BIDANG RADIOLOGI
RADIOLOGI SEFALOMETRI
DISUSUN OLEH :
(G1G012008)
2016
2
SEFALOMETRI
3. Oblique sefalogram
a. Oblique sefalogram sering digunakan untuk analisis pada periode mix
dentition.
b. Oblique sefalogram kanan dan kiri dibuat dengan sudut 450 dan 135o
terhadap proyeksi lateral.
c. Arah sinar X dari belakang.
d. FHP sejajar lantai.
C. Landmark Sefalometri
Landmark merupakan suatu titik yang dapat dipakai sebagai petunjuk
untuk pengukuran. Titik landmark yang ideal berlokasi tepat di tulang
kranium dan menunjukkan konsistensinya selama masa pertumbuhan.
Pengetahuan tentang anatomi kraniofasial perlu untuk menginterpretasikan
suatu hasil sefalometri radiografi (Bhattarai dan Shrestha, 2011).
5
antara besarnya sudut SNA dengan sudut SNB. Pada kasus maloklusi
kelas II angle mempunyai sudut ANB positif besar. Pada kasus maloklusi
kelas III angle mempunyai sudut negatif besar.
(Amiatun, 2013).
5. Sudut fasial
Facial angle, sudut yang dibentuk oleh bidang FH-N-Pog yang
menggambarkan posisi dagu terhadap bidang Frankfort horizontal.
6. MPSN
Merupakan sudut yang dibentuk oleh bidang mandibular dengan garis
sella-nasion menggambarkan hubungan antara bidang mandibular dengan
garis kranium anterior.
7. MPFH atau FMA
Sudut yang dibentuk oleh bidang mandibula dengan bidang Frankfort
horizontal.
(Amiatun, 2013).
11
G. Sudut geligi
Gambar 8 Sudut gigi geligi terhadap basis kranium (Staley dan Raske, 2011).
jarak gigitan pada kasus gigitan terbalik ketika memeriksa sudut inklinasi
insisif mandibula (Raharjo, 2013).
1. Analisis Skeletal
Letak maksila dan mandibular dapat dilihat pada sudut SNA, SNB
dan ANB. Sudut SNA merupakan sudut yang dibentuk oleh garis SN dan
titik A. Sudut ini menyatakan posisi maksila yang di awali titik A terhadap
basis kranial (SN). Besar sudut SNA untuk populasi Surabaya rata-rata
84o. Besar sudut dipengaruhi letak titik A dalam arah sagital apakah lebih
lebih anterior atau posterior sedangkan garis SN bila dianggap stabil
letaknya. Bila sudut SNA lebih besar daripada 84o berarti maksila terletak
lebih ke anterior demikian sebaliknya (Raharjo, 2013). Sudut SNB
merupakan sudut yang dibentuk oleh garis SN dan titik B yang rata-
ratanya untuk populasi Surabaya Surabaya sebesar 81 o. Sudut ini
menyatakan posisi mandibula terhadap basis kranial. Besar sudut yang
dipengaruhi letak titk B dalam arah sagittal apakah lebih anterior atau
posterior. Bila sudut SNB lebih besar daripada 81o berarti mandibular
terletak lebih ke anterior semikian sebaliknya (Raharjo, 2013).
karena hanya dengan melihat besar sudut ANB belum tentu dapat
diketahui rahang amana yang tidak normal. Bila hanya diketahui besar
sudut ANB hanya diketahui kecenderungan maloklusi yang terjadi yaitu
bila besarnya lebih dari 4o cenderung terdapat maloklusi kelas II
sedangkan bila besarnya lebih kecil dari 00 (missal -20) berarti terdapat
maloklusi kelas III. Semakin besar sudut ANB semakin besar perbedaan
letak maksila dan mandibular (Raharjo, 2013).
H. DAFTAR PUSTAKA