Anda di halaman 1dari 89

2013

Komunikata
Meretas Kata, Tubuh, dan Makna

Draft
Subdit Litbang PDTT
6/12/2013
Komunikata June 12, 2013

Sub Direktorat Litbang PDTT


Gedung Arsip Lantai 2 (216)
Jl.Gatot Subroto No. 31 Jakarta Pusat 10210
Telp (021) 25549000 ext. 3313 Faks. (021) 5705372
e-mail: subditlitbangpdtt@gmail.com
Komunikata June 12, 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya
penyusunan Buku Komunikata: Meretas Kata, Tubuh, dan Makna ini telah dilaksanakan dengan baik oleh tim
penyusun dari Sub Direktorat Litbang PDTT dengan sumbangan masukan yang sangat berharga dari narasumber
dan masukan berbagai pihak.

Penyusunan buku ini dilaksanakan melalui serangkaian proses (akan dilengkapi kemudian setelah due process
lengkap). Buku ini merupakan suplemen dari Seri Panduan Wawancara Dalam Rangka Pemeriksaan Investigatif
yang telah disusun pada tahun 2012. Oleh karena itu, dalam pemahamannya, pemeriksa diharapkan telah
memahami Juklak dan Juknis terkait Pemeriksaan Investigatif serta Panduan Wawancara.

Secara garis besar, buku ini memuat konsep komunikasi verbal, nonverbal, dan paralinguistik serta pendekatan
yang dapat dipergunakan pemeriksa untuk memahaminya. Buku ini bersifat tidak mengikat dan diharapkan
dapat memberikan referensi dan acuan bagi para pemeriksa untuk memahami konsep komunikasi, khususnya
dalam wawancara, dan dapat melakukan pendekatan wawancara yang efektif dalam penugasan pemeriksaan.

Kami menyadari bahwa kelancaran penyusunan buku ini tidak lain berkat dukungan, masukan, dan kritik dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan buku ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa buku ini masih belum sempurna. Untuk itu,
kami menerima kritik, saran, dan masukan yang membangun. Semoga buku ini dapat membantu dan
bermanfaat bagi berbagai pihak.

Terima kasih.

Jakarta, 2013
Plh. Kepala Direktorat Utama
Perencanaan Evaluasi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan
Pemeriksaan Keuangan Negara

Bambang Pamungkas
Komunikata June 12, 2013

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

BAGIAN 1 - PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Lingkup
D. Batasan
E. Pengguna
F. Kedudukan
G. Sistematika

BAGIAN 2 - KOMUNIKASI VERBAL


BAB 2 MENERJEMAHKAN MAKNA VERBAL SUBJEK
A. Marah
B. Depresi
C. Penyangkalan
D. Pengaburan Informasi
E. Penerimaan

BAGIAN 3 - PARALINGUISTIK
BAB 3 MENCERMATI PERUBAHAN KUALITAS VERBAL SUBJEK
A. Nada Bicara, Volume Suara, dan Kecepatan Bicara
B. Disfungsi Perkataan

BAGIAN 4 - KOMUNIKASI NONVERBAL


BAB 4 MENGENAL KOMUNIKASI NONVERBAL
Komunikata June 12, 2013

BAB 5 MENGENAL MICRO EXPRESSIONS


A. Apakah Micro Expressions?
B. Memahami Subjek Melalui Micro Expressions

BAB MENGENAL NLP


A. Apakah NLP?
B. Memahami Subjek Melalui NLP
C. Pengelompokan Zona Tubuh
D. Pengelompokan Bahasa Tubuh

BAB 7 MENGENAL TULISAN TANGAN


A. Konteks
B. Bentuk
C. Detail
D. Detail Tambahan
E. Menganalisa Tulisan Tangan

BAGIAN 5 - KOMUNIKASI EFEKTIF


BAB 8 APA YANG HARUS KITA LAKUKAN?
A. Menghadapi Kemarahan
B. Menghadapi Depresi
C. Menghadapi Penyangkalan
D. Menghadapi Pengaburan informasi
E. Menghadapi Penerimaan

GLOSARIUM
REFERENSI
Komunikata June 12, 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Ilustrasi Teori Freud

Gambar 2 Komunikasi Nonverbal

Gambar 3 Cakupan Komunikasi Nonverbal

Gambar 4 Contoh Analisa Berdasar Graphology


Komunikata June 12, 2013

BAGIAN 1
Pengantar
Komunikata June 12, 2013

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku manusia selalu menjadi misteri. Begitupun saat berkomunikasi dengan orang lain. Bagaimana
seseorang berpikir, menerima pesan, dan merespon pesan akan sangat tergantung pada berbagai hal.
Komunikasi tidak dapat hanya dilihat dan diterjemahkan dari perilaku yang nampak, tetapi juga
mempertimbangkan aspek-aspek lain, seperti psikologis (aspek internal) dan sosial (aspek eksternal).

Hal tersebut antara lain tergambar dalam teori yang


dikemukakan oleh Sigmund Freud (1923). Menurutnya,
Gambar 1. Ilustrasi Teori Freud
perilaku yang tampak pada manusia merupakan interaksi id,
ego, dan superego. Id merupakan bagian kepribadian yang
menyimpan dorongan biologis manusia; ego berfungsi
menjembatani tuntutan id dengan realitas dunia luar; dan
superego mewakili internalisasi norma sosial dan budaya
masyarakat. Bahkan Freud menggambarkan fenomena
tersebut layaknya gunung es dimana apa yang tampak
sebagai hasil interaksi ketiga komponen tersebut hanya
berupa bagian kecil apabila dibandingkan dengan keberadaan
id, ego, dan superego itu sendiri.

Ketika terjadi konflik antara id dan superego, perasaan cemas Sumber: http://www.simplypsychology.org/psyche.html

akan muncul yang menandakan ego dalam bahaya dan


berusaha bertahan. Ego akan berusaha untuk menjaga
kestabilan hubungan dengan id dan superego. Namun, apabila seseorang merasa sangat cemas, ego
berusaha mempertahankan diri (ego defense mechanism). Salah satu bentuk pertahanan ego adalah
rasionalisasi, yaitu upaya menghadapi “kenyataan” dengan tujuan kenyataan tersebut tidak lagi memberi
kecemasan dengan mencoba memaafkan diri dan kesalahan sendiri dan menyalahkan orang lain, atau
dengan kata lain melakukan kebohongan1. Mekanisme pertahanan tersebut seringkali tecermin dalam suatu
proses komunikasi. Salah satu studi yang dilakukan pakar ekpresi mikro dari Amerika Serikat, DR. Paul
Ekman, bahkan menunjukkan bahwa manusia setidaknya melakukan tiga kali kebohongan hanya dalam 10
menit percakapan. Sebaliknya, lawan bicaranya hanya memiliki tidak lebih dari 54% kesempatan untuk
menangkap kebohongan tersebut2.

1
http://www.kesimpulan.com/2009/05/mekanisme-pertahanan-ego-dalam.html
2
SDL #1: Micro Exoressions
Komunikata June 12, 2013

Sementara itu, Birdwhistell menyatakan bahwa lebih dari


Gambar 2. Komunikasi Nonverbal
60% makna percakapan atau interaksi ditangkap melalui
pesan nonverbal. Bahkan Mehrabian (1981) dalam Sieh A
dan Brentin L.K (1997) memperkirakan 93% dampak pesan
diakibatkan oleh pesan nonverbal, yaitu melalui suara,
diam, kontak mata, gaya fisik, dan sentuhan3.

Pemahaman atas komunikasi nonverbal juga memainkan


peranan penting dalam interaksi komunikasi antara
orang-orang dari budaya yang berbeda karena
komunikasi nonverbal merupakan salah satu media untuk
mengekspresikan emosi dan informasi spesifik. Tindakan
nonverbal, baik disengaja maupun tidak, dapat
memberikan petunjuk mengenai sebuah percakapan.
Rosenblatt menyatakan bahwa budaya mengajarkan kepada manusia tindakan nonverbal seperti apa yang
bisa ditunjukkan, arti tindakan tersebut, dan latar belakang kontekstual dari tindakan tersebut.4 Oleh karena
itu, dalam suatu proses komunikasi, seseorang harus mampu memahami saluran komunikasi, yang
mencakup komunikasi verbal, nonverbal, dan paralinguistik. Hal tersebut sangat penting karena pemahaman
terhadap ketiga aspek tersebut sangat diperlukan untuk mengungkap pesan yang sebenarnya ingin
disampaikan atau sebaliknya, disembunyikan oleh lawan bicara.

Dalam lingkup pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN) menyebutkan bahwa bukti kesaksian diperoleh melalui permintaan keterangan, wawancara, atau
kuesioner. Pada praktiknya, wawancara menjadi salah satu teknik pengumpulan bukti yang paling efektif
sehingga sering dipergunakan sebagai metode pengumpulan bukti yang paling penting. Hal ini berbeda
dengan analisa dokumen karena meskipun dokumen juga dapat memberikan fakta, dokumen tidak memiliki
susunan bukti yang luas. Dalam wawancara, keluasan informasi dapat berkembang seiring dengan perluasan
topik wawancara.

Karena setiap manusia mempunyai perbendaharaan kata, tanda, dan bunyi yang berlainan, bisa jadi muncul
celah atau ketimpangan antara pesan yang ingin disampaikan oleh seseorang dan ditangkap oleh lawan
bicara. Begitu pula pemeriksa dalam menjalankan penugasan pemeriksaannya. Tidak dipungkiri bahwa
komunikasi memiliki porsi besar dalam sebuah penugasan pemeriksaan. Kemampuan pemeriksa untuk
berkomunikasi dengan pihak yang diperiksa akan banyak berpengaruh terhadap efektivitas penugasan.
Namun, halangan terbesar yang sering ditemui dalam proses wawancara justru berasal dari sikap
pewawancara. Seringkali dalam suatu wawancara atau permintaan keterangan, pemeriksa lebih terpaku

3
http://www.bbpp-lembang.info/index.php/en/arsip/artikel/artikel-manajemen/142-komunikasi-non-verbal
4
http://books.google.co.id/books?id=fxmSZD9gftkC&pg=PA249&lpg=PA249&dq=rosenblatt,+non+verbal&source=bl&ots=_uyid7Bmyq&sig=NurSZJF_P4fqY
5SrB8uLAEX0InA&hl=en&sa=X&ei=LZklUb3-JIHtrQejloDIAg&ved=0CCkQ6AEwAA#v=onepage&q=rosenblatt%2C%20non%20verbal&f=false
Komunikata June 12, 2013

pada komunikasi verbal subjek wawancara dibandingkan komunikasi nonverbalnya. Hal ini antara lain
dilakukan pewawancara dengan sibuk menulis poin-poin wawancara dan mengabaikan bahasa nonverbal
yang ditunjukkan subjek wawancara pada saat mengungkapkan poin-poin tersebut. Padahal, apa yang
dikeluarkan atau disampaikan oleh subjek wawancara mungkin sekali berlainan atau justru menyimpang
bagi pendengarnya. Oleh karena itu, sebagai pelengkap panduan untuk meningkatkan keterampilan
wawancara5, pemeriksa juga sebaiknya memiliki kemampuan untuk memahami komunikasi lawan bicara
dan memahami beberapa teknik dan persiapan yang seharusnya dilakukan oleh seorang pewawancara.

B. Tujuan
Penyusunan buku ini bertujuan memberikan panduan kepada pemeriksa untuk dapat memahami konsep
komunikasi, khususnya dalam wawancara, dan dapat melakukan pendekatan wawancara yang efektif
setelah memahami cara berkomunikasi subjek wawancara.

C. Lingkup
Panduan ini membahas konsep komunikasi, khususnya dalam pelaksanaan wawancara, beserta beberapa
pendekatan yang digunakan untuk memahami konsep tersebut.

D. Batasan
Buku Komunikata: Meretas Kata, Tubuh, dan Makna disusun untuk memberikan panduan kepada pemeriksa
ketika berkomunikasi dengan pihak yang diperiksa dalam rangka melaksanakan pemeriksaan investigatif.
Dalam kondisi tertentu, pemeriksa dapat menggunakannya dalam pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan
kinerja.

E. Pengguna
Buku ini digunakan oleh pemeriksa BPK yang memiliki pengalaman dan digunakan untuk pemeriksaan
investigatif. Pemahaman lebih mendalam atas masing-masing pendekatan komunikasi dilakukan melalui
pelatihan.

5
Pemeriksa dapat mempelajari Seri Panduan Wawancara Dalam Rangka Pemeriksaan Investigatif, 2012, untuk mengetahui tentang proses wawancara
investigatif mulai dari perencanaan sampai dengan pelaporan
Komunikata June 12, 2013

F. Kedudukan
Buku ini merupakan suplemen dari Seri Panduan Wawancara Dalam Rangka Pemeriksaan Investigatif
(selanjutnya disebut Seri Panduan Wawancara) yang telah disusun pada tahun 2012. Panduan ini mencakup
komunikasi verbal, nonverbal, dan paralinguistik, khususnya dalam pelaksanaan wawancara. Dalam
penggunaannya, pemeriksa harus terlebih dahulu memahami Juklak dan Juknis terkait Pemeriksaan
Investigatif dan Seri Panduan Wawancara. Penggunaan panduan ini bersifat tidak mengikat bagi pemeriksa
dan tetap mempertimbangkan perkembangan peraturan perundangan dan metodologi pemeriksaan.

G. Sistematika
Buku ini disajikan dengan sistematika sebagai berikut:

Bagian 1 : Pengantar

Bagian 1 merupakan pendahuluan yang bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang


latar belakang, tujuan, lingkup, batasan, pengguna, kedudukan, dan sistematika
penyajian buku Komunikata: Meretas Kata, Tubuh, dan Makna.

Bagian 2 : Komunikasi Verbal

Bagian ini terdiri atas satu bab untuk memberikan penjelasan kepada pemeriksa tentang
pentingnya kemampuan menerjemahkan makna verbal subjek wawancara serta contoh
penerjemahan beberapa ungkapan yang sering digunakan subjek wawancara.

Bagian 3 : Paralinguistik

Bagian ini terdiri dari satu bab untuk memberikan pemahaman kepada pemeriksa
tentang pentingnya mencermati perubahan kualitas verbal subjek wawancara serta
contoh perubahan kualitas verbal yang patut dicermati pemeriksa dalam wawancara.

Bagian 4 : Komunikasi Nonverbal

Bagian ini terdiri dari empat bab untuk memberikan pemahaman kepada pemeriksa
tentang tiga pendekatan untuk memahami komunikasi nonverbal, yang mencakup micro
expression, neuro linguistic programming, dan graphology.

Bagian 5 : Komunikasi Efektif

Bagian ini terdiri dari satu bab dan berisi langkah-langkah apa saja yang dapat dilakukan
pewawancara dalam menangani reaksi tertentu dari subjek wawancara.
Komunikata June 12, 2013

BAGIAN 2
Komunikasi
Verbal
Komunikata June 12, 2013

BAB 2
MENERJEMAHKAN MAKNA VERBAL SUBJEK

Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi merupakan satu


hal yang sangat penting dan tidak dapat ditinggalkan oleh
manusia. Komunikasi merupakan proses mengirimkan dan
menerima informasi, pemikiran, dan perasaan. Cara
berkomunikasi merupakan gambaran siapa diri kita
sendiri, sehingga orang akan memberikan penilaian
bagaimana diri kita, sifat-sifat seperti apa yang tercermin
pada saat melakukan komunikasi. Sebagaimana
dinyatakan di awal, komunikasi dapat dilakukan melalui
komunikasi verbal, nonverbal, dan paralinguistik. Pada
bagian ini, kita akan membahas komunikasi verbal.

Komunikasi verbal adalah komunikasi


yang menggunakan symbol-simbol
verbal, baik secara lisan maupun
6
tertulis . Skinner (1992) menyatakan Physiology of Deception
bahwa penyampaian ide melalui Bohong, bagi hampir semua orang,
bahasa verbal merupakan salah satu menyebabkan stres. Beberapa isyarat verbal
bahwa subjek wawancara berbohong adalah :
metode yang paling efektif untuk
mengkomunikasikan apa yang ada  Berubahnya nada bicara

dalam pikiran.7 Namun demikian,  Meminta pengulangan pertanyaan

terdapat beberapa keterbatasan  Mengomentari hal-hal yang berhubungan


dengan wawancara, bukan menjawab
komunikasi verbal, yaitu:
pertanyaan/topic wawancara
a. Keterbatasan jumlah kata yang  Lancar menjawab pertanyaan yang tidak
tersedia untuk mewakili objek signifikan, tetapi lupa akan hal-hal penting

b. Kata-kata bersifat ambigu dan


kontekstual

c. Adanya pencampuradukan fakta


dan penafsiran

6
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/196605162000122-HERLINA/IP-TM4_KOMUNIKASI_VERBAL.pdf
7 nd
Principles of Kinesic Interview and Interrogation. 2 edition. Stan B Walters. 2002. CRC Press LLC
Komunikata June 12, 2013

Selain itu, kelancaran komunikasi verbal juga dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:

a. Faktor intelegensi. Orang dengan intelegensi rendah biasanya kurang lancar berbicara karena kurang
memiliki perbendaharaan kata dan bahasa, cara bicaranya terputus-putus, bahkan seringkali antara kata
yang satu dengan lainnya tidak/kurang memiliki relevansi.
b. Faktor budaya. Karena setiap budaya memiliki bahasa yang berbeda-beda, apabila setiap orang
beromunikasi dengan mempertahankan bahasa daerahnya maka komunikasi tidak akan berjalan efektif.
c. Faktor pengetahuan. Makin luas pengetahuan yang dimiliki seseorang, makin banyak perbendaharaan
kata yang dapat membuat seseorang lebih lancar berbicara.
d. Faktor kepribadian. Orang yang memiliki sifat pemalu dan kurang pergaulan biasanya kurang lancar
berbicara.
e. Faktor biologis. Kelumpuhan organ bicara dapat menghambat komunikasi, misalnya sulit mengatakan kata
desis dan berbicara tidak jelas.
f. Faktor pengalaman. Makin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang, main terbiasa ia menghadapi
sesuatu.

Makna verbal mencerminkan hubungan antara pemikiran subjek dan reaksinya pada saat merespon pertanyaan
pewawancara. Dalam kondisi normal, subjek umumnya dapat mengendalikan diri sehingga orang lain tidak
dapat melihat apa yang sebenarnya dipikirkan atau dirasakan subjek. Namun demikian, dalam kondisi tertekan
selama pelaksanaan wawancara, subjek cenderung tidak bisa mengendalikan reaksinya.

Subjek umumnya bereaksi terhadap ancaman/tekanan dalam tiga bentuk, yaitu membeku (freeze), melarikan
diri (flight), atau melawan (fight). Freeze merupakan reaksi spontan subjek ketika ia tidak ingin menarik
perhatian pihak lain atau menghindari deteksi objek yang mengancamnya, misalnya berbohong,
menyombongkan diri, dan bersembunyi. Flight merupakan reaksi spontan subjek yang dilakukan ketika ia
merasa terlalu dekat dengan sumber ancamannya dan bertujuan untuk menyelamatkan diri atau menjauhkan
diri dari ancaman, misalnya melakukan perilaku blocking dengan menutup mata, menutupi wajah dengan
tangan, dan lain-lain. Sedangkan fight merupakan reaksi spontan subjek yang muncul manakala subjek merasa
tidak bisa lagi menghindari ancaman atau bahaya, misalnya dengan mendebat, berbicara sinis atau kasar,
melotot, dan lain-lain. Sama halnya dalam bereaksi dengan bahasa verbal, dalam sebuah wawancara, subjek
dapat bereaksi dengan berbohong (deception), mengelak atau menghindar (evasion), mengakui secara tersamar
(omission), atau menceritakan apa adanya (truth).

Kesuksesan sebuah wawancara antara lain tergantung pada kemampuan pewawancara melakukan decoding
atas kondisi-kondisi yang mencerminkan respon subjek atas pertanyaan pewawancara - baik dalam bentuk
marah, depresi, penyangkalan, pengaburan informasi, dan penerimaan. Kemampuan pewawancara untuk
mengungkap respon tersebut akan menggiring pewawancara pada perolehan indikasi kejujuran atau
kebohongan subjek. Oleh karena itu, pewawancara harus mampu menerjemahkan makna verbal subjek atas
suatu pernyataan sehingga pewawancara dapat melakukan analisa mendalam untuk mempersiapkan langkah
atau pertanyaan selanjutnya. Berikut adalah beberapa penanda verbal yang penting dicermati pemeriksa.
Komunikata June 12, 2013

A. Marah

Subjek yang berbohong cenderung menunjukkan sikap permusuhan sejak awal, namun mudah
memaafkan pewawancara atas tuduhan yang dilontarkannya. Subjek jujur berbuat sebaliknya.

--Stan B. Walters, 2002--

Kemarahan merupakan salah bentuk reaksi fight atau flight. Secara umum, kemarahan bukan merupakan
tanda ketidakjujuran. Meskipun demikian, pewawancara harus memahami reaksi ini untuk dapat
mempersiapkan diri untuk menghadapinya.

1. Kemarahan terbuka

Kemarahan terbuka adalah kemarahan yang paling mudah dikenali. Kemarahan terbuka bersifat
terbuka, menyerang secara terbuka kepada pewawancara, korban atau saksi. Subjek menunjukkan
kemarahannya dengan menyerang pewawancara secara verbal, misalnya mengancam akan menuntut
pewawancara, mengatakan telah menyewa pengacara terbaik, memecat pewawancara, dan
sebagainya. Selain itu, subjek dapat juga “menyerang” kantor tempat pewawancara bekerja. Subjek
juga biasanya menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi. Tujuannya adalah untuk menggertak atau
mengintimidasi pewawancara atau menunjukkan bahwa dia mampu menguasai pembicaraan.

2. Marah tersamar

Kemarahan tersamar jauh lebih halus dibandingkan kemarahan terbuka dan dilakukan oleh seseorang
yang memiliki tingkat intelektual tinggi sehingga karenanya sering terabaikan oleh pewawancara.

Subjek menunjukkan kemarahannya dengan menantang fakta dengan cara mencari aspek pendukung
atas kasus yang dituduhkan kepadanya sebagai upaya mengurangi keterlibatannya. Yang menarik dari
jenis reaksi ini adalah subjek tidak menyangkal kejahatan yang telah terjadi, tetapi menanggapi
dugaan dengan sikap “buktikan saja”. Cara lain yang digunakan oleh subjek adalah dengan
memperingatkan pewawancara bahwa dia memiliki kelebihan dibanding pewawancara atau berdiskusi
dengan pewawancara menggunakan istilah yang rumit. Di satu pihak, subjek menyatakan keberatan
atas suasana wawancara atau sibuk, namun di lain pihak, dia menyatakan sanggup membantu
pewawancara. Subjek dapat juga mengatakan bahwa ia tidak memiliki waktu untuk melakukan hal
yang dituduhkan pewawancara.

Kemarahan tersamar juga dapat terjadi dalam bentuk perubahan cara panggil, misalnya, semula
subjek memanggil pewawancara dengan sebutan Bapak/Ibu, tetapi kemudian menggantinya dengan
menyebut jabatan atau ditambah nama pewawancara yang diikuti perubahan kualitas suara. Subjek
juga dapat mengalihkan isu permasalahan, misalnya dengan mengatakan bagaimana perasaannya
Komunikata June 12, 2013

dalam wawancara tersebut atau menceritakan aktivitas yang seharusnya dia lakukan apabila
wawancara tidak dilaksanakan. Subjek berupaya menyatakan bahwa apa yang dilakukan pewawancara
hanyalah suatu hal yang sia-sia.

Hal yang perlu diketahui pewawancara adalah marah merupakan reaksi yang umum terjadi. Perbedaannya
terletak pada pola pengungkapan kemarahan tersebut. Subjek yang berbohong cenderung menunjukkan
permusuhan sejak awal, bahkan sebelum pewawancara menuduhkan sesuatu padanya. Subjek
menunjukkan kemarahannya untuk membuat pewawancara lebih berhati-hati dalam bertanya dan apabila
tujuan tersebut tercapai, subjek akan menjadi kooperatif. Pewawancara perlu mewaspadai kemarahan yang
disertai penghindaran karena hal tersebut dapat menunjukkan subjek berupaya menutupi sesuatu atau
bahkan sedang berbohong. Sebaliknya, subjek yang jujur akan kooperatif dan terbuka atas tanggapan
pewawancara. Subjek tidak memberikan penolakan yang berarti dan apabila penolakan tersebut muncul
biasanya diakibatkan oleh salah paham, misalnya subjek merasa kurang yakin sehingga dia lebih suka tidak
memberikan tanggapan atas pertanyaan pewawancara.

B. Depresi

Jangan menafsirkan depresi sebagai penerimaan; Cermati dan dengarkan bahasa verbal subjek.
--Stan B. Walters, 2002--

Lain halnya dengan marah yang bersifat “menyerang” keluar, subjek yang mengalami depresi akan
“menyerang” dirinya sendiri. Pewawancara bisa jadi menemui kesulitan untuk memperoleh informasi dari
subjek yang depresi karena subjek akan lebih memfokuskan perhatiannya pada dirinya sendiri dan
permasalahannya dan menganggap bahwa wawancara yang dijalaninya tidak penting.

Bentuk-bentuk depresi:

1. Depresi yang ditunjukkan melalui kalimat-kalimat bernada negatif

Depresi tipe ini ditunjukkan subjek melalui kalimat-kalimat bernada negatif yang berfokus pada subjek
itu sendiri, misalnya subjek mengatakan bahwa dia merasa benar-benar terpuruk apabila memikirkan
semua yang telah terjadi, merasa tidak bisa kemana-mana akibat tuduhan yang dialamatkan
kepadanya, dan lain-lain

2. Depresi yang ditunjukkan melalui pengungkapan masalah fisik

Depresi tipe ini ditunjukkan subjek dengan mengungkapkan permasalahan-permasalahan fisik yang
dihadapinya, seperti mengeluhkan pusing, tekanan darahnya naik, susah makan, dan sebagainya.
Komunikata June 12, 2013

3. Depresi yang ditunjukkan dengan mengamuk dengan menyerang dirinya sendiri

Subjek mengamuk dan menyerang dirinya sendiri akibat ketakutan, kesedihan, dan keinginan
menyerang yang dikarenakan subjek merasa mendapat ancaman, baik dari tempat wawancara,
pewawancara, maupun tingkah laku pewawancara.

Pewawancara harus mampu membedakan antara depresi dengan pengaburan informasi. Pengaburan
informasi dilakukan untuk menarik simpati pewawancara. Oleh karena itu, untuk membedakannya dengan
pengaburan informasi, pewawacara harus mencermati tanda-tanda berikut:

a. suara

Pada subjek yang mengalami depresi, nada suaranya melembut dan volume suaranya melemah dan
kadang terdengar samar.

b. bahasa tubuh

Pada subjek yang mengalami depresi, bahasa tubuhnya akan mengalami perubahan, seperti
pergerakan anggota tubuhnya melambat, tubuhnya agak merosot dari tempat duduk, dan alisnya
berkerut. Pewawancara juga dapat melihat beberapa ekspresi wajah lain subjek yang mengalami
depresi pada Bab Micro Expressions.

c. intuisi

Pewawancara dapat merasakan kondisi emosi subjek berdasarkan intuisi pewawancara.

Pewawancara seringkali melakukan dua kesalahan dalam mendiagosa depresi. Pertama, bahasa tubuh
subjek yang mengalami depresi serupa dengan subjek yang akan membuat pengakuan sehingga
pewawancara seringkali menganggap ekspresi atau ungkapan depresi sebagai pengakuan subjek. Kedua,
pewawancara seringkali beranggapan bahwa subjek akan memberikan pengakuan apabila subjek mengalami
depresi. Perbedaan yang mendasar antara depresi dan penerimaan adalah pada depresi subjek
menggunakan kata-kata untuk “menyerang” dirinya sendiri dan seolah mengasingkan diri dari situasi yang
dihadapi saat itu atau situasi yang sedang direkonstruksi pada saat wawancara, sedangkan penerimaan
merupakan pengakuan dan penyerahan diri subjek akan situasi yang dihadapi.

C. Penyangkalan

Lebih dari 90% ketidakjujuran subjek ditunjukkan melalui penyangkalan.


--Davis, Connor, 1999; Davis, Walters, 2000; Walters, 2000--
Komunikata June 12, 2013

Penyangkalan merupakan reaksi pendukung bagi tiga reaksi lain, yaitu marah, depresi, dan pengaburan
informasi. Oleh karena itu, apabila pewawancara gagal mendiagnosa adanya penyangkalan dan gagal
memberikan respon yang tepat terhadap penyangkalan akan memungkinkan subjek terus memanfaatkan
penyangkalan ini untuk menjauhkan diri dari pengakuan.

Bentuk-bentuk penyangkalan yang harus diwaspadai pewawancara antara lain:

1. Pura-pura lupa

Apabila subjek berada dalam posisi harus menjawab sementara dilain pihak, subjek berisiko tinggi jika
memberikan jawaban, biasanya subjek mengaku tidak ingat akan peristiwa yang ditanyakan, padahal,
subjek dapat mengingat hal-hal lain diluar peristiwa yang ditanyakan. Dalam hal ini, subjek dapat
mengalami “degradasi memori”, yaitu subjek hanya mengingat potongan-potongan peristiwa penting
dan mencampurkannya dengan informasi lain; “represi”, yaitu subjek mengaku tidak ingat akan
peristiwa yang menyakitkan; dan “lupa dengan alasan tertentu”, yaitu subjek berbohong bahwa dia
tidak dapat mengingat suatu peristiwa untuk menghindarkannya dari pertanyaan-pertanyaan lain
yang dianggap memberatkannya.

Apabila dalam sebuah wawancara pewawancara menemukan subjek melakukan hal tersebut, dalam
bentuk apapun, pewawancara harus mewaspadai bahwa subjek sebenarnya mengerti hal tersebut.
Untuk mengatasinya, pewawancara dapat mencoba mengidentifikasikan peristiwa lain yang
bersamaan waktunya dengan peristiwa yang akan ditanyakan, menggali alasan mengapa subjek
mengaku tidak ingat, dan menghindari tipe pertanyaan “ya” dan ‘tidak”. Pewawancara juga tidak
boleh menyarankan subjek untuk melupakan masalah tersebut. Pewawancara juga harus terus
mengembangkan pertanyaan yang berasosiasi dengan inti pertanyaan meski tidak menanyakan
pertanyaan intinya secara langsung kepada subjek.

2. Ekspresi penguatan penyangkalan

Ekspresi ini dinyatakan subjek untuk menyatakan bahwa pewawancara mungkin tidak percaya apa
yang dikatakan subjek, tetapi apapun itu, pewawancara harus mempercayainya, misalnya dengan
mengucapkan “Saya tidak mungkin bohong”, “Saya tidak punya alasan berbohong”, dan lain-lain.

3. Ekspresi pengalihan

Ekspresi ini dipergunakan oleh subjek untuk memberikan penekanan pada beberapa isu yang dianggap
penting dan merupakan pengalihan dari permasalahan yang sebenarnya ditanyakan oleh
pewawancara, misalnya dengan mengucapkan “Satu hal lagi….”, “Ngomong-ngomong……”, dan lain-
lain.

4. Modifier

Kata pengubah (modifier) digunakan untuk mengubah kata-kata atau kondisi yang baru saja
dinyatakan oleh subjek. Bentuk modifier yang banyak dipakai adalah kata “tapi” dan “namun
Komunikata June 12, 2013

demikian”. Selain itu, subjek dapat juga mempergunakan kata-kata yang sifatnya tidak pasti yang
memungkinkan subjek untuk menyesuaikan keterangan yang mengikutinya, seperti “biasanya”,
“kadang”, “jarang”, dan lain-lain.

5. Guilt phrase

Gulit phrase muncul akibat tekanan akibat rasa bersalah atau pengetahuan yang salah dan biasanya
muncul tanpa diminta, misalnya subjek mengatakan akan menanyakan hal yang sama apabila dia di
posisi pewawancara; menyatakan bahwa dia adalah tipe orang yang akan selalu dipersalahkan; dan
mengatakan “Mari kita anggap saja kalau….”, dan lain-lain.

6. Mengeblok pernyataan

Subjek mengeblok pernyataan pewawancara sebagai bentuk pertahanan atas tuduhan yang
dilontarkan pewawancara dan biasanya muncul dalam bentuk pertanyaan dalam bentuk “mengapa”,
misalnya “Mengapa saya harus mempermalukan diri saya dengan berbuat demikian?”

7. Penggunaan kata penghubung

Pada saat subjek menjelaskan keterlibatannya pada serangkaian peristiwa, subjek mungkin merasa
bahwa dia perlu menghilangkan beberapa hal untuk mengurangi keterlibatannya. Supaya cerita tetap
mengalir dan penghilangan bagian tertentu tidak kentara serta untuk menyembunyikan informasi dan
permasalahan, subjek menggunakan kata penghubung, seperti “setelah itu…”, “tiba-tiba….”, dan lain-
lain.

8. Perubahan kosakata

Perubahan kosakata biasanya pada keterangan waktu dan kata ganti, misalnya daripada menyebutkan
tanggal tertentu, subjek menggantinya dengan kata kemarin atau daripada menyebutkan nama,
subjek menggantinya dengan dia.

9. Pengubahan sesuatu (displacement)

Displacement merupakan upaya subjek untuk mengurangi keterlibatannya dalam suatu peristiwa dan
ditunjukkan dengan lebih banyak bercerita dari sudut pandang orang lain, misalnya “menurut dia”,
atau penggunaan kata mereka, dia, seseorang, dan lain-lain untuk menghindari penyebutan nama
tertentu.

10. Mengulur (stalling maneuvers)

Mengulur pembicaraan bagi subjek memiliki dua tujuan, yaitu mengorganisasi waktu untuk
menyelaraskan pikirannya atau meruntutkan cerita; dan apabila subjek berbohong, mengulur
pembicaraan memberikan waktu bagi subjek untuk berpikir akan sejauh mana dia berbohong. Pada
bentuk pertama, subjek akan bereaksi dengan diam sejenak atau tertawa atau terbatuk atau
berdehem sebelum menjawab pertanyaan yang diajukan pewawancara. Sementara, bentuk yang
Komunikata June 12, 2013

kedua, biasanya dilakukan dengan mengajukan pertanyaan lain untuk merespon pertanyaan
pewawancara.

11. Menyangkal dalam hal tertentu (specific or “surgical” denials)

Penyangkalan dalam hal tertentu terjadi dalam dua bentuk. Pertama, saat subjek menganggap
pertanyaan wawancara tidak tepat, dia akan merespon khususnya pada kesalahan tersebut. Bentuk
kedua, subjek justru dapat menceritakan hal-hal yang sangat detail yang telah terjadi pada waktu yang
lampau, yang justru tidak ditanyakan oleh pewawancara, misalnya pewawancara menanyakan
“Apakah subjek mengenal tersangka?” Subjek menjawab “tidak”, tetapi dapat menceritakan alamat
tempat tinggal A secara lengkap, menceritakan kebiasaan sehari-hari A, keluarganya, kendaraannya,
dan lain-lain.

12. Memberikan jawaban “ya” dan “tidak” yang tidak benar (deceptive “yes” or “no” responses)

Cara yang paling mudah untuk menyangkal adalah berkata “tidak” atau “ya”. Untuk mengetahui
apakah subjek jujur atau berbohong, pewawancara harus memperhatikan bahasa tubuh subjek pada
saat menjawab, misalnya berkata “ya”, tetapi pada saat yang bersamaan subjek menyilangkan tangan
atau kaki, tiba-tiba memutus kontak mata, dan lain-lain. Selain itu, subjek dapat tiba-tiba memutus
pertanyaan pewawancara dengan mengatakan “ya” atau “tidak” bahkan sebelum pertanyaan selesai
diajukan.

D. Pengaburan Informasi

Subjek berupaya melakukan pengaburan informasi untuk membuat pewawancara menyetujui


cara pandang subjek terhadap sesuatu.
--Stan B. Walters, 2002--

Subjek melakukan pengaburan informasi untuk mengaburkan kenyataan. Pengaburan informasi lebih
merupakan penghindaran dibandingkan kebohongan. Bentuk-bentuk pengaburan informasi tersebut
diantaranya:

1. Mengeluh untuk memperoleh simpati

Metode pengaburan informasi yang umum digunakan yaitu mengeluh dengan maksud mendapatkan
simpati pewawancara. Mengeluh biasanya memusatkan pada beberapa jenis ketidakberuntungan
yang menimpa subjek wawancara, seperti masalah kesehatan, kesulitan dalam melaksanakan
pekerjaan, dan lain-lain. Subjek yang berbohong akan mengeluhkan banyak hal untuk memutus
percakapan dan mengeluhkan banyak hal bahkan sejak akan melangkahkan kaki menuju tempat
Komunikata June 12, 2013

wawancara. Sementara, subjek yang jujur akan menahan diri dan memberikan informasi yang
dibutuhkan pewawancara.

2. Memperhalus kata

Salah satu perilaku pengaburan informasi adalah penggunaan kata yang lebih “halus” atau kata
pengganti untuk menggambarkan tindakan seseorang. Subjek dapat mengganti kata bukan untuk
berbohong, tetapi untuk menutupi kebenaran. Untuk menanggapinya, pewawancara harus telah
mengetahui kondisi psikologis terkini subjek.

3. Memberikan pernyataan tersamar

Bentuk lain dari perilaku mengalihkan informasi adalah dengan penggunaan jawaban “abu-abu” atau
tersamar. Pernyataan tersebut berupa respon tidak jelas yang disengaja dari subjek wawancara,
misalnya ketika karyawan ditanyai apakah dia saat ini menggunakan narkoba, jawabannya ya, tetapi
sudah beberapa tahun lalu. Untuk menanggapinya, pewawancara harus terus “mengejar” sehingga
setiap jawaban abu-abu diklarifikasi oleh subjek.

4. Memberikan pernyataan agamis

Taktik pengaburan informasi yang sering digunakan adalah penggunaan pernyataan agamis sebagai
usaha untuk menambah citra kredibilitas. Seseorang yang curang menggunakan agama hanya disaat
kejadian paling kritis ketika mereka sangat butuh orang untuk mempercayainya. Pelaku biasanya
membawa-bawa nama Tuhan atau agama atau kitab suci. Pewawancara harus mewaspadai hal
tersebut karena orang yang agamis biasanya tidak memamerkan keagamaan mereka.

5. Memberikan pernyataan moral pribadi

Subjek mengalihkan kecurigaan pewawancara darinya dengan membuat pernyataan yang mendalam
mengenai standar moralnya, misalnya dengan menceritakan bagaimana dia dididik dalam keluarga
yang ketat dengan orang tua yang tidak akan mentolerir perilaku tidak sesuai dari anak-anaknya dan
khususnya tidak tahan dengan semua tindakan yang mirip seperti yang telah dituduh atau
disangkakan.

6. Berperilaku terlalu sopan

Metode menarik yang dimiliki seseorang dengan menggunakan perilaku pengaburan informasi adalah
berperilaku terlalu sopan terhadap pewawancara. Subjek wawancara dapat memunculkan perilaku
ramah, yang kadang terlalu ekstrem, khususnya didesain “menipu” atau “memuji-muji” pewawancara.
Komunikata June 12, 2013

E. Penerimaan

Penerimaan terjadi pada saat seseorang tidak mampu lagi mengelak dari suatu kenyataan.
--Stan B Walters, 2002--

Pada titik ini, subjek akan terbuka untuk menerima masukan dari pewawancara. Namun demikian,
pewawancara harus memahami bahwa keterlambatan respon atau respon yang berlebihan dapat membuat
subjek kembali tertutup. Pernyataan penerimaan dapat dilihat dari beberapa kondisi berikut:

1. Pernyataan “pembayaran hutang”

Pada suatu kondisi wawancara, mungkin saja subjek tidak memberikan pengakuan kepada
pewawancara. Namun, apabila subjek mengeluarkan pernyataan yang berisi kesediaan untuk
mengganti kompensasi atas kerugian pada kasus yang ditanyakan pewawancara, hal ini menandakan
penerimaan, misalnya, subjek menyatakan bahwa ia tidak melakukan pencurian kas, tetapi bersedia
mengganti senilai jumlah kas yang hilang. Apabila menghadapi kondisi tersebut, pewawancara
sebaiknya tidak menghilangkan pokok permasalahannya. Selanjutnya, pewawancara dapat
membangun suatu skenario yang menyerupai kejadian yang didiskusikan dengan mengidentifikasikan
kerugian yang lebih sedikit. Hindari menyebutkan jumlah nominal tertentu. Jelaskan skenario tersebut
pada subjek wawancara dan mintalah pendapatnya tentang siapa yang sebaiknya bertanggung jawab
atas kejadian tersebut dan berapa pihak yang bertanggung jawab tersebut harus membayar.

2. Pernyataan fantasi – realita atau “orang ketiga”

Pernyataan fantasi-realita merupakan tanggapan yang diungkapkan oleh subjek yang menandakan
bahwa dia membenarkan adanya kejadian tersebut. Biasanya subjek menggunakan persepsi orang
ketiga yang dilakukan untuk menutupi rasa bersalahnya. Bedanya dengan pengaburan informasi,
subjek menjadikan orang ketiga seolah-olah sebagai pelaku dalam peristiwa yang diceritakan subjek.

3. Pernyataan hukuman

Apabila pewawancara mendapati subjek menanyakan bentuk hukuman apa yang kira-kira akan dia
terima, hal tersebut menyiratkan penerimaan. Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa subjek
menerima kesalahannya dan mengkhawatirkan sanksi apa yang akan ia terima. Untuk menanggapinya,
pewawancara dapat menginformasikan jenis hukuman dan lama hukuman yang mungkin diterima.
Namun demikian, apabila pewawancara tidak memahaminya, pewawancara dapat menyamarkan
jawabannya dengan menyatakan bahwa jenis dan lamanya hukuman akan tergantung pada apa yang
akan dilakukan pelaku.
Komunikata June 12, 2013

Tanda awal penerimaan umumnya dikenal dengan mirroring. Pada fase ini subjek wawancara meniru ekspresi
wajah dan perilaku pewawancara. Selain itu, pewawancara mungkin melihat subjek wawancara melonggarkan
ikatan dasinya, melepas jaket, melepas kancing lengan baju, mengendorkan ikat pinggang, dan lain-lain.
Komunikata June 12, 2013

BAGIAN 3
Paralinguistik
Komunikata June 12, 2013

BAB 4
MENCERMATI PERUBAHAN KUALITAS VERBAL SUBJEK

Manusia memiliki kemampuan untuk menyampaikan berbagai


informasi dan kondisi melalui bahasa verbal, baik secara lisan maupun
tertulis. Hal yang perlu diwaspadai adalah kondisi tersebut tidak
muncul begitu saja. Dalam suatu wawancara, pewawancara harus
mampu mengidentifikasikan pencetus reaksi verbal seorang subjek
wawancara; apakah berasal dari pertanyaan pewawancara ataukah
karena tingkah laku pewawancara membuat subjek kurang nyaman.
Bentuk respon verbal tersebut dapat dilihat dari perubahan kualitas
verbal subjek yang menunjukkan emosi subjek pada saat yang
bersamaan. Jenis komunikasi yang berkaitan dengan cara bagaimana
seseorang mengucapkan atau menyampaikan pesan tersebut dikenal
dengan paralinguistik. Paralinguistik dapat menunjukkan bagaimana suatu pembicaraan disampaikan oleh
seseorang sekaligus menunjukkan keadaan emosi dan
sikapnya. Paralinguistik merupakan batas antara
interaksi verbal dan nonverbal.
Paralinguistik Kejujuran
Paralinguistik dapat memberikan informasi berharga
bagi pewawancara. Hal ini dikarenakan suara
a. Rata-rata kecepatan respon
merupakan suatu cara yang sangat efektif untuk jawaban jujur adalah 0,5 detik –
menunjukkan ekspresi seseorang. Akibatnya, apabila 1,5 detik setelah pertanyaan
seseorang ingin berbohong, dia harus menjaga b. Orang jujur menjawab dengan
panjang dan memberikan
perkataannya secara terus-menerus untuk
jawaban lengkap
memastikan bahwa dia hanya menceritakan hal-hal
c. Jawaban jujur biasanya rate dan
yang mendukung kebohongannya dengan cara pitch-nya meningkat serta jelas
menyensor makna dan isi pembicaraan dan berusaha d. Jawaban jujur biasanya mengalir
untuk tidak membuat kesalahan dalam berbicara atau bukan stop and start behavior
bereaksi atas tanggapan pihak lain atas perkataannya.
Namun sebaliknya, dia menjadi kurang waspada akan
bahasa tubuh lain yang muncul. Hal ini dikarenakan
secara alami manusia akan lebih mampu mengendalikan perkataan mereka daripada tingkah laku nonverbalnya.
Oleh karena itu, pewawancara harus mencermati isyarat verbal yang tidak selaras dengan isyarat verbal atau
nonverbal lain. Namun demikian, perlu diingat bahwa ketidakselarasan tersebut tidak dapat langsung diartikan
sebagai kebohongan.
Komunikata June 12, 2013

Secara umum, perubahan kualitas suara sebaiknya tidak dianggap sebagai indikator kebohongan, tetapi lebih
merupakan gambaran emosi subjek pada saat yang bersamaan. Pada saat perubahan kualitas suara terjadi
berbarengan dengan gejala-gejala lain (yang akan telah dijelaskan pada Bagian 2), pewawancara dapat membuat
diagnosa tentang ketertekanan subjek dan kemungkinan kebohongan. Namun, jika tidak dibarengi gejala
apapun, pewawancara dapat mencatat dalam kondisi apa reaksi tersebut muncul. Apabila pewawancara telah
menemukan pola normal subjek, setiap perubahan kualitas verbal subjek merupakan titik kritis yang harus
didalami pewawancara.

A. Nada Bicara, Volume Suara, dan Kecepatan Bicara

Peningkatan nada bicara subjek biasanya menunjukkan kebohongan atau stres.


--Darwin, 1872 : Darwin dan Ekman, 1992--

Ketegangan subjek wawancara biasanya terlihat dari perubahan nada bicara, volume, maupun kecepatan
berbicaranya. Untuk mengetahuinya, pewawancara harus sudah dapat menilai cara berbicara subjek dalam
kondisi normal sebelum mengajukan pertanyaan yang bersifat sedikit mengarahkan atau menuduh.

1. Nada bicara

Jika nada bicara subjek berubah, pewawancara dapat berasumsi bahwa subjek bereaksi lebih terhadap
pertanyaan tersebut. Jenis perubahan yang teridentifikasi dapat menjadi petunjuk atas apa yang
sebenarnya sedang terjadi pada si subjek.

Ketika nada bicara subjek meningkat, pewawancara dapat mengasumsikan bahwa subjek marah atau
mengalami tingkat stres yang cukup tinggi. Penelitian bahkan menunjukkan bahwa peningkatan nada
bicara dapat menunjukkan kebohongan (Darwin dan Ekman dalam Walters). Sebaliknya, ketika nada
bicara menurun, hal ini dapat mengindikasikan kondisi emosional subjek sedang menurun drastis,
bahkan subjek dapat menunjukkan penolakan yang mengarah ke depresi, atau paling tidak sedikit
menutup diri.

2. Volume suara

Volume suara, baik meninggi maupun melemah, umumnya menunjukkan tingkat stres subjek.
Peningkatan volume suara menunjukkan kemarahan atau bahwa subjek ingin terlihat percaya diri dan
menunjukkan bahwa subjek memiliki posisi lebih tinggi dibanding pewawancara.

Sebaliknya, volume bicara yang turun selain menunjukkan stres, juga mengindikasikan subjek tidak
tertarik terhadap pembicaraan. Dalam beberapa kasus ekstrem, suara subjek akan menjadi lemah dan
Komunikata June 12, 2013

serak, dan kata-kata yang diucapkan subjek menjadi sulit untuk didengar dan dimengerti. Bahkan jika
subjek benar-benar dalam kondisi takut, suara subjek akan tercekat atau hilang sama sekali.

3. Kecepatan suara

Kecepatan berbicara lebih berhubungan dengan kecepatan berfikir subjek. Secara umum, kecepatan
normal berbicara seseorang sangat tergantung dengan budaya subjek sehingga pewawancara harus
mencermati kecepatan berbicara normal subjek. Untuk itu, ketika wawancara telah dimulai dan
kondisi masih normal dengan tingkat ketegangan rendah, pewawancara harus secara cepat dapat
menilai pola kecepatan berbicara normal subjek.

Ketika kecepatan berbicara subjek menurun, kondisi ini menunjukkan subjek sedang berhati-hati
dalam mengeluarkan pernyataan. Dengan memperlambat kecepatan berbicara, subjek sedang
menyensor dan meredaksi kata-katanya sebelum berbicara. Memperlambat kecepatan berbicara juga
membantu mengurangi kemungkinan umpan balik dan persepsi negatif dari pewawancara terhadap
subjek. Jika ternyata subjek merasa pernyataan yang dikeluarkan akan berisiko tinggi menjadi
perhatian pewawancara, subjek akan merevisi redaksi kalimat bahkan subjek dapat saja
menambahkan kebohongan di dalam pernyataannya. Proses “redaksi” kalimat ini biasanya diiringi
dengan isyarat nonverbal yang lebih sering dibandingkan dengan kondisi normal.

Sebagian orang biasanya akan mempersiapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah
mereka prediksi sebelum pelaksanaan wawancara. Jawaban-jawaban tersebut telah dilengkapi dengan
alibi yang mendukung pernyataan mereka. Akan tetapi, subjek tentu saja tidak dapat memprediksi
semua pertanyaan yang akan diajukan oleh pewawancara. Ketika subjek memperoleh pertanyaan
yang telah diantisipasinya, biasanya kecepatan berbicaranya akan meningkat. Peningkatan kecepatan
berbicara ini menunjukkan bahwa apa yang diperbincangkan merupakan hal yang penting menurut
subjek (Skinner, 1952, 1992). Pernyataan tersebut merupakan opini yang sudah dibangun subjek dari
sebelum wawancara, bukan hanya pemikiran instan. Peningkatan kecepatan bicara juga terjadi apabila
subjek sudah berulang kali melatih jawaban yang mendukung alibinya tersebut. Pada saat yang
bersamaan, subjek biasanya sangat bersemangat ketika menjawab pertanyaan tersebut untuk
membuktikan bahwa subjek tidak bersalah dan ini dapat ditangkap oleh si pewawancara dengan
mencatat peningkatan kecepatan suara dari kecepatan normal subjek.

B. Disfungsi Perkataan (Speech Dysfunction)

Disfungsi perkataan pada subjek yang berbohong lebih banyak dibanding subjek yang jujur dan
terjadi manakala subjek mendapat pertanyaan yang “tepat”
--Stan B. Walters, 2002--
Komunikata June 12, 2013

Para ahli bahasa mendefiniskan disfungsi perkataan (speech dysfungtion) sebagai ketidaklancaran dalam
berbicara atau kesalahan dalam berbicara. Disfungsi perkataan menunjukkan adanya stres. Namun
demikian, baik subjek yang jujur maupun berbohong dapat saja mengalami disfungsi perkataan. Hal yang
membedakan adalah subjek yang berbohong akan cenderung melakukan lebih banyak disfungsi perkataan
akibat tekanan yang berlebihan sehingga menggunakan disfungsi perkataan tersebut sebagai pengelakan.
Dalam hal ini tugas pewawancara adalah mengidentifikasi pada area apa disfungsi tersebut kerap terjadi dan
mengeksplor isu tersebut lebih lanjut. Eksplorasi tambahan ini dapat membantu pewawancara menemukan
atau paling tidak mempersempit area kebohongan, yaitu dengan cara memberikan pertanyaan yang lebih
spesifik.

Subjek yang terus-menerus atau seringkali tidak dapat menemukan keruntutan alur dalam berbicara akan
sering melakukan kesalahan dalam berbicara. Penelitian bahkan menunjukkan bahwa apabila pola tersebut
bukan merupakan pola normal cara berbicara seseorang, hal tersebut 90% mengindikasikan kebohongan
(Davis dkk dalam Walters, 2002). Kebohongan tersebut dapat berupa penghilangan informasi yang
sebenarnya atau penambahan informasi yang menyesatkan.

Disfungsi perkataan dibagi kedalam dua bentuk, yaitu:

1. Isyarat paralinguistik

Isyarat paralinguistik merupakan bentuk pertama disfungsi perkataan. Bentuk isyarat yang paling
sering digunakan antara lain:

a. penggunaan “ah”, “err”, “um”, dan “uh”

Isyarat tersebut selain mengindikasikan adanya stres, juga merupakan mekanisme untuk
memperlambat pembicaraan. Kita sering mendengar seorang pembicara yang belum cukup
berpengalaman menghasilkan bunyi “err” pada saat memaparkan suatu hal. Biasanya kondisi
tersebut muncul manakala pembicara tersebut bingung untuk meruntutkan pokok
pembicaraannya.

b. suara tegukan, menelan, tarikan nafas, dengusan, erangan, geraman, dan siulan

Suara-suara tersebut merupakan isyarat yang harus diperhatikan pewawancara karena suara
tersebut dihasilkan ketika subjek berada dalam tekanan. Biasanya subjek melakukan hal
tersebut karena khawatir reaksinya atas suatu pertanyaan terdiagnosa oleh pewawancara.
Suara tegukan atau menelan atau tarikan nafas dalam juga menunjukkan subjek berada dalam
kondisi tertekan atau mengindikasikan kebohongan. Suara tegukan atau menelan merefleksikan
fungsi pengulangan yang terjadi akibat subjek keluar dari alur pikirnya. Dalam kondisi stres,
subjek biasanya akan lebih banyak mengambil tarikan nafas dalam. Dalam beberapa kasus,
suara tersebut akan dibarengi dengan gerakan bibir atas kedutan pipi yang tidak disadari.
Komunikata June 12, 2013

c. terbata-bata atau gagap

Terbata-bata terjadi manakala subjek berusaha menyampaikan hal yang sangat penting dengan
kecepatan melebihi mulut atau organ percakapan lainnya, sedangkan gagap terjadi karena
subjek belum memikirkan apa yang akan disampaikan dan bagaimana cara menyampaikannya.
Pada intinya, subjek lebih memikirkan isi pesan yang ingin disampaikan dan bagaimana
pewawancara akan menginterpretasikannya karena pemilihan kata-kata yang salah akan
menimbulkan tanggapan negatif dari pewawancara. Pewawancara perlu mencermati kedua
kondisi ini sebagai tanda stress hanya bila subjek tidak menunjukkan gelaja-gejala tersebut
sebelumnya.

d. jeda

Pada umumnya, dalam sebuah percakapan, jeda merupakan pemutusan sementara yang secara
tidak langsung diipergunakan untuk membuktikan apakah subjek memahami apa yang
disampaikan pewawancara dan pewawancara memberikan kesempatan pada subjek untuk
menyerap informasi yang disampaikan pewawancara. Selain itu, jeda juga berarti tanda bahwa
seseorang sudah berhenti bicara dan merupakan penanda bahwa giliran lawan bicara telah tiba.

Jika subjek memberikan jeda ketika pewawancara berbicara biasanya mengindikasikan ada
sesuatu dalam wawancara tersebut. Apabila subjek menginterupsi pewawancara dengan sebuah
respon tertentu, hal ini menunjukkan bahwa apa yang dibicarakan pewawancara merupakan hal
penting bagi subjek dan karenanya subjek harus meresponnya dengan cepat. Hal ini mungkin
dilakukan subjek untuk menghentikan pewawancara sebelum pertanyaannya mengarah ke titik
kritis dan mengalihkan pewawancara dari topik tersebut. Selain itu, jeda juga bisa terjadi
manakala subjek merasa sangat tertekan karena menunggu-nunggu pertanyaan yang terkait
dengan permasalahannya sehingga subjek melontarkan responnya dengan menjeda
pewawancara. Jeda tersebut bukan merupakan penanda kebohongan, tetapi merupakan tanda
yang harus diwaspadai. Pewawancara harus mencermati jeda yang terlalu panjang.

e. menghela nafas

Menghela nafas terdiri dari dua jenis. Pertama, subjek terus-menerus menghela nafas yang
dapat diartikan subjek menyesal atau lebih tepatnya mengalami depresi. Kedua, subjek
menghela nafas panjang, yang dapat diartikan subjek sudah dapat menerima situasi atau
informasi yang diajukan pewawancara, dan telah bersiap untuk memberikan pengakuan. Topik
ini akan dibahas lebih dalam pada Bab Menerjemahkan Makna Verbal Subjek.

f. tertawa

Tertawa gugup tidak selalu menunjukkan subjek merasa tertekan oleh pertanyaan pewawancara
atau terancam oleh pewawancara, tetapi juga merupakan upaya mengontrol jalannya
wawancara dan pewawancara. Tertawa yang tampak pada fase ini terkesan menghina. Jika
Komunikata June 12, 2013

menghadapi kondisi tersebut, pewawancara dapat menginterpretasikan bahwa subjek


sebenarnya berusaha menunjukkan kemarahan atau kekuasaan dan merupakan tatik menjeda
pembicaraan. Apabila subjek terlalu sering menjeda pembicaraan, pewawancara harus
mewaspadai adanya kebohongan.

Subjek juga dapat tertawa gugup karena berbagai hal. Salah satunya adalah memberikan
ekspresi “palsu”. Hal ini dilakukan untuk mengurangi ketegangan wawancara dan mengurangi
tingkat kecurigaan pewawancara. Kedua, tertawa gugup merupakan cara pemulihan stress pada
diri subjek wawancara. Hal terpenting yang harus dipahami pewawancara adalah bahwa subjek
sebenarnya menyadari bahwa tertawanya akan mengundang reaksi negatif dari pewawancara.
Jika pewawancara menemukan subjek yang secara tidak sadar menambahkan tertawa dalam
responnya, pewawancara harus mewaspadai adanya kemungkinan kebohongan.

Tanda-tanda paralinguistik secara umum bukan merupakan penanda kebohongan, tetapi lebih
merupakan penanda stres. Subjek menggunakan isyarat paralinguistik untuk mengulur waktu sehingaa
ia dapat menyiapkan kebohongan. Kemunculan isyarat-isyarat tersebut pada saat subjek
mendiskusikan topik penting seharusnya mendapat perhatian dan dieksplorasi lebih dalam oleh
pewawancara. Pewawancara sebaiknya mencatat tanda-tanda tersebut dan mengelompokkannya
untuk membantu pewawancara mengidentifikasikan apakah subjek menyembunyikan sesuatu atau
tidak. Selain itu, pewawancara dapat menghalau kecurigaannya dengan mengajak subjek
mendiskusikan topik tertentu dengan lebih mendalam.

Diantara isyarat-isyarat paralinguistik di atas, yang perlu mendapat perhatian adalah menghela nafas
dan tertawa.

2. ketidakruntutan alur pembicaraan

Bentuk kedua dari disfungsi perkataan adalah ketidakruntutan alur pembicaraan. Semakin banyak
ketidakruntutan alur pembicaraan menunjukkan adanya kecenderungan kebohongan. Isi pernyataan
yang disampaikan oleh subjek dapat saja dimengerti oleh pewawancara, akan tetapi subjek
menyampaikannya dengan alur yang tidak runtut, misalnya hilangnya beberapa kata dari kalimat,
hilangnya imbuhan dan kata depan, atau hilangnya kata seperti “dan”, “atau”, dan “seperti”. Gejala-
gejala ini muncul dikarenakan subjek berbicara terburu-buru agar segera mendapatkan alibi yang
sesuai dengan keinginannya atau merupakan upaya untuk mengontrol apa yang akan diungkapkan.

Dalam kondisi tersebut, pewawancara akan menjumpai subjek mengoreksi pilihan katanya pada
pertengahan kalimat dalam bentuk editing kata secara spontan. Subjek kemudian memilih kata-kata
yang dianggapnya lebih tepat dan tidak dicurigai pewawancara. Subjek menjadi lebih terkonsentrasi
pada pilihan katanya karena khawatir akan menerima respon negatif dari pewawancara. Kekhawatiran
ini juga akan membuat pembicaraan subjek terpotong-potong pada pertengahan pembicaraan yang
ditunjukkan dengan menghentikan pembicaraan atau pengucapan kata dengan terputus-putus. Dalam
hal ini, subjek memberikan penekanan pada hampir setiap kata.
Komunikata June 12, 2013

Subjek yang tertekan juga cenderung sering mengulangi beberapa kalimat. Subjek mulai berbicara dan
mengulangi frasa atau kata yang sama dalam suatu kalimat yang sama. Hal ini sepertinya dilakukan
untuk meyakinkan dirinya sendiri dan pewawancara bahwa subjek telah memilih kata yang tepat
untuk mengekspresikan maksudnya. Pengulangan ini sebenarnya menekankan bahwa bagian yang
diulang-ulang merupakan bagian penting yang ingin disampaikan subjek.

Selain itu, subjek dapat pula mengulang-ulang sebagian ceritanya. Namun demikian, pengulangannya
biasanya diluar hal-hal yang telah diceritakan subjek. Hal tersebut diceritakan berulang-ulang untuk
menggambarkan betapa hal tersebut penting bagi subjek. Subjek merasa tidak puas dengan apa yang
sudah dikatakan dan harus memperkuat alasannya. Dengan itu, subjek seolah menggambarkan ulang
suatu peristiwa dan berusaha mengurangi tekanan pada pikiran subjek dengan terus mengulang suatu
cerita. Perilaku ini disebut juga “fiksasi ide”.

Gejala mental lain atas stres terus-menerus yang dialami subjek adalah “pikiran melayang”. Kondisi ini
akan dialami oleh subjek ketika terlalu banyak isu penting yang seperti berlomba-lomba ingin
disampaikan oleh subjek kepada pewawancara sehingga subjek tidak dapat menyampaikan isu
tersebut satu persatu dengan lancar. Pewawancara dapat mengidentifikasi gejala ini dalam dua
bentuk, yaitu:

a. subjek tidak dapat menyampaikan suatu kalimat dengan lengkap, seolah-olah isu yang akan
disampaikan berjalan dengan cepat sehingga subjek belum menyampaikan isu pertama dengan
lengkap dan segera melompat ke isu berikutnya

b. subjek menanggapi pertanyaan dari pewawancara dengan komentar dan jawaban yang tidak
ada kaitan sama sekali dengan pertanyaan. Dalam kondisi stres, subjek akan mengganti isu di
tengah kalimat yang sedang disampaikan dan mengulang kembali pernyataannya. Namun, yang
seringkali terdengar oleh pewawancara adalah subjek mengeluarkan kata-kata yang tidak jelas
atau ucapan yang terdengar aneh sebelum subjek mengganti kalimatnya.
Komunikata June 12, 2013

BAGIAN 4
Komunikasi
Nonverbal
Komunikata June 12, 2013

BAB 4
MEMAHAMI KOMUNIKASI NONVERBAL

Komunikasi nonverbal dilakukan oleh semua


manusia dan terkadang tidak disadari karena dapat
Gambar 3. Cakupan Komunikasi Nonverbal
dilakukan secara spontan atau reflek. Seseorang
Gaya Bicara
(misal: jeda,
akan merasa kesulitan untuk memahami arti atau penekanan
kata) Gerakan
makna dari tingkah laku yang cepat dan tersamar. suara (misal:
tertawa)
Kepala (misal
mengangguk)
Semakin dekat dan baik kita mengenal seseorang
tersebut, maka akan semakin tepat pula penafsiran keakraban
(misal: Gerakan
dan pengertian kita atas pesan-pesan nonverbal masuk
kehidupan
Mata (misal:
kedipan)
orang)
yang disampaikan. Bab ini akan membahas konsep Komunikasi Non
Verbal/Bahasa
komunikasi nonverbal, mengapa pewawancara Tubuh

kontak Kontak
perlu memahami komunikasi nonverbal, serta apa tubuh Tubuh
(misal: jabat (misal: jabat
yang perlu dipersiapkan dan diperhatikan dalam tangan) tangan)

pengamatan terhadap komunikasi nonverbal.


ekspresi gerakan
wajah tangan
8
Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter , (misal:
cemberut)
(misal:
melambai)
gerakan
mata (misal:
komunikasi nonverbal mencakup semua kedipan)

rangsangan, kecuali rangsangan verbal, dalam


suatu latar komunikasi, yang dihasilkan oleh
individu, yang mempunyai nilai pesan potensial
bagi pengirim atau penerima. Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.
Sementara itu, Jalaludin Rakhmat (1994) menyatakan komunikasi nonverbal sebagai komunikasi yang
menggunakan pesan-pesan nonverbal. Nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa
komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis.

Larry A. Samovar dan Richard E. Porter menambahkan jenis-jenis komunikasi nonverbal adalah sebagai berikut:

a. Komunikasi Tubuh

Dari sekian jenis komunikasi nonverbal, komunikasi tubuh adalah yang paling penting, karena tubuh
paling sering digunakan. Komunikasi tubuh digolongkan menjadi empat, yaitu:

i. Komunikasi gestur/isyarat

Komunikasi ini merupakan tanda berdasarkan keaslian, fungsi, dan bentuk perilaku.

8
http://communicationdomain.wordpress.com/2010/12/17/komunikasi-nonverbal/
Komunikata June 12, 2013

ii. Komunikasi wajah/ekspresi wajah

Gerakan wajah yang dikomunikasikan dalam hubungan antarpribadi terutama dalam hal
mengekspresikan emosi.

iii. Komunikasi sentuhan

Komunikasi sentuhan ini merupakan jenis komunikasi nonverbal yang paling primitif. Seperti pada
bayi, sentuhan adalah awal untuk belajar dan akan menjadi pengalaman hidupnya.

iv. Komunikasi mata

Fungsi kontak mata adalah memonitor umpan balik, tanda untuk kembali pada percakapan, tanda
hakikat suatu hubungan, dan tanda kedekatan fisik.

b. Komunikasi Ruang

Dalam kehidupan sehari-hari, ada orang yang berbicara dengan jarak dekat dengan lawan bicaranya, ada
yang bercakap-cakap dengan berpegangan tangan, mengganti dekorasi rumah atau menyukai warna
tertentu. Semua ini adalah aspek-aspek dari komunikasi ruang. Komunikasi ruang dapat dikelompokkan
dalam tiga jenis, yaitu:

i. Proxemics atau komunikasi jarak

Komunikasi jarak berhubungan dengan ruang fisik yang membatasi jarak orang-orang di dalam
hubungan antar pribadi. Jarak dapat menggambarkan hubungan manusia. Semakin dekat hubungan
seseorang maka jarak dalam komunikasi akan semakin dekat.

ii. Teritorial

Dalam melakukan proses komunikasi, manusia memiliki batas-batas teritorial. Batas-batas ini
menunjukkan kepemilikan, contohnya ruang kamar atau tempat duduk yang tidak boleh ditempati
oleh orang lain. Teritorial ini juga menunjukkan status seseorang. Semakin tinggi status seseorang,
dia akan lebih bebas dari seseorang dengan status yang ada dibawahnya. Misalnya pada sebuah
kantor, seorang manajer akan dengan bebas keluar masuk ruang kerja karyawannya, akan tetapi para
karyawan tidak dapat sembarangan keluar masuk ruang manajer tersebut.

iii. Estetika warna

Estetika adalah komunikasi ruang terkait dengan dekorasi ruang atau tempat tertentu. Menciptakan
ruang agar mempunyai arti dan keindahan terkait dengan cita rasa pemilik ruangan. Komunikasi
warna terkait dengan arti warna tertentu dan berhubungan dengan personalitas.

c. Diam

Dalam proses komunikasi, diam mempunyai fungsi sebagai berikut:


Komunikata June 12, 2013

i. memberi kesempatan berpikir

Diam dapat berfungsi untuk memberikan waktu berfikir bagi seorang pewawancara untuk
melanjutkan apa yang akan dibicarakan selanjutnya.

ii. menyakiti

Diam mungkin akan dilakukan kepada seseorang yang dianggap menjengkelkan. Fungsi lain dari diam
adalah menolak keberadaan dan peran seseorang didalam suatu kelompok.

iii. mencegah komunikasi

Diam dapat dimaksudkan sebagai upaya untuk menolak membicarakan hal-hal tertentu. Contoh:
seseorang akan menolak membicarakan pribadi orang lain. Selain itu, diam juga berarti mencegah
seseorang akan melakukan kesalahan atau berbicara salah.

d. Paralanguage

Paralanguage didefinisikan sebagai suara-suara atau vokal nonverbal yang merupakan aspek-aspek dari
percakapan. Paralanguage mencakup kecepatan berbicara, volume, ritme, resonansi, bentuk-bentuk
vokal (seperti tertawa, pekikan, rintihan, semburan, rengekan), dan tinggi rendah suara.

e. Komunikasi Waktu

Penggunaan waktu akan menunjukkan status seseorang dalam beberapa segi kehidupan, misalnya
seorang staf akan berusaha tepat waktu apabila mempunyai janji dengan manajernya, sebaliknya dengan
manajer. Penggunaan waktu berkaitan pula dengan kesesuaian dari kegiatan yang dilakukan, misalnya
dokter akan menerima telepon diluar jam kerjanya apabila harus menghadapi keadaan darurat yang
menyangkut nyawa orang lain.

Sementara itu, Mark L. Knapp (dalam Jalaludin, 1994), menyebutkan lima fungsi komunikasi nonverbal,
yaitu:

a. Repetisi, yaitu mengulang kembali pesan yang telah disampaikan secara verbal, misalnya setelah
mengatakan penolakan, kita akan menggelengkan kepala.

b. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal, misalnya tanpa sepatah katapun kita berkata,
kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan kepala.

c. Kontradiksi, yaitu menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain terhadap pesan verbal,
misalnya seseorang ”memuji” prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau
memang hebat”.

d. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna verbal, misalnya Anda melambaikan tangan
saat mengatakan ”selamat jalan”. Air muka yang menunjukkan penderitaan tidak terungkap dengan
kata-kata.
Komunikata June 12, 2013

e. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya, misalnya Anda sebagai
mahasiswa membereskan buku-buku atau melihat jam tangan Anda ketika jam kuliah berakhir
sehingga dosen menutup kuliahnya.

Dalam pelaksanaan wawancara, terkadang pewawancara dipandang sebagai sosok yang kaku, penuh
curiga, serta suka menekan dan mencari kesalahan. Pandangan tersebut dapat menyebabkan subjek
menyimpan dendam atau melakukan perbuatan yang mengancam pewawancara atau menghambat
jalannya wawancara. Oleh karena itu, pewawancara memerlukan komunikasi nonverbal untuk memahami
segala macam perilaku subjek yang mendukung bahasa verbalnya9, seperti apakah subjek jujur atau
berbohong. Selain itu, komunikasi nonverbal membantu pewawancara untuk menguasai emosi dan
jalannya wawancara. Komunikasi nonverbal juga dapat menjadi dasar penguatan dugaan bagi
pewawancara untuk mencari bukti pendukung lain. Dalam hal ini, ketidaksinkronan komunikasi nonverbal
dengan bahasa verbal subjek bukan menjadi sarana bagi pewawancara untuk menuduh subjek, tetapi
menjadi dasar bagi pewawancara untuk mencari bukti-bukti pendukung atas pernyataan atau bantahan
subjek.

9
Lihat pada bab Mengenal KNV
Komunikata June 12, 2013

BAB 5
MENGENAL MICRO EXPRESSIONS

A. Apakah Micro Expressions?


Micro expressions merupakan salah satu elemen penting pada subjek wawancara yang harus diperhatikan
oleh pewawancara. Micro expressions adalah sebuah ekspresi singkat pada wajah, yang dapat terjadi hanya
selama 1/25 detik, menunjukkan emosi yang sedang terjadi meskipun sedang ingin disembunyikan subjek
wawancara (Paul Ekman). Micro expressions dapat terjadi ketika seseorang sengaja berusaha
menyembunyikan semua isyarat tubuhnya dan atau apa yang sedang dirasakan atau secara tidak sengaja
ketika subjek tidak sadar dengan apa yang sedang dirasakan.

Istilah micro expressions pertama kali diungkapkan oleh dua orang peneliti, yaitu Haggard dan Issacs. Pada
penelitian tahun 1966, mereka mengungkapkan bagaimana mereka menemukan micro expressions ketika
meneliti adegan pada film psikologi, mencari indikasi komunikasi nonverbal antara terapis dan pasien.
Berdasarkan penelitian tersebut, Dr. Paul Ekman dan Dr. Wallace Friesen meneliti ekspresi dan emosi wajah
emosi menggunakan foto-foto yang menunjukkan ekspresi terkejut, takut, jijik, merendahkan, marah,
bahagia, dan sedih.

Ketika pewawancara berusaha mengidentifikasi micro expressions subjek, pewawancara sebaiknya fokus
kepada ekspresi wajah subjek. Hal ini karena otot yang paling aktif ketika subjek menunjukkan micro
expressions adalah otot di sekitar mata dan mulut. Karena durasi micro expressions yang sangat singkat,
pewawancara harus lebih fokus ketika mengamati ekspresi wajah subjek.

B. Memahami Subjek Ala Micro Expressions


Berikut ini adalah tujuh micro expressions dasar menurut Paul Ekman.

1. Bahagia

Kita semua tahu bahwa ketika seseorang


tersenyum, hal tersebut menunjukkan
kebahagiaan. Akan tetapi kita juga tahu bahwa
tidak terlalu sulit untuk memalsukan rasa bahagia.
Hal ini terjadi ketika subjek mendengar pernyataan
yang tidak disetujui atau disukai, subjek akan
berpura-pura tersenyum untuk menunjukkan
bahwa hal tersebut baik dan atau lucu atau juga
ketika subjek merasa bangga atas perbuatan
melanggar peraturan yang dilakukannya dan dapat
Komunikata June 12, 2013

membuatnya terkena sanksi.

Ekspresi bahagia dapat muncul jika seseorang merasa senang, puas, dan bersemangat atas suatu hal
atau kondisi. Atribut utama dari bahagia adalah tentu saja senyuman. Bentuk bahagia sebenarnya akan
terlihat dari sudut bibir yang naik yang diikuti oleh pipi bergerak ke atas. Akan tetapi kuncinya ternyata
terletak pada terbentuknya kerutan kecil di sudut luar mata. Jika pewawancara tidak melihat kerutan
kecil tersebut ketika otot wajah subjek sedang tersenyum, maka senyuman subjek wawancara adalah
palsu.

2. Sedih

Hampir semua orang dapat mengetahui


ketika ada orang lain yang sedang merasa
sedih. Merupakan hal yang penting untuk
sensitif mengetahui apakah subjek
wawancara sedang mengalami kesedihan
meskipun subjek berusaha
menyembunyikannya. Subjek wawancara
yang sedang mengalami kesedihan
cenderung tidak terlalu ingin
membicarakan dan mengakui
kesedihannya. Pewawancara dapat
membuka wawancara dengan menyatakan simpati dan menunjukkan empatinya kepada subjek.

Ekspresi kesedihan, misalnya, muncul ketika seseorang sedang memikirkan orang yang disayangi yang
telah meninggal. Ekspresi kesedihan akan terlihat pada kelopak mata bagian atas dan sudut luar alis
yang menurun. Subjek akan kehilangan fokus pada matanya, dan sudut bibir akan terlihat sedikit turun.

3. Marah

Ekspresi marah kadang sangat mudah


untuk diidentifikasi, tetapi kadang akan
sedikit tersembunyi. Dapat mengetahui
kemarahan subjek bermanfaat bagi
pewawancara untuk mengantisipasi jika
subjek akan meluapkan kemarahannya.
Ekspresi marah dapat muncul jika
seseorang sedang merasa frustasi atas hal
yang telah dilakukannya; ketika terdapat
ancaman, baik fisik maupun verbal
(hinaan), dari orang lain; dan ketika
melihat sesorang yang menghina keyakinan atau ideology yang diyakininya.
Komunikata June 12, 2013

Ekspresi marah terlihat dari subjek yang merapatkan bibirnya dengan rapat. Subjek juga akan
mengerenyitkan dahi, hingga kedua alis seolah-olah bersatu ke bawah menuju hidung. Dan hal yang
paling signifikan adalah sorotan mata yang tajam dari subjek.

4. Jijik

Ekspresi ini merupakan salah satu indikator


subjek tidak menyukai apa yang menjadi
topik pembicaraan, atau sangat tidak setuju
dengan apa yang pewawancara lakukan atau
percayai, misalnya ketika melihat perilaku
seseorang yang sedang menyiksa hewan
peliharaan, ketika seseorang menyaksikan
darah yang keluar dari korban kecelakaan.

Indikator dari ekspresi ini adalah bibir atas


akan naik hingga memperlihatkan gigi serta
hidung yang agak mengkerut.

5. Takut

Rasa takut muncul ketika seseorang


membuat kita merasa tidak nyaman, ketika
kita berada di situasi yang tidak disukai, atau
ketika menonton film horor, misalnya ketika
tiba-tiba atasan mengahmpiri kita dan
berkata “Anda saya pecat, dasar pemalas”.
Rasa takut tersebut akan terus berlanjut
ketika orang tersebut mulai berpikir
bagaimana untuk membayar cicilan hutang
ketika sudah tidak lagi bekerja.

Ekspresi takut subjek terlihat dari bibir yang


sedikit tertarik ke belakang, kelopak mata
bawah yang tegang, dan juga kelopak mata atas yang naik. Subjek juga akan mengerenyitkan dahi,
hingga kedua alis seolah-olah bersatu ke bawah menuju hidung.

6. Terkejut

Ekspresi ini merupakan ekspresi paling penting yang wajib dipahami oleh pewawancara. Ekspresi
terkejut sangat membantu pewawancara dalam mendeteksi kebohongan subjek. Ketika pewawancara
menuduhkan sesuatu dan subjek terlihat terkejut, berarti tuduhan pewawancara tidak tepat. Memang
Komunikata June 12, 2013

sangat mudah untuk memalsukan ekspresi


terkejut, akan tetapi banyak orang yang
belum mengetahui bahwa ekspresi terkejut
palsu sangat mudah dikenali.

Contoh ekspresi terkejut adalah ketika


seorang suami mendapati istrinya tiba-tiba
muncul di pintu ruangan kantornya. Orang
tersebut tidak terkejut apabila sebelumnya
ada orang lain yang telah memberitahujan
karena telah melihat sang istri di seberang
jalan. Inti dari ekspresi terkejut adalah
keberadaan persiapan atas suatu kondisi.

Ekspresi terkejut terlihat dari mata yang melebar dan alis mata yang naik, mulut subjek akan sedikit
terbuka. Catatan penting yaitu jika alis mata yang naik hanya satu detik atau kurang, maka subjek
benar-benar terkejut akan tuduhan yang diajukan oleh pewawancara. Sebaliknya jika alis mata subjek
terangkat lebih dari satu detik, tidak diragukan lagi subjek sedang melakukan kebohongan.

7. Merendahkan

Ekspresi merendahkan merupakan ekspresi


yang paling mudah dikenali. Ekspresi ini
muncul ketika pertanyaan yang diajukan
oleh pewawancara tidak menyentuh
substansi dan dianggap mudah oleh subjek.
Bentuk ekspresi ini adalah ekspresi yang
paling berbeda dari enam ekspresi lain.
Seluruh ekspresi lain selalu sejajar dan
sinkron antara sisi kiri dan sisi kanan wajah.
Contoh lain ekspresi ini adalah ketika kita
melihat seseorang yang sedang makan sesuatu yang kita anggap tidak pantas atau ketika kita sedang
merasa superior atas lawan bicara kita. Ekspresi ini terlihat ketika subjek merapatkan bibirnya dan
hanya salah satu sudut bibir yang naik. Terkadang subjek juga sedikit memiringkan kepala, agar lebih
terlihat merendahkan pewawancara.

Secara umum, aturan sederhana dalam mengidentifikasi micro expressions antara lain:

a. Mata adalah elemen utama yang paling dapat dipercaya.

b. Jika subjek berkata sedang merasakan sebuah emosi, akan tetapi subjek sama sekali tidak
menunjukkannya, maka subjek berbohong. Misal, subjek berkata bahwa dia sedang marah akan tetapi
Komunikata June 12, 2013

subjek terlihat netral atau subjek berkata bahwa dia sedang berbahagia akan tetapi subjek terlihat
netral.

c. Jika subjek berkata dia sedang merasakan emosi yang negatif, akan tetapi terlihat senyum di
wajahnya, pewawancara dapat saja mempercayai perkataan subjek, tetapi juga dapat mempercayai
senyumannya, tergantung dengan situasi yang dihadapi. Misalnya, subjek berkata bahwa dia takut
dengan dokter gigi, akan tetapi dia tersenyum. Pewawancara akan menginterpretasikan senyuman
bukan sebagai penyangkalan, akan tetapi hanya sebagai senyuman pencair suasana, maka
pewawancara dapat mempercayai perkataan subjek. Akan tetapi dalam kasus seorang wanita dirayu
oleh seorang pria, wanita tersebut berkata marah terhadap rayuan pria tersebut, akan tetapi
menunjukkan senyuman, maka abaikan perkataannya.

d. Jika subjek berkata sedang tidak mengalami emosi, akan tetapi wajahnya menunjukkan emosi
tertentu, maka pewawancara harus lebih mempercayai ekspresi wajah subjek, terutama jika subjek
melakukan penyangkalan. Misalnya, subjek berkata “saya tidak terkejut”, akan tetapi wajahnya
terlihat terkejut, maka subjek memang terkejut atas pernyataan pewawancara.

Paul Ekman dalam bukunya Telling Lies menjelaskan meskipun kebohongan telah dapat disembunyikan
dengan baik, akan tetapi tetap saja terdapat petunjuk yang memperlihatkan ekspresi emosi yang tidak
sesuai dengan situasi dan bahwa subjek tidak mempersiapkan dengan baik alur ceritanya. Pewawancara
tidak harus selalu mempertimbangkan semua informasi yang ada. Tidak semua informasi tersebut relevan
dengan informasi yang sedang digali. Mayoritas orang akan lebih banyak memperhatikan kata yang
diucapkan dan ekspresi wajah yang dengan sangat mudah dimanipulasi oleh subjek.

Subjek tentu saja tidak dapat menyembunyikan semua kebiasaannya. Bukan karena tidak ingin, tetapi
memang tidak mampu untuk menyembunyikan semuanya. Biasanya subjek lebih fokus kepada kata-kata
yang dipilih yang akan diucapkan. Ucapan tentu saja akan mendapat perhatian yang lebih banyak dari
pewawancara karena ucapan paling banyak mengandung informasi. Subjek akan sangat melakukan sensor
terhadap ucapan mereka, bukan hanya karena perhatian yang lebih dari pewawancara, akan tetapi juga
ucapan akan lebih dipertanggungjawabkan dibandingkan suara dan gestur-gestur yang lain.

Selain ucapan, wajah subjek harus menjadi perhatian pewawancara. Wajah, dibandingkan ucapan, juga lebih
tersambung langsung ke area otak yang mengatur emosi. Maka, ketika suatu emosi muncul, otak akan
langsung mengirim sinyal ke wajah yang langsung memperlihatkan emosi yang sedang dirasakan subjek.
Oleh karena itu, pewawancara harus mempertimbangkan tubuh dan suara disamping ucapan dan wajah
subjek.
Komunikata June 12, 2013

BAB 6
MENGENAL NLP

A. Apakah NLP?
Neuro Linguistic Programming (NLP) mencerminkan dinamika mendasar antara pikiran (neuro) dan bahasa
(linguistik) dan bagaimana hubungan keduanya mempengaruhi tubuh dan tingkah laku seseorang
(programming)10. NLP dikembangkan oleh Richard Bandler, John Grinder, dan Gregory Bateson pada tahun
1970-an dengan mempelajari gaya bahasa, cara kerja otak, dan bagaimana kalimat serta tindakan terhubung
secara simultan membentuk serangkaian perilaku. Lain halnya dengan micro expressions yang hanya fokus
pada ekspresi wajah, wawancara berbasis NLP memperhatikan seluruh perilaku tubuh subjek wawancara.

Dalam konsep NLP, terdapat pandangan dasar bahwa cara berpikir seseorang berbeda antara satu dengan
lainnya. Pada umumnya manusia memiliki preferensi/prioritas tertentu terhadap sistem representational-
nya dan hal tersebut terlihat dari bagaimana mereka bereaksi terhadap dunia luar. NLP membagi preferensi
manusia ke dalam tiga jenis yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Seseorang yang memiliki preferensi
visual akan menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan penglihatan ketika bereaksi, seperti “Saya
melihat masalah ini berkaitan erat dengan diri anda”. Seseorang yang memiliki preferensi auditorial akan
menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan suara dan pendengaran, seperti “Saya mendengar anda
memiliki kaitan erat dengan permasalahan ini”. Seseorang yang memiliki preferensi kinestetik akan
menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan perasaan, seperti “Saya merasa adanya kaitan erat antara
anda dan permasalahan ini”.

Secara umum, NLP terdiri dari empat pilar, yaitu:

1. Rapport

Rapport sangat penting untuk membangun


suatu komunikasi yang efektif. Karena
rapport meliputi kata-kata, tindakan, dan
bahasa tubuh, untuk membangun rapport
yang baik dengan subjek, seorang
pewawancara harus memperhatikan
bagaimana caranya berkomunikasi dan
menggunakan gesture, posisi tubuh, nada
suara, pemilihan kata, dan lain-lain. Untuk
membangun rapport dengan cepat,
pewawancara dapat melakukan pencocokan postur dan gaya tubuh dengan lawan bicara (matching

10
http://www.nlpu.com/NewDesign/NLPU_WhatIsNLP.html
Komunikata June 12, 2013

and mirroring) dan menyamakan pemahaman tentang suatu hal untuk dapat memimpin jalannya
wawancara (pacing and leading).

2. Fokus pada hasil yang diinginkan (Outcomes thinking)

Pewawancara harus fokus pada hasil yang diinginkan dari sebuah wawancara karena hal tersebut akan
membantu dalam berkonsentrasi untuk langkah selanjutnya, membantu untuk membuat keputusan
dan pilihan yang tepat, serta merencanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

3. Mengoptimalkan indera (Sensory awareness)

Kendati lima indera utama manusia normal sama, informasi yang masuk ke otak akan diterjemahkan
secara individual. Oleh karena itu, pewawancara harus melatih penggunaan inderanya secara teratur
untuk meningkatkan efektivitas komunikasi.

4. Fleksibel (Behavioural flexibility)

Pewawancara yang fleksibel adalah pewawancara yang mampu memahami bahwa seseorang akan
menafsirkan situasi sesuai dengan persepsinya dan akan mencipatkan realitas internalnya sebagai
konsekuensinya. Semakin mudah pewawancara memahami perbedaan tersebut, akan semakin mudah
pewawancara menjalin komunikasi dengan subjek.

Pada umumnya manusia memiliki preferensi/prioritas tertentu. NLP membagi preferensi manusia dalam
menafsirkan lingkungan dan situasi di sekitarnya kedalam empat jenis, yaitu preferensi visual (melihat),
auditoral (mendengar), kinestetik (merasakan), dan auditoral digital (mendengar dunia dengan konsepnya
sendiri). Keempat preferensi ini membentuk peta mental, yaitu cara seseorang mengorganisasi semua
stimulus yang diterimanya. Peta mental ini akan secara tidak sadar menjadi dasar seseorang untuk
mengambil keputusan tentang cara merespon situasi yang dihadapinya. Dengan mengetahui peta mental
subjek, pewawancara akan menemukan cara subjek berpikir dan mengolah informasi sehingga
pewawancara dapat menyesuaikan bentuk pertanyaan sesuai dengan peta mental subjek untuk
memperoleh hasil yang optimal.

B. Memahami Subjek Melalui NLP


Untuk mendalami karakter subjek melalui NLP, pewawancara harus mampu memahami tanda-tanda
berikut:

1. Kepala

Berikut adalah beberapa penanda yang harus dipahami pada area kepala:
Komunikata June 12, 2013

Penanda Arti Gambar

Memiringkan kepala ke salah satu sisi  Menunjukkan rasa


tertarik.
dengan tangan pada posisi terbuka atau
menapak pada salah satu sisi muka

Kepala tetap lurus, tidak dimiringkan  Menunjukkan dalam


kondisi marah
pada salah satu sisi, menarik kepala

Menundukkan kepala hingga ke dada  Menunjukkan sedang


dalam keadaan depresi.
dengan posisi dagu hampir mencapai

tulang dada

Mengangkat dagu  Tidak menyukai


pewawancara atau topik
wawancara
Komunikata June 12, 2013

Penanda Arti Gambar

Menundukkan kepala hingga ke dada  Menunjukkan sedang


dalam keadaan depresi,
penerimaan, atau pasrah.

Menundukkan kepala dengan mata  Menunjukkan rasa


penolakan atau marah
fokus pada pewawancara

2. Wajah

Penanda umum pada wajah dapat diamati pada keseluruhan area wajah dan pengamatan khusus pada
daerah mata.

a. Berikut adalah beberapa penanda umum yang harus dipahami pada area wajah:

Penanda Arti Gambar

Kontak mata  Sedikit atau tidak ada kontak -


mata sama sekali adalah tanda
klasik tentang kebohongan.
Tetapi, subjek yang terlalu
sering menatap pewawancara
atau menatap pewawancara
terlalu lama juga dpat
mengindikasikan bahwa subjek
ingin memastikan apakah
kebohongannya diterima.

Muncul warna merah pada telinga  Menunjukkan dalam kondisi -


marah

Warna putih pada mata berubah  Menunjukkan dalam kondisi -


menjadi kemerahan, tatapan mata
Komunikata June 12, 2013

Penanda Arti Gambar

dingin dan tajam, mata melebar, pupil marah


mata menyempit seperti sedang
melihat jarum

Menutup mata  Menurunnya rasa percaya diri

Mata meredup bahkan tertutup, pupil  Menunjukkan sedang dalam -


mata menyempit, mata membuka keadaan depresi.
lebih lebar. selaput pelangi dikelilingi
oleh warna putih, Subjek wawancara
melihat tepi kacamata atau bagian atas
alis pewawancara, Mata menerawang
ke bawah

Bibir menipis, ditarik menjadi segaris  Menunjukkan dalam kondisi


tipis marah.

Rahang berkedut atau bergerak pada  Menunjukkan dalam kondisi -


salah satu sisi atau kedua sisi wajah di marah.
depan atau di bawah telinga

Otot di sekitar mata mengeras dan  Menunjukkan adanya


kelopak mata menyipit kemungkinan sedang
berbohong

Semakin banyak berkedip  Menunjukkan sedang dalam


kondisi tertekan.
Komunikata June 12, 2013

Penanda Arti Gambar

Nyaris tidak berkedip  pengakuan -

Mengerutkan bibir  ketidaksetujuan subjek terhadap


apa yang disampaikan
kepadanya.

Menjilat bibir  Menunjukkan sedang dalam


kondisi tertekan dan berusaha
meredakan ketegangannya.

Menutupi wajah/mulut  Mengindikasikan kebohongan


atau tidak menyakini dengan
apa yang tengah dikatakannya
sendiri (pada saat berbicara).

 Tidak mau mendengarkan/


memperhatikan (pada saat
mendengarkan).

Menyentuh Hidung, Telinga dan Mata  Mengindikasikan adanya -


kebohongan.

Kulit di sekitar mata atau mulut  Menunjukkan dalam kondisi -


berubah menjadi lebih gelap stress.

Menguap dalam waktu yang  Menunjukkan dalam kondisi -


berdekatan, sering menelan ludah, depresi.
muncul ludah atau busa putih pada
salah satu atau kedua sisi mulut atau di
sudut atas bibir, tangan menutup bibir,
satu jari diletakkan secara vertikal
pada bibir atau horizontal diatas bibir
Komunikata June 12, 2013

Penanda Arti Gambar

atas, menggigit kuku/pulpen/benda


lain

Wajah dan leher memerah  Menunjukkan rasa marah atau -


tidak suka.

Menguap  Menunjukkan rasa tidak suka,


bosan, ataupun sedang
berbohong.

b. Pola pergerakan bola mata

NLP juga mengindikasikan preferensi seseorang berdasarkan gerakan mata. Dalam kondisi
normal, orang dengan tipe visual gerakan mata akan mengarah ke kiri atas, sedangkan ketika
akan mengkreasi atau mengarang suatu informasi visual maka gerakan matanya akan ke kanan
atas. Orang dengan tipe auditorial, gerakan matanya akan cenderung ke kiri tengah, sedangkan
ketika akan mengkreasi atau mengarang suatu informasi auditorial maka gerakan matanya akan
ke kanan tengah.11

3. Badan

Berikut adalah beberapa penanda yang harus dipahami pada area badan.

Penanda Arti Gambar

Posisi duduk menghindar  Tidak setuju dengan apa yang


dikatakan pewawancara;

 Menunjukkan sikap defensif, apabila


dibarengi dengan tangan
bersedekap dan posisi kaki terkunci.

11 nd
Principles of Kinesic Interview and Interrogation. 2 edition. Stan B walters. 2002
Komunikata June 12, 2013

Penanda Arti Gambar

Menjaga jarak fisik  Tidak nyaman dengan suasana


wawancara/pewawancara/pertanya
an pewawancara

Menciptakan penghalang  Mengindikasikan akan berbohong


(dengan meletakkan laptop,
 Membatasi topik percakapan
gelas, map, dll)
 Merasa adanya ancaman saat
wawancara

Bersedekap  Merasa diserang dan berusaha


bertahan;

 Berusaha membangun penghalang


dengan pewawancara.

Mengangkat bahu sekilas  ketidakpedulian atau tidak tahu

 jika sekilas-sekilas ditunjukkan, hal


ini merupakan pertanda
kebohongan

Tubuh agak membungkuk  Upaya mengontrol diri


(membungkuk ke arah depan,
tangan di atas lutut)

 Merasa tidak nyaman (salah satu


kaki ke depan)
Komunikata June 12, 2013

Penanda Arti Gambar

Duduk bersandar dengan kaki  mengintimidasi pewawancara;


selonjor
 Menunjukkan sikap tidak
menghargai dan siap untuk
membuat “keributan”.

Sedekap dengan telapak tangan  Menunjukkan sikap arogan dan


dalam ketiak dominasi

 Jika tidak sejalan dengan bahasa


verbalnya, maka mengindikasikan
auditee sedang dalam posisi
“freeze”

Kaki tertumpang di atas lutut  Menunjukkan sedang bertahan dari


tekanan

Bahunya dilempar ke belakang  Menunjukkan sedang dalam kondisi -


dan menegangkan leher serta marah.
punggung

4. Tangan dan jari

Berikut adalah beberapa penanda yang harus dipahami pada area tangan dan jari.
Komunikata June 12, 2013

Penanda Arti Gambar

Lengan bersedekap dan kaki  Mempertahankan diri.


menyilang
 Merasa kurang aman (kaki ke arah
dalam).

Tangan di belakang  Menciptakan jarak, ingin


dihormati.

 Menunjukkan sedang merasa


terancam.

Berkacak pinggang  Menegaskan dominasi,


mengintimidasi.

Jari-jari tangan menekan meja  Menunjukkan rasa percaya diri,


kekuasaan dan penguasaan
masalah, mengintimasi.
Komunikata June 12, 2013

Penanda Arti Gambar

Tangan menyandar pada kursi  Menunjukkan rasa percaya diri


lain (posisi duduk rileks) yang tinggi, merasa rahasianya
tersembunyi dengan baik, merasa
dirinya tidak memiliki masalah
apapun dengan perusahaan

Menunjuk dengan jari  Menunjukkan keyakinan dan


kemampuan diri,
intimidasi/menyerang.

Menggigit kuku  Menunjukkan adanya kecemasan,


dan tidak percaya diri.

Mengatupkan telapak tangan  Menunjukkan rasa percaya diri


yang sangat kuat.

Meremas tangan  Menunjukkan sedang dalam


kondisi tertekan.
Komunikata June 12, 2013

Penanda Arti Gambar

Memasukkan tangan ke saku  Menunjukkan rasa percaya diri

Menyembunyikan ibu jari  Menunjukkan adanya perubahan


emosi yang bersifat negatif

 Rendahnya percaya diri (ibu jari di


saku celana)

Memainkan sesuatu  Menunjukkan rasa cemas, atau


tegang

Tangan diletakkan di belakang  Menunjukkan dalam kondisi -


leher, terutama dengan gerakan marah
memijit, menggosok, dan
menekan leher

Tangan bergerak ke arah dagu  Menunjukkan dalam kondisi -


dan sisi wajah, ibu jari marah
ditempatkan di dagu sementara
jari yang lain ada di sisi wajah
kearah kepala seperti
Komunikata June 12, 2013

Penanda Arti Gambar

membentuk huruf L

Bahu terlihat agak turun dan  Menunjukkan sedang dalam -


membungkuk Siku ditarik kondisi depresi.
sedekat mungkin dengan tubuh

Pergerakan tangan tidak  Menunjukkan sedang dalam -


menggambarkan apapun, kondisi depresi.
memainkan tali dompet, krah
kemeja, ujung rambut, rokok,
kertas, menarik baju,
membenarkan posisi rok,
celana, dasi, sabuk, kancing
baju, resleting jaket, aktif
menghitung jari, dan
perhiasannya, sering melihat
jam

Jika pria sering membersihkan  Menunjukkan sedang dalam -


kuku atau menggosok telapak kondisi depresi
tangan, sedangkan wanita
cenderung menggaruk anggota
badan atau membersihkan cat
kuku, mengetukkan jari.
Ketukan jari akan semakin keras
dan cepat jika pihak yang
diduga sebagai pelaku semakin
tertekan

Peningkatan aktivitas tangan  Menunjukkan sedang dalam -


termasuk menyentuh area kondisi depresi
kepala, misalnya bersolek,
merapikan rambut,
membenarkan dandanan,
menyentuh bagian tubuh
tertentu di daerah kepala,
menggaruk, menarik-narik, atau
menggosok telinga

Meletakkan tangan di  Menunjukkan sedang dalam -


tenggorokan, biasanya kondisi depresi.
dilakukan oleh wanita.
Komunikata June 12, 2013

Penanda Arti Gambar

Menggunakan sentuhan untuk  Menunjukkan sedang dalam -


menenangkan diri, seperti kondisi depresi.
meremas-remas tangan,
menggosok, mengelus tangan,
lengan bawah, atau paha

5. Kaki dan tungkai

Berikut adalah beberapa penanda yang harus dipahami pada area kaki dan tungkai.

Penanda Arti Gambar

Satu telapak kaki mengarah  tidak berminat dengan orang yang


keluar mengajaknya berbicara atau
bahan pembicaraan dan
bermaksud menghindar.

Tangan memegang lutut dan  menghindar (alur pertanyaan


beban tubuh di kaki pewawancara sudah mendekati
pemecahan kasusnya).

Menyilangkan kaki  tidak suka pada pewawancara.


Komunikata June 12, 2013

Penanda Arti Gambar

Menciptakan penghalang (dengan  Menunjukkan sedang merasa


lutut menghadap pewawancara) terancam.

Mengayun-ayunkan kaki  Menunjukkan sedang merasa


tidak nyaman dengan
pertanyaan/ pewawancara.

Posisi kaki menjauh (badan agak  menjaga jarak, ingin pergi.


miring dan kaki tidak searah
badan)

Mengunci kaki.  Menunjukkan dalam kondisi tidak


nyaman, tidak aman, atau cemas.

Pergerakan kaki meningkat  Menunjukkan sedang dalam -


kondisi depresi
Komunikata June 12, 2013

Penanda Arti Gambar

kaki disilangkan atau  Menunjukkan sedang dalam


digantungkan di atas lantai. kondisi depresi.
Telapak atau seluruh kaki
diayunkan. Semakin tinggi dan
semakin kencang kaki diayunkan,
berarti subjek wawancara
tersebut semakin gelisah

Subjek wawancara menarik  Menunjukkan sedang dalam


kakinya ke bawah meja bisa kondisi depresi.
dianggap mengalami tekanan
yang tinggi

Gerakan lutut berlebihan.  Menunjukkan sedang dalam


Semakin tinggi tingkat stress kondisi depresi.
maka goyangan lututnya pun
akan semakin cepat

melambungkan lutut dengan  Menunjukkan sedang dalam


gerakan vertikal. Lututnya kondisi depresi.
digoyangkan secara sinkronisasi
atau satu lutut ke atas yang lain
ke bawah.

C. Pengelompokan Zona Tubuh


Manusia pada umumnya berupaya untuk membangun sebuah zona bayangan (imajiner) di sekelilingnya.
Tiap-tiap manusia akan memiliki respon yang berbeda atas apa yang terjadi di zona tersebut, serta membuat
klasifikasi-klasifikasi tertentu terhadap orang lain yang diperbolehkan untuk begerak di zona tersebut. Dr.
Edward hall pada 1959 telah mempelajari fenomena ini dan menyebutnya sebagai “proxemics”. Hal ini
berlaku juga bagi subjek yang berupaya untuk berbohong dalam sebuah wawancara. Mereka akan berupaya
sedemikian rupa untuk membuat jarak antara dirinya dengan pewawancara. Cara-cara mereka untuk
membuat jarak di antaranya dengan menggunakan kaki, tangan, peralatan di sekitarnya seperti meja, kursi,
tas, dan lain-lain untuk menciptakan semacam penghalang agar dapat melindungi dirinya.
Komunikata June 12, 2013

Zona-zona pribadi seseorang terbagi atas beberapa tingkatan yaitu:

1. Intimate zone

Pada zona ini seseorang hanya memperbolehkan orang-orang tertentu yang memiliki hubungan yang
sangat erat dengannya untuk dapat masuk. Orang-orang tesebut biasanya adalah orang tua,
suami/istri, kekasih, anak dan lain-lain yang memiliki hubungan kedekatan. Zona ini adalah zona yang
tidak ingin dibagi oleh subjek kepada pewawancara. Kehadiran pewawancara di zona ini akan
menimbulkan tekanan tersendiri bagi subjek. Jarak interaksi pada zona ini antara 15-45 cm.

2. Personal zone

Pada zona ini seseorang biasanya memperbolehkan beberapa teman dekat untuk memasukinya.
Teman-teman dekat yang diperbolehkan untuk mengakses zona ini biasanya adalah rekan kerja dan
rekan yang biasanya bersosialisasi rutin dengan subjek. Jarak interaksi pada zona ini antara 45-120 cm

3. Social zone

Zona ini biasanya dapat diakses oleh orang-orang yang tidak dikenal baik oleh subjek, misalnya
terhadap orang-orang yang ditemui di rumah makan. Orang-orang pada zona ini hanya mendapatkan
sedikit perhatian dari subjek, kecuali orang-orang tersebut berperilaku yang khusus ditujukan
kepadanya. Jarak interaksi pada zona ini antara 120-300 cm.

4. Public Zone

Pada zona ini, seseorang tidak memberikan perhatian khusus pada orang-orang lain yang berada di
sekitarnya. Seandainya seseorangpun tertarik untuk mengamati perilaku orang tertentu, dia dapat
melakukannya secara leluasa tanpa takut dianggap melakukan hal yang negatif. Jarak interaksi pada
zona ini adalah 300cm ke atas.

Dengan kecenderungan alami seperti di atas, maka tidak mengherankan bahwa subjek yang diwawancara
akan berupaya untuk mempertahankan zona amannya dari pewawancara. Semakin kuat pertahanan yang
dibangun, maka subjek akan semakin merasa aman dari pewawancara yang berupaya untuk mendapatkan
pengakuan. Pertahanan ini sedikit banyak akan menyulitkan pewawancara untuk mengontrol perilaku fisik
subjek. Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk untuk menciptakan kondisi agar subjek mau mengaku
adalah dengan “menyerang zona-nya”. Agar dapat menciptakan kendali atas subjek, seorang pewawancara
harus sedapat mungkin menghindari adanya objek fisik di antara dirinya dan subjek. Objek-objek seperti
meja, kursi, dan bahkan ruang antara yang luas antara pewawancara dan subjek dapat menjadi penghalang
bagi pewawancara dalam mengontrol subjek. Pewawancara harus selalu dengan seksama memperhatikan
subjek, karena kemungkinan subjek merasa tertekan dan menunjukkan reaksi yang menyesatkan dalam
proses wawancara.
Komunikata June 12, 2013

D. Pengelompokan Bahasa Tubuh


Bahasa tubuh subjek biasanya akan mendukung keterangan verbalnya, apabila terjadi ketidaksinkronan
antara bahasa verbal dan bahasa tubuh, dapat diduga bahwa subjek berbohong. Bahasa tubuh
diidentifikasikan dalam beberapa kelompok (tidak secara individual), sebagai berikut:

1. Kelompok Bahasa Tubuh Negatif

Ketika subjek mengalami empat tekanan negatif yaitu marah, depresi, menyangkal, dan menawar,
subjek akan berekasi dengan bahasa tubuh yang negatif, misalnya duduk dengan posisi di ujung meja,
posisi menyandar ke belakang, menyilangkan tangan di belakang kepala (seolah-olah sebagai bantal).
Selain itu, mungkin saja subjek duduk di depan pewawancara, namun dia memalingkan dirinya ke sisi
kursi sehingga hanya bahunya yang menghadap ke arah pewawancara. Subjek juga berupaya untuk
menghindari kontak mata dengan pewawancara dengan banya cara, seperti menggunakan kacamata,
membiarkan rambut sedikit menutupi mata, banyak berkedip ketika pewawancara bicara, dan
memegang kening. Ekspresi wajah subjek juga dapat menunjukkan sinyal negatif, misalnya, subjek tidak
pernah membalas senyuman dari pewawancara atau sekedar menunjukkan ekspresi santai. Selama
wawancara berlangsung, subjek selalu memasang wajah bermusuhan dengan pewawancara.
Penolakan subjek dapat juga dilihat dari ekspresinya dalam mengerutkan kening dan alis, dan pada saat
bersamaan kadang subjek menaruh jarinya tepat di bawah hidung. Apabila ekspresi-ekpresi ini terjadi
ketika subjek mendengarkan pewawancara, dapat diduga subjek tidak mempercayai pernyataan-
pernyataan dari pewawancara. Sebaliknya, apabila ekspresi ini muncul saat subjek bicara, patut
dicurigai dia berbohong. Untuk menandakan penyangkalannya, subjek juga seringkali justru
memberikan anggunkan yang terlalu banyak. Hal ini dianalogikan dengan anak-anak ketika diceramahi
oleh orangtuanya seringkali sekedar mengangguk-angguk hanya untuk sekedar mmebuat orangtua
selesai menceramahinya, bukan tanda persetujuan.

2. Kelompok Bahasa Tubuh Menerima

Sinyal awal adanya penerimaan dari subjek adalah “mirroring” oleh subjek atas bahasa tubuh yang
disampaikan oleh pewawancara. Ketika subjek mulai merasa sependapat dengan pewawancara, subjek
mungkin akan mengikuti ekspresi wajah dan bahasa tubuh dari pewawancara. Misalnya pewawancara
berbicara dan menggunakan gerakan tangan untuk memperjelasnya, bisa jadi subjek melakukan hal
yang sama. Begitu juga ketika pewawancara memiringkan kepalanya ke satu sisi, bisa jadi subjek juga
memiringkan kepala ke arah yang sama. Hal-hal ini jelas memberikan sinyal positif mengenai
penerimaan subjek atas apa yang dibicarakan. Petunjuk lain yang bisa diobservasi adalah, sikap duduk
subjek juga lebih tenang, tidak menghadap ke sisi tertentu, tidak menutupi sebagian mata untuk
menghindari kontak, menatap wajah pewawancara, bahkan mencondongkan tubuhnya ke depan,
anggukan pun berkurang. Perilaku sederhana lain yang menunjukkan penerimaan subjek misalnya
subjek mengendurkan dasinya, membuka jaket, hal ini menunjukkan bahwa subjek dalam posisi santai
untuk menghadapi pewawancara sehingga dia berada dalam kondisi mau menerima.
Komunikata June 12, 2013

3. Kelompok Bahasa Tubuh Pra-Pengakuan

Subjek yang pada akhirnya mau mengaku, biasanya memberikan sinyal yang jelas atas keinginannya
tersebut. Seseorang yang mau mengaku biasanya membuka dirinya dari pewawancara.
Keterbukaannya ini tidak hanya diungkapkan secara verbal, namun juga secara nonverbal. Contoh
bahasa nonverbal yang disampaikan adalah dengan membalik telapak tangan menghadap atas dan
mencondongkan tubuh ke pewawancara, menurunkan posisi bahu, dagu juga biasanya diturunkan ke
arah dada, dan mata tertunduk. Subjek terlihat seperti mau pingsan. Subjek juga mungkin
menunjukkan bahasa tubuhnya dengan menatap ke atas langit-langit, dan mulai berkedip secara pelan-
pelan. Menangis merupakan salah satu tanda bahwa subjek bersalah dan siap mengakui kesalahannya.
Ketika pewawancara membaca bahwa subjek siap untuk mengaku, maka ia harus berhenti bicara, dan
mulai mendengarkan subjek. Pewawancara sebaiknya mulai menurunkan nada dan volume suaranya.
Komunikata June 12, 2013

BAB 7
MENGENAL GRAPHOLOGY

Ilmu analisa tulisan tangan (graphology) merupakan bidang ilmu pengetahuan yang digunakan untuk
menginterpretasi karakter dan kepribadian seseorang melalui tulisan tangannya. Pada tahun 1622 Camillo Baldi
mempublikasikan buku tentang analisa tulisan tangan. Pada tahun 1870 Jean Michon memperkenalkan istilah
graphology. Sejak abad ke-17 graphology pun berkembang pesat di Eropa.

Untuk dapat menganalisa tulisan tangan subjek, pewawancara dapat meminta subjek menulis di atas selembar
kertas polos (tidak bergaris) dengan menggunakan pulpen (bukan pensil, tinta, atau spidol). Mintalah subjek
untuk menulis sesuatu yang baru, dengan huruf tegak bersambung, dalam bentuk paragraf, bukan menyalin
atau mencontek tulisan lain. Salah satu cara yang dapat ditempuh pewawancara adalah dengan meminta subjek
menuliskan hal-hal yang bersifat netral dan menuliskan jawaban atas pertanyaan pewawancara. Analisa tulisan
yang bersifat netral akan menunjukkan kecenderungan umum atau karakter subjek, sedangkan analisa jawaban
yang dibuat subjek menunjukkan respon dan kondisi subjek pada saat subjek menulis jawaban. Dalam
menganalisa tulisan tangan, pewawancara tidak sepenuhnya memperhatikan apa yang ditulis dalam sampel
tulisan, tetapi lebih pada bagaimana tulisan itu dibuat.

Graphology penting bagi pewawancara untuk mendalami kepribadian subjek sebagai salah satu sarana
membangun rapport dengan baik dengan subjek. Selain itu, studi graphology yang dilakukan para ahli di
Amerika Serikat menyatakan bahwa graphology dapat dimanfaatkan untuk menentukan kejujuran, kestabilan
emosi, atau kemungkinan untuk bertindak kasar. Hal ini dikarenakan ketika menulis, manusia menggunakan
aspek fisik (untuk menulis), mental (untuk berkomunikasi dengan simbol-simbol), dan emosi (untuk
mengarahkan pemilihan simbol tertentu).

Untuk mendalami karakter subjek melalui graphology, pewawancara harus memperhatikan beberapa elemen
berikut:

A. Konteks
1. Tekanan (Pressure)

Pressure merupakan representasi gerakan energi penulis. Hal tersebut berhubungan dengan kontrol
penulis terhadap energi fisik dan emosi yang dimiliki subjek saat tulisan tersebut dibuat. Karakteristik
subjek melalui analisa pressure dapat dilihat sebagaimana tabel berikut.

Pressure Karakteristik

Tekanan yang kuat  Tegas, bertanggungjawab, ambisius, egois, daya imanjinasi tinggi,
inisiatif tinggi

Tekanan sedang/medium  Kesehatan fisik yang cukup baik, hangat, mampu bertahan dalam
Komunikata June 12, 2013

Pressure Karakteristik
stress, mampu beradaptasi dengan baik, positif

Tekanan yang ringan  Kesehatan fisik yang kurang baik, sensitif, romantis, memiliki
kegelisahan, ramah, mampu beradaptasi, mudah terganggu, pandai,
kreatif

Tekanan yang tidak teratur  Kesehatan yang buruk, kegelisahan yang kuat, sakit/gangguan
syaraf, frustasi, keterbatasan dalam menerima kenyataan,
ketergantungan pada obat-obatab atau alkohol.

2. Margin

Margin adalah batas tepi penulisan teks dengan tepi kertas. Margin menunjukkan cara pandang subjek
terhadap orientasi waktu. Karakteristik subjek melalui analisa margin dapat dilihat sebagaimana tabel
berikut.

Margin Karakteristik

Margin Kiri  pengaruh masa lalu dan cara penulis menggunakan kemampuan
yang dimilikinya
 kemampuan berpikir dengan jelas, peduli pada orang lain, baik hati
(normal)
 berorientasi pada masa lalu, kurang terencana (apabila tulisan
berantakan), ingin popular, cenderung bereaksi berlebihan untuk
menolak berbagai perubahan, hemat, menginginkan personal
security (sempit)
 murah hati, bangga terhadap diri sendiri, ceroboh, termotivasi
untuk menggunakan waktu dengan baik, mandiri (melebar)
 takut, pemalu, pesimis, hati-hati, depresi, nyaman berada dalam
lingkungan yang sudah dikenal dengan baik dan bekerja dengan
caranya sendiri (menyempit)

Margin kanan  cara pandang penulis terhadap masa depan dan kemampuan untuk
mengatur suatu pekerjaan
 komunikatif, socially active, predictabel, cerewet, adaptif, tidak
takut menghadapi masa depan (sempit)
 pemalu,mudah curiga, menarik diri dari lingkungan, takut
menghadapi masa depan (lebar)

Margin atas  penulis memiliki perhatian pada orang lain dan rendah hati (lebar)
 memiliki masalah dalam dirinya dan sifat yang pemalu (terlalu lebar)
 egois, arogan dan belum dewasa (sempit)

Margin bawah  komunikatif, materialistis dan kurang tegas (sempit)


Komunikata June 12, 2013

Margin Karakteristik
 ketertarikan pada seni dan cenderung menarik diri (lebar)

Keseluruhan margin  sadar akan nilai keindahan, bangga terhadap diri sendiri, berjiwa
bisnis, sangat formal, memiliki tujuan yang jelas dan konsisten dan
ekspresif. (teratur)
 well-organized, mandiri, mengisolasi diri dari keramaian dan phobia
(lebar di semua sisi)
 tidak merencanakan sesuatu dengan baik dan tidak komunikatif
(sempit di semua sisi)

3. Spasi

Spasi atau jarak antar kata di dalam tulisan tangan mengindikasikan cara subjek ingin menunjukkan
bagaimana dirinya bereaksi terhadap keseluruhan lingkungannya. Karakteristik subjek melalui analisa
spasi dapat dilihat sebagaimana tabel berikut:

Spasi Karakteristik

Teratur antar Baris dan Kata  stabil, rapi, mampu bersosialisasi dengan baik dan meiliki sifat
ceria

Besar antar Baris dan Kata  tidak tergantung pada orang lain, idealis, hedonisme dan
cenderung mengisolasi diri

Sempit antar Baris dan Kata  tergantung pada pemikiran orang lain, sulit untuk membuat
keputusan dan memiliki ketakutan yang bersifat tidak rasional

Tidak Teratur antar Baris dan  tidak stabil, suasana hati cepat berubah dan belum dewasa
Kata

4. Garis Dasar (Baseline)


Baseline dapat mengindikasikan general moods, sikap terhadap pencapaian tujuan, sikap terhadap
masa lampau, saat ini, dan masa depan, dan energi mental yang digunakan dalam situasi yang dihadapi.

Baseline Karakteristik

Sangat lurus dengan ritme yang  Dapat diandalkan, teratur, bekerja dengan terstruktur, responsif,
baik (rapi) memiliki tujuan yang pasti dan tetap

Sangat lurus dengan ritme yang  Over control, mudah bosan, terlalu kaku, kurang responsif
tidak teratur

Turun pada akhir tulisan  Kurang perencanaan dan perkiraan


Komunikata June 12, 2013

Baseline Karakteristik

Cembung  Mudah putus asa, mudah bosan, mudah kecewa, bagus dalam
memulai suatu pekerjaan, kurang tekun

Cekung  Keletihan, keragu-raguan, depresi, mampu mengatasi


kelemahan, pejuang, menyelesaikan akhir tugas dengan baik,
pekerja keras, keinginan yang keras untuk mencapai tujuan

Tidak beraturan  Ragu-ragu dalam membuat keputusan, moody, penuh keragu-


raguan, kurang bisa mengontrol diri, mudah dipengaruhi, cakap
dalam banyak hal

Garis dasar naik  Optimis, ambisi, memiliki inisiatif, mempu berkerja sama dengan
orang lain, respon yang baik pada ide-ide baru, tidak mudah kecil
hati (normal)
 Ambisi yang terlalu berlebihan, impractical, sangat gembira,
penuh semangat, mudah gelisah (ekstrem)

Garis dasar turun  Depresi, pesimistik, lesu, gelisah, letih, kesedihan, apatis, dan
sakit hati(bersifat sementara) (normal)
 Depresi yang sangat serius, self concern yang berlebihan
(ekstrem)

B. Bentuk

1. Bentuk huruf

Bentuk huruf Karakteristik

Bulat/arcade (pada huruf n dan m  Ramah, mudah bergaul, mudah beradaptasi, penuh kasih
terlihat sambungan seperti sayang, terkadang egois, terkadang menggunakan pesonanya
lingkaran untuk memanipulasi orang lain

Kaku/angular stroke (tulisan  Ambisius, pekerja keras, realistis, dinamis, dapat dipercaya untuk
dengan sudut tajam) melakukan pekerjaan yang berat, materialistis (dengan ditunjang
tanda lain yang sama), egois, kasar
 Angular hooks pada akhir atau di dalam huruf menunjukan
keserakahan yang dapat menyebabkan seseorang akan mempu
berbohong

Kombinasi bulat dan kaku  memiliki kepribadian yang baik dengan kamampuan berpikir
secara analitis dan deduktif, pandai dan berpendidikan baik,
terbuka pada saran-saran baru serta mampu beradaptasi dengan
situasi yang tidak terduga

Clubbed strokes (seperti alat  menekan orang lain, frustasi


pemukul. Horisontal berbentuk
penarikan pada akhir tulisan,
Komunikata June 12, 2013

Bentuk huruf Karakteristik


vertikal berupa penebalan pada
tangkai huruf)

Coils (mata pancing)  egois, tidak jujur. Jika tidak terlalu jelas, bisa diartikan
kemampuan berkonsentrasi dan membuat alasan yang masuk
akal

Bentuk huruf seperti garis dan  memiliki kecerdasan dalam berbisnis, diplomatis sehingga akan
tersambung berbohong bila memang dirasa perlu. Bila tekanan tulisan ringan
dan dengan baseline yang bervariasi penulis cenderung
melarikan diri dari kegelisahannya, tidak stabil, tidak seimbang
serta mencoba melarikan diri dari kenyataan

Bervariasi  memiliki kepribadian yang tidak stabil, ada kecenderungan untuk


berbohong, mencuri serta memiliki kegelisahan dalam dirinya

Garland (huruf m ujungnya tidak  penulisnya sangat ramah, mampu bersosialisasi dengan baik dan
tajam dan terlihat seperti huruf berkeinginan untuk mencapai tujuannya dengan menggunakan
w) daya tariknya. Individu ini akan mampu beradaptasi dalam
berbagai situasi sosial dengan baik, dan terkadang tidak memiliki
prinsip dan mudah dipengaruhi

Copybook  konvensional, kurang semangat, kurang inisiatif, patuh pada


peraturan, dapat diprediksi perilakunya dan sulit termotivasi

2. Kecepatan

Dari kecepatan tulisan tangan, kita akan dapat mengukur bagaimana kemampuan berpikir seseorang
dalam menyesuaikan diri dengan perubahan situasi. Karakteristik subjek melalui analisa kecepatan
tulisan dapat dilihat sebagaimana tabel berikut.

Kecepatan tulisan Karakteristik

Tulisan yang cepat  Mengindikasikan rasa percaya diri dan kemampuan


mengkomunikasi ide-ide, dapat memutuskan sesuatu dengan
cepat dan terarah

Tulisan dengan kecepatan  Mengindikasikan kemampuan untuk mengatur, memiliki


normal pertimbangan yang cukup baik, terbuka dan emosi yang stabil.

Tulisan yang lambat  Mengindikasikan individu memikirkan reaksi dari orang yang
membaca tulisannya dan individu yang menekankan pada suatu
topik atau pesan yang dianggapnya penting, konformis

Tulisan sangat lambat  Tingkat pendidikan rendah


Komunikata June 12, 2013

3. Connection

Cara kita menghubungkan huruf dalam tulisan menunjukkan cara berpikir, berperilaku dalam
berhubungan dengan orang lain dan juga pendekatan yang digunakan dalam memecahkan suatu
masalah. Karakteristik subjek melalui analisa connection dapat dilihat sebagaimana tabel berikut.

Connection Karakteristik

Connected script  Deductive thinking, sistematis, logis dalam berpikir, konsisten, mau
bekerja sama, memiliki konsep yang realistis, daya ingat yang baik,
mampu beradaptasi dengan baik (positif)
 Tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, terkadang dangkal
dalam berpikir (negatif)
 Tulisan yang tersambung dengan ekstrem (terutama pada zona
atas) mengindikasikan penulis bekerja di bawah tekanan dan
memiliki halangan mental untuk meneruskan pekerjaanya dengan
baik
 Tulisan yang tersambung diikuti dengan bentuk huruf sederhana,
mudah dibaca dan dengan tulisan yang teratur mengindikasikan
penulisnya memiliki cara berpikir yang jelas dan cara berpikir yang
terstruktur dan logis

Disconnected script  Handal dalam banyak bidang, mampu melakukan observasi dengan
baik, mampu bekerja sendiri, berhati-hati, dan mandiri (positif)
 Kurang bisa bersosialisasi, cara berpikir yang kurang terstruktur,
kurang memikirkan masa depan, lama beradaptasi (negatif)

Connected & disconnected  Handal dalam banyak hal, mampu beradaptasi dengan baik, dan
script sama banyak kreatif (positif)
 Suka membuang waktu, kurang sabar, dan keras dalam
mempertahankan apa yang disukai dan tidak disukai (negatif)

4. Kemiringan/Slant

Slant menandakan tingkat emosi seseorang dan kelakuan secara sosial. Penilaian slant tidak
terpengaruh apakah penulis menggunakan tangan kanan maupun kiri. Karakteristik subjek melalui
analisa slant dapat dilihat sebagaimana tabel berikut.

Slant Karakteristik

Vertikal  Memiliki konsentrasi yang baik, realistis, mau menerma saran dari orang
lain, snagat berhati-hati

Kemiringan ke kiri  Tekun, memegang teguh prinsip, menarik diri, terlalu berhati-hati, takut
akan masa depan, sentimental

Kemiringan ke kiri yang  Takut pada komitmen, suka memberontak, egois, keras kepala, tidak
Komunikata June 12, 2013

Slant Karakteristik
ekstrem puas diri

Kemiringan ke kanan  Senang bersosialisasi, mudah merasa iba,mudah dipengaruhi, adaptif,


inisiatif, optimis

Kemiringan ke kanan yang  Terburu-buru, kurang disiplin, kurang sabar, mudah khawatir
ekstrem

Kemiringan yang bervariasi  Sulit untuk diprediksi perilakunya, emosi yang tidak stabil, sulit
membuat keputusan

5. Ukuran

Ukuran huruf dalam tulisan tangan mengindikasikan cara seseorang ingin dilihat oleh orang lain dalam
suatu lingkungan. Selain ukuran huruf, cara subjek menggunakan ruang yang tersedia juga
mengindikasikan hal yang sama. Karakteristik subjek melalui analisa ukuran huruf dapat dilihat
sebagaimana tabel berikut.

Ukuran huruf Karakteristik

Tulisan dengan ukuran besar (1  Butuh pengakuan dari lingkungan sekitar, kebebasan
cm > untuk huruf kapital dan 4 berekspresi, tidak mampu berkonsentrasi dalam jangka waktu
mm > untuk huruf kecil) lama, suka tampil di depan umum/dilihat/dikagumi, egois,
optimis

Tulisan dengan ukuran kecil  Realistis, memiliki ketepatan dalam bekerja, memperhatikan
detail, mampu berkonsentrasi untuk jangka waktu lama,
 Perasaan minder, depresi yang bersifat sementara, ketertarikan
hanya pada bidang tertentu serta membatasi diri dari interaksi
sosial (untuk tulisan ukuran kecil yang berantakan)

Tulisan dengan ukuran normal  Kepribadian baik (asal slant tidak ke arah kiri, tidak ada hook dan
(sekitar 3 mm untuk huruf kecil coils yang jelas)
dan 1 cm untuk huruf capital,
lower zone (bagian bawah)
berkisar antara 2-4 mm)

Ekstrem kecil  Tidak percaya diri, serakah, egois dan cenderung tidak jujur

Ekstrem besar  Egois, sombong


Komunikata June 12, 2013

C. Detail
1. Zona

Pada bagian ini akan dibahas tiga daerah yang terdapat dalam tulisan, yaitu Upper Zone atau Zona Atas
(ZA), Middle Zone atau Zona Tengan (ZT) dan Lower Zone atau Zona Bawah (ZB). ZA dapat dilihat dari
huruf b, d, h, k, l, t. ZT dilihat dari huruf vokal, m, n, r, s, v, w, dan z. ZB dilihat dari huruf g, j, p, q, f, dan
y. Struktur dari kepribadian terletak pada keseimbangan dari ketiga daerah tersebut dan dianggap
sebagai trait yang dapat menunjukkan letak kelemahan dan kekuatan subjek.

Zona Karakteristik

Zona atas  kekuatan mental, spiritual dan abstrak


 kurangnya kesadaran akan nilai spiritual dan kurangnya minat pada
hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan (upper
loop/lengkungan pada zona atas sangat pendek)

Zona atas pendek  percaya diri, realistis, mampu bersosialisasi dengan baik, rendah
hati (positif)
 ide tak terarah, kurang ambisi, kurang sadar etika (negatif)

Zona atas tinggi  imaginative, idelais, pintar, antusias, spiritual, sadar diri (positif)
 kurang objektif, suka pura-pura, boros, ingin kekuasaan, tidak
realistis (negatif)

Zona tengah  kekuatan realita, kemampuan menghadapi hal-hal dengan


aktualitas, serta tingkah laku emosi dan social

Zona tengah kecil  ambisi dan perencanaan baik, detail, sederhana, tenang (positif)
 suka meremehkan, cara pandang sempit, kurang sosialisasi, penuh
prasangka, cenderung subjektif, kurang antusias (negatif)

Zona tengah besar  antusias, butuh pengakuan orang, yakin, perasaan kuat, tahu apa
yang disukai dan tidak (positif)
 peduli diri sendiri, butuh kenyamanan, prasangka, subjektif
(negatif)

Zona bawah  tentang kebutuhan material, energi psikis dan fisik dan dorongan
naluriah
 ketertarikan subjek hanya pada hal-hal yang berbau materi dan sex
(zona bawah besar)
 aktif secara fisik, tekun, gigih, materialistis, slow starting, suka
pamer ilmu (loop panjang tekanan kuat)
 jiwa bisnis, sensitif, berorientasi pada uang (loop panjang tekanan
ringan)
 kurang realistis, tidak puas (tidak punya loop)
Komunikata June 12, 2013

Selain memperhatikan zona, pewawancara dapat pula memperhatikan loop pada zona atas dan zona
bawah sebagai berikut:

a. Loop pada zona atas

Ilustrasi Keterangan Arti

Tinggi dan sempit Memiliki inspirasi spiritual (jika dengan tekanan tulisan
ringan), menginginkan pencapaian intelektual (jika tidak
teratur), memiliki keinginan yang tersembunyi untuk
pengakuan dan kekuasaan.

Huruf “I” seperti huruf “t” Tidak teliti, jika trait ini muncul dalam tulisan yang
berantakan maka hal tersebut mengindikasikan pikiran
yang tidak terarah dan komunikasi yang tidak sempurna.

Huruf “L” yang terputus pada Kelemahan fisik.


bagian atas

Huruf “I” dengan bagian atas Kecenderungan memiliki sikap agresif.


yang berbentuk agak kotak

Tanpa loop, dengan ukuran Uncultured mind, penilai yang baik, cerdas.
normal (2-4 mm)

b. Loop pada “y” dan “g”

Ilustrasi Keterangan Arti

Ketidakpuasan seksual, kecenderungan menolak


tanggung jawab, serakah.

Kekhawatiran yang berhubungan dengan masalah seksual


(sexual fear).

Kegelisahan seksual yang cenderung mengarah pada


pengalaman di masa lalu yang menyakitkan, yang tidak
dapat dilupakan.

Pengalaman seksual yang panjang dan berliku-liku namun


enggan untuk mengakui.
Komunikata June 12, 2013

Ilustrasi Keterangan Arti

Terbuka dan lebar Penyayang, lembut dan penuh kasih sayang. Terkadang
belum dewasa dalam masalah yang berhubungan dengan
emosi.

Mau bekerja sama, tetapi lebih sebagai pengikut dari


pada pemimpin, mau memahami orang lain, cukup puas
secara seksual meskipun dengan keterbatasan.

Lebar, dengan loop yang Semakin besar tekanannya = fantasi seksual yang ekstrim.
panjang Bila dengan tekanan yang ringan = keinginan untuk
mendapat kesan baik. Fantasi seksual tidak bisa
dipraktekan karena cenderung takut.

Huruf ‘g” dengan loop dan Mampu menyimpan uang yang dimilikinya.
tekanan yang medium

Huruf “g” dengan angle Tidak dapat dipercaya. Namun indikasi ini harus diikuti
dengan trait lainnya yang juga menunjukkan indikasi yang
sama.

Rendahnya ketertarikan pada sex, sex yang tidak


terpenuhi

Huruf “y” tanpa loop dan Agresif dan tidak mudah percaya pada orang lain,
dengan tekanan tulisan yang memiliki kecenderungan kasar dalam bersikap.
sangat kuat

Panjang dan meruncing Keras, pendekatan logis. Cenderung tidak ingin


(biasanya pada pria) menunjukkan keinginannya (secara seksual), memiliki
hanya sedikit kepuasan, selalu berharap untuk sesuatu
yang baru tetapi tidak mau mengakui.

Suka menolong orang lain.


Komunikata June 12, 2013

Ilustrasi Keterangan Arti

Huruf “g” yang berbentuk Agresif, sulit untuk meminta sesuatu pada orang lain.
seperti segitiga pada lower loop Pada pria, feminine disposition, sensitif untuk urusan sex,
(pada wanita) rewel.

Sering berprasangka buruk (untuk urusan sex), ide-idenya


merupakan hal yang terpenting.

Lower zone yang mengarah ke Belum dewasa secara emosional, pemalu, sulit menerima
kiri namun dengan kemiringan sesuatu yang baru untuk urusan sex, Nampak seperti
(slant) ke kanan tidak memiliki ketertarikan pada sex tetapi sebenarnya
memiliki imajinasi dan self-stimulation. Biasanya hal ini
disebabkan karena di masa kecil, orang terdekatnya
mengatakan hal yang menghancurkan rasa percaya
dirinya.

Orang yang suka menyendiri. Pengalaman di masa lalu


merupakan sesuatu yang memiliki pengaruh penting pada
dirinya masa kini

Huruf “g” dengan loop yang Pemalu, tidak memiliki kepercayaan diri dalam hal
mengarah ke dalam (biasanya seksual.
pada tulisan tangan pria)

Pasty stroke Keinginan sex yang sangat kuat, menggunakan semua


rasa untuk mendapatkan kepuasan, kurang mengontrol
diri.

Loop yang diisi penuh Ingin mendapatkan kepuasan seksual yang sangat
berlebihan. Bisa juga merupakan indikasi seseorang yang
mengikuti kata hati dalam melakukan hubungan sex.

Lower zone yang sangat kecil Kurang ekspresif dan membutuhkan pengertian dan
dengan middle zone yang pemahaman yang dalam dari orang lain untuk urusan sex.
dominan
Komunikata June 12, 2013

Ilustrasi Keterangan Arti

Loop dengan bentuk Pada tulisan tangan pria = perilaku yang agresif dan
menyerupai segitiga namun perilaku yang cenderung mengganggu. Pada wanita =
tidak teratur (asal-asalan) kehidupan seksual yang mengecewakan dan kacau.

2. Hook

Hook pada dasarnya memiliki dua arti mendasar, yaitu keuletan dan keserakahan, namun umumnya
hook diartikan sebagai sesuatu yang negatif.

Hook Karakteristik

Pada zona atas  Memiliki ide atau pemikiran, tetapi tidak mengatakannya pada orang lain

Pada zona tengah  Menolak melepas hubungan sosial yang dimiliki

Di awal huruf  Berusaha mempertahankan masa lalunya

Di akhir kalimat  Berusaha mendapatkan pencapaian baru dalam hidup (normal)


 Serakah dan berusaha mendapatkan segala hal dalam lingkungan (sangat
besar)

3. i-dots dan t-bars

Untuk mengevaluasi i-dot (titik pada huruf i) harus diperhatikan posisinya dari batang huruf ‘i’ tersebut,
kemiringan ke kanan atau kiri, dan letak titik yang tinggi atau rendah. Demikian juga bila kita
mengamati t-bar (garis pada huruf t).

a. i-dots
Ilustrasi Keterangan Arti

Menyerupai garis Self critical, mampu berpikir dgn cepat.

Titik yang lemah Kurang percaya diri, mudah dipengaruhi orang lain.

Tanpa titik Tidak teliti (pada tulisan yg tidak rapi);


bijaksana, banyak akal (pada tulisan yg rapi).

Titik membuka ke kanan Kemampuan yg baik melakukan observasi.

Titik mumbuka ke kiri Selera humor yang cenderung kasar.


Komunikata June 12, 2013

Titik bersatu dengan huruf


Responsif dan cerdas.
selanjutnya

Mampu berpikir dengan cepat dan memiliki ide-ide yg


objektif.

Titik yang berbentuk bulat Belum dewasa (biasanya ditemukan pada tulisan anak
remaja).

Titik berada diatas sebelah


Ramah.
kanan

Titik berada diatas sebelah


Ada yang tertahan dalam kepribadiannya.
kiri

b. t-bars (dengan tekanan kuat)

Ilustrasi Keterangan Arti

t-bar mengarah ke bawah Kesal hati, kebencian, kekecewaan. Cenderung tidak mau bekerja
sama dengan orang lain. Akan menolak ide orang lain dan
mempertahankan pendapatnya tanpa kompromi. Agresif dan
suka berdebat.

t-bar berbentuk seperti alat Agresif, temperamen yang brutal, perilaku yang sulit diprediksi.
pemukul

Dengan tekanan yg kuat Yakin pada diri sendiri dan berpendirian keras. Dapat termotivasi
dengan pencapaian materi. Mampu bertahan dalam keadaan
yang sulit.

Cepat marah, nervous energy.

Double t-bar Sangat tidak pasti, memiliki kegelisahan.

t-bar terlepas dari Imajinatif, pengkhayal, cenderung realistis.


batangnya

t-bar yang pendek dan Siap menerima tantangan dan mencoba hal baru. Motivasi yang
terlepas dimiliki realistis.
Komunikata June 12, 2013

c. t-bar (dengan tekanan ringan)

Ilustrasi Keterangan Arti

t-bar sangat pendek Ukuran tulisan sedang : konformis, dapat diprediksi, berhati-
hati dan kurang percaya diri. Pada ukuran kecil : mampu
konsentrasi dengan pekerjaan detil, kurang fleksibel. Pada
tulisan seperti benang : suka mengelak, tidak menunjukan
sesuatu dengan pasti.

t-bar di sebelah kiri Memiliki kesadaran diri, menarik diri dari kontak sosial.

t-bar di sebelah kiri dan Sangat terpengaruh oleh masa lalu, penuh keragu-raguan.
terlepas

Tanpa t-bar Jarang menyelesaikan apa yang telah direncanakan,


ketidakpuasan dalam hal tapi tidak melakukan apapun untuk
merubah situasi.

t-bar mengarah ke atas Memiliki imajinasi yang tinggi, terkadang ambisius namun
dengan keseluruhan tulisan ada jurang antara ambisinya dengan kekuatan dan stamina
yg rapi untuk mencapainya, seseorang yang mau mencoba namun
kurang persisten.

t-bar yg panjang dengan Sensitif terhadap kritik, plin-plan, penyayang, berbudi halus.
huruf “t” yang memilliki
loop

t-bar yang bergelombang Terlalu sembrono untuk diandalkan.

d. t-bar (dengan tekanan normal)

Ilustrasi Keterangan Arti

Dapat diandalkan untuk menyelesaikan tugas dengan baik.

Mempunyai tujuan untuk mencapai kesuksesan dan


berusaha mendapatkannya, memiliki ambisi dan ide-ide
yang realistis.

Hook pada ‘t’-bar Ketetapan hati untuk maju.

‘t’-bar yang menurun Depresi. Dapat juga mengindikasikan orang yang suka
berdebat dan suka menentang kebiasaan umum.
Komunikata June 12, 2013

Ilustrasi Keterangan Arti

Huruf ‘t’ yang berbentuk Dapat mengindikasikan kekasaran dan kurang bijaksana.
tenda dan tajam

Garis ‘t’ yang tinggi dan Individu yang didominasi minat pada bidang sosial, ambisi
terpisah dari batang dan ketekunan.

Garis belakang ‘t’ yang Respon mental dan fisik yang cepat, tidak dapat diandalkan
tajam sepenuhnya untuk membuat pekerjaan yang detail.

‘t’ bar yang tinggi dan Kemampuan untuk memimpin dan mengambil kendali,
menyatu dengan batang individu yang akan mengikuti aturan yang diyakini efektif,
penghargaan diri yang tinggi.

‘t’-bar yang seperti cambuk Individu yang sulit diprediksi dan tidak menentu.

Penuh curiga dan cemburu, ada ketidakpuasan dalam


hidupnya.

‘t’-bar yang kusut Suka melawan, keras kepala. Bila kekusutannya kecil berarti
ketelitian.

‘t’ yang berbentuk bintang Sangat sensitif pada kritikan, penuh kebimbangan, suka
menekan keinginan sendiri.

‘t’ yang berbentuk segitiga Suka intervensi dan cenderung agresif jika diberi
dan panjang pertanyaan.

‘t’ yang menyatu dengan Sorang pemikir yang handal, cepat dan cerdas.
huruf selanjutnya

‘t’ yang berbeda-beda Konflik dalam berpikir dan emosi, tidak pernah yakin atau
dalam satu script puas.

D. Detail Tambahan

1. Tanda tangan

Analisa tanda tangan merupakan bagian analisa sricpt, dan tidak bisa dianalisa terpisah dari sricpt itu
sendiri.
Komunikata June 12, 2013

Tanda tangan Karakteristik

Diletakkan sedikit ke arah kanan dan Cerdas, dapat diandalkan, jujur, terprediksi
terbaca jelas kepribadiannya

Diletakkan jauh dari teks Penulis merasa dirinya terasing, pemalu, frustasi

Diletakkan sangat dekat dengan teks Merasa insecure, gelisah, dan “rendah”

Diletakkan di tengah atau kiri Pemalu, depresi, pesimistik, tidak percaya diri

Tulisan tangan naik, tanda tangan turun Memiliki tujuan yang tinggi, tetapi tidak mampu
meraih tujuan tersebut

Huruf besar pada awal tanda tangan Tergantung pada orang lain, mengingat konflik di
miring ke kiri diikuti huruf vertikal masa lalu

Huruf besar pada tanda tangan besar dan Mencoba melawan egois, inferior
sempit

Tanda tangan lebih kecil dari tulisan teks Terasing, memiliki masalah psikologi, kurang percaya
diri

Baseline tanda tangan naik dan turun Tidak stabil, tidak dapat diandalkan, dipplomatis,
akan mampu berbohong jika dianggap perlu

Ditutupi coretan Posesif

Diikuti titik Sulit percaya pada orang lain

2. Huruf kapital

Huruf kapital dalam analisa tulisan tangan berhubungan dengan harga diri.

Huruf kapital Karakteristik

Berukuran besar Mencari status, percaya diri, merasa dirinya pantas


mendapatkan perhatian, dan menginginkan kekuasaan

Diletakkan pada tempat yang salah Emosional (bersifat sementara), over react, emosi yang
tidak stabil, dan sangat mementingkan pemikiran,
tindakan, dan idenya saja

Penggunaannya berlebihan Bingung, tidak dapat menentukan prioritas

Berukuran kecil Mengabaikan diri sendiri, sederhana, pemalu, peduli


pada orang lain, tidak berkeinginan sombong

Tinggi dan sempit Sensitive, emosional, pemalu, memusatkan perhatian


pada dirinya, ambisius tapi cenderung tertahan oleh
Komunikata June 12, 2013

Huruf kapital Karakteristik


kecenderungan menarik diri

Sempit, namun normal dibanding huruf Kecewa, tidak puas, mudah curiga, sangat berhati-hati
lain

lebar Percaya kemampuan diri sendiri, imajinatif, ramah

3. Covering stroke

Covering stroke merupakan coretan kedua dari sebuah huruf yang menutupi/menyatu dengan coretan
yang pertama, misalnya huruf “e” yang dibuat menyerupai huruf “I”. Covering stroke mengindikasikan
hambatan/rintangan yang kuat. Yang harus diperhatikan ketika menganalisa covering stroke adalah
zona dimana terdapat huruf yang menunjukkan terjadinya covering stroke.

Covering stroke Karakteristik

Pada zona atas Cenderung tertutup tentang rencana dan idenya, tidak suka “maju” atau
tidak suka orang lain “maju”

Pada zona tengah Tertutup pada hal-hal yang berhubungan dengan perasanaannya,
cenderung menarik diri dari lingkunganya, pemalu

Pada zona bawah Tertutup pada hal yang berhubungan dengan kehidupan seksual, mudah
cemas/khawatir

4. Tanda baca

Penulisan tanda baca dapat menggambarkan keinginan subjek untuk meninggalkan kesan baik dan
mengesampinkan halangan untuk mendapat pujian.

Tanda baca Karakteristik

berlebihan Antusias, ketidakteraturan waktu dalam keseharian yang dipaksakan


untuk mendapat pujian

Koma dihilangkan Terburu-buru, tidak memperhatikan detail

Koma panjang Idealis, prinsip kuat, suka pamer ilmu

Garis bawah yang tidak Yakin dengan teori dan idenya, sulit menerima saran orang
perlu
Komunikata June 12, 2013

E. Menganalisa Tulisan Tangan


Untuk mendeteksi kebohongan melalui analisa graphology, pewawancara dapat mewaspadai beberapa
indikasi, antara lain:

 tekanan tidak beraturan

 terdapat beberapa tulisan atau paragraf pada margin kiri yang ditulis terlalu ke kiri dibanding tulisan
atau paragraf lainnya (hal ini menunjukkan pada bagian tersebut indikasi kebohongan terjadi)

 spasi pada beberapa kalimat atau paragraf terlalu lebar atau sempit dibanding kalimat atau paragraf
lainnya (hal ini menunjukkan pada bagian tersebut indikasi kebohongan terjadi)

 baseline tiba-tiba terlalu naik atau terlalu turun (hal ini menunjukkan pada bagian tersebut indikasi
kebohongan terjadi)

 bentuk huruf didominasi arcade

 terdapat banyak disconnected script

 slant tiba-tiba berubah arah (misalnya awalnya kecenderungan lurus atau ke kanan, tiba-tiba ke kiri)

 ukuran huruf cenderung lebih kecil pada atau ditemukan banyak penebalan atau ditemukan banyak
kesalahan atau bekas perbaikan pada bagian yang diindikasi terjadi kebohongan

 terdapat angle pada loop pada huruf g dan y

 hook pada zona atas

 t-bar mengarah ke bawah, titik pada huruf i biasanya rendah dan terletak di kiri

 tulisan ditulis dengan kecepatan terlalu pelan

 baseline tanda tangan naik turun dan cenderung tidak jelas

 terdapat huruf yang mengandung unsur oval yang ditusuk


Komunikata June 12, 2013

Berikut merupakan salah satu contoh analisa tulisan tangan subjek.

Gambar 4. Contoh Analisa Berdasar Graphology


Komunikata June 12, 2013

Tulisan tersebut dapat dianalisa dengan hasil berikut:

1. Kemiringan Huruf (Slant) = Kemiringan ke kanan, mengindikasikan penulis adalah orang yang
senang bersosialisasi, mudah merasa iba serta mudah dipengaruhi.

2. Tekanan (Pressure) = Tekanan tidak teratur, mengindikasikan penulis adalah orang yang
memiliki kesehatan yang kurang baik, kegelisahan yang kuat, sakit/gangguan syaraf serta keterbatasan
dalam menerima kenyataan.

3. Ukuran Huruf (Size) = Ukuran huruf kapital besar, mengindikasikan penulis adalah orang yang
butuh pengakuan dari lingkungan sekitar, ingin bebas berekspresi, tidak mampu berkonsentrasi dalam
jangka waktu lama, suka tampil di depan umum/dilihat/dikagumi.

4. Spasi (Space) = Spasi tidak teratur, mengindikasikan penulis adalah orang yang tidak stabil,
suasana hati cepat berubah dan cenderung belum dewasa.

5. Margin (Margin) = Margin kanan yang cenderung lebar, mengindikasikan penulis adalah orang
yang pemalu dan cenderung menarik diri dari interaksi sosial serta takut menghadapi masa depan.

6. Zona (Zone) = Zona bawah sangat dominan, mengindikasikan penulis adalah orang yang
tertarik pada hal-hal yang berbau materi dan sex.

7. Garis Dasar (Baseline) = Garis dasar turun pada akhir tulisan, mengindikasikan penulis adalah
orang yang kurang perencanaan dan perkiraan.

8. Kecepatan Tulisan (Speed) = Tulisan dapat dikatakan cepat, karena stem pada huruf “t”
biasanya akan berbentuk seperti garis. Juga tulisan yang cepat akan miring ke kanan. Maka tulisan
yang cepat mengindikasikan penulis adalah orang yang memiliki kemampuan mengkomunikasikan ide-
ide.

9. Sambungan Huruf (Connection) = Sambungan huruf tersambung dan tidak tersambung


cenderung sama banyak, mengindikasikan penulis adalah orang yang handal dalam banyak hal, kreatif,
namun negatifnya adalah keras dalam mempertahankan apa yang disukai dan tidak disukai.

10. i-dot dan t-bar = i-bar cenderung lemah, mengindikasikan penulis adalah orang yang kurang
percaya diri dan mudah dipengaruhi oleh orang lain. Sedangkan untuk t-bar cenderung hanya ada di
sebelah kiri, mengindikasikan penulis adalah orang yang menarik diri dari kontak sosial.

11. Bentuk Huruf = Bentuk huruf bervariasi (ada Garland dan Angular), mengindikasikan penulis
adalah orang yang tidak stabil serta memiliki kegelisahan dalam dirinya.
Komunikata June 12, 2013

BAGIAN 5
Komunikasi
Efektif
Komunikata June 12, 2013

BAB 8
APA YANG HARUS KITA LAKUKAN?

Seperti dinyatakan dalam Seri Panduan Wawancara Dalam Rangka Pemeriksaan Investigatif (2012), untuk
memulai wawancara, pewawancara harus membangun rapport dengan subjek untuk memperoleh petunjuk
terkait perilaku dan kebiasaan subjek dalam menanggapi suatu permasalahan. Dalam tahap ini,
pewawancara memperhatikan perilaku subjek pada kondisi normal dan rileks. Hal ini dilakukan untuk
menghindari pewawancara salah menerjemahkan kebiasaan subjek sebagai tanda-tanda kebohongan.

Selanjutnya, untuk dapat melakukan observasi dasar komunikasi nonverbal dengan cermat, pewawancara
dapat melakukan beberapa hal berikut:

1. Mempersiapkan desain ruang

Secara umum, desain ruangan sebaiknya berkesan minimalis dengan warna cat tidak mencolok.
Ruangan juga sebaiknya tidak diketahui umum sebagai ruang wawancara.

2. Mempersiapkan lay out ruangan

Pewawancara harus mempertimbangkan lay out ruang termasuk pemilihan perabot, misalnya memilih
kursi tanpa tempat untuk meletakkan tangan, tidak beroda (sehingga tidak dapat bergeser dan tidak
dapat berputar), dan membelakangi pintu masuk bagi subjek. Sebaiknya pewawancara juga tidak
meletakkan meja besar diantara kursi pewawancara dan subjek sehingga pewawancara dapat dengan
leluasa mengamati gerak gerik subjek.

3. Mempersiapkan perlengkapan

Pewawancara mempersiapkan peralatan berupa alat perekam, setumpuk map berwarna atau
berpenanda khusus (untuk memberikan tekanan bahwa pewawancara telah memperoleh bukti yang
kuat), dan stoples transparan berisi materai. Semua benda tersebut diletakkan di atas meja. Selan itu,
apabila memungkinkan, sebaiknya pelaksanaan wawancara direkam dengan suatu alat perekam,
misalnya cctv.

4. Mengatur jadwal dan melaksanakan wawancara

Wawancara dilaksanakan pada jam kerja, pemanggilan bersifat tertutup dan rahasia.

5. Melaksanakan wawancara

Pewawancara sebaiknya menghindari menunjukkan sikap simpati pada subjek karena hal tersebut
dapat menimbulkan kesan kurang profesional dan emosional. Selama pelaksanaan wawancara,
pewawancara sebaiknya menyejajarkan posisi dengan subjek. Oleh karena itu, untuk menghindari
reaksi negatif, pejabat yang posisinya tinggi lebih baik diwawancarai oleh pewawancara yang memiliki
Komunikata June 12, 2013

kedudukan pula. Selain itu, selama pelaksanaan wawancara, pewawancara harus mengamati petunjuk
nonverbal subjek dan menjalin rapport yang baik dengan subjek.

Selama pelaksanaan wawancara, pewawancara tidak seharusnya sibuk dengan dirinya sendiri dan tidak
fokus pada subjek sehingga pewawancara tidak mampu memperhatikan perilaku subjek dengan seksama
dan akan kehilangan informasi berharga yang disampaikan subjek. Oleh karena itu, dalam sebuah
wawancara sebaiknya melibatkan dua orang pewawancara, dimana salah seorang pewawancara bertugas
untuk mengajukan pertanyaan dan fokus pada jawaban-jawaban yang diberikan subjek, sedangkan
pewawancara yang lain fokus pada komunikasi nonverbal subjek (pembaca sinyal komunikasi nonverbal).
Kedua pewawancara tersebut harus terus berkomunikasi dengan suatu cara yang sudah disepakati bersama,
sehingga pewawancara yang betugas sebagai pembaca sinyal komunikasi nonverbal dapat memberikan
tanda kepada pewawancara pertama untuk menghentikan atau mengubah atau melanjutkan pertanyaan
atau strategi wawancara yang sudah diatur di awal. Apabila memungkinkan, wawancara juga dapat diawasi
oleh pemeriksa lain yang berperan sebagai pengawas. Dalam kondisi tersebut, pengawas mengawasi
jalannya wawancara termasuk mengamati perilaku subjek wawancara atau mengganti pewawancara apabila
pengawas menganggap pewawancara yang bertugas tidak mampu mengoptimalkan proses wawancara.

Setelah mampu mengidentifikasikan respon subjek terhadap pertanyaan wawancara, pewawancara harus
bersiap diri sehingga dapat mengantisipasi setiap respon subjek.

A. Menghadapi Kemarahan
Hal yang perlu diketahui pewawancara adalah marah merupakan reaksi yang umum terjadi. Pewawancara
dapat memanfaatkan kemarahan subjek untuk menggali informasi lebih dalam karena kemarahan
melemahkan kemampuan subjek untuk menahan diri dari berpura-pura lupa. Namun, pewawancara
sebaiknya menghindari hal-hal yang dapat memicu amarah pada subjek karena semua informasi yang
diperoleh dalam kondisi tersebut biasanya tidak akurat dan tidak dapat dipertanggungjawabkan sehingga
tidak akan diakui di pengadilan. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan akibat kemarahan subjek,
sebaiknya pewawancara sebaiknya dapat membangun rapport dan kepercayaan dari subjek sebelum
melanjutkan wawancara.

Ada beberapa hal yang seharusnya dilakukan pewawancara untuk menghadapi kondisi tersebut, yaitu:

 Pahami bahwa kemarahan merupakan bentuk frustrasi

Hal ini dilakukan untuk menghindarkan pewawancara dari lingkaran efek kemarahan subjek.
Pewawancara sangat dianjurkan tidak menanggapi kemarahan tersebut dengan respon serupa karena
hal tersebut justru akan melemahkan dirinya sendiri. Selain itu, apabila subjek dan pewawancara
menanggapi kemarahan tersebut dengan sama-sama marah, kedua belah pihak akan membangun
benteng dan membatasi diri.
Komunikata June 12, 2013

 Bersikap sabar

Hindari mengambil posisi bermusuhan dengan subjek, jangan terpancing, dan tetap fokus dengan
sudut pandang pewawancara.

 Kembali ke topik pembicaraan sebelumnya

Pewawancara sebaiknya mengulangi pertanyaan sebelumnya dimana subjek masih bisa menjawabnya
tanpa kemarahan, misalnya mengulangi pertanyaan pada awal proses wawancara.

 Hindari fokus wawancara yang terlalu melebar

Hindari mengejar semua informasi, fokuskan pada bagian-bagian yang memang diinginkan diperoleh
dari subjek atau kelompokkan jenis pertanyaan. Hal ini menghindarkan pewawancara dari resistansi
subjek dan seolah membiarkan subjek mengontrol wawancara. Hal ini tidak berarti pewawancara
menghilangkan bagian-bagian tidak penting, tetapi hanya menimbulkan kesan tidak banyak yang ingin
kita ketahui dari subjek.

 Hindari menyerang secara verbal

Tidak seorang pun pewawancara ingin menjadi target kemarahan. Namun demikian, pewawancara
sangat dianjurkan untuk tidak secara verbal menyerang subjek sebagai balasan atas kemarahan si
subjek.

B. Menghadapi Depresi
Apabila dalam sebuah wawancara, pewawancara menemui subjek merespon dengan depresi, pewawancara
harus dapat mengidentifikasikan depresi apa yang dialami subjek dan hal-hal apa saja yang membuat subjek
depresi, seperti ruangan wawancara, atribut yang dipakai pewawancara (misal name tag), dan sikap
pewawancara yang subjektif.

Pewawancara harus membangun rapport dengan subjek dan menghindari hal-hal yang sekiranya membuat
subjek depresi. Apabila subjek berpura-pura depresi sementara respon sebenarnya pengaburan informasi,
subjek harus diperlakukan berbeda. Untuk membedakannya dengan pengaburan informasi, pewawancara
harus mendengarkan apakah kualitas suara subjek berubah dan dapatkah pewawancara merasakan
kesedihan subjek.

Apabila depresi yang dialami subjek merupakan depresi klinis, pewawancara disarankan untuk tidak
menanggapinya. Pengakuan juga akan sangat sulit diperoleh dari subjek yang mengalami depresi klinis.
Apabila depresi yang dialami subjek merupakan respon terhadap stress, pewawancara dapat menunjukkan
bahwa pewawancara dapat menerima depresi tersebut dan tidak menolaknya karena penolakan terhadap
reaksi subjek dapat berakibat pada paranoid pada subjek. Pewawancara harus lebih sabar terhadap
lambatnya respon subjek dan menawarkan solusi atas kesedihan yang dialami subjek.
Komunikata June 12, 2013

Pewawancara juga dapat memanfaatkan depresi yang dialami subjek karena pada saat depresi umumnya
subjek tidak lagi dapat mengontrol bahasa verbalnya sehingga subjek yang berbohong justru akan
mengungkapkan informasi berharga pada tahap ini. Pewawancara harus mengelaborasi pernyataan yang
dikemukakan subjek pada saat itu. Namun, apabila subjek merasa apa yang akan disampaikannya berbahaya
untuk dirinya dan keluarganya, pewawancara harus menyediakan lebih banyak waktu untuk berdiskusi
dengan subjek. Seperti halnya menangani subjek yang marah, pewawancara juga dapat mengembalikan
topik pembahasan ke topik sebelum subjek terlihat depresi.

C. Menghadapi Penyangkalan
Untuk menghadapi subjek yang terus-menerus menyangkal, pewawancara harus terus menyerang subjek
dengan fakta-fakta atau kondisi yang sudah dimiliki. Artinya, pewawancara harus telah memahami bahwa
fakta yang dia ajukan pasti akan ditolak subjek dan bagaimana subjek akan menentang fakta tersebut.
Selanjutnya, catat setiap hal yang diperkirakan pewawancara sebagai kebohongan dan ajukan pertanyaan
dengan didasari bukti yang ada. Jangan pernah percaya sepenuhnya apa yang dikatakan oleh subjek.
Pewawancara juga sebaiknya telah mempelajari tipe kepribadiaan subjek dan menggunakan tipe
kepribadian yang sama untuk menyerang balik subjek, memperkecil salah paham dalam berkomunikasi
dengan subjek, dan menurunkan resistensi subjek.

D. Menghadapi Pengaburan Informasi


Apabila pewawancara mengetahui bahwa subjek dalam posisi melakukan pengaburan informasi,
pewawancara harus memahami bahwa sebenarnya subjek telah mengakui fakta yang diajukan
pewawancara dan menerima saran yang diajukan pewawancara. Untuk itu, pewawancara harus
mendengarkan dan mencermati ungkapan pengaburan informasi subjek karena dalam ungkapan tersebut
terdapat kejahatan apa yang dilakukan subjek. Selain itu, sebaiknya pewawancara jangan sepenuhnya
percaya terhadap perkataan subjek. Sebaliknya pewawancara harus membalik pernyataan tersebut untuk
menyerang subjek dengan menggunakan terminology, definisi, dan hal-hal lain yang diungkapkan oleh
subjek.

Jika subjek menyamarkan informasi yang terkait dengan dirinya, pewawancara harus berupaya memperoleh
pengakuan subjek dengan cara yang tidak membahayakan subjek. Apabila subjek menyembunyikan
kejahatannya, pewawancara harus mendekati subjek secara personal. Namun serangan yang diajukan
pewawancara sebaiknya jangan terlalu kuat karena justru dapat memicu munculnya reaksi negatif lain dari
subjek.
Komunikata June 12, 2013

E. Menghadapi Penerimaan
Pewawancara harus memahami bahwa keterlambatan respon atau respon yang berlebihan pada tahap ini
dapat membuat subjek kembali tertutup. Oleh karena itu, apabila pewawancara menemukan kondisi bahwa
subjek akan mengaku, pewawancara sebaiknya berhenti bicara dan banyak mendengarkan. Jangan menyela
pernyataan subjek atau menanyakan hal-hal lain yang justru akan mengalihkan perhatian subjek.
Pewawancara juga harus bicara dengan nada suara yang rendah dan pelan dan menawarkan apakah subjek
ingin memberikan pengakuan dengan cara lisan atau tertulis.
Komunikata June 12, 2013

GLOSARIUM

Komunikasi : Proses menyampaikan informasi, pemikiran, perasaan antara


seseorang dengan orang lain

Pemeriksa berpengalaman : Pemeriksa yang telah memiliki pengalaman dalam berbagai bidang
pemeriksaan

Pemeriksaan Investigatif : Pemeriksaan yang terkait dengan tindak pidana yang terjadi dalam
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, seperti tindak
pidana korupsi, tindak pidana perpajakan, tindak pidana di bidang
perbankan, atau tindak pidana di pasar modal

Pemeriksaan keuangan : Pemeriksaan yang bertujuan untuk memberikan keyakinan yang


memadai apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinspi akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif
selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia

Pemeriksaan kinerja : Pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan


negara yang terdiri dari pemeriksaan atas aspek ekonomi, efisiensi,
serta afektivitas

Pewawancara : Pemeriksa yang melakukan wawancara

Script : Naskah yang berisi tulisan untuk dianalisa

Subjek wawancara : Pihak yang diwawancara

Wawancara : Metode pengumpulan bukti atau dokumen yang dilakukan dengan


mengkonfirmasi fakta dan memperkuat bukti dengan cara Tanya
jawab
Komunikata June 12, 2013

REFERENSI

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Petunjuk Teknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana
Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah. 2008

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Seri Panduan Wawancara Dalam Rangka Pemeriksaan Investigatif. 2012

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. 2007

http://www.bbpp-lembang.info/index.php/en/arsip/artikel-manajemen/142-komunikasi-non-verbal

http://www.communication.wordpress.com/2010/12/17/komunikasi-nonverbal

http://www.kesimpulan.com/2009/05/mekanisme-pertahanan-ego-dalam.html

Laura K. Guerrero dan Kory Floyd. Nonverbal Communication in Close Relationship. LEA Publishers. London.
2006

Paul Ekman. Telling Lies: Clues to Deceit in the Marketplace, Politics, and Marriage. WW Norton Company.
1992

Paul Ekman. Emotions Revealed: Recognizing Faces and Feelings to Improve Communication and Emotional
Life. HB Fenn and Company. Canada. 2003

Richard Bandler and John Grinder. Frog into Princes: Neuro Linguistic Programming. Real People Press.
Utah. 1979

Stan B. Walters. Principles of Kinesic Interview and Interrogation 2nd edition. CRC Press LLC. Florida.2003

Anda mungkin juga menyukai