Kehidupan Sosial Sebagai Objektivitas
Kehidupan Sosial Sebagai Objektivitas
A. Realitas Objektif
Kehidupan manusia yang sering di hadapai sehari-hari merupakan suatu
fakta. Dengan kata lain masyarakatlah yang mempengaruhi dan membentuk
perilaku manusia melalui suatu aturan, yang sebenarnya merupakan
produknya sendiri. Dalam hal ini, kehidupan manusia hanyalah sebagai
objek atau sasaran dari aturan itu sendiri. Untuk memudahkan dalam
memahami relitas objektif diberikan contoh sebagai berikut,
Dalam contoh tersebut siswa merupakan objek dari sarana belajar yang
diciptakan oleh manusia sendiri. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh
sarana belajar yang merupakan factor eksternal di luar dirinya. Dalam sudut
pandang kehidupan objektif tidak mempertimbangkan motivasi dan
kemampuan seseorang secara pribadi. Dapat dikatakan bahwa prestasi
siswa dipengaruhi oleh sarana belajar, tanpa melihat minat, motivasi dan
upaya pribadinya.
Sifat dari realitas social objektif berlaku umum, seperti halnya hukum fakta
social Emile Durkheim yang juga memiliki sifat memaksa di luar individu.
Realitas objektif juga dapat dikatakan sebagai pengetahuan manusia yang
bersifat masal (umum). Untuk contoh yang kedua sebagai berikut,
B. Realitas Subjektif
Kehidupan manusia yang sering di hadapai sehari-hari dapat dilihat dari
sudut pandang pelaku atau subjeknya. Kenyataannya justru banyak realitas
yang tidak terjelaskan ketika dilihat dari sisi objeknya saja. Supaya memiliki
penjelasan yang lebih komprehensif perlu dilihat dari kacamata pelaku atau
subjeknya. Subjek dalam hal ini bias individu maupun insitusinya. Untuk
memahaminya diberikan contoh sebagai berikut,
“ Jenifer memiliki gagasan yang sedikit unik dari kebanyakan orang, dimana
ia belajar justru sambil mendengarkan music rock, selain itu intensitas
belajar yang sedikit namun rutin dinilainya ampuh untuk mencapai prestasi
yang diinginkan, menurutnya prestasi bukanlah nilai dan piala, akan tetapi
kebermanfaatanya untuk orang lain.”
SIKLUS KETERANGAN
KONSTRUKSI
- Proses dimana individu memiliki suatu gagasan yang
kemudian diinterkasikan kepada orang lain dalam
Eksternalisasi bentuk saling mempengaruhi.
- Pengetahuan yang dimiliki individu yang kemudian
disampaikan kepada individu yang lainya
- Gagasan yang dimiliki dari berbabagi individu hingga
mencapai suatu kesepakatan dan menciptkan
pengetahuan baru yaitu pengetahuan masal
Objektivitas (kolektif).
- Merupakan proses terbentuknya norma secara
(kolektif)
- Proses pelembagaan (institusional)
- Proses sosialisasi pengetahuan bersama (kolektif),
dan gagasan yang telah disepakati sebelumnya
kedapa masyarakat supaya, individu di dalam
masyarakat semakin memahami, pengetahuan
Internalisasi kolektif tersebut.
- Norma dipahami, oleh setiap individu dan mendarah
daging dalam jiwa indivdu.
- Realitas objektif (masyarakat) bersemayam dalam
kesadaran subyektif (individu)
Peter L. Berger mengatakan bahwa realitas terbentuk secara sosial, artinya
sebagai sebuah institusi media akan langsung mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh society/ masyarakatnya. Media yang dipandang sebagai
sebuah institusi yang tidak pernah lepas dari pertarungan kekuatan sosial,
politik dan ekonomi saling berlomba mencari otoritas untuk mendefinisikan
realitas, sehingga realitas menjadi dari kekuasaan. Dengan kata lain media
tidak pernah terlepas dari keseharian hidup masyarakat, mereka selalu
mengalami proses dialektis, yaitu eksternalisasi, objektifikasi dan
internalisasi. Pada proses eksternalisasi manusia mengeluarkan gagasan
ketika berinteraksi antara satu dengan lainnya. Pada proses objektifikasi
gagasan tersebut menjadi realitas objektif, sedangkan pada proses
internalisasi realitas objektif tersebut tertanam kembali kepada manusia
melalui sosialisasi yang dialami secara kolektif manusia mentransformasikan
struktur yang objektif tersebut kedalam struktur kesadaran subjektif.
Referensi :
Poloma, Margaret M, 1979. Contemporary Sociological Theory.
Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah YASOGAMA. Jakarta : Rajawali Pers.
Objektivitas dalam Sosiologi
Dalam ilmu sosiologi objektivitas merupakan bagian penting. Secara bahasa
objektivitas dapat dipahami sebagai sebuah sikap yang menggambarkan adanya
kejujuran, bebas dari pengaruh pendapat dan pertimbangan pribadi atau
golongan dan lain-lain khususnya dalam upaya untuk mengambil sebuah
keputusan atau tindakan. Dalam konteks keilmuan kebenaran obyektifitas hanya
dapat diakui jika dan hanya jika melalui prosedur yang absah berdasarkan konsep
metode ilmiah. Jika sesuai dengan syarat dan prosedur metode ilmiah maka
penemuan tersebut bisa disebut objektif dan jika tidak maka disebut sebagai
sesuatu yang tidak objektif dan karenanya dianggap nisbi. Selanjutnya dengan
metode ilmiah itu sebuah ilmu benar-benar bisa diakui objektif atau bebas nilai.
Meskipun dalam tataran historis sesuatu yang kemudian terbantahkan adalah
objektivitas mengapa selalu berubah-ubah seiring dengan bergulirnya waktu,
khususnya perkembangan sains dan teknologi. Bukankah semestinya, sesuatu
yang kebenaran obyektifitas di masa lalu juga objektif di masa sekarang dan yang
akan datang. Oleh karena itu wajar jika kemudian muncul pertanyaan, benarkah
yang dianggap nisbi itu betul-betul nihil atau justru eksis dan sebaliknya? Sebelum
membahas hal ini ada baiknya kita kaji lebih dulu apa itu ada atau apa itu
ontologi.