Warna adalah salah satu atribut utama pangan yang menentukan penerimaan
konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen menghubungkan warna
makanan dengan nilai estetika, kualitas, dan keamanan bahan pangan. Keberadaan
warna pada bahan pangan, ada yang secara alami terbentuk melalui biosintesis,
terbentuk selama proses pengolahan, dan sengaja ditambahkan.
Warna ditambahkan pada bahan pangan karena beberapa alasan, antara lain
Menurut (Rusdin, 2009) Pewarna makanan dibagi menjadi empat kategori, yaitu:
1. Pewarna alami. Pewarna alami adalah pigmen yang diperoleh dari proses
modifikasi bahan-bahan dari organisme hidup, seperti tanaman, alga,
cyanobacteria, dan fungi. Contoh pewarna alami yaitu caramel dan karbon
nabati.
2. Pewarna identik-alami. Pewarna identik alami adalah pigmen buatan
manusia yang diperoleh dari komponen alami, seperti karoten dan
riboflavin.
3. Pewarna sintetik. Pewarna sintetik adalah pewarna buatan manusia yang
bersumber dari bahan alami.
4. Pewarna inorganic. Pewarna inorganik adalah pewarna yang diperoleh dari
komponen inorganik, seperti titanium dioxide, emas, dan perak.
1. Pewarna sintetik
Pewarna sintetik merupakan pewarna yang diperoleh dari proses kimia.
Pewarna sintetik secara umum aman digunakan, namun dapat menimbulkan efek
alergi terutama pada anak-anak jika penggunaannya tidak terkendali. Hal ini
menjadi alasan beberapa negara menolak untuk menggunakan pewarna sintetik.
Karena efek samping yang dapat ditimbulkan, sehingga sangat penting diatur
jumlah yang diperbolehkan penggunaannya pada produk pangan. Secara umum
penggunaan pewarna sintetik yang di izinkan pada kadar 100-200 ppm.
2. Pewarna Alami
Penggunaan pewarna sintetik pada makanan cukup kontroversial, karena
dihubungkan dengan dampaknya pada kesehatan dan lingkungan. Hal ini menjadi
alasan bagi konsumen untuk memilih pewarna alami. Meskipun secara struktural
sangat beragam, pewarna alami secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelas, yaitu tetrapyrrol, tetraterpenoid, dan flavonoid. Golongan tetrapyrrol yang
paling sering digunakan adalah klorofil, yang merupakan pigmen hijau dari
tanaman. Kelompok tetraterpenoid yang utama adalah komponen karotenoid,
yang memberikan efek warna orange. Sedangkan yang termasuk golongan
flavonoid adalah komponen anthosianin.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 033 tahun 2012 tentang Bahan
Tambahan Pangan Pewarna yang diperbolehkan adalah sebagai berikut:
a. Pewarna Alami
No. Nama Zat Kode
1. Kurkumin Cl. No. 75300 (Curcumin) 100(i)
2. Riboflavin (Riboflavins) 101(i)
Riboflavin (sintetik) (Riboflavin, synthetic) 101(i)
Riboflavin 5’- natrium fosfat (Riboflavin 5’-phosphate 101(ii)
sodium)
Riboflavin dari Bacillus subtilis (Riboflavin (Bacillus 101(iii)
subtilis))
3. Karmin dan ekstrak cochineal CI. No. 75470 (Carmines
and cochineal extract)
Karmin CI. No. 75470 (Carmine) 120
Ekstrak cochineal No. 75470 (Cochineal extract) 120
4. Klorofil CI. No. 75810 (Chlorophyll) 140
5. Klorofil dan klorofilin tembaga kompleks CI. No. 75810 141
(Chlorophylls and cholophyllins, copper complexes)
6. Karamel I (Caramel I – plain) 150a
7. Karamel III amonia proses (Caramel III-ammonia process) 150c
8. Karamel IV amonia sulfit proses (Caramel IV-sulphite 150d
ammonia process)
9. Karbon tanaman CI. 77266 (Vegetable carbon) 153
10. Beta-karoten (sayuran) CI. No. 75130 (Carotenes, beta 160a(ii)
(vegetable))
11. Ekstrak anato CI. No. 75120 (berbasis bixin) (Annatto 160b(i)
extracts, bixin based)
12. Karotenoid (Carotenoids)
Beta-karoten (sintetik) CI. No. 40800 (beta-carotenes, 160a(i)
synthetic)
Beta-karoten dari Blakeslea trispora (beta-Carotones 160a(iii)
(Blakeslea trispora))
Beta-apro-8’-karotenal CI. No. 40820 (beta-Apo-8’- 160e
Carotenal)
Etil ester dari beta-apo-8’asam karotenoat CI. No. 40825 160f
(beta-apo-8’-Carotenoic acid ethyl ester)
13. Merah bit (Beet red) 162
14. Antosianin (Anthocyanins) 163
15. Titanium dioksida CI. No. 77891 (Titanium dioxide) 171
Tabel 2.2.1.1 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 033 tahun 2012
(Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 033 tahun 2012)
b. Pewarna Sintesis
No. Nama Zat Kode
1. Tartazin CI. No. 19140 Tartazine 102
2. Kuning kuinolin CI. No. 47005 Quinoline yellow 104
3. Kuning FCF CI. No. 15985 Sunset yellow FCF 110
4. Karmoisin CI. No. 14720 (carmoisine) 122
5. Ponceau 4R CI. No. 16255 (Ponceau 4R) 124
6. Eritrosin CI. No. 45430 (Erythrosine) 127
7. Merah allura CI. No. 16035 (Allura red) 129
8. Indigotin CI. No. 73015 (Indigotine) 132
9. Biru berlian FCF CI. No. 42090 (Brilliant blue FCF) 133
10. Hijau FCF CI. No.42053 (Fast green FCF) 143
11. Coklat HT CI. No. 20285 (Brown HT) 155
Tabel 2.2.1.2 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 033 tahun 2012
(Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 033 tahun 2012)
2.1.1 Jenis-jenis Pewarna Buatan yang Populer dan Efek Samping serta
mekanisme kerja yang Ditimbulkan
1. Tartrazine (E102 atau Yellow 5)
Tartrazine adalah pewarna kuning yang banyak digunakan dalam makanan
dan obat-obatan. Selain berpotensi meningkatkan hiperaktivitas anak, pada sekitar
1- 10 dari sepuluh ribu orang , tartrazine menimbulkan efek samping langsung
seperti urtikaria (ruam kulit), rinitis (hidung meler), asma, purpura (kulit lebam)
dan anafilaksis sistemik (shock). Intoleransi ini tampaknya lebih umum pada
penderita asma atau orang yang sensitif terhadap aspirin.
2. Sunset Yellow (E110, Orange Yellow S atau Yellow 6)
Sunset Yellow adalah pewarna yang dapat ditemukan dalam makanan
seperti jus jeruk, es krim, ikan kalengan, keju, jeli, minuman soda dan banyak
obat-obatan. Untuk sekelompok kecil individu, konsumsi pewarna aditif ini dapat
menimbulkan urtikaria, rinitis, alergi, hiperaktivitas, sakit perut, mual, dan
muntah.
Dalam beberapa penelitian ilmiah, zat ini telah dihubungkan dengan
peningkatan kejadian tumor pada hewan dan kerusakan kromosom, namun kadar
konsumsi zat ini dalam studi tersebut jauh lebih tinggi dari yang
dikonsumsi manusia. Kajian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak
menemukan bukti insiden tumor meningkat baik dalam jangka pendek dan jangka
panjang karena konsumsi Sunset Yellow.
3. Ponceau 4R (E124 atau SX Purple)
Ponceau 4R adalah pewarna merah hati yang digunakan dalam berbagai
produk, termasuk selai, kue, agar-agar dan minuman ringan. Selain berpotensi
memicu hiperaktivitas pada anak, Ponceau 4R dianggap karsinogenik (penyebab
kanker) di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Norwegia, dan Finlandia.
US Food and Drug Administration (FDA) sejak tahun 2000 telah menyita permen
dan makanan buatan Cina yang mengandung Ponceau 4R. Pewarna aditif ini juga
dapat meningkatkan serapan aluminium sehingga melebihi batas toleransi.
4. Allura Red (E129)
Allura Red adalah pewarna sintetis merah jingga yang banyak digunakan
pada permen dan minuman. Allura Red sudah dilarang di banyak negara lain,
termasuk Belgia, Perancis, Jerman, Swedia, Austria dan Norwegia.
Sebuah studi menunjukkan bahwa reaksi hipersensitivitas terjadi pada
15% orang yang mengkonsumsi Allura Red. Dalam studi itu, 52 peserta yang
telah menderita gatal-gatal atau ruam kulit selama empat minggu atau lebih
diikutkan dalam program diet yang sama sekali tidak mengandung Allura Red dan
makanan lain yang diketahui dapat menyebabkan ruam atau gatal-gatal. Setelah
tiga minggu tidak ada gejala, para peserta kembali diberi makanan yang
mengandung Allura Red dan dimonitor. Dari pengujian itu, 15% kembali
menunjukkan gejala ruam atau gatal-gatal.
5. Quinoline Yellow (E104)
Pewarna makanan kuning ini digunakan dalam produk seperti es krim dan
minuman energi. Zat ini sudah dilarang di banyak negara termasuk Australia,
Amerika, Jepang dan Norwegia karena dianggap meningkatkan risiko
hiperaktivitas dan serangan asma.
Berdasarkan kelarutannya, pewarna sintetis terbagi atas dua golongan
yaitu :
a. Dyes, adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air, sehingga
larutannya menjadi berwarna dan dapat digunakan untuk mewarnai bahan.
Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah propelin glikol, gliserin, atau
alkohol, sedangkan dalam semua jenis pelarut organik, dyes tidak dapat larut.
b. Lakes, adalah zat pewarna yang dibuat melalui proses pengendapan dan
absorpsi dyes pada radikal (Al atau Ca) yang dilapisi dengan aluminium
hidrat (alumina). Lapisan alumina ini tidak larut dalam air, sehingga lakes ini
tidak larut pada hampir semua pelarut.
Daftar Pustaka
Ratnani, R.D. 2009. Bahaya Bahan Tambahan Makanan bagi Kesehatan. Jurnal
Momentum Vol. 5, No. 1, Februari 2018: 16-22