Anda di halaman 1dari 3

Hubungan Akhlak dengan Akidah dan Syariah

oleh Sarah Annisa Larassati, xxxxxx


Judul
Pengarang
Data Publikasi:
- Judul Buku : 1. “Agama Islam Edisi Kedua (Revisi).” 2018
- Pengarang :
1. Drs. Mujilan, M.Ag. 7. A. Rozaq, SS., M.Hum
2. Dr. Drs. KH. Zakky Mubarak, MA. 8. Pepen Apendi, S.Ag., M.Hum.
3. Dr. Drs. Kaelany HD, M.Ag. 9. Ahmad, SQ., M.Ag.
4. Dr. Drs. Nurwahidin HD, M.Ag. 10. Drs Zainal Arifin, SH, MH
5. Dr. Drs. Husmiaty Hasyim, M.Ag. 11. Drs. Surya Dwira, M.Si.
6. Sihabudin Afroni, Lc., MA.
- Kota Terbit : Jakarta
- Penerbit : Midada Rahma Press
- Tebal Buku : 306 Halaman

- Judul Buku : 2. “Syarah Arba’in An-Nawawi.” 2015


- Pengarang : Yazid bin Abdul Qadir Jawas
- Kota Terbit : Jakarta
- Penerbit : Pustaka Imam Asy-Syafi’I
- Tebal Buku : 824 Halaman

- Judul Buku : 3. “Beginilah Kepribadian Seorang Muslim”. Terjemahan Al-Arba’uun


Hadiitsan fii asy-Syakhshiyyati al- Islaamiyyah”Beginilah Kepribadian Seorang
Muslim. 2012
- Pengarang : Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid al-Halabi al-Atsari
- Kota Terbit : Bogor
- Penerbit : Darul Ilmi Publishing
- Tebal Buku : 115 Halaman

- Judul Buku : 4. “Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur’an dan As-Sunnah. 2010
- Pengarang : Yazid bin Abdul Qadir Jawas
- Kota Terbit : Bogor
- Penerbit : Pustaka At-Taqwa
- Tebal Buku : 262 Halaman
3.31 Hubungan Akhlak dengan Akidah atau Iman
Nabi Muhammad mengajak manusia untuk beribadah hanya kepada Allah dan memperbaiki akhlak
manusia. Rasulullah bersabda, HR. Al-Bukhari:

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.”


Sesungguhnya antara akhlak dengan akidah terdapat hubungan yang sangat kuat, yaitu akhlak yang baik
sebagai bukti dari keimanan. Sedangkan akhlak yang buruk sebagai bukti atas lemahnya iman. Semakin
sempurna akhlak seorang muslim berarti semakin kuat imannya. Rasulullah bersabda, HR. At-Tirmidzi:

“Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya di antara
mereka dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada isteri-isterinya.”
Rasulullah mencintai orang dengan akhlak mulia. Dimana akhlak yang mulia merupakan bagian dari
amal shalih yang dapat menambah keimanan dan memiliki peran besar dalam timbangan amal dan
menjadi salah satu penyebab seseorang untuk dapat masuk surga. Rasulullah bersabda, HR At-Tirmidzi:

“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari Kiamat melainkan
akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang suka berbicara kotor”

Rasulullah ditanya tentang kebanyakan yang menyebabkan manusia masuk Surga, maka beliau
menjawab, “Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” Dan ketika ditanya tentang kebanyakan yang
menyebabkan manusia masuk Neraka, maka beliau menjawab, “Mulut dan kemaluan.”
Selain itu Rasulullah bersabda, HR. Ibnu Majah:

“Sesungguhnya setiap agama mempunyai akhlak dan akhlak Islam adalah malu.”
Sehingga dapat dikatakan orang yang beriman, pastilah ia mempunyai rasa malu. Sedangkan orang yang
lemah imannya, ia tidak memiliki rasa malu. Allah menjadikan keimanan (akidah) sebagai pondasi
agama, dan syariah sebagai tiang dari bangunan yang berdiri di atasnya. Dengan keimanan (akidah)
mampu menciptakan manusia berakhlak mulia yang memuliakan orang lain dan tidak beakhlak hina
yang merugi dirinya dan orang lain.

3.3.2 Hubungan Akhlak dengan Syariah atau Islam


Iman (akidah) membentuk akhlak yang mulia dimana, akhlak berada dalam aturan syariah Islam.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat kita ketahui bahwa berakhlak baik merupakan bentuk ibadah
untuk mendekatkan diri kepada Allah. Syariah menjadi ukuran penentu benar atau salah suatu amal
perbuatan. Maka akhlak yang sesuai dengan syariah Islam kita dapati pada akhlak Rasulullah,
sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Qalam (4)

“Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang agung.”


Dan hal ini pula sebagaimana penuturan ‘Aisyah dalam HR Bukhari:

Kita diperintahkan berbuat baik kepada kedua orang tua, menjalin silaturahmi, berbuat baik kepada
tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan Ibnu Sabil (QS.An-Nisaa:36). Kita dilarang berbuat sombong,
angkuh, dan zhalim (QS.An-Nisaa:172-173). Kita diperintahkan untuk berakhlak yang mulia dan
melarang dari akhlak yang hina, sebagaimana sabda Rasulullah dalam HR. Al-Hakim:

“Sesungguhnya Allah Maha Pemurah menyukai kedermawaan dan akhlak yang mulia serta membenci
akhlak yang rendah/hina.”
Seseorang untuk dapat berakhlak mulia sesuai syariah, ia harus mengikuti akhlak Rasulullah dan para
sahabatnya, yang mana mempunyai akhlak yang tinggi dan mulia serta dipuji oleh Allah dan Rasul.
Orang-orang yang mengikuti jejak mereka adalah orang-orang yang harus mempunyai akhlak yang
mulia karena akhlak mempunyai hubungan yang erat dengan akidah. Berikut merupakan akhlak yang
sesuai syari: 1. ikhlas dalam ilmu (amal serta takut dari riya’), 2. jujur dalam segala hal (menjauhkan
diri dari sifat dusta), 3. bersungguh-sungguh dalam menunaikan amanah (tidak khianat), 4. menjunjung
tinggi hak-hak Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, 5. berusaha meninggalkan segala
bentuk kemunafikan, 6. lembut hatinya, banyak mengingat mati dan akhirat serta takut terhadap akhir
kehidupan yang jelek (su’ul khatimah), 7. banyak berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla, dan tidak
berbicara yang sia-sia, tersenyum kepada sesama muslim, 8. tawadhu’/rendah hati (tidak sombong), 9.
banyak bertaubat, beristighfar (mohon ampun) kepada Allah baik siang maupun malam, 10.
bersungguh-sungguh dalam bertakwa dan tidak mengaku-ngaku sebagai orang yang bertakwa, serta
senantiasa takut kepada Allah, 11. sibuk dengan aib diri sendiri (tidak sibuk dengan aib orang lain) serta
selalu menutupi aib orang lain, 12. senantiasa menjaga lisan mereka, tidak suka ghibah (tidak
menggunjing sesama muslim), 13. pemalu (HR. Ibnu Majah) dan sabda Rasulullah dalam HR. Bukhari,
“Malu itu tidak mendatangkan melainkan semata-mata kebaikan”, 14. banyak memaafkan dan sabar
kepada orang yang menyakitinya (Al-A’raaf: 199), 15. banyak bershadaqah, dermawan, menolong
orang-orang yang susah (tidak bakhil/tidak pelit), 16. mendamaikan orang yang mempunyai sengketa
(mendamaikan perselisihan adalah kebajikan yang terbaik dan puncak kebajikan), 17. tidak hasad
(dengki, iri), tidak berburuk sangka sesama mukmin, 18. berani mengatakan kebenaran dan
menyukainya. Akhlak mulia ini harus diamalkan dan dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga terwujud Iman yang kuat dengan akhlak yang sesuai syariah Islam.

Anda mungkin juga menyukai