Pembimbing :
dr. Isna Nurhayati, Sp. A, M.Kes
Disusun oleh :
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Pinasty Adi Astri, S.Ked J5101700054
Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pembimbing:
dr. Isna Nurhayati, Sp.A, M.Kes (.................................)
Dipresentasikan dihadapan:
dr. Isna Nurhayati, Sp.A, M.Kes (.................................)
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 4 1 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
1 HSMRS
Pada hari Selasa, ibu pasien mengatakan keluhan pasien belum membaik. Pasien masih BAB cair (+)
sebanyak 4 kali, setiap diare sekitar ¼ - ½ gelas belimbing, ampas (+), warna kuning, lendir (-), darah
(-). Pasien masih muntah (+) sebanyak 6 kali, setiap muntah sekitar ¼ gelas belimbing. Muntah setiap
diberi makan dan minum. Pada malam hari sekitar pukul 21.00 pasien mulai mengalami demam (+),
keluhan lain kesadaran menurun (-), lemas (+), rewel saat mau BAB (+), BAK menurun (+), rasa haus
meningkat (+), batuk (-), pilek (-), nafsu makan menurun (+), mimisan (-), gusi berdarah (-), akral
dingin (-).
HMRS
Pada hari Rabu 13 Juni 2018 jam 06.00 WIB, pasien datang ke IGD RS Ir. Soekarno Sukoharjo. Ibu
pasien mengatakan bahwa pasien mengalami BAB cair (+) sebanyak 2 kali, ampas (+), lendir (+), darah
(-). Muntah (-), mual (+), demam (+). Keluhan lain berupa, rasa haus meningkat (+), nafsu makan
menurun (+), mimisan (-), gusi berdarah (-), akral dingin (-), BAK (-), rewel (+), batuk (-), pilek (-),
penurunan kesadaran (–).
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 4 1 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
POLA DEMAM:
I
Selasa, Rabu,
12/06/2018 13/06/2018
21.00 06.00
Kesan:
• BAB cair sebanyak 9 kali sekitar ¼ - ½ gelas belimbing, warna kuning, ampas (+), lendir
(+), darah (-).
• Muntah (+) 10 kali sekitar ¼ gelas belimbing berisi makanan dan air
• Demam hari ke-1, tidak terdapat penurunan kesadaran (-)
• Rewel (+)
• Nafsu makan menurun (+)
• Rasa haus meningkat (+)
• BAK (+) berkurang
• Tidak ada tanda syok
• Tidak ada tanda perdarahan
• Pasien sudah berobat ke dokter.
Kesan : Terdapat riwayat penyakit keluarga yang dapat diturunkan tetapi tidak berhubungan
dengan penyakit pasien sekarang. Dan tidak terdapat penyakit keluarga yang dapat ditularkan
yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang.
Pohon Keluarga
80 70
50 48 45 43
47 52 40
30 20 14
29 27 17
Keterangan:
Kesan : Terdapat riwayat penyakit diare yang ditularkan dalam keluarga yang berhubungan dengan
penyakit pasien sekarang.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 4 1 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
F. RIWAYAT PRIBADI
1. Riwayat kehamilan dan persalinan :
a. Riwayat kehamilan ibu pasien
Ibu G6P5A0 hamilsaat usia 41 tahun. Ibu mulai memeriksakan kehamilan ketika usia kehamilan 3
bulan, kemudian kontrol rutin ke bidan sebulan sekali. Saat kontrol ibu mendapat vitamin dan obat
penambah darah yang selalu dihabiskan. Selama hamil ibu tidak merasakan mual, muntah dan pusing
yang menggangu aktivitas sehari-hari pada trimester 1. Selama kehamilan tidak ada riwayat trauma,
maupun infeksi, tetapi terdapat riwayat perdarahan pada usia kehamilan 3 bulan. Tekanan darah ibu
selama kontrol dalam kisaran normal yaitu sekitar 110/80 mmHg. Berat badan ibu ditimbang
dinyatakan normal dan perkembangan kehamilan dinyatakan normal.
b. Riwayat persalinan ibu pasien
Ibu melahirkan anaknya dibantu oleh bidan dengan persalinan secara normal. Ibu melahirkan saat
umur kehamilan 40 minggu, bayi perempuan lahir dengan berat badan 3800 gram dengan panjang
badan 49 cm. Pada saat lahir bayi langsung menangis, tidak ditemukan cacat bawaan saat lahir.
c. Riwayat paska lahir pasien
Bayi perempuan lahir langsung menangis, gerak aktif, warna kulit merah, tidak kebiruan dan tidak
kekuningan, mendapat ASI pada hari pertama, BAK dan BAB kurang dari 24 jam.
Kesan: Riwayat ANC kurang baik, Riwayat persalinan dan riwayat PNC baik.
2. Riwayat makanan :
- Umur 0 - 8 bulan : ASI semau bayi
- Umur 9 – 12 bulan : ASI + susu formula + bubur susu 1x sehari 1 mangkuk kecil
- Umur 12 bulan - sekarang : ASI + susu formula + nasi tim yang dihaluskan, sayur, lauk, sebanyak
1 mangkuk kecil 2-3 kali sehari
Kesan: ASI eksklusif, makanan pendamping diberikan tidak sesuai usia, kuantitas dan kualitas
makanan baik.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 4 1 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
3. Perkembangan
Motorik Halus Motorik kasar Bahasa Sosial
Melihat sekitar Mengangkat Bersuara Tersenyum
(1 bulan) Kepala (1bulan) (1 bulan)
(1 bulan)
Memegang icik-icik Tengkurap Berkata “Aaah Uuuh” Membalas senyum (3
(3 bulan) (3 bulan) (3 bulan) bulan)
Meraih benda yang Duduk tanpa Dah dah dengan
Meniru bunyi kata-kata
ada disekitarnya berpegangan (6 tangan
( 6 bulan )
(6 bulan ) bulan) (7 bulan)
Kesan : Motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal social sesuai usia
4. Vaksinasi
Jenis Usia Tempat Ulangan
Hepatitis B 4 kali 0, 2, 3, 4 bulan Bidan
BCG 1 kali 1 bulan Bidan
DPT 3 kali 2, 3, 4 bulan Bidan
Hib 3 kali 2, 3, 4 bulan Bidan
Polio 4 kali 0, 2, 3, 4 bulan Bidan
Campak 1 kali 9 bulan Bidan
Kesan : Vaksinasi dasar dilakukan lengkap sesuai PPI
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 4 1 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
6. Anamnesis sistem :
- Serebrospinal : Demam (+), penurunan kesadaran (-)
- Kardiopulmoner : Kulit kebiruan (-), kuku-kuku jari berwarna biru (-)
- Respiratorius : Batuk (-), pilek (-), sesak (-)
- Gastrointestinal : BAB cair (+), Rewel saat mau BAB (+), mual (-), muntah (+), kembung (-)
- Urogenital : BAK (+) menurun, nyeri saat BAK (-)
- Integumentum : Pucat (-), bintik merah (-), kuning ( -)
- Muskuloskeletal : Nyeri otot (-), nyeri saat berjalan/bergerak (-), nyeri sendi (-), akral dingin (-)
Kesan: Didapatkan gangguan serebrospinal dan gastrointestinal
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 4 1 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
KESAN UMUM
Keadaan umum : Lemah, Tampak Kehausan
Kesadaran : Compos mentis
Suhu badan : 36,8o C
Nadi : 132x/menit,
Pernapasan : 28x/menit
Kesan : Keadaan umum lemah, tampak kehausan, kesadaran compos mentis.
Status Gizi
- Bb : 9,8 kg
- Tb : 70 cm
- BMI = BB (kg)/ TB (m)2 = kg/m2
= 9,8/(0,7)2
= 20
Status Gizi
a. Hasil Pengukuran Berat Badan Menurut Umur (BB//U)
Hasil : 0,47 (Berada diantara Median sampai dengan +2 SD ) Normal
b. Panjang Badan Menurut Umur (PB//U)
Hasil : -1,00 (Berada diantara median sampai dengan – 2 SD ) Normal
c. Hasil Pengukuran BMI Menurut Umur (BMI//U)
Hasil : 1,42 (Berada diantara +1 SD sampai dengan +2 SD) Normal
d. Hasil Pengukuran Lingkar Kepala Menurut Umur (LK//U)
Hasil : 1,27 (Berada diantara +1SD sampai dengan +2 SD) Normal
e. Hasil Pengukuran Berat Badan Menurut Panjang Badan (BB//PB)
Hasil : 1,21(Berada diantara +1 SD sampai dengan +2SD) Normal
Diagram BB// U
(Berada diantara Median sampai dengan +2 SD, berat badan normal sesuai usia)
Diagram PB // U
(Berada diantara median sampai dengan – 2 SD, panjang badan normal sesuai usia)
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 4 1 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
Diagram LK//U
( Berada diantara +1SD sampai dengan +2 SD, lingkar kepala normal sesuai usia)
Diagram BB//PB
(Berada diantara +1 SD sampai dengan +2SD)
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 4 1 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
Diagram BMI//U
( Berada diantara +1 SD sampai dengan +2 SD, proporsional)
G. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kulit : Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), sianosis (-), petekie (-)
2. Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran
3. Otot : Kelemahan (-), atrofi (-), nyeri otot (-)
4. Tulang : Tidak didapatkan deformitas tulang
5. Sendi : Gerakan bebas
Kesan: Pemeriksaan kulit, kelenjar limfe, otot, tulang dan sendi dalam batas normal
H. PEMERIKSAAN KHUSUS:
1. Kepala : Normocephal, ubun-ubun belum menutup, UUB cekung (+), rambut hitam, tidak
mudah dicabut
a. Mata : Conjuctiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-), reflek cahaya
(+/+), isokor (+ /+) 2 mm, mata cowong (+/+), air mata berkurang (+)
b. Hidung : Sekret (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (- /-)
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 4 1 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2. Leher : Tidak ada pembesaran limfonodi leher, tidak teraba massa abnormal, dan tidak ada
peningkatan vena jugularis
3. Thoraks : Simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-)
a. Jantung :
- Inspeksi: Iktus kordis tak tampak
- Palpasi : Tidak kuat angkat
- Perkusi :
Kanan atas : SIC II LPS dekstra
Kanan bawah : SIC IV LPS dekstra
Kiri atas : SIC II LPS sinistra
Kiri bawah : SIC V LMC sinistra
- Auskultasi : Suara jantung I-II interval reguler, bising jantung (-).
Kesan: Pemeriksaan leher, thoraks, dan jantung tidak ada kelainan
b. Paru-paru
Rh (-)
Rh (-)
Rh (-) Rh (-)
Rh (-)
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 4 1 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
4. Abdomen :
a. Inspeksi : Distensi (-), sikatrik (-), purpura (-)
b. Auskultasi : Peristaltik (+) meningkat
c. Perkusi : Timpani (+), meteorismus (-), pekak beralih (-), asites (-)
d. Palpasi : Supel, massa abnormal (-), turgor kulit sedikit menurun (+), tes undulasi (- )
Hati : Hepatomegali (-)
Limpa : Splenomegali (-)
Kesan : Pemeriksaan abdomen didapatkan turgor kulit menurun (+), peristaltic meningkat
(+), hepatomegaly (-), splenomegaly (-)
5. Anogenital : Warna kulit coklat, rambut mons pubis (-), tanda-tanda radang (-), labia mayor dan
minor dalam batas normal.
Kesan : pemeriksaan anogenital dalam batas normal
6. Ekstremitas dan status neurologis
Edema (-/-), Sianosis (-/-), akral dingin (-/-), petekie (-/-), a. dorsalis pedis teraba kuat, dan CRT <
2 detik.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 4 1 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
I. HASIL LABORATORIUM
06 Juni 2018 di IGD
Darah Lengkap
Nilai Normal
Leukosit 14,0 6.0 – 17.0 103/ uL
Eritrosit 5,18 3.60 – 5.20 106/ uL
Hemoglobin 12,9 10.7 – 13.1 g/dL
Hematokrit 38,9 35 – 43 %
Index eritrosit
MCV 75,1 74 – 102 fl
MCH 24,9 23 – 31 pg
MCHC 33,2 (H) 28 – 33,2 g/dL
Trombosit 611 (H) 229 – 553 103/uL
RDW – CV 16,4 (H) 11.5 – 14 .5 %
PDW 11,0 FL
MPV 9,9 FL
P-LCR 24,1 %
PCT 0,61 %
Diff Count
NRBC 0,00 0–1
Neutrofil 39,1 17 – 68
Limfosit 52,1 20,00 – 70,00
Monosit 8,40 1,00 – 11,00
Eosinofil 0,00 (L) 1,00 – 5,00
Basofil 0,40 0–1
Kesan : Pemeriksaan laboratorium menunjukan trombositosis, peningkatan RDW-CV, eosinopenia.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 4 1 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
RINGKASAN
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
Penunjang
BAB cair sebanyak 9 kali sekitar ¼ - ½ Keadaan umum lemah, Pemeriksaan
gelas belimbing, warna kuning, ampas tampak kehausan, kesadaran laboratorium
(+), lendir (+), darah (-). compos mentis. menunjukan
Muntah (+) 10 kali sekitar ¼ gelas Status Gizi Baik, perawakan trombositosis,
belimbing berisi makanan dan air proporsional peningkatan RDW-
Demam hari ke-1, tidak terdapat Pemeriksaan kulit, kelenjar CV, eosinopenia.
penurunan kesadaran (-) limfe, otot, tulang dan sendi
Rewel (+) dalam batas normal
DAFTAR MASALAH
A. Aktif:
1. Anamnesis:
a) BAB cair sebanyak 9 kali sekitar ¼ - ½ gelas belimbing, warna kuning, ampas (+), lendir (+),
darah (-).
b) Muntah (+) 10 kali sekitar ¼ gelas belimbing berisi makanan dan air
c) Demam hari ke-1, tidak terdapat penurunan kesadaran (-)
d) Nafsu makan menurun (+)
e) Rasa haus meningkat (+)
f) BAK (+) berkurang
g) Rewel saat akan BAB (+)
h) Terdapat tetangga yang menderita penyakit serupa.
2. Pemeriksaan fisik:
a) Keadaan umum lemah, tampak kehausan, kesadaran compos mentis.
b) Pada pemeriksaan didapatkan UUB cekung (+), mata cowong (+/+), air mata berkurang (+),
mukosa bibir kering (-).
c) Pemeriksaan abdomen didapatkan turgor kulit menurun (+), peristaltic (+) meningkat
d) Pemeriksaan ekstremitas tidak didapatkan akral dingin (-), dan ADP kuat.
3. Pemeriksaan laboratorium:
Pemeriksaan laboratorium menunjukan trombositosis, peningkatan RDW-CV, eosinopenia.
B. Inaktif :
Riwayat ANC kurang baik
Personal Hygine kurang baik.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 4 1 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
RENCANA PENGELOLAAN
1. Rencana Tindakan
₋ Nilai dan perbaiki airway, breathing, circulation
₋ Awasi tanda-tanda dehidrasi
₋ Observasi tanda-tanda vital seperti suhu, pernafasan, nadi
2. Rencana penegakan diagnosis
Cek feces Rutin
3. Rencana Terapi
- Terapi rehidrasi cairan total sebanyak 175ml/kgbb/hari.
175 x 9,8 = 1715 ml/hari
diberikan melalui Infus menggunakan RL intravena 71.4 ml/jam 18 tpm makro hingga
tanda dehidrasi menghilang.
- RL maintenance (9,8 kg x 100 ml) = 980 ml/hari 10 tpm makro
- Inj. Ondancentron 0,1mg x 9,8 = 0,98 mg 1mg/8jam
- L Bio 2x 1 sachet untuk anak usia >6 bulan
- Zink 1x 20 mg untuk anak usia >6 bulan
- Antipiretik : Paracetamol syr 10 mg x 9,8 kg = 98 mg1cth/4 jam jika suhu > 37,5
4. Rencana Edukasi
₋ Menjelaskan tentang penyakit pasien pada orangtua
₋ Jika anak demam diberikan obat penurun panas dan di kompres air hangat
₋ Orang tua diminta ikut mengawasi kondisi pasien
₋ Menjelaskan tentang personal hygine dan lingkungan yang baik
₋ Memperhatikan kebersihan makanan dan minuman yang dikonsumsi dan mengatur pola makan
₋ Menjaga asupan nutrisi yang seimbang, baik kualitas maupun kuantitas.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 4 1 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
Follow Up
A/
Diare Cair Akut ec virus
Dehidrasi ringan-sedang dalam perbaikan
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 4 1 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
ANALISA KASUS
ab DR : L
imf os i tos i sN
e ut rof i liaF
es es : C
ai r, Hi jau, L
endi r
B AB c
ai rT
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Diare berasal dari kata “dia” yang berarti membuang dan “rheo” yang berarti mengalir. Diare
adalah perubahan konsistensi dan frekuensi buang air besar, dengan tinja mengandung air lebih banyak
yaitu 10ml/kgBB/hari yang disertai gejala lain dan dapat menimbulkan komplikasi.
Diare Akut merupakan diare yang terjadi mendadak dan berlangsung 3-5 hari dengan pengeluaran
tinja yang lunak / cair dengan atau tanpa disertai lendir dan darah. Biasanya sembuh sendiri jika tidak
disertai dehidrasi (Behrman, 2009).
B. EPIDEMOLOGI
Kuman penyebab diare menyebar masuk melalui mulut antara lain makanan dan minuman yang
tercemar tinja atau yang kontak langsung dengan tinja penderita.Terdapat beberapa perilaku khusus
meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama
kehidupan, menggunakan botol susu yang tercemar, menyimpan makanan masak pada suhu kamar dalam
waktu cukup lama, menggunakan air minuman yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari tinja, tidak
mencuci tangan setelah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum memasak makanan,
tidak membuang tinja secara benar (Ardhani, 2008).
Faktor yang meningkatkan kerentanan terhadap diare antara lain tidak memberikan ASI sampai
umur 2 tahun, kurang gizi, campak, imunodefisiensi / imunosupressif.
Kebanyakan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan, insiden paling banyak pada umur 6 –
10 bulan (pada masa pemberian makanan pendamping). Variasi musiman pola musim diare dapat terjadi
melalui letak geografi. Pada daerah sub tropik, diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim
panas sedangkan diare karena virus (rotavirus) puncaknya pada musim dingin.
Pada daerah tropik diare rotavirus terjadi sepanjang tahun, frekuensi meningkat pada musim
kemarau sedangkan puncak diare karena bakteri adalah pada musim hujan. Kebanyakan infeksi usus
bersifat asimtomatik / tanpa gejala dan proporsi ini meningkat di atas umur 2 tahun karena pembentukan
imunitas aktif.
C. ETIOLOGI
1. Faktor infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi
infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb),
infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica,
G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
Infeksi parenteral yaitu infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti
otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. (Behrman, 2009).
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat yaitu disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang
terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3. Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan
tertentu.
4. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 4 1 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
D. PATOFISIOLOGI
E. MANIFESTASI KLINIS
Pada diare akut dapat ditemukan gejala dan tanda sebagai berikut
1. BAB lebih cair/encer dari biasanya, frekwensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam.
2. Apabila disertai darah disebut disentri (diare akut invasif).
3. Dapat disertai dengan anoreksia, muntah, nyeri perut,kembung dan panas.
4. Bisa terjadi komplikasi yaitu gangguan elektrolit, dehidrasi, gangguan gas darah/asidosis.
5. Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan :
a) Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit :
Napas cepat dan dalam (asidosis metabolik)
Kembung dan edema (hipokalemia)
Kejang (gangguan keseimbangan natrium)
b) Tanda-tanda dehidrasi :
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria sebagai berikut:
1) Dehidrasi ringan (kehilangan cairan < 5% berat badan):
Keadaan umum baik, sadar
Tanda vital dalam batas normal
Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa mulut dan bibir
basah
Turgor abdomen baik, bising usus normal
Akral hangat.
Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau minum,
muntah terus-menerus, diare frekuen) (Ardhani, 2008).
2) Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
Keadaan umum gelisah atau cengeng
Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang, mukosa mulut dan
bibir sedikit kering
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 4 1 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
Turgor kurang
Akral hangat
Pasien harus rawat inap(Ardhani, 2008).
3) Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
Keadaan umum lemah, letargi atau koma
Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa mulut dan
bibir sangat kering
Anak malas minum atau tidak bisa minum
Turgor kulit buruk
Akral dingin
Pasien harus rawat inap (Ardhani, 2008).
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia,
nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi
yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseorang yang kekurangan cairan
akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih
menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh
deplesi air yang isotonik. (Behrman, 2009).
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat
berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga
frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan
tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien
mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada
diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut
yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tinja
Dapat disertai darah atau lendir
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 4 1 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
PH asam/basa
Leukosit > 5/LBP
Biakan dan test sensitivitas untuk etiologi bakteri/ terapi
ELISA (bila memungkinkan, untuk etiologi viruz) (Poorwo, 2003).
2. Darah
Dapat terjadi gangguan elektrolit atau gangguan asam basa
Analisa gas darah (Poorwo, 2003).
Apabila derajat dehidrasi yang terjadi akibat diare sudah di tentukan, baru kemudian menentukan
tatalaksana yang akan diterapkan secara konsisten.
Terdapat lima tuntas tatalaksana diare, yaitu:
1. Rehidrasi
2. Dukungan nutrisi
3. Supplement zinc
4. Antibiotik selektif
5. Edukasi orang tua
1. Diare cair akut tanpa dehidrasi
Penanganan lini pertama pada diare akut tanpa dehidrasi antara lain sebagai berikut:
a) Memberikan kepada anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi.
Dapat kita gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti oralit, makanan cair (seperti sup
dan air tajin) dan bila tidak ada air matang, kita dapat menggunakan larutan oralit untuk anak.
Pemberian larutan diberikan terus hingga diare berhenti. Volume cairan untuk usia kurang dari 2
tahun : 50-100cc, untuk usia lebih dari 2 tahun mendapat 100-200cc.
b) Memberikan tablet zinc. Pemberian tablet zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut
meskipun anak telah sembuh dari diare. Dosis zinc untuk anak bervariasi, untuk anak usia
dibawah 6 bulan sebesar 10mg (1/2 tablet) perhari, sedangkan untuk usia diatas 6 bulan sebesar 20
mg perhari. Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anak telah sembuh dari
diare.
c) Memberikan anak makanan untuk mencegah kekurangan gizi.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 4 1 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
d) Membawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita
sebagai berikut buang air besar cair lebih sering, muntah terus menerus, rasa haus yang nyata,
makan atau minum sedikit, demam, dan tinja berdarah.
e) Anak harus diberi oralit dirumah
Formula oralit baru yangberasal dari WHO dengan komposisi sebagai berikut:
Natrium : 75 mmol/L
Klorida : 65 mmol/L
Glukosa, anhydrous: 75 mmol/L
Kalium :20 mmol/L
Sitrat :10 mmol/L
Total osmolaritas :245 mmol/L
Ketentuan pemberian oralit formula baru :
Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru, larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 L air
matang, untuk persediaan 24 jam, berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar
dengan ketentuan untuk anak usia kurang dari 2 tahun berikan 50-100 ml setiap kali buang air
besar, sedangkan untuk anak berumur 2 tahun atau lebih berikan 100-200 ml tiap kali buang air
besar. Jika dalam waktu 24 jam persediaan oralit masih tersisa, maka sisa larutan itu harus
dibuang.
2. Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang
a) Rehidrasi dapat menggunakan oralit 75cc/kgBB dalam 3 jam pertama dilanjutkan pemberian
kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur seperti diatas setiap kali buang air besar.
b) Rehidrasi intravena dengan cairan RL 50cc/kgBB/3jam
3. Diare akut dengan Dehidrasi Berat
Anak-anak dengan tanda-tanda dehidrasi berat dapat meninggal dengan cepat karena syok
hipovolemik, sehingga mereka harus mendapatkan penanganan dengan cepat.
Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Ada beberapa hal yang penting diperhatikan agar
dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
a) Menentukan cara pemberian cairan
Penggantian cairan melalui intravena merupakan pengobatan pilihan untuk dehidrasi berat,
karena cara tersebut merupakan jalan tercepat untuk memulihkan volume darah yang turun.
Rehidrasi IV penting terutama apabila ada tanda-tanda syok hipovolemik (nadi sangat cepat dan
lemah atau tidak teraba, kaki tangan dingin dan basah, keadaan sangat lemas atau tidak sadar).
Cara lain pemberian cairan pengganti hanya boleh bila rehidrasi IV tidak memungkinkan atau
tidak dapat ditemukan disekitarnya dalam waktu 30 menit.
b) Jenis cairan yang hendak digunakan.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 4 1 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di
pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila
RL tidak tersedia dapat diberikan NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1
ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang
ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
c) Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan
jumlah cairan yang keluar dari badan. Jika memungkinkan, penderita sebaiknya ditimbang
sehingga kebutuhan cairannya dapat diukur dengan tepat. Kehilangan cairan pada dehidrasi berat
setara dengan 10% berat badan (100 ml/kg).
Bayi harus diberi cairan 30 ml/kg BB pada 1 jam pertama, diikuti 70ml/kg BB 5 jam
berikutnya, jadi seluruhnya 100 ml/kgBB selama 6 jam. Anak yang lebih besar dan dewasa harus
diberi 30 ml/kgBB pada 30 menit pertama, diikuti 70 ml/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya sehingga
seluruhnya 100 ml/kgBB selama 3 jam. Sangat berguna memberi tanda pada botol, untuk
menunjukan jumlah cairan yang harus diberikan setiap jam bagi setiap penderita.
Sesudah 30 ml/kg cairan pertama diberikan , nadi radialis yang kuat dapat teraba. Bila masih
lemah dan cepat, infuse 30 ml/kg harus diberikan lagi dalam waktu yang sama. Meskipun begitu
hal ini jarang dibutuhkan. Larutan oralit dalam jumlah kecil harus juga diberikan melalui mulut
(sekitar 5ml/kg BB per jam) segera setelah penderita dapat minum, untuk member tambahan
kalium dan basa, Hal ini biasa dilakukan setelah 3-4 jam untuk bayi dan 1-2 jam untuk penderita
yang lebih besar.
d) Jalan masuk atau cara pemberian cairan
Rute pemberian cairan meliputi oral dan intravena. Larutan oralit dengan komposisi berkisar
29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada diare
ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi.
Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan biakan empedu, Widal,
preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti
serologi amuba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring
(Hasan, 2007)
Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut:
a. Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja.
b. Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-kadang darah.
5. Memberikan terapi simtomatik
Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan keuntungannya. Antimotilitas
usus seperti Loperamid akan memperburuk diare yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena
memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus yang seyogyanya cepat dieliminasi.
(Pusponegoro, 2004).
6. Memberikan terapi definitif.
Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:
a. Kolera-eltor: Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol.
b. V. parahaemolyticus,E. coli, tidak memerluka terapi spesifik
c. A. aureus : Kloramfenikol
d. Salmonellosis: Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan Quinolon seperti Siprofloksasin
e. Shigellosis: Ampisilin atau Kloramfenikol
f. Helicobacter: Eritromisin
g. Amebiasis: Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol
h. Giardiasis: Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol
i. Balantidiasis: Tetrasiklin
j. Candidiasis: Mycostatin
k. Virus: simtomatik dan support (Hasan, 2007)
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 4 1 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
DAFTAR PUSTAKA
Ardhani punky, 2008, Art of Theraphy: Ilmu Penyakit Anak, Pustaka Cendekia Press: Jogjakarta
Behrman Richard et all, 2009, Nelson textbook of Pediatrics, Sanders: Phyladelpia.
Pusponegoro hardiyono et all, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak: edisi I, Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
Poorwo sumarso et all, 2003, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak: Infeksi & Penyakit Tropis, Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
Hasan Rusepno et all, 2007, Ilmu Kesehatan Anak 1: cetakan ke 11, Infomedika: Jakarta.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 4 1 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
1. Bagaimanakah definisi diare yang benar? Apakah BAB cair 1x bisa disebut diare?
Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan
berlangsung kurang dari satu minggu (PPM IDAI Jilid 1, 2009).
Pasien ini mengalami Diare Cair Akut.
2. Apakah vomitus masuk dalam penyebab masalah?
Vomitus yang dialami pasien adalah bagian dari gejala penyakit diare. Sehingga penyebab masalah
utama dari pasien ini adalah diare cair akut.
3. Sampaikapankah L Bio dan Zinc diberikan?
Pemberian zinc secara ilmiah terbukti dalam mengurangi frekuensi buang air besar dan volume tinja.
Zinc diberikan selama 10-14 hari.
L-BIO merupakan probiotik (bakteri baik) yang terdiri dari Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus
casei, Lactobacillus salivarius, Bifidobacterium infantis, Bifidobacterium lactis, Bifidobacterium
longum, Lactococcus lactis. Pada orang normal (sehat) terdapat sekitar 400 jenis probiotik dalam
tubuh untuk mengatur agar sistem percernaan sehat dengan cara mengurangi pertumbuhan bakteri
jahat. L bio diberikan selama 2 hari atau sampai diare anak sudah berhenti.
4. Apakah fungsi pemberian Smecta?
Dioctahedral Smectite atau Diosmectite adalah salah satu obat diare yang tergolong dalam obat
bebas. Obat ini dapat diberikan pada anak-anak maupun dewasa sebagai bagian dari terapi rehidrasi
oral pada diare akut.
Selain itu, obat ini juga dapat digunakan untuk terapi tambahan pada nyeri terkait gangguan pada
saluran cerna dan kolik. Obat ini berupa serbuk yang disuspensikan dalam air sebelum diminum. Di
Indonesia, obat ini beredar dengan merk Smecta dalam bentuk serbuk 3 gram.
Anak berusia 1-2 tahun dapat diberikan 3-6 gram (1-2 bungkus) per hari
Diosmectite adalah campuran aluminium dan magnesium silicate yang bekerja sebagai absorben
pada usus. Pada saluran cerna, obat ini memiliki sifat viskositas plastis yang tinggi dan dapat
melindungi mukosa saluran cerna serta meningkatkan kemampuan pertahanan mukosa.
Diosmectite tidak diabsorpsi maupun dimetabolisme oleh tubuh. Obat ini juga tidak
memengaruhi warna tinja dan waktu transit di dalam usus halus.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 4 1 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
b. Clostridium perfringens
Gejala berlangsung setelah 8 – 24 jam setelah asupan produk-produk daging yang terkontaminasi,
diare cair dan nyeri epigastrium, kemudian diikuti dengan mual, dan muntah. Demam jarang terjadi.
Gejala ini akan berakhir dalam waktu 24 jam.
c. Vibrio cholerae
Gejala awal adalah distensi abdomen dan muntah, yang secara cepat menjadi diare berat, diare
seperti air cucian beras. Pasien kekurangan elektrolit dan volume darah. Demam ringan dapat terjadi.
Panas + ++ ++ - ++ +
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 4 1 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
Leukosit - + + - - -
Subagyo B, Santoso NB. Diare akut. In: Juffrie M SS, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS, , ed. Buku
Ajar Gartroenterologi Hepatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010:87-118.