61

• malpraktek seing disebabkan kurangnya informasi dan komunikasi.


negligence :“doing something that a physician with a duty of care for the patient
should not have done or failing to do something that should have been done as
defined by current medical practice”

Cara membangun rapport


1. Ciptakan rasa nyaman baik bagi pasien maupun bagi dokter
2. Empati terhadap keluhan pasien
3. Tunjukkan rasa kasihan/haru
4. Evaluasi insight pasien dan jadi sekutunya
5. Perlihatkan keahlian, bangun otoritas sebagai dokter dan terapis
6. Seimbangkan peran antar pendengar yang simpatik dengan otoritas dan keahlian

Fungsi Wawancara Medis


1. Menentukan masalah yg dihadapi pasien
Tujuan :
- menentukan diagnosis
- merekomendasikan prosedur diagnosis selanjutnya
- menyarankan rangkaian terapi yang harus dijalani
- memprediksi sifat/perjalanan penyakit
2. Mengembangkan dan mempertahankan hubungan terapetik
Tujuan :
- pasien mau memberikan informasi diagnostik yang diperlukan
- menghilangkan distress fisik dan psikologis
- mau menerima rencana terapi yang akan dilakukan
- kepuasan pasien
- kepuasan dokter

3. Mengkomunikasikan informasi & menjalankan rencana terapi


Tujuan :
- pasien memahami penyakitnya
- pasien memahami prosedur diagnostik yang disarankan
- pasien memahami kemungkinan terapi yang harus dijalani
- konsensus antara dokter & pasien untuk ke-3 hal tsb
- informed consent
- perubahan gaya hidup

Model Interaksi Dokter-Pasien


1. Model Paternalistik / Model Otokratik
- asumsi : dokter tahu yg terbaik
- dokter memberikan terapi, pasien diharapkan patuh tanpa banyak bertanya
- dokter mungkin tidak memberitahukan beberapa informasi jika diyakini itu yang
terbaik untuk pasien
- sesuai untuk situasi emergensi/pasien dg tipe kepribadian tertentu
2. Model Informatif
- semua data diinformasikan, keputusan sepenuhnya diserahkan pada pasien
mis : 5-year survival statistics untuk berbagai modalitas terapi pada kanker
payudara, pasien memutuskan sendiri tanpa disugesti/ dipengaruhi
- sesuai untuk konsultasi sesaat, pasien akan dikembalikan ke dokter yg merawat
- kadang-kadang dirasakan pasien bahwa dokternya “dingin” dan tidak peduli
3. Model Interpretif
- dokter menguraikan beberapa alternatif
- pasien ikut berperan untuk membuat keputusan bersama-sama
- dokter bersifat fleksibel, terbuka untuk masukan maupun alternatif yang disampaikan
pasien
4. Model Deliberatif
- dokter bertindak sbg teman/ konselor
62

- menyampaikan informasi
- secara aktif menyarankan rangkaian tindakan tertentu
- biasa digunakan untuk pasien yang berperilaku membahayakan kesehatan, misalnya :
pasien yang akan berhenti merokok/mengurangi BB

Catatan :
• Model ini hanya bersifat memandu
• Tdk ada pendekatan yang paling superior dibanding yang lain
• Kesulitan baru muncul jika dokter terpaku pada satu pendekatan dan tidak dapat
mengubah strategi bahkan pada saat diperlukan

• Model tersebut tidak mencerminkan ada/tidaknya kehangatan interpersonal


• Dokter yang paternalistik pun dapat dirasakan sebagai dokter yang akrab, peduli dan
penuh perhatian, tergantung situasi pasien dan kondisi medis saat itu, misalnya dokter
di kota kecil/pedesaan akan diikuti perintahnya dengan patuh dan tanpa banyak
bertanya.
• Konsep ini bersifat “cair”
• Dokter dapat menggunakan pendekatan berbeda untuk pasien yang berbeda, atau
pendekatan yang berbeda untuk pasien yang sama tetapi dalam waktu dan situasi
medis yang berbeda.

Kondisi Khusus Pasien :


 Dependen, Pencemas
Ciri :
▫ menuntut perhatian
▫ merasa tdk nyaman
▫ datang di luar jadwal
▫ sering menjadi marah/takut kalau merasa dokter tdk menangani dg baik
Pendekatan :
▫ Membangun batasan-batasan yg tegas sambil meyakinkan pasien bahwa
dokter telah serius & profesional dlm menangani pasien
▫ Histrionik
Ciri :
- gaya yg dramatik, emosional dan impresionistik
- berperilaku seduktif
- kebutuhan asadar karena adanya ketakutan kalau tidak ditangani dengan baik jika
tampil tidak menarik (secara seksual)
Pendekatan :
- dokter harus tenang, menenteramkan, dan menerima
- mereka tidak benar-benar ingin “menggoda” dokter, tetapi tidak tahu cara lain untuk
mendapatkan perhatian yang mereka butuhkan
- dokter tampil tenang, menenteramkan, tetapi tegas dan non-flirtations
 Narsisistik
Ciri :
• pasien merasa lebih superior dibanding semua orang di sekelilingnya, bahkan
termasuk dengan dokternya
• berusaha keras untuk tampak sempurna dan menyepelekan orang lain yang mereka
anggap tidak sempurna, sehingga tampak arogan, kurang sopan, kurang sabar, yang
sebenarnya merupakan topeng dari perasaan tidak mampu, tidak berdaya dan
“kekosongan”.
63

• Pada awalnya mereka bisa sangat mengidolakan dokter karena menganggap dokter
sama sempurnanya seperti mereka, tetapi akan dengan cepat menjadi sikap
merendahkan bila mereka sadar dokter “hanyalah manusia biasa”
Pendekatan :
• jangan terpengaruh sikap pasien yang kurang menghargai dokter

 Demanding
Ciri :
• banyak menuntut
• mudah frustasi dan tidak sabar
• manipulasi dan menyakiti diri sendiri bila keinginannya tidak terpenuhi
Pendekatan :
• dokter menerangkan perilaku yang bisa/tidak bisa diterima
• ditangani dengan penghargaan dan perhatian
• pasien belajar bertanggung jawab terhadap perilakunya

 Pencuriga
Ciri :
• curiga
• pendendam
• sikap bermusuhan
• menyalahkan dokter
Pendekatan :
• dokter menjelaskan secara rinci setiap keputusan dan prosedur terapi
• bereaksi tanpa membela diri
• hindari konfrontasi
• tunjukkan fakta

 manipulatif
Ciri :
• tidak ada rasa bersalah
• penampilan mempesona dan cerdas
• berbohong
• manipulasi
• kriminal
Pendekatan :
• peraturan yang tegas
• bila melanggar harus bertanggung jawab

WAWANCARA PSIKIATRIK
• Untuk mengumpulkan informasi dalam penegakan diagnosis
• Diagnosis memandu terapi dan membantu memprediksi perjalanan (penyakit)
• Diagnosis psikiatrik didasarkan pada fenomenologi deskriptif yaitu tanda, gejala dan
perjalanan klinik
• Pemeriksaan psikiatrik terdiri dari 2 bagian :
a. riwayat :
- menggambarkan RPS dan RPD
- memberikan informasi keluarga /pribadi lainnya
b. pemeriksaan status mental :
penilaian formal terhadap pikiran, mood dan perilaku pasien saat ini

RIWAYAT PSIKIATRIK
A. Identifikasi
1. usia, jenis kelamin
2. pekerjaan, pendidikan, etnis, status marital, agama
B. Keluhan Utama
- dengan kata-kata pasien sendiri (bila mungkin)
- alasan konsultasi/hospitalisasi
64

C. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)


1. kapan dan bagaimana keluhan tsb bermula
2. bagaimana gejala-gejala tsb berkembang
seiring perjalanan waktu
3. pengobatan yg sdh dilakukan
- medikasi : jenis obat, dosis, respon, efek samping, kepatuhan
- terapi : modalitas, frekuensi, manfaat yang dirasakan
4. penggunaan obat/alkohol saat ini
D. Riwayat Psikiatrik
1. urutan kronologis dari semua gejala & episode (diobati maupun tidak), mulai dari
awal sampai episode sekarang.
2. deskripsi gejala
3. faktor presipitasi (jika ada)
4. terapi yg pernah dijalani dan responnya (prediktor terbaik untuk respon terapi di
masa datang adalah respon terapi di masa lalu)
5. hospitalisasi : berapa lama dirawat, alasan perawatan, terapi dan responnya, rencana
pemulangan, kepatuhan dan follow-up nya

E. Riwayat medik
1. kondisi medik saat ini dan terapi
2. penyakit berat yang pernah dialami dan terapi
3. riwayat perawatan oleh karena. kondisi medik
4. riwayat operasi
F. Riwayat keluarga
1. anggota keluarga saat ini (umur dan jenis kelamin)
2. anggota keluarga dg gangguan/gejala psikiatrik – riwayat terapi
G. Riwayat pribadi
tujuan :
- menguraikan makna peristiwa selama kehidupan pasien yang mungkin
menyebabkan/mengeksaserbasi gejala-gejala psikiatrik
- menggambarkan perubahan-perubahan kemampuan fungsional seiring dengan
perjalanan waktu
- diseleksi mana yang secara diagnostik signifikan, berdasarkan informasi yang
diterima dari pasien/keluarganya

1. Kelahiran & masa bayi


riwayat pemakaian obat-obatan oleh ibu, komplikasi perinatal, temperamen, saat
berjalan, saat bicara
2. Masa kanak
kontrol BAK/BAB, toleransi terhadap perpisahan, hubungan dengan teman, sekolah,
aktifitas ekstrakurikuler
3. Masa remaja
onset pubertas, hubungan dengan teman sebaya, minat seksual, penggunaan obat-
obatan, perkembangan tujuan/karir, pendidikan, pekerjaan, aktifitas ekstrakurikuler
4. Masa dewasa
perkawinan dan hubungan romantik lainnya, riwayat seksual, pekerjaan, militer,
penggunaan obat/alkohol, kriminal, minat di luar pekerjaan

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


• Format sistematik untuk merekam temuan tentang pikiran, perasaan dan perilaku
• Observasi bersifat objektif dan noninferential (apa yg dilihat dan didengar, bukan apa
yang kita pikirkan)
65

• Hanya fenomena yang diamati saat pemeriksaan, selebihnya dicantumkan dalam


riwayat.
A. Penampilan
- cara berpakaian & kebersihan
- sikap dan perilaku

- tanda-tanda fisik (misalnya tremor, ataksia)


- perhatian khusus bila ada hal-hal yang abnormal dan eksentrik
B. Bicara : volume, kecepatan, artikulasi, vokabulari, bukan isi
C. Ekspresi emosi
1. Subjektif: deskripsi pasien tentang perasaannya (mis. “Saya merasa sedih”)
2. Objektif: emosi dikomunikasikan melalui ekspresi wajah, postur tubuh, nada suara
3. Afek : - objektif, komponen emosi yang dapat diamati oleh pemeriksa
- variabilitas emosi seiring perubahan pikiran (mood : suasana perasaan yang
mendasari nada emosional)
D. Pikiran & Persepsi
1. Bentuk pikiran – apakah logis dan goal-directed?» autistik , realistik
2. Isi pikiran – abnormalitas meliputi :
a. Waham
b. Ideas of reference
c. Obsesi
d. Preokupasi
e. Thought insertion, thought withdrawl
3. Persepsi – halusinasi, ilusi
E. Sensorium
- penilaian beberapa fungsi kognitif
- menggambarkan keutuhan seluruh SSP
- abnormalitas terjadi pada delirium dan dementia
- mungkin ada kondisi medik yang mendasari atau gejala yang ada terkait dengan
penggunaan obat-obatan
1. Alertness (kesadaran) – tingkat kesadaran » konstan atau fluktuatif
2. Orientasi terhadap tempat, orang, waktu
3. Konsentrasi – kemampuan memusatkan dan mempertahankan perhatian
4. Memori – remote, recent, immediate recall
5. Kalkulasi – berhitung sederhana
6. Pengetahuan – mengingat kejadian-kejadian penting
7. Pemikiran abstrak - peribahasa
8. Wawasan penyakit – kemampuan mengenali dan memahami gejala yang dia alami
9. Penilaian - kemampuan mengambil keputusan, bersikap yang sesuai dengan
norma-norma sosial, dan mampu bekerjasama dengan rencana terapi.

Anda mungkin juga menyukai