Anda di halaman 1dari 104

-4" i

Diilsar-dasar
Perencanaan
Geometrft
Jdan

Prnrrbtt NCIVA
d/.. kot.t por .ll]BB-BANEttJNg
YT
f
I

fr
r KATA PENGANTAR

Pada saat ini dirasakan kurangnya buku-buku dalam Baha56


Indonesia yang dapat menambah ilmu pengetatruan tentang Teknik
Jalan Raya, terutama bagi mahasiswa Teknik Sipil dan praktisi pada
umuflrnya. Oleh karena itu Penulis mengharapkan buku "Dasar-dasar
Perencanaan Geometrik Jalan" ini dapat membantu mahasiswa dan
praktisi.
Penulisan buku ini dititik beratkan pada pengetatruan dasar
perencanaan geometrik jalarl dan tidak memberikan batasan-batasan
sesuai standar yang berlaku di Indonesia. Pembaca dapat lebih
melengkapi bacaannya dengan Standar-Standar yang telah diterbitkan

+, r
"1' I Yr[r1""
oleh Bina Marga ataupun buku lainnya., baik untuk jalan antar kota
-z6g
maupun jalan perkotaan

Dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf jika


Cetakan Ketiga, November 1999

DASAR-DASAR PERENCANAAI\I GEOMETRIK JALAN terdapat kekurangan dalam buku ini, dan kami mengharapkan
Oleh: Silvio Sukirman
Pembaca dapat memberikan saran-saran penyempurnaannya.
FIak cipta dilindungi undang-undang Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih kepada sdri. Ir.
Dilarang memperbanpk isi buku ini Sri Harianti MSc, yang telah banyak memberikan sarar1 petunjuk,
baik sebagian maupun seluruhnya
dan dorongan dalam penulisan buku ini.
dalam bentuk apa pun ll.3.o2
tanpa izin tertulis 53t057.0r.06.005
dari Penerbit DIF
u5
FEMBIIAAN
PERPUSI{I(MN :' Bandung, NoVember 1999

j5
diterbitkan oleh Nova, Bandung
Penulis
rsBN 979-95847-0-l

d,"."
fr DerrAR Isl

Kata,pengantar 4
Daftar isi 5
Dafu gambar 7
Daftar persamaan ll
Daftar tabel l5

Bab I. PENDAHULUAII t7

Bab II. PENAMPANG MELINTANG


JALAN 2t
2.1. Jalur lalu lintas )',
2.2. Bahujalan 25
2.3. Trotoar 28
| 2.4. Median 29
2.5. Saluran samping 'c
2.6. Talud 3t
2.7. Kereb 3l
2.8. Pengaman tepi 32
2.9. Lopisan perkerasan jalan 34
2.10. Daerah manfaat jalan 35
2.11. Daerah milik jalan 35
2.12. Daerah pengawasan jalan...... 35
Rangkuman 35

Bab III. PARAMETERPERENCAIIAAN


GEOMETRIK JALAN 37
Kendaraan rencona 37
Kecepatan 38
Yolume lalu Lintas 42
Tingkat Pelayanan Jalan 47
Jarak Pandangan 50
Rangkuman 64
d{
(;

Bab IV. ALINYEMEN HORIZONTAL


4.1. Gaya Sentrifugal
67

67
Dnrrnn Gnunan
Rangkuman gzlt'
Lenghtng Peralihan 98
Raughman lll BAB II.
4.3. Diagram superelevasi lt6 PENAMPANG MELINTANG JALAN
4.4. B ent* L engkwtg Hor iz on t al 120 Gambar 2.1. Penampang mclintang jalan tanpa median
Pa nghtman r39 Ctanbar 2.2. Penampang mclintang jalan dcngan mcdian
4.5. P e I e b aran P er keras an pada
Gambar 2.3. Kelandaian dasar saluran
Lengkung Horizontal l4l
4.6. JarakPqdoryot Pado Crambar 2.4. Jenis kereb
Lengfung Horisontol t47
Gunbar 2.5. Jenis pagar pengaman
4.7. P edoman Umum Perencanaan
Alinyemen Horbontal 150
BAB In. PARAMETER PERENCANAAN
Beb V. ALIITYEMEN VERTII(AL 153
GEOMETRIK JAI,AN
5.1. Kelotdaim pda Alinyemen Garnbar 3.1. Kendaraan renqma
Yertikal 154
Gambar 3.2. Kemiringan melintang untuk kondisi medan
5.2. Lmgkung Vcrtikal ls8
5.3, Lenghory Yertikal Cembwtg t64 Gambar 3.3. Hubungan antara jumlah jam dalam I tahun
5.4. Lenghmg Yertikal Cekang 170 t dengan volume perjam yang dinyatakan
dalam persentase LIIR.
Bab vI. KOORDINASI ALINYDMEN
Gambar 3.4. Tingkat pelayanan jalan
VERTIKAL DAN ALINYEMEN
HORTZONTAL SECARA TERPADU 177 Crarnbar 3.5. Koefisien gesekan memanjang Jalan
Crambar 3.6. Proses gerakan merylap pada jalan 2 lajur 2
Bab VII. PENOMORAN (STATIONING)
arah
PANJANG JALAI\I 181
Ganrbar 3.7. Korelasi antara tr dan t2 dengan kccepatan
Garnbar 3.8. Korelasi antara a dengan kecepatan
Daftar kepustakaan 183

Lanpiran BAB TV. ALINYEMEN HORIiZONTAL


Gambar 4.1. Gaya sentrifrrgal pada lengkung horizontal
Garrbar 4.2. Korelasi antara koefisien gesekan melintang
maksimum dan kecepatan rencana (TEH'92)
Gambar 4.3. Koefien gesekan mclintang maksimum untuk
desain (berdasarkan TEFI92 dalam satuan
. sr)
'*

i
.q

pc:rkcrnsan scbagai sumbu putar


Gambar 4.4. Gaya-gaya yang bekerja pada lengkung
(ianrb:rr 4 l() Pcncapaian supcrclcvasi pada jalan
horizontal dcngan

Gambar 4.5. Korelasi antara derajat lengkung (D) dan o median

radius lengkung (R) Gambar 4.20. Lengkung busur lingkaran sederhana

Gambar 4.6. Hubungan antara (e+fl dan R atau D untuk Gambar 4.21. Lengkung lingkaran sederhana untuk B = 20o,
beberaPa kecePatan rencana Pada R:716 m, e maksimum: 107o.
o/o
superelevasi maksimum 8 %o dan l0
Garrbar 4.22. Perhitungan bentuk penampang melintang di
Gambar 4.7. Metoda pendistribusian nilai e dan f berda- TC
sarkan AASIITO'90 (contoh untuk kecepatan
e.* = l0Y"l Garrbar 4.23. Diagram superelevasi berdasarkan Bina
rencana 60lan/jam dan
Marga untuk contoh lengkung busur
Gambar 4.8. Penurunan persamaan lengkung parabola
lingkaran sederhana (contoh perhitungan)
untuk metoda kelima (contoh kecepatan
Gambar 4.24 Landai relatif (contoh perhitungan)
,encalna 60 km/jam dan e,*" = l}oh)
Gambar 4.9. Nilai e untuk berbdgai radius atau derajat Gambar 4.25 Diagram superelevasi berdasarkan AASI{TO
lengkung pada beberapa kecepatan renqma untuk contoh lengkung busur lingkaran
dengan superelevasi maksimum = l0yo sederhana (contoh perhitungan)
(mengikuti metir{a kelima)
r
Gambar 4.26. Landai relatif (contoh perhitungan)
Gambar4.l0. Nilai e untuk bbrbagai radius atau derajat Ganr&r.r 4.27. Lengkung spiralJingkaran-spiral simetris
lengkung pada beberapa kecepatan rencana
= Gambar 4.28. Contoh lengkung spiral-lingkaran-spiral
dengan supqrelevasi maksimum 8yo
untukB:20'danR=318m.
(mengikuti metoda kelima)
Gambar 4.29. Diagram superelevasi untuk spiralJingkaran-
Gambar4.ll. Panjang lengkung perafihan menurut Bina
spiral (contoh perhitungan)
Marga dan AASI{TO'90
Gambar 4.30. Landai relatif (contoh perhitungan)
Gambar 4.l}a.Landai relatif mbksrmum berdasarkan Bina
Marga Gambar 4.31. Lengkung spiral-spiral (contoh perhitungan)
Gambar4.lzb.Landai relatif maksimum berdasarlian Gatrbar 4.32. Diagram superelevasi lcngkung spiral-spiral
AASI{TO'90 metoda Bina Marga (contoh perhitungan)
Gambar 4.13. Lengkung sPiral Gambar 4.33. Diagram superelevasi lengkung spiral-spiral
Gambar 4.14. Lengkung peralihan berbentuk spiral pada metoda AASIIIO (contoh perhitungan)
lengkung horizontal Gambar 4.34. Pelebaran perkerasan pada tikungan
Gambar 4.15. Perubahan kemiringan melintang Gambar 4.35. Jarak pandangan pada lengkung horizontal
Gambar 4.16. Diagrarn superelevasi dengan sumbu jalan untukS<L
sebaga sumbu Putar Gambar 4.36. Jarak pcnghalang- m, dari sumbu lajur
Gambar 4.17. Diagram superelevasi dengan tepi dalam scbclah dalam
perkerasan sebagai sumbu Putar
Gambar 4.37. Tikungan:ganda
Gambar 4.18. Diagrarn superelevasi dengan tepi luar
Gambar 4.38. Tikungan bcrbalik

t
l0

BAB V. ALI}TYE}TEN VERTIKAL Dnprnn PERSATT,TA{N


Gambar 5.1. Lajur pendakian
Garnbar 5.2. Jenis lengkutg vertikal dilihat dari titik o llAtt ilt. PARAM ET'ER PERENCANAA N
porpotongan kedua tangen GEOMETRIK JALAN
Ganrbar 5.3. I^€ngkung vertikal pa^rabola Pcrsamaan l. Pcrhitungan lalu lintas harian rata-rata
Gambar 5.4. Contoh Perhitungan tahunan
Pcrsamaan 2. Perhitungan lalu lintas harian rata-rata
Garnbar 5.5. Jarali pandangan pada le,ngkung vertikal
cenrbung (S < L) Pcrsamaan 3. Pcrhitungan VJP

Gambar 5.6. Jarak pandangan pada lengkung vertikal Persamaan 4. Perhitungan jarak pandangan henti
cenrbung (S > L) minimum

Gambar 5.7. L"engkung vertikal cekung de,ngan jarak Pcrsamaan 5. Pcrhitungan jarak pandangan hcnti
pandangan lamPu dePan < L minimum pada jalan berlandai.
Gambar 5.8. L€nghng vertikal cetung dengatt jarak Persamaan 6. Rumus jarak pandangan rnenyiap standar
pandanp penyinaran lampu dopa[ > L Persamaan 7. Perhitungan jarak d,
Gambar 5.9. Jarak pandangan bebas di bawah bansman Persamaan.S. Perhitungan jarak d,
pada lenghmg vertikal cehmg d€ngln S < L
Persamaan.9. Rumus jarak meryiap
Crambar 5.10. Iamk pandangan bebas di baurah bangunart minimum
pada lenglurry vertikal c*ttng denpn S >L
BAB IV; ALINYEMEN HORT'LONTAL
Persariran 10. Persamaan umum lengkung horizontal
BAB W KOORDINASI ALINYEMEN VERTII(AL
Persamaan I l. Korelasi antara derajat lengkung (D) dan
DAN ALINYEMEN HORISONTAL
radius lengkung (R)
Gambar 6.1. trn*ung Vertikal dan Horizontal terletak pada
Persamaan 12. Radius minimum untuk lengkung
satu frse
horizontal pada satu kecepatan rencana
Ganrbar 6.2. Iflgkung Vertikal dan Horizoqrtal tidak terletak
dan satu nilai superelevasi maksimum
pada sanr fase
Persamaan 13. Derajat l€nglcnng maksimum untuk
Gambar 6.3. Tikudgan terletak di bagian atas lengluttg lengkung horizqrtal pada satu kecepatan
vertikal cembung rencana dan satu nilai superelwasi
Gambar 6.4. Lengkung vertikal cekung pada jalan yang maksimum
relatifdan lurus Persarnaan14. Absis semrbarary titik pada spiral
Persamaan 15. Ordinat sembarang titik pada spiral
Persamaan 16. Absis titik SC
Fersamaan 17. 0rdinat titik SC

11

Jl,
IZ I it

Persamaan 18. Sudut spiral0s dalam radial Pct s;tilrlrltrr l() Nrllr putr;arrg lcngkrrnri rcrtrkll t:r:rttlrrrru'.
Pcrsamaan 19. Sudut spiral 0s dalam derajat bcrdasarkan .;arak pandarrgtn nrL)nvrill)
Persamaan 20. Nilai parameter p o untuk S < L (mcnurut llina Marga)

Pcrsamaan 21. Nilai paranrtcr k Persamaan 40 Nilai panjang lengkung vertikal cemburrll
berdasarkan jarak pandangan dengan
Persamaan 22. Rumus Shortt untuk panjang Ls
S>L.
Pcrsamaan 23. Rumus modifikasi Shortt
Persamaan 41. Nilai panjang lengkung vertikal cernbung
Persamaan 24. Mlai parameter Tc berdasarkan jarak pandangan henti untuk
Persamaan 25. Nilai parameter Ec S > L (menurut Bina Marga)

Persamaan 26. Nilai parameter Lc, B dalam derajat Persamaan 42. Nilai panjang lengkung vertikal cembung
Pcrsamaan 27. Nilai paramcter I-r,0 dalam radial bcrdasarkan jarak pandangan menyiap
untuk S > L (menurut Bina Marga)
Persamaan 28. Nilai parameter Es
Pcrsamaan 43. Nilai panjang lengkung vertikal cembung
Pcrsamaan 29. Nilai paranretcr Ts
berdasarkan kebutuhan akan drainase
Persamaan 30. Nilai paramster Lc untuk lengkung spiral-
Pcrsamaan 44. Nilai panjang lengkung vertikal cekung
lingkaran-spiral.
dcngan jarak pandangan pcnyinaran lampu
Pcrsamaan 31. Nilai B untuk lebar perkcrasan yang depan < L.
ditempati oleh satu kcndaraan di tikungan.
Persamaan 45. Nilai panjang lengkung vertikal cekung
Persamaan 32. Nilai Z untuk pelebaran perkerasan akibat I dengan jarak pandangan penyinaran lampu
kesukaran dalam mengemudi depan >L
Pcrsamaan 33. Korelasi nilai m dengan D untuk jarak Persamaan 46. Nilai panjang lengkung vertikal cekung
penghalang di tikungan yang berada dibawah bangunan dengan
Persamaan 34. Korelasi nilai m dengan R untuk jarak S<L
penghalang di tikungan Fersamaan 47. Nilai panjang lengkung vertikal cekung
yang berada dibawah bangunan dengan
BAB V. ALII{YEMEN VERTIKAL S < Luntuk h, : 1,80 m, h. : 0,50 m,
dan C: 5,50 m
Persamaan 35. Nilai koordinat sembarang titik pada
lengkurg vertikal Persamaan 48. Nilai panjang lengkung vertikal cekung
larg berada dibarvah bangunan dengan
Persamaan 36. Nilai & S>L
Persamaan 37. Nilai panjang lengkung vertikal cembung
Persamaan 49 Nilai panjang lengkung vertikal cekung
berdasarkan jarak pandangan dengan
yang berada di bawah bangunan dengan
S<L.
S > L untuk h, : 1,80 m, lL : 0,50 m, da
Persamaan 38 Nilai panjang lengkung vertikal cenrbung C:5,50 m
berdasarkan jarak pandangan henti unruk Persamaan -50. Nilai panjang lengkung vertikal cekung
S< L (menurut Bina Marga) berdasarkan kenyamanan

,5
Dnprnn TnsEI-
O

BAB III. PARTI}T fTER PER[-N (]AN AAN


GEOMETRIK JALAN
Tabcl -l l. I Jkuran kcndaraan rcncana

Tabcl 3 2 Jarak pandangan hcrtti nrinirrrum


Tabcl 3 l Tinggr rintangan dan nrata pcngcnrudi untuk
pcrhiturrgan jarak pandangan hcnti minimum

Tabcl -1 -l Jarak pandangarr rncnr iap

BAB IV. ALINYEMEN HORJZONTAL


Tabcl 4 I Bcsamra R minimum dan D maksimum untuk
bebgrapa kecepatan rcncana dcngan mcmper-
gunakan pcrsamaan (l l) dan (12)
Tabel'4 2 Pcrbandingan nilai c dan f untuk kclima
mctoda pcndistribusian c dan D (scsuar coi:tch
vang dipilih).
Tabel 4.3 Nilai c untuk bcrbagai radius atau dcrajat
lengkung pada beberapa kccepatan rencana
dengan supereler.asi maksimum = l0ozo (me-
ngikuti metoda kelima)
Tabcl4,4 Nilai c untuk bcrbagai radius atau dcrajat
Icngkung pada bcbcrapa kcccpatan rcncana
dengan supcrclcvasi maksimum = 891.
(mcngikuti metda kclima)
Tabel4.5 Landai relatif maksimum
Tabcl4.6 Panlang lcngkung peralihan minimurn untuk
bcrbagai R dan supcrlcvasi maksimum l07o
(metoda AASHTO)
Tabel4.7. Panjang lengkung pcralihan minimum untuk
berbagai R dan superlevasi maksimum l0o%
(metoda Bina Marga)

15
I (i

'labcl 4 lt Panlang lcngkung pcralihan minimum untuk


bcrbagai R dan supcrclevasi maksimum 8%
(mctoda AASHTO)
a
Tabel4.9. Panjang lengkung peralihan minimum untuk
berbagai R dan superelevasi maksimum [i7o
(metoda Bina Marga)
'Iabcl 4.10. Bcsaran p* dan k*

BAB V. ALINYEMEN VERTIKAL


Tabel5 I Kelandaian maksimum jalan
PrnnenuLUAr\r
Tabel 5 2 Panjang kritis dari suatu kelandaian
Tabel5.3. Nilai C untuk beberapa h, dan h, berdasarkan
AASFIIO dan Bina Marga pada lengkung
vertikalcembung (S < L)
Tabel 5.4 Nilai C, untuk beberapa h, dan h" berdasarkan
AASfffO dan Bina Marga pada lcngkung
vertikal cembung (S > L)
erwrcarmen geometrik jalan merupakan bagran dari
perencanaan jalan yang dititik beratkan pada perencanaan
bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan
yaitq memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas dan
sebqgai akses ke rumah-rumah. Dalam lingkup perencanaan
geometrik tidak termasuk perencanaan tebal perkerasan jalan,
walaupun dimensi dari perkerasan merupakan bagian dari
perencanaan geometrik sebagai bagian dari perencanaan jalan
seutuhnya. Demikian pula dengan drainase jalan. Jadi tujuan dari
perencanaan geometrik jalan adalah menghasilkan infra struktur
yang aman, efisiensi pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan
ratio tingkat penggunaan/biaya pelaksanaan. Ruang, bentuk, dan
ukuran jalan dikatakan baik, jika dapat memberikan rasa aman dan
nyaman kepada pemakai jalan.
Yang menjadi dasar perencanaan geometrik adalah sitat
gerakan. dan ukuran kendaraan, sifat pengemudi dalanr

l7

f;]:f xi:tl
lri I ll

mengendalikan gerak kendaraannya, dan karakteristik arus lalu . Penampong melintang jalan.
Iintas. Hal-hal tersebut haruslah menjadi bahan pdrtimbangan
Bagian-bagian dari jalan seperti lebar dan jumlah lajur, ada
perencana sehingga dihasilkan bentuk dan ukuran jalan, serta ruang
atau tidaknya median, drainase permukaan, kelandaian
gerdk kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan
lereng tebing galian dan timbunan, serta bangunan
yang diharapkan. Bagian ini akan diuraikan pada Bab III (Parameter
pelengkap lainnya dapat dilihat pada gambar ini. Bab II
perencanaan).
akan menguraikan tentang bagian-bagian dari jalan dan
Elernen dari perencanaan geometrik jalan.adalah : pelengkapnya.

o Alinyemen horizontaUtrase jalon, terutamo dititik Koordinasi yang baik antara bentuk alinyemen vertikal dan
beratkan Wda perencanrun'sumbu jalan. horizontal memberikan keamanan dan kenyamanan pada pemakai
jalan. Bagian ini akan dibahas pada Bab VI.
Pada gambar tersebut akan terlihat apakah jalan tersebut
Penomoran jalan yang diperlukan sebagai alat untuk mengenal lokasi
merupakan jalan lurus,' menikung kekiri, atau kekanan.
jalan dengan mudah, dibahas pada Bab VII.
Sumbu jatan terdiri dari serangkaian garis lurus, lengkung
berbentuk lingkaran dan lengkung peralihan dari bentuk Buku ini merupakan pengetahuan dasar dari perencanaan
garis lurus ke bentuk busur lingkaran. Perencanaan
geometrik jalan, sehingga untuk pemakaiannya sejogyanyalah
geometrik jalan memfokuskan pada pemilihan letak dan didampingi dengan buku-buku standar dan spesifikasi teknis yang
panjang dari bagian- bagian ini, sesuai dengan kondisi berlaku. Akhir dari setiap bagian dilengkapi dengan rangkuman.
medan sehingga terpenuhi kebutuhan akan pengoperasian Jika diinginkan membaca lebih lanjut dianjurkan untuk
lalu lintas, dan keamanan (ditinjau dari jarak pandangan membaca buku-buku yang terdapat dalam Daftar Pustaka.
dan sifat mengemudikan kendaraan di tikungan). Bab IV
akan membahas mengenai dasar-dasar perencanaan
alinyemen horizontal.

o Alinyemen vertikaUpenampong memanjong jatan.


Pada gambar tersebut akan terlihat apakah jalan tersebut
tanpa kelandaian, mendaki atau menurun. pada
perencanaan alinyemen vertikal ini dipertimbangkan
bagaimana meletakkan sumbu jalan sesuai kondisi medan
dengan nrernperhatikan sif-at operasi kendaraan, keamanan,
jarak pandangan, dan fungsi jalan pemilihan alinyemen
vertikal berkaitan pula dengan pekerjaan .tanah yang
rnungkin timbul akibat adanya galian dan timbunan yang
harus dilakukan. Bab V akan rnenguraikan hal-hal yang
menjadi dasar perencanaan alinyemen vertikal.
PexervrPAr,lc
MEUNTANG
JAL{N

$emryrg melintang jalan merupakan potongan melintang


tegak lurus sumbu jalan. Pada potongan melintang jalan
dapat terlihat bagian-bagian jalan. Bagian-bagian jalan yang
utama dapat dikelompokkan s€bagai berikut :

A. Bagian yang langsung bergurn untuk lalu lintas


l. jalur lalu lintas
2. lajur lalu lintas
3. bahujalan
4. trotoar
5. median
B. Bagian yang berguna untuk *ainase jalan
l. saluran samping
2. kemiringan melintang jalur lalu lintas
3. kemiringan melintang bahu
4. kemiringan lereng
21
,),, tt.,

C Bugi un pc lc ngkalt .iul an


{ NV1!r H1fi r{VU:lVo)
l. kereb nll0
( RVTVf Xt'lltt HVUIVo)
tro
o
2. pengaman tepi
D. Bagian konstru
I.
ksi
.ialan
lapisan perkerasan jalan
I
f
2. lapisan pondasi atas
3. lapisan pondasi bawah
4. lapisan tanah dasar
E. Daerah manfaat jalan (dama.ia)
o
o
l
;(! U
@ rd

U
I 'o 6
.13
o
I o
F. Daerah nilik jalan (danija) @ i
6
2
o
@ (n A
6 o. GI
G. Daerah pengawasan i alan (dav'asia) o
2 o
P 2 d )
o0
(.)
oI .o
E Ic
) l
(g
d
(B
2.I JETUN I.ALTI UNTAS I
I
o0
d
6I)
(d
Jalur lalu lintas (/rave lled way =
carriage v'cry) adalah -d- cl

keseluruhan bagian perkerasan jalan yang diperuntukkan untuk lalu z


(-)
'o
E
lintas kendaraan. Jalur lalu lintas terdiri dari beberapa lajur (lane) b0
oo
q (d
kendaraan. Lajur kendaraan yaitu bagian dari jalur lalu lintas yang t
=
t2
t(l
o,
c
cd
khusus diperuntukkan untuk dilewati oleh satu rangkaian kendaraan I
()
d
beroda empat atau lebih dalam satu arah. Jadi jumlah lajur minimal ---l A A
C)

E
untuk jalan 2 arah adalah 2 dan pada umumnya disebut sebagai jalan -i
2 lajur 2 arah. Jalur lalu lintas untuk I arah minimal terdiri dari I
-3-;r
r?l c'i
Lr
..i
6l
(\l
lajur lalu lintas. -i _il .o GI
-o
d c!
o

(!!vrur xln Hv83td)


nno
2tt
24

Lebr lafur lalu llntas Jumlah laJur lalu llntas


Lebar lajur lalu lintas merupakan baglan yang pding Banyaknya lajur yang dibutuhkan sangat tergantung dari
menentukan lebar melintang jalan secara keseluruhan. Besarnya lebar volume lalu lintas yang akan memakar jalan tersebtit dan tingkat
lajur lalu lintas hanya dapat ditentukan dengan pengamatan langsung pelayanan jalan yang diharapkan.
di lapangan karena :

a- Lintasan kendaraan yang satu tidak mungkin akan dapat Kemiringan melintang ialur lalu lintas
diikuti oleh lintasan kendaraan lain dengan tepat. Kemiringan melintang jalur lalu lintas di jalan lurus
b. Lajur lalu lintas tak mungkin tepat sama dengan lebar diperuntukkan terutama untuk kebutuhan dlainase jalan. Air yang
kendaraan maksimum. Untuk keamanan dan kenyamanan jatuh di atas permukaan jalan supaya cepat dialirkan ke
setiap pengemudi membutuhkan ruang gerak antara saluran-saluran pembuangan. Kemiringan melintang bervariasi antara
kendaraan. 2 % - 4 o/o, untuk jenis lapisan permukaan dengan mempergunakan
c. Lintasan kendaraan tak mungkin dibuat tetap sejajar sumbu bahqn pengikat seperti aspal atau semen. Semakin kedap air lapisan
lajur lalu lintas, karena kendaraan selama bergerak akan tersgbut semakin kecil kemiringan melintang yang dapat
mengatami gaya-gaya samping seperti tidak ratanya dipergunakan.
permukaan, gaya sentrifugal di tikungan, dan gaya angin Sedangkan untuk jalan dengan lapisan permukaan belum memper-
akibat kendaraan lain yang menyiap. gunakan bahan pengikat seperti jalan berkerikil, kemiringan melin-
tang dibuat sebesar 5%.
Lebar kendaraan penumpang pada umumnya bervariasi antara
Kemiringan melintang jalur lalu lintas di tikungan dibuat untuk
1,50 m - 1,75 m. Bina Marga mengambil lebar kendaraan rencana
kebutuhan keseimbangan gaya sentrifugal yang bekerja, di samping
untuk mobil penumpang adalatr 1,70 m, dan 2,50 m untuk kendaraan
kebutuhan akan drainase. Besarnya kemiringan melintang yang
rencana truk/biVsemitrailer. Lebar lajur lalu lintas merupakan lebar
dibututrkan pada tikungan akan dibicarakan lebih lanjut pada Bab IV.
kendaraan ditarrbah dengan ruang bebas antata kendaraan yang
"Alinyemen Horizontal".
besarnya sangat ditentukan oleh keamanan dan kenyamanan yang
diharapkan. Jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas dengan
kecepatan tinggt, menrbutuhkan nrang bebas untuk menyiap dan
bergerak yang l€bih besar dibandingkan dengan jalan untuk 2.2 Benu,nunt
kecepatan rendah. Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan
Pada jalan lokal (kecepatan rendatr) lebar jalan minimum 5,50 jalur latu lintas yang berfungsi sebagai :
m (2 x 2,75 m) cukup memadai untuk jalan 2 lajur dengan 2 arah.
Dengan pertimbangan biaya yang tersedia, lebar 5 m pun masih
l. ruangan untuk tempat berhenti sementara kendaraan yang
mogok atau yang sekedar berhenti karena pengemudi ingin
diperkenankan. Jalan arteri yang direncanakan untuk kecepatan
berorientasi mengenai jurusan yang akan ditempu[ atau
tingg, mempunyai lebar lajur lalu lintas lebih besar dari 3,25 tt1 untuk beristirahat
sebaiknya 3,50 m. 2. ruangan untuk menghindarkan diri dari saat-saat danrrat,
sehingga dapat mencegatr terjadinya keoelal@an.
27

3 memberikan kelegaan o Bahu kirirbahu luar (left shoulderlouter shouldar'), adalah


pada pengemudi, dhngan demikian
dapat meningkatkan kapasitas jalan yang bersangkutan. batru yang terletak di tepi sebelah kiri dari jalur lalu lintas.

4. memberikan sokongan pada konstruksi perkerasan jalan a


o Bahu kanan/bahu dalam (rightlinner slrculfur), adalah
dari arah samping. bahu yang tefletak di tepi sebelah kanan dari jalur lalu
lintas.
5. ruangan pembantu pada waktu mengadakan pekerjaan
perbaikan ata.u pemeliharaan jalan (untuk tempat
penempatan alat-alat, dan penimbunan bahan material) Iehr \ahu ialan
6. ruangan untuk lintasan kendaraan-kendaraan patroli, Besarnya lqbar bahu jalan sangat dipengaruhi oleh :

ambulans, yang sangat dibutuhkan pada keadaan darurat o Fungsi jalan


seperti terjadinya kecelakaan.
Jalan arteri direncanakan untuk kecepatan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan jalan lokal. Dengan demikian
jalan arteri membutuhkan kebebasan samping, keamanan,
,Ienle bahu
dan kenyamanan yang lebih besar, atau menuntut lebar
Berdasarkan tipe perkerasannya, bahu jalan dapat dibedakan bahu yang lebih lebar dari jalan lokal.
atas :
o Volume lalu lintas
o Bahu yang.tidak diperkeras, yaitu bahu yang hanya dibuat Volume lalu lintas yang tinggi membutuhkan lebar bahu
dari material perkerasan jalan tanpa bahan pengikat. yang lebih lebar dibandingkan dengan volume lalu lintas
Biasanya digunakan material agregat bercampur sedikit a yang lebih rendah.
lempung. . Kegiatan disekitar jalan
Bahu yang tidak diperkeras ini dipergunakan untuk Jalan .yang melintasi daerah perkotaan, pasar, sekolah,
daerah-daerah yang tidak begrtu penting, dimana kendaraan 'membutuhhan lebar bahu jalan yang lebih lebar daripada
yang berhenti dan mempergunakan bahu tidak begrtu jalan yang melintasi daerah rural, karena bahu jalan
banyak jumlahnya. tersebut akan dipergunakan pula sebagai tempat parkir
r Bahu yang diperkeras, yaitu bahu yang dibuat dengan dan pejalan kaki. :

mempergunakan bahan pengikat sehingga lapisan tersebut o Ada atau tidahtya trotoar.
lebih kedap air dibandingkan dengan batru yang tidak o Biaya yang tersedia sehubungan dengan biaya pembebasan
diperkeras.
tanah, dan biaya untuk konctruksi.
Bahu jenis ini dipergunakan : untuk jalan-jalan dimana
Lebar bahu jalan dengan demikian dapat bervariasi antara
kendaraan yang akan berhenti dan memakai bagian tersebut
0,5 - 2,5m.
besar jumlahnya, seperti di sepanjang jalan tol, di sepanjang
jalan arteri yang melintasi kota, dan di tikungan-tikungan
yang tajam.
Iercng melintang bahu jalan
Berfungsi atau tidaknya lereng melintang perkerasan jalan
Dilihat dari letaknya bahu terhadap arah arus lalu lintas, maka untuk mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya sangat ditentukan
bahujalan dapat dibedakan atas:
2tt 2lt

olch kcmiringan melintang bagian samping jalur perkerasan ltu 2.4 MCOUN
sendiri, yaitu kemiringan melintang bahu jalan. Kemiringan Pada arus lalu lintas yang tinggi seringkali dibutuhkan median
rnelintang bahu yang tidak baik ditanabah pula dengan bahu dari jenis guna memisahkan arus lalu lintas yang berlawanan arah. Jadi median
tidak diperkeras akan menyebabkan air hujan merembes masuk adalah jalur yang terletak ditengah jalan untuk membagi jalan dalam
kelapisan perkerasan jalan. Hai ini dapat rnengakibatkan turunnya masing-masing arah.
daya dukung lapisan perkerasan, lepasnya ikatan antara agregat dan
Secara garis besar median berfungsi sebagai :
aspal yang akhirnya dapat memperpendek umur pelayanan jalan.
Guna keperluan tersebut, haruslah dibuat kemiringan
. menyediakan daerah netral yang cukup lebar dimana
rnelintang bahu jalan yang sebesar-besarnya tetapi masih aman dan pengemudi masih dapat mengontrol kendaraannya pada
nyaman bagi pengemudi kendaraan. Kemiringan melintang bahu saat-saat darurat.
lebih besar dari kemiringan melintang jalur perkerasan .!alan.
. menyediakan jarak yang cukup untuk membatasi/
Kemiringan melintang bahu dapat bervariasi sampai dengan 60/o, mengurangi kesilauan terhadap lampu besar dari kendaraan
tergantung dari jenis permukaan bahu, intensitas hujan, dan yang berlawanan arah.
kemungkinan penggunaan bahu jalan. o menambah rasa kelegaan, kenyamanan dan keindahan bagi
Pada daerah tikungan yang tajam, kemiringan melintang jalur setiap pengemudi.
perkerasanjuga ditentukan dari kebutuhan akan keseimbangan gaya . mengamankan kebebasan samping dari masing-masing arah
akibat gaya sentrifugal yang bekerja. Besar dan arah kemiringan
arus lalu lintas.
neelintang bahu harus juga disesuaikan demi keamanan pemakai jalan
dan fungsi drainase itu sendiri. Perubahan kelandaian antara Untuk memenuhi keperluan-keperluan tersebut di atas, maka
kemiringan melintang perkerasan jalan dan bahu (roll over) median serta batas-batasnya harus nyata oleh setiap mata pengemudi
maksimum 8 oy'o. baik pada siang hari maupun pada malam hari serta segala cuaca dan
keadaan. Lebar median bervariasi antara 7,0 - 12 meter.

8,3 TROTOAR (Jalur Pejalan Kaki/Side W^lk) Median dengan lebar samp'ai 5 meter sebaiknya ditinggikan
Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur dengan kereb atau dilengkapi dengan pembatas agar tidak dilanggar

laltr lintas yang khusus ,Cipergunakan untuk pejalan kaki kendaraan. Semakin lebar median semakin baik bagi lalu lintas tetapi
semakin mahal biaya yang dibutuhkan. Jadi biaya yang tersedia dan
{pedestrian). Untuk keamanan pejalan kaki maka trotoar ini harus
dibuat terpisah dari jalur lah: Iintas oleh struktur fisik berupa kereb. fungsi jalan sangat menentukan lebar median yang dipergunakan.

Ferlu atau tidaknya trotoar disediaktrn sangat tergantung dari volume


pedestrian dan volume lalu lintas pernakai jalan tersebut.
Jalur tepian nedian
Lebar trotoar Di samping median terdapat apa yang dinamakan jalur tepian
Lebar trotoar yang dibutuhkan ditentukan oleh volume pejalan median, yaitu jalur yang terletak berdampingan dengan median (pada
kaki, tingkat pelayanan pejalan kaki yang diinginkan, dan fungsi ketinggian yang sama dengan jalur perkerasan). Jalur tepian median
jalan. Untuk itu lebar 1,5 - 3,0 m rnerupakan nilai yang umum ini berfungsi untuk mengamankan kebebasan samping dari arus lalu
dipergunakan. lintaS.
30 :t I

l,6w jalur tepian median dapat bervariasi antara o,zs 1'alud untuk saluran samping yang berbentuk traposiutn tlan
- 0,75
meter dan dibatasi dengan marka berupa garis putih menerus. tidak diperkeras adalah 2H:lV, atau sesuai dengan kemiringan yang
merqberikan kestabilan lereng yang aman. Untuk saluran samping
2.5 sawnax ilDtPrNC yang mempergunakan pasangan batu, talud dapat dibuat l.l.

Saluran samping terutama berguna untuk :

o mengalirkan air dari permukaan perkerasan jalan ataupun


dari bagian luqrjalan. 2.6 TeruOnrunnmeent LERENG
o menjaga supaya konstruksi jaran selaru berada dalam Talud jalan umumnya dibuat 2H:lV, tc'tapi untuk tanah-tanah
keadaan kering tidak terendam air. yang mudah longsor talud jalan harus dibuat sesuai dengan besarnya
Umumnya bentuk saluran samping trapesiunl atau empat landai yang aman, yang diperoleh dari perhitungan kestabilan lereng.
persegl panjang. untuk daerah perkotaarq dimana daeratr Berdasarkan keadaan tanah pada lokasi jalan tersehut, mungkin saja
pembebasan jalan sudah sangat terbatas, maka saluran samping dapat dibuat bronjong tembok penahan tanatu lereng bertingkat (berm)
dibuat empat persegi panjang dari konstruksi beton dan ditempatkan ataupun hanya ditutupi rumput saja.
di bawatr trotoar, Sedangkan di daerah pedalaman dimarra
pembebasan jalan bukan menjadi masalah, saluran samping umunmya
dibuat berbentuk trapesium. Dinding saluran dapat dengan
mempergunakan pasangan batu kali, atau tanah asli. Lebar dasar
2.7 T{EREB
saluran disesuaikan dengan besarnya debit yang diperkirakan akan Yang dimaksud dengan kereb adalah penonjolan atau
mengalir pada saluran tersebut, minimum s$esar 30 cm. peninggian tepi perkerasan atau bahu jalan, yang terutama
Landai dasar saluran biasanya dibuatkan melgihrti kelandaian dimaksudkan untuk keperluan-kepeduan drainase, mencegah
dari jalan. Tetapi pada kelandaian jalan yang cukup besar, dan keluarnya kendaraan dari tepi perkerasarl dan memberikan
salurBn hanya terbuat dari tanah asli, kelandaian dasar saluran tidak ketegasan tepi perkerasan.

lagi mengikuti kelandaian jalan. Hal ini untuk mencegatr pengkikisan Pada umumnya kereb digunakan pada jalan-jalan di daerah
oleh aliran air. Kelandaian dasar saluran dibatasi sesuai deng;an perkotaan, sedangkan untuk jalan-jalan antar kota kereb hanya
material dasar saluran. Jika terjadi perbedaan yang cularp besar dipergunakan jika jalan tersebut direncanakan untuk lalu lintas
antara ketandaian dasar saluran dan kelandaian jalarL maka perlu dengan kecepatan tinggi atau apabila melintasi perkampungan.
dibuatkan terasering.
Berdasarkan fungsi dari kereb, maka kereb dapat dibedakan
nuko jalan atas

I
:

o Kereb peninggr (mountable curb), adalah kereb yang


direncanakan agar dapat didaki kendaraan, biasanya
I4
dasqr $aluran
terdapat di tempat parkir di pinggir jalar/jalur lalu lintas.
Untuk kemudahan didaki oleh kendaraan maka kereb harus
a) untuk kelandaian jalan kecil b) urtuk kelm&ian jalm a, mempunyai bentuk permukaan lengkung yang baik.
yang besar
Tingginya berkisar antara l0 - l5 cm.
Ganbar 2.3 Kelandaian dasar saluran
32 88

o Kereb penghalang (banier curb), adalah kereb yang diren-


canakan untuk menghalangr atau mencegah kendaraan
meninggalkan jalur lalu lintas, terutama di median, trotoar,
pada jalan-jalan tanpa pagax pengaman. Tingginya berkisar
antara 25 - 30 cm.
o Kereb berparit (guuer curb), adalatr kereb yang "t-
o-i-
direncanakan untuk membentuk sistem drainase perkerasan KEREE PENGTIALANG KEREB PENGHALAT{G
KEREE PENGTIALAT{6. BERPARIT
BEI
SATUAN UKURAN DALAM mm
jalan. Kereb ini dianjurkan pada jalan yang memerlukan
sistem drainase perkerasan lebih baik. Pada jalan lurus
diletakkan di tepi luar dari perkerasan, sedangkan pada Gambar 2.4 Jenis ker6
tikungan diletakkan pada tepi dalam.
Sumber : Direltorat Jenderal Bina lvlarga'Produk Standar
Tingginya berkisar antara l0 - 20 cm.
untuk Jalan Perkotaaru F€bruari 1987'.
r Kereb penghalang berparit (barrier gutter curb), adalah
kereb penghalang yang direncanakan untuk mernbentuk
sistem drainase perkerasan jalan. Tingginya berkisar antara
Jenis pngaman tepl
20 - 30 cm.
Pengaman tepi dapat dibedakan atas :

o Pengaman tepi dari besi yang digalvanised (guard rail)


2.8 hyeeruen TEP| Pagar pengaman dari besi dipergunakan jika bertujuan
untuk melawan tumbukan (impact) dari kendaraan dan
Pengaman tepi berhrjuan untuk memberikan ketegasan tepi
mengembalikan kendaraan ke arah dalam sehingga
badan jalan. Jika terjadi kecelakaan, dapat mencegah kendaraan
kendaraan tetap bergerak dengan kecepatan yang makin
keluar dari badan jalan. Umumnya dipergunakan di sepanjang jalan
kecil sepanjang pagar pengaman. Dengan adanya pagar
yang menyusur jurang, pada tanah timbunan dengan tikungan yang
pengaman diharapkan kendaraan tidak dengan tiba-tiba
tajanr, pada tepi-tepi jalan dengan tinggi timbunan lebih besar dari
berhenti atau berguling ke luar badan jalan.
2,5 meter, dan pada jalan-jalan dengan kecepatan tinggr.
. Penganan tepi dori beton (parape|
Pengaman tepi dari beton dianjurkan untuk dipergunakan
pada jalan dengan kecepatan rencana 80 - 100 km/jam.

o Pengaman tepi dari tanah timburwn


Dianjurkan digunakan untuk kecepatan rencana <80

4N KEREB PENINGGI
+
e+
KEREB BERPARIT
o
km/jam.

Pengaman tepi dari batu kali


Tipe ini dikaitkan teqrtdma untuk keindahan (estetilu) dan
pada jalan dengan kecepatan rencana <60 kn/jam.
34 ill-r

Pengaman tepi furi fulok kayt 2.lo Detnen lAuvFMT JAraN (damaJa)
Tipe ini dipergunakan untuk kecepatan rcncana <40 Daeratr Manfaat Jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan,
km/jam dan pada daeratr parkir.
dan ambang pengamannya. Badan jalan meliputi jalur lalu lintas,
$engan atau tarpa jalur pemisah dan batru jalan.

2.ll Demen MIUK JAIAN (danila)


Daerah Mlik Jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang
dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh Perrbina
Jahn dengan $atu hak tertentu.
PE]SATAil TEPI DAFI OESI I GI.IARO RAIL I

Biaspnya pada jarak tiap I km dipasang patok DMI berwarna


kuning.
Sejalur tunh t€rtentu diluar Daerah Manfaat Jalan tetapi di
dalam Daerah Mlik Jdan dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan
keluasan keamanan pcoggunaan jalan antara lain untuk keperluan
pelebaran Daerah lvladrat Jalan dikemudian hari.

PEI{GAIAI{ TEPI oLi' rE?ox (PAiAPET)


PENGATAN TEPI DARI .PASAT{CAI{
2.12 Demen PaNGAWASA I JAIAN (dawash)
€ATU TALI
Daerah Pengawasan Jalan adalatr sejalur tanah tertentu yang
terletak di luar Daerah Mlik Jalan, yang penggunaannya diawasi
oleh Pembina Jahn, dengan maksud agar tidak mengganggu
Crambar 2.5 Jenis pagar pengaman pandangan pengemd dan konstruksi bangunan jalarU dalam hal
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga "prcduk Standar tidak cukup luasnya Daerah milik Jalan.
untuk Jalan Perkouarq Februari 19g7,

2.9 I.AErcETV PERIGRASAN JAIAN Rencrrtmen,


Lapisan Perkerasan Jalan dapat dibedakan atas lapisan tr Pada penampang melintang jalan dapat dilihat bagian-bagian
permukaan, lapisan pondasi atas, lapisan pondasi bawah dan lapisan dari jalan dan pelengkapnya.
tanah dasar. Bagian ini lebih lanjut dapat dibaca pada buku
"Perkerasan Lenfur Jalan Raya" dari penulis yang sama. tr Jaur hlu limas tsdiri dari beberapa lajur lalu lhtas.
Lajur lalu lintas merupakan tempat untuk satu lintasan
kendaraan. Lebar lajur lalu lintas bervariasi antara 2,75 sampai
3,5 meter.

Lereng melintang jalur lalu lintas bervariaoi antara l,S-Syo,


yang. berfungsiuntuk mengalirkan air hujan yang jatuh di atas
perkerasan jdan.

Dilihat dari material pembuatnya bahu jabn dapat dibedakan PAnAN,IETER


atas bahu diperkeras dan bahu rid* diperkeras. Sedangkan
dilihat dari letaknya dapat dibedakan atas.batru kiriibahu ruar
PEBENCANAJTIY
dan bahu kanan/bahu dalam. GEOMETBIK JAI IIII
Besar lereng melintang bahu sezuai dengan raaterial pembentuk
bahu, dan berfungsi sebagai bagran dari drainase jalan.

Trotoar dengan lebar 1,5 - 3,0 meter menrpakan sarana untuk


pejdan kaki.

Median sebagai pemisah anrs lalu lintas bedawanan aratr pada


jalan-jalan dengan volume lalu lintas tingd. abm perencanaan geomctrik jalan terdapat b€berapa
parameter perencanaan yang akan dibicarakan dalam bab ini,
Saluran samping sebagai bagran dari drainase jalan dapat dibuat seperti kendaraan'rencanE, kecepehn rencan4 vohme &
dari pasangan batu kali, pasangan'beton, dau tanatr asli. kapasitas jalaq dan tingkat pelryanan rng diberikan oleh jaran
tersebut. Parameter-parameter ini nrenrpakan penentu tinglcat
Kereb merupakan bagan peningg tepi perkerasan jalan.
koryamanan dan keamanan yang dihasilkan oleh stratu b€ntuk
geomarik jalan.

g.t l(naeaeev RENaAIvA


Dlihat dari bent,lg ukuran, dan daya, dari kendaraan-
kendaraan yang mempergunakan jalaq kendaraan-kendaraan
tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Umum-
nya dapat dikelompokkan menjadi kelompok mobil penumpang,
buvtrulq semi trailer, trailer. untuk perencanaan, setiap kelompok
88 39

diwakili oleh satu ukuran standar, dan disebut sebagai kendaraan


rencana. Ukuran kendaraan rencana untuk masing-masing kelompok
,G
adalah ukuran terbesar yang mewakili kelompoknya.
Kendaraan rencana adalah kendaraan yang merupakan wakil
dari kelompol',nya, dipergunakan untuk merencanakan bagian-bagian
dari jalan. Untuk perencan.nn geometrik jalan, ukuran lebar KENSAftAAT{ PE TUilPIilG UNIT TUNGGAL TRUK / BIS
kendaraan rencana akan.mempengaruhi lebar lajur yang dibutuhkan.
Sifat membelok kendaraan aka-p mempengaruhi perencanaan
tikungan, dan lebar median dimana mobil diperkenankan untuk
memutar (l turn). Daya kendaraan akan mempengaruhi tingkat
kelandaian yang dipilih, dan tinggi tempat duduk pengemudi akan
mempengaruhi jarak pandangan pengemudi. Kendaraan rencana
mana yang akan dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan
ditentukan oleh fungsi jalan dan jenis kendaraan dominan yang
memakai jalan tersebut. Pertimbangan biaya tentu juga ikut SEMI TRAILER
nnenentukan kendaraan rencana yang dipilih sebagai kriteria
perencanaan. Gambar 3.1 Kendaraan rencana
Tabel 3.1. dan gambar 3.1. menggambarkan ukuran kendaraan Srsnber : Direktorat Jenderal Bina Marga, "Standar
rencana untuk kendaraan penumpang, truk/bus tanpa gandengan, Pere,ncanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan,
dan semi trailer yang diberikan oleh Bina Marga. Januari 1988..

Tabel 3.1 tlkuran kendaraan r€xrqma


3"2 KeceeerAN (safulan: m)
Kecepatan adalah besaran yang menunjukkan jarak yang
Jcnig Prfang frbar Tinggi Depet Jar6k Belakang Radius
ditempuh kendaraan dibagi waktu tempuh" Biasanya dinyatakan Xodrraan Tdel Tdal Tergruhrtg C6nd8r Tergutmg futar Min
dalam km/jam. Kecepatan ini menggambarkan nilai gerak dari kadararn
4,7 1,7 2,0 0,8 2,7 t,2 6
kendaraan. Perencanaan jalan yang baik tentu saja haruslah p€ilmPollg

hrerdasarkan kecepatan yang dipilih dan keyakinan bahwa kecepatan Tn*/hls


129 2,5 4,5 1,5 6,5 4,0 t2
tersebut sesuai dengan kondisi dan fungsi jalan yang diharapkan. Trygrdsryao
4,O
(d€pur) t2
Xpatinaei 165 2,5 4,4 1,3 2,2
9,O
(belakang)

Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga, "Standar


Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkoaan,
Janrrari 1988"
4t
40
dibddon dari data besarnya kcrniringan melintang rata-
Keeptan nencana rata dbri potongan melintang tegak lurus sumbu jdan.
Kecepatan rencana adalah kecepatan yang dipilih untuk
keperluan perencanaan setiap bagian jalan raya seperti tikungarq
kemiringan jalan, jarak pandang dan lain-lain. Kecepatan yang dipilih
tersebut adalah kecepatan tertinggi menerus dimana kendaraan dapat
berjalan dengan aman dan keamanan itu sepenuhnya tergmtung dari
bentuk jalan.
Hampir semua r€ncana bagian jalan dipengaruhi oleh
kecepatan rencana, baik secara langsung seperti tikungan horizontal,
kemiringan melintang di tikungaq jarak pandangan maupun secara
tak langsung seperti lebar lajur, lebar bahu, kebebasan melintang dll.
Oleh karena itu pemilihan kecepatan rencana sangat mempengaruhi
keadaan seluruh bagian-bagian jalan dan biaya untuk pelaksanaan
jalan tersebut. ' tambar 3.2 Kenriringah nrlintang rata-rala untuk
patokan kondisi medan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kecepatan rencana
adalah :

o lceadaqn terrain,
ryalah datar, berbukit atau gurung Spesifikasi Standar untuk Perencanaan Geometrik Jalan
Untuk menghemat biaya tentu saja perencanaan jalan
Luar Kota dari Bipran, Bina Marga (Rancangan Akhir)
sepantasnya disesuaikan dengan keadaan medan.
memberikan ketentuan sebagai berikut :
Sebaliknya fungsi jalan seringkali menuntut perencanaan
jalan tidak sesuai dengan kondisi medan dan sekitarnya. Hal
ini menyebabkan tingginya volume pekerjaan tanah.
Medan Kenriringan melintang rata - rata
Jenis

Keseimbangan antara fungsi jalan dan keadaan medan akan


Datar 0 - 9,9o/o
menentukan biaya pembangunan jalan tersebut.
Perbukitan l0 - 24,9 o/o

Pergunungan >- Z5,0Yo


Medan dikatakan datar jika kecepatan kendaraan truk sama
atau mendekati kecepatan mobil penumpang.
Dari klasifikasi medan seperti di atas, mudah dimengerti
Medan dikatakan daerah perbukitan jika kecepatan jika kecepatan rencana daerah datar lebih besar dari daerah
kendaraan truk berkurang sampai di bawah kecepatan perbukitan dan kecepatan didaerah perbukitan lebih besar
mobil penumpang, tetapi belum merangkak. dari daerah pegunungan.
Medan dikatakan pergunungan jika kecepatan kendaraan
truk berkurang banyak sehingga truk tersebut merangkak Sifat dan tinglat penggpnaan daerah. Kecepatan rencana
melewati jalan tersebut dengan frekwensi yang sering. yang diambil akan lebih besar untuk jalan luar kota dari
Medan datar, perbukitan, dan pergunungan dapat pula
42
4:t
pada di daerah kota. Jalan raya dengan volume tinggi dapat
cerrrlenrng membahayakan, karena pengemudi cenderung menge-
direncanakan dengan kecepatan tinggi, karena rrrrrliknn kendaraannya pada kecepatan yang lebih tinggi sedangkan
penghematan biaya operasi kendaraan dan biaya operasi
kondisi jalan belum tentu memungkinkan. Dan disamping itu
lainnya dapat mengimbangi tambahan biaya akibat
mengakibatkan peningkatan biaya pe,nrbangunan jalan yang jelas
diperlukannya tambahan biaya untuk pembebasan tanah
tidak pada tempatnya.
dan konstruksi. Tetapi sebaliknya jalan raya dengan
volume lalu lintas rendah tidak dapat direncan4kap dengan Satuan volume lalu lintas yang . umum dipergunakan
kecepatan rencana rendah, karena pengemudi memilih sehubungan dengan penentuan jumlah dan lebar lajur adalah :
.

kecepatan bukan berdasarkan volume lalu lintas saja, tetapi o lalu Lintas Harian Rata - Rata
juga berdasarkan batasan fisik. Kecepatan rencana g0 c Volume Jam Perencanaan
kr/jam dilihat dari sifat kendaraan pemakai jalan, dan
o Kapasitas
kondisi jalan, merupakan kecepatan rencana tertinggi
untuk jalan tanpa pengawasan jalan masuk. Sedangkan
kecepatan rencana 20 km/jam merupakan kecepatan Lalu lintas harian rata-rata
terendah yang masih mungkin untuk dipergunakan. Untuk Lalu Lintas Harian Rata-Rata adalah volume lalu lintas
jalan tol, yaitu jalan dengan pengawasan penuh, kecepatan rata-rata dalam satu hari. Dari cara memperoleh data tersebut
rencana yang dipilih dapat 80-100lar/jam. dikenal 2 jenis Lalu Lintas Harian Rata-Rata, yaitu Lalu Lintas
Kecepatan rencana untuk jalan arteri tentu saja harus Harian Rata-Rata Tahunan (LHRI) dan Lalu Lintas Harian
dipilih lebih tinggi dari jalan kolektor. Rata-Rata (LHR).
Perubahan kecepatan rencana yang dipilih di sepanjang LHRT adalah jumlah lalu lintas kendaraan rata-rata yang
jalan tidak boleh terlalu besar dan tidak dalamjarak yang melewati satu jalur jalan selama 24 jam dan diperoleh dari data
terlalu pendek. Perbedaan sebesar l0 km/jam
dapat selama satu tahun penuh.
dipertimbangkan karena akan menghasilkan beda rencana
geometrik yang cukup berarti.
LHRT=W (l)

LHRT dinyatakan dalam SMP/haril2 arah atau kendaraan/hail2


3.3 VOTTIIW IALU UNTAS arah untuk jalan 2 jalur 2 arah, SMPlhanll arah atau kendaraan/
Sebagai pengukur jumlah dari arus lalu lintas digunakan hari/l arah untuk jalan berlajur banyak dengan median.
"volume". volume lalu lintas menunjukkan jumlah kendaraan yang
melintasi satu titik pengamatan dalam satu satuan walctu (hari, jam,
menit).
Lalu-lintas hurian rata-rata (LH R)
volume lalu lintas yang tinggi membutuhkan lebar perkerasan
Untuk dapat menghitung LHRT haruslah tergedia data jumlah
jalan yang lebih lebar, sehingga tercipta kenyamanan dan keamanan.
kendaraan yang terus menenrs selama I tahun penuh. Mengingat
1

sebaliknya jalan yang terlalu lebar untuk volume lalu lintas rendah
akan biaya yang diperlukan dan membandingkan dengan ketelitian
,15

yang dicapai serta tak semua tempat di Indonesia mempunyai data


I Volume tersebut tidak boleh terlalu sering terdapat pada
volume lalu lintas selama I tahun, maka untuk kondisi tersebut
distribusi arus lalu lintas setiap jam untuk periode satu
pula dipergunakan satuan "Lalu Lintas flarian Rata-Rata &HR),.
tahun.
LHR adalatr hasil bagi jumlatr kendaraan yang 2 Apabila terdapat volume arus lalu lintas per jam yang
rlama pengamatan dengan lamanya pengunatan. melebihi volume jarn perencanluln, maka kelebihan tersebut
tidak boleh mempunyai nilai yang terlalu besar'
rrD _ Junlah lalulintas selarnapengamatan
rLflI(
= ...............- (2) 3. Volume tersebut tidak boleh mempunyai nilai yang sangat
I-amama p€ngarrutan
besaq sehingga akan mengakibatkan jalan akan menjadi
Data LHR ini orhrp teliti jika : lenggang dan biayanya Pun mahal.

l. Pengrunatan dilah*8opada intervd-inteirral waktu png Bentuk umum dari lengkung yang menggambarkan hubungan
arkup menggsmbsrkan fluldasi anrs lalu lintas sdame I antara jumlah jam dengan volume pedam yang lebih besar dari yang
tahm. ditunjukkan dengan volume/jam dinyatakan dalam persentase LHR
2. fhsil LHR ymg dipergunakan adalah harga rata-rata dari adalah seperti pada gambar 3.3. di bawah ini.
pohitungan hn Ueberapa kali.

LHR atau LIIRT untuk perencanasn jalan banr diperoleh dari


analisa data yurg diperoleh dari survai asal dan tujuan serta volume (r
lalu lintas di sekitar jalan tersebrrt. I
)
s
Uduw lan pnerp,arwn (UJP,
LHR dan LI{RT adalah volume lalu lintas dalam satu hari, J
o
merupakan volume harian, sehingga nilai LIIR dan LHRT itu tak \
dapat memberikan gambaran tentang fluktuasi anrs lalu lintas lebih 2
\
pendek dan 24 jam. LHR dan LHRT itu tak dapat memberikan (L

gambaran perubahan-perubahan yang tedadi pada berbagai jam tr


trJ
an
dalam hari, yang nilainya dapat bervariasi antara 0-100 % LIIR. UJ

Oleh karena itu LIIR atau LIIRT itu tak dapat langsung l
J
dipergunakan dalam perencanaan geometrik. o

Arus lalu lintas bervariasi dari jam ke jam berikutnya dalam


satu hari, maka sangat cocoklah jika volume lalu lintas dalam I jun
dipergunakan untuk psrencanaan. Volume dalam I jam yang dipakai
untuk perencanaan dinamakan "Volume Jam Perencanaan (VIP)..
Ganrbar 3.3. Hubungan antara iumlah jam dalam I tahun dcngan
Volume I jam yang dapat dipergunakan sebagai VJP haruslah
volumc perjam vang dinl'atakan dalam pcrscntasc
sedemikian rupa sehingga :
LHR,
,l (i 47

tcr:rr{rut dalam waktu I jam sesJai dengan kondisi jalan (sesuai


Menurut AASHTO tumit lengkung terjadi pada jam sibuk ke
rlt'rrgur lebar lajur, kebebasan samping, kelandaian, dll).
30, dengan volume lalu lintaVjam= l5o/o LHR. Berarti terdapat 30
jam dalam setahun volume lalu liirtas jauh lebih tinggr dari kondisi di Nilai kapasitas dapat diperoleh dari penyesuaian kapasitas
tumit lengkung (lengkung sebelah kiri tumit pada gambar 3.3 dasar/ ideal dengan kondisi dari jalan yang diri:ncanakan.
menanjak dengan cepat).
VJP untuk jalan arteri sebaiknya diambil pada kondisi ini.
Secara teoritis jalan yang direncanakan dengan VJP pada kondisi di
tumit lengkung akan mengalami volume lalu lintas lebih besar dari
3.4 TWEXAT PET.AYANANT JAIAAT
volume perencmaan selama * 30 jam dari 365 x 24 jam yang ada Lebar dan jumlah lajur yang dibutuhkan tidak dapat
dalam setiap tahunnya. Hal ini cukup dapat diterim4 daripada direncanakan dengan baik walaupun VJP/LHR telah ditentukan. Hal
merencanakan jalan dengan volume maksimum yang hanya akan ini disebabkan oleh karena tingkat kenyamanan dan keamanan yang
terjadi dalam periode yang sangat pendek setiap tahunnya. Untuk akan diberikan oleh jalan rencana belum ditentukan. Lebar lajur yang
dapat menghemat biaya pada jalan-jalan yang lorrang penting, VJP dibutuhkan akan lebih lebar jika pelayanan dari jalan diharapkan
dapat diambil pada kondisi volume lalu lintas pada jam sibuk ke-100 lebih tinggi. Kebebasan bergerak yang dirasakan oleh pengemudi
atau ke-200. Hal ini masih dapat diterirna karena hanya antara akan lebih baik pada jalan-jalan dengan kebebasan samping yang
100-200 jam dalam 365 x 24 jamjalan akan mengalami kemacetan, nremadai, tetapi hal tersebut tentu saja menuntut daerah manfaat
dan kemacetan itupun tersebar selama satu tahun. jalan yang lebih lebar pula.

Pada suatu keadaan dengan volume lalu-lintas yang rendd


VJP = T.LM. AIAU LHR = H . . .... (3) petlgetnudi akan merasa lebih nyaman mengendarai kendaraan
dlbandingkan jika dia berada pada daerah tersebut dengan volume
lalulintas yang lebih besar. Kenyamanan akan berkurang sebanding
K: faktor VJP yang dipenganrhi oleh pemilihan jam sibuk dellganbertambahnya volume lalu-lintas. Dengan perkataan lain rasa
keberapa, dan jalan antar kota atau jalan di dalam kota. Nilai K tryaman dan volume arus.lalu-lintas tersebut berbanding terbdik.
dapat bervariasi antara l0 - l1yo untuk jalan antar kota, sedangkan Tetapi kenyamanan dari kondisi arus lalu lintas yang ada tak cukup
untuk jalan dalam kota faktor K ini akan lebih kecil. hanya digambarkan dengan volurp lalu lintas tanpa disertai daa
kapasitas jalaq dan kecepatan pada jalan tersebut.

I(apsftas Sebagai contoh I, jalan dengan kapasitas 2000 kendaraan{am


mempunyai volume 1000 kendaraadjam dibandingkan dengan jalan
Kapasitas adalah jurnlah kendaraan maksimum yang dapat
kedua yang mempunyai volume yang sama, tetapi dengan kapasitas
melewati suatu penampang jalan pada jalur jalan selama jun I 1500 kendaraan/jam. Pengemudi akan merasakan lebih nyaman
dengan kondisi serta arus laluJintas tertentu.
mengendarai kendaraan pada jalan pertama dibandingkan dengan
Perbedaan antara VJP dan kapasitas adalah VJP menunjukkan jalan kedua. Atau, tingkat pelayanan jalan pertama lebih baik dari
jumlah arus laluJintas yang direncanakan akan melintasi suatu jalan kedua.
I \

penampang jalan selama satu jam, sedangkan kapasitas menunjukkan


Apa yang diuraikan di atas akan lebih mudah terlihat jika
jumlah arus lalu-lintas yang maksimum dapat melewati p€,nampang
4r) 49

diperhatikan nilai V/C dari masing- masing jalan. . ffits lalu lintas masih stabtl
o kecelntan prjalanan fun kcbebasn bergerak sudah
V/Cjalanl = 1000/2000 : 0,5.
dperyaruk oleh bewrya wlume lalu lintas sehinga
V/Cjalan tt = 1000/1500 : 0,6'l fida*
pengenrurt" dryt lagi rcmilih keceptot yolg
V/C jalan I < Vlcjalan II. diingirr*mty
Berarti tingkat pelayanan jalan I lebih baik dari jalan II.
Tingkat pelayanan D, dangan ciri-ciri :

Sebagai contoh II, jalan pertama dengan kapasitas 2000 . arus lolu linns ildah mulai tidak stabil
kendaraan/jam mempunyai volume 1000 kendaraan/jam dan t perubohan volume lala lintas sangat mempengaruhi
kecepatan rata-rata kendaraan pada jalan tersebut : 80 km/jam. be wnya lce c eptan pe rj al anan.
Sedangkan jalan kedua juga mempunyai volume dan kapasitas yang
sama, tetapi dengan kecepatan kendaraan rata-rata hanya 40 Tingkat pelayanan E, dengan ciri-ciri :

km/jam. Tingkat pelayanan jalan pertama lebih baik dari jalan kedua,
hal ini ditunjukkan oleh nilai kecepatan rata-rata pada kedua jalan
. qrus lalu lintas sufuh tidoh stabil
o volume kira-kirs Mtm derwst kqar;itas
tersebut.
. sernw terjadi keinocetan
Dari kedua contoh di atas ternyata tingkat kenyamanan/
pelayanan dari jalan tersebut dapat ditentukan daxi nilai V/C dan TrngkEt peJalanan F, detgan ciri-ciri :

kecepatan. Tingkat Pelayanan Jalan merupakan kondisi gabungan


yang ditunjukkan dari hubungan antara V/C dan kecepatan seperti
. @zs lalu lintas tertalwr @ kecepatan rerdah
pada gambar 3.4.
. en rg koli terjdi bnreeton
. fiils lalu lintas rerfuh
Highway Capacity Manual membagi tingkat pelayanan jalan
atas 6 keadaan yaitu :
Batasarbatasar nilai dari setiap tingkat pelayanan jalan
Tingkat pelayanan d dengan ciri-ciri : dipenganrhi oleh ftmgsi jalan dan dimana jalan tersebut berada. Jalan
. arus lalu lintas bebos tanpa hambatan tol ya4g berada di luar kota tenrtu saja dikehendaki dapat ryelayani
kendaraan deogan keccpatan tinggi den memberikan ruang bebas
o volume & kepdatan lalu lintas rendah
bergerak selama umur rencana jalan tersebut- Jalan kolelcor
c kecerylan kendaraan merupal<an pilihan pengemudi selrund€r hada di dalam kota dapat saja direncanakan unark
Frtg
tingkat pdayanan E pada akhir umur rencana dan dengan kecepatan
Tingkat pelayanan B, dengan ciri-ciri :
yung l€bih rendah dari pada jalan antar kota.
. anrs lolu lintas slabil
o kecepatan mulai dipengaruhi oleh keadaan lalu lintas, Batasan-batasan nilai dari setiap tingkat pelayanan jalan dapat

tetapi tetap dapat dipilih sesuai kehendak pengemudi diperoleh pada buku-buku spesifikasi atau standar-standar yang
berlaku.
Tingkat pelayanan C, dengan ciri-ciri .
-fro
5l
TINGKAT
4. Sebagai pedoman bag pengatur laluJintas dalam
menempatkan rambu-rambu lalu-lintas yang diperlukan
pada setiap segmen jalan

z
F Dilihat dari kegunaannya jarak pandangan dapat dibedakan
o.
UJ
(J atas :
lrJ
Y
o jarark pandangan henti yaitu jarak pandangan
dibutuhkan untuk menghentikan kendaraannya.
o jarark pandangan menyiap yaitu jarak pandangan yang
dibutuhkan untuk dapat menyiap kendaraan lain yang
-+.c. berada pada lajur jalannya dergan menggunakan lajur
untuk arah yang berlawanan.
Garnbar 3.4. Tingkat pelapmnjalan.

Jarak pandangah henti


Jarak pandangan henti adalah jarak yang ditempuh pengemudi
3.5 Janax PAltnArvclw
untuk dapat menghentikan kendaraannya. Guna memberikan
Keamanan dan kenyarranan pengemudi kcndaraan untuk dapat
keamanan pada pengemudi kendaraan, maka pada setiap panjang
melihat dengan jelas dan menyadari situasirya pada saat mengemudi,
sangat tergantung pada jarak yang dapat dilihat dari tempat Jalan haruslah dipenuhi paling sedikit jarak pandangan sepanjang
jarak pandangan henti minimum.
kedudukannya. Panjangjalan di depan kendaraan yang masih dapat
dilihat dengan jelas diukur dari titik kedudukan pengemudi, disebut Jarak pandangan henti minimum adalahjarak yang ditempuh
jarak pandangan. pengemudi untuk menghentikan kendaraan yang bergerak setelah
melihat adanya rintangan pada lajur jalannya. Rintangan itu dilihat
Jarak pandangan berguna untuk .
dari tempat duduk pengemudi dan setelah menyadari adanya
1. Menghindarkan terjadirrya tabrakan yang dapat membaha- rintangan, pengemudi mengambil keputusan untuk berhenti.
yakan kendaraan dan manusia akibat adanya benda yang Jarak pandangan henti minimum merupakan jarak yang
berukuran cukup besar, kendaraan yang sedang berhenti, ditempuh pengemudi selama menyadari adanya rintangan sampai
pejalan kaki, atau hewan-hewan pada lajur jalannya. menginjak renL ditambah jarak untuk. mengerem. Waktu yang
2. Memberi kemungkinan untuk mendahului kendaraan lain dibutuhkan pengemudi dari saat dia menyadari adanya rintangan
yang bergerak dengan kecepatan lebih rendah dengan sampai dia mengambil keputusan disebut waktu PIEV. Jadi waktu
mempergunakan lajur disebelahnya. PIEV adalah waktu yang dibutuhkan untuk proses deteksi.
pengenalan dan pengambilan keputusan. Besarnya waktu ini
3. Menambah effisiensi jalan tersebut, sehingga volume
dipengaruhi oleh kondisi jalan, mental pengemudi, kebiasaan.
pelayanan dapat dicapai semaksimal mungkin.
keadaan cuaca, penerangan, dan kondisi fisik pengemudi. Untuk
*2 6li
l; r ,), ,(1, v, I '

pcrencanaan AASHTO '90 mengambil waktu PIEV sebesar 1,5 G.fm.d2 =


GV2 '.ll t {'
detik. 2g lir.. lvL y'V'ttIrutr,,, r^lrd{1111y
th
Setelah pengemudi mengambil keputusan untuk menginjak tt2 rt - r.l, '
dz= jti C,, i\ , ;
renq maka pengenudi membutuhkan waktu sampai dia menginjak *.no 1. .,,.
pedal rem. Rata-rata pengemudi'membutuhkan waktu 0,5 detilg Jika :

kadangkala ada pula yang membutuhkan waktu detik. Untuk I fir, : koefisien gesekan antara ban dan muka jalan dalam arah
perencanaan diambil waktu I
detik,, sehingga total waktu yang
memanjang jalan
dibutuhkan dari saat dia melihat rintangan sampai menginjak pedal
rerl disebut sebagai waktu reaksi,addlah 2,5 detik. 6, : jarak mengerem, m
V: kecepatan kendaraan, km/jam
Iarak yang ditunpuh selama waktu tersebut adalah d, g= 9,81 m/det2
d, =kecepaturxwaktu G= berat kendaraan, ton
malca:
d,:Vxt
Jarak mengerer4 ar=
Jika: **
4 = jaraL dari saal melihat rintarrgan sampai menginjak pedal Rumus umum dad jsrak pandangan henti minimum adalah :

rem, m.
V = kecepatan lon/jam d=0,278V.,*t (4)
t = waktu reaksi = 2,5 detik
maka:

dr :0,278 V.t Tahaaan peryercann (skid resistance)


Tahanan pengereman dipenganrhi oleh tekanan ban, bentuk
ban, bunga barq kondisi baru permukaan dan kondisi jalaa dan
Jarak mengerem (dr) adalah jarak yang ditempuh oleh kecepatan kendaraan. Besarnya tahanan pengereman ini dinyatakan
kendaraan dari menginjak pedal rem sampai kendaraan itu berhenti. dalam "koefisien gesekan memanjang" jalan, atau "bilangan f-
Jarak pengereman ini dipengaruhi oleh faktor ban, sistim geser", N. Koefisien gesekan memanjang jalan, f- adalatt
pengereman itu sendiri, kondisi muka jalan, dan kondisi perkerasan perbandingan antara gaya gesekan memanjang jalan dan komponen
jalan.
gaya tegak lurus muka jalarL sedangkan bilangan geser, N, adalah
Pada sistim pengereman kendaraan, terdapat beberapa 100 fml Koefisien gesekan atau bilangan geser lebih rendah pada
keadaan yaitu menurunnya putaran roda dan gesekan antara ban kondisi jalan basalq sehingga untuk perencanaan sebaiknya
dengan permukaan jalan akibat terkuncinya roda. untuk mempergunakan nilai dalam keadaan basah. Sedangkan kecepatan
perencanaan hanya diperhitungkan akibat adanyagesekan antara barf pada kondisi basah dapat diarnbil lebih kecil (*.gff/o) atau sama
dan muka jalan. dengan kecepatan rencdp4 khususnya padajalan dengan kecepatan
tingg.
M 66

AASHTO'9O memberikan nilai koefisien gesekan untuk perer


canilan seperti pada gambar 3.5. Berdasarkan nilai tersebut diperoleh
jarak pandangan henti seperti pada tabel 3.2. 6
trtl xaRoA tl't,ln to?at

Tabel 3.2. Jarak pandangan henti m,inimum

Kecepatan Kecepatan fin d perhitungan d perhitungan d


Reacana Jalan utuk Vr Untuk Vj
' desain
krr/jam km/jam m m m

30 27 0,400 29,71 25,94 25 -30


:
C

40 36 0,375 44,60 38,63 40-45 ,a


t
50

60
45

54
0,350

0,330
62,97

84,65
54,05

72,32
55-65
75-85
;+
2
Irl
,l
I

zzl -t
70 63 0,313 I10,28 93,71 95 - ll0
I
80 72 0,300 139,59 I18,07 120-140 *E
.,-
2
100 90 0,285 207,64 174,44 175-210 t
6
'Ir
t20 0,280 Ll
108 285,97 239,06 240-285 o
Y

o Kecepatan jalan Vj = 90 % kecepatan rencana (=Vr)


a fm berdasarkan gambar 3,5
a d dihitung dengan rumus (4), dengan t = 2,5 detik

40 5,o 60 70 80 90 loo llo t20

KECEPATAN RENCANA I .W t Km /Jom

---+}

Garnbar 3.5. Koefisien gcsckan memanjang jalan

Tinggi rintangan pada lajui jalan dan tinggi mata pengemudi


diukur dari tempat duduk pengemudi mobil penumpang sesuai yang
t, diberikan oleh AASHTO '90, Bina Marga (urban), dan Bina Marga
(luar kota'l adalah seperti pada tabel 3.3.
56 ! r'l

Tabcl3.3 Tinggi rintangan dan mata pu4onudi unnrk Pe rt i m ba nga n -pe rt i m ba n ga n pene n tu a n bes a rn ya
perhitungan jarak pandangian he,nti minimum. jarak mengerem pada jalan yang berlandai
l. (lnluk.julcm 2 urah tak lerpiseh
TinCg 'r{i
drfsEilr tlaaa
Untuk landai menurun (-L) jarak mengerem yang
Slmdr
hr h2 dibutuhkan lebih besar dari untuk landai mendaki. Tetapi
ctrt cln
karena dipakai untuk 2 arah tak terpisah maka sebaiknya
diambil Jarak mengerem : jarak mengerem untuk jalan
AAIIHT(}9O !5 (6 n) r05 (3,5't)

Bim Margr(hrrkdr) t0 r20 datar.


EinMr,E!(ut-) to. 100 2. Unluk.jalan I arah
Jarak mengerem harus dipertimbangkan berdasarkan landai
jalan yang ada.

Pengrrt h Mallrlar,
@frr*
paerryrrbfrmhbua
Pada jalan-jalan berlandai terdapat harga berat kendaran Jarak pandangan henti betdasarkan
sejajar permukaan jalan, yang menrberikan penganrh cukup bemrti kendaraan truk
pada penentuan jarak mengerem. pada jalan-jalan menurun jank Rumus-rumus di atas ditentukan berdasarkan kendaraan
mengerem akan berturrbah panjan& sedangkan untuk jalan-jalur penumpang. Truk lebih besar, tinggi, berkecepatan lebih rendah, dan
mendaki jarak mengerem akan bertarrbatr pendek. kemampuan remnyapun berbeda dengan mobil penumpang, sehingga
membutuhkan jarak pandangan henti lebih besar.
Tetapi secara umum jarak pandangan henti minimum untuk
cfind2 icL Or=*dgyz
truk dapat diambil sama dengan jarak pandangan henti minimum
untuk mobil penumpang, karena :
Deng;an demikian nrmus (4) diatas akan menjadi : l. Tinggi mata pengemudi truk lebih tinggi dari pada tinggi
mata pengemudi mobil penumpang, karena tempat duduk
yang lebih tinggi. Tinggi mata pengemudi truk biasanya
d=0.27tv.t+ (5)
2rq&D diambil 1.80 m diukur dari permukaan perkerasan.
2. Kecepatan truk lebih lambat dari pada mobil penumpang.
dimuu:
Tetapi terdapat keadaan-keadaan yang tidak dapat diabaikan
L : adaldr bilrn1n landai jdEn dshm dcaiml
yaitu pada penurunan yang sangat panjang, karena .
+: urfikpendskian
- : untuk pcmrumn I Tinggi mata pengemudi truk yang lebih tinggi tidak berarti
lagr.
59
2. Kecepatan truk hampir sama dengan kecepatan mobil
penumpang. rnenentukan apakah gerakan menyiap dapat diteruskan
atau tidak.

Dalam keadaan seperti ini maka jarak pandangan henti Kecepatan kendaraan yang menylap mempunyai perbedaan
minimum sebaiknya diambil lebih panjang dari pada keadaan normar. sekitar l5 km/jam dengan kecepatan kendaraan yang disiap
pada waklu melakukan gerakan menyiap.
Pada saat kendaraan yang menyiap telah berada kembali
Jarak pandangan nrenyiap untuk pada lajur jalannya, maka harus tersedia cukup jarak
ialan 2lajur 2 arah dengan kendaraan yang bergerak dari arah yang
Pada umumnya untuk jalan Z lalur Z arah kendaraan dengan berlawanan.
kecepatan tinggi sering mendahului kendaraan lain dengan kecepatan Tinggi mata pengemudi diukur dari permukaan perkerasan
yang lebih rendah sehingga pengemudi tetap dapat mempertahankan menurut AASIITO'90 :
1.06 m (3.5 ft) dan tinggi objek
kecepatan sesuai dengan yang diinginkannya. Gerakan rnenyiap yaitu kendaraan yang akan disiap adalah 1.25 m (! 25 ft),
dilakukan dengan mengambil lajur jalan yang diperuntukan untuk sedangkan Bina Marga (urban) mengambil tinggi mata
kendaraan dari arah yang berlawanan. Jarak yang dibutuhkan pengemudi sama dengan tinggi objek yaitu 1.00 m.
pengemudi sehingga dapat melakukan gerakan menyiap dengan
Kendaraan yang bergerak dari arah yang berlawanan
arnan dan dapat melihat kendaraan dari arah depan dengan bebas
mempunyai kecepatan yang sama dengan kendaraan yang
dinamakan jarak pandangan menyiap.
menyiap.
Jarak pandangan menylap standar dihitung berdasarkan atas
panjang jalan yang diperlukan untuk dapat melakukan gerakan me- Jarak pandangan menyiap standar,untuk jalan dua lajur 2 arah
nyiap suatu kendaraan dengan sempurna dan aman berdasarkan tendiri dan2 tahap yaitu :

asumsi yang diambil. Apabila dalam suatu kesempatan dapat


menyiap dua kendaraan sekaligus, tidaklah merupakan dasar dari
perencanaan suatu jarak pandangan menyiap total. TAHAP PERTAIA

Jarak pandangan menfap standar pada jalan dua lajur 2 arah


dihitung berdasarkan beberapa asumsi terhadap sifat arus lalulintas
yaitu:
2/3 tt2
TA}IAP XEOUA
Kendaraan yang akan disiap harus mempunyai kecepatan
yang tetap.
Sebelum melakukan gerakan manfap, kendaraan harus
mengurangi kecepatannya dan mengikuti kendaraan yang
A : KEIiIDARAAN YANG MENYIAP
akan disiap dengan kecepatan yang sama. B : KENOARAAN YANG EERLAISNAN.ARAH TERLTIIAT UAKTU
KEiiIOARAAN YANG MENYIAP SATPATTITIX. A
Apabila kendaraan sudah berada pada lajur untuk menyiap,
maka pengemudi harus mempunyai waktu untuk
Gambar 3.6. Proses gerakan menyiap pada jalan 2 lajur 2 arah.
60 (; I

dimnna: a pcrccpalan l'ala-rata yang lrcsanlya tergantung dari kecepatan


dt: Jarak yang ditempuh selama waktu reaksi oleh kendara- rata-rata kendaraan yang nlenytap yang dapat ditentukan
an yang hendak menylap dan membawa kexdaraannya dengan mempergunakan korelasi 2,0f2 + 0,0036 V
yang hendak mefirbelok ke lajur kanan. (gambar 3 8 )

d,: Jarak yang ditempuh kendaraan yang menyiap selama


berada pada lajur sebelah kanan.
d, : Jarak bebas yang harus ada antara kendaraan yang dz :0,278 V. t: (8)
menylap dengan kendaraan yang berlawanan arah setelah
gerakan menyiap dilakukan.
dimana:
dr : Jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang hrlawanan
aratr selama 213 dari waktu yang diperlukan oleh dz : jarak yang ditempuh selama kendaraan yang menyiap
kendaraan yang menyrap berada pada lajur sebelah berada pada lajur kanan

kanan atau sama dengan


zlrxdr. t? : waktu dimana kendaraan yang rnenyiap berada pada
lajur kanan yang dapat ditentukan dengan
mempergunakan korelasi tz : 6,56 + 0,048 V (gambar
Jarak pandangan menyiap standar adalah :
3.7 .).

&: diambil 30 - 100 m


d:d,*dr+dr*do (6)
:
d,, 213 d,

dimana:
Di dalam- perencanaan seringkali kondisi jarak pandangan
dr = o, 27ut(v- r" * +) (7) menyiap standar ini terbatasi oleh kekurangan biaya, sehingga jarak
pandangan menyiap yang dipergunakan dapat mempergunakan jarak
d, : Jarak yang ditempuh kendaraan yang hendak rnenyrap selama pandangan menyiap minimum (dn,i,,)
waktu reaksi dan waktu membawa kendaraannya yang hendak
membelok ke lajur kanan.
dnri,, = 213 dz * dr * d.r (e)
tr : waktu reaksi, yang besarnya tergantung dari keccpatalr yang
dapat ditentukan dengan korelasi tr : 2,12 + 9,926 V (gambar
3.71

m : perbedaan kecep dtan antarakendaran yang menyiap dan yang


disiap :
l5 km/jam. I
V : kecepatan rata-rata kendaraan yang menyiap, dalam per-
,i, t
hitungan dapat dianggap sama dengan kecepatan rencana"
km/jam.
I
63
62

Tabel 3.4. Jarak pandangan menlap


I
v J.pandangan J.panoangan J.pandangan J.panOangan
rencana menyiap menyiap menyiap menyiap z
standar standar minimum minimum a
lr,
km/jam perhitungan desain (perhitungan) desain
o
m m m m F
)
Y

30 146 150 109 100 z


?
40 207 2W l5l 150
50 274 275 t96 2W oo
60 353 350 250 250 E

70 437 450 307 300


-o
E
80 527 550 368 400 Y
100 720 750 496 500 .;
120 .937 950 63t 550

1040506080mtzo
z -------> KECEPATAN RENCANA ( KM/JOM )
T
U'A
I' ll
o fl
I
,
2
,
il
il Ganrbar 3.8. Korelasi antara a dengan kecepaian.
6
N t'
o i

Frckwensi pengadaan i"{* pandangan menyiap


.4 Frekwensi pengadaan jarak pandangan menyiap pada seluruh
panjang jalan akan sangat mempengaruhi volume pelayanan dari
jalan tersebut. Keadaan topografi dan kecepatan rencana
. BIIIA MARGA I LT.IAR XO?I I mempengaruhi pengadaan jarak pandangan menyiap. Seorang
x aAst{To 90 perencana akhirnya haruslah membandingkan effisiensi dari
pemenuhan jarak pandangan menyiap dan biaya pembangunan jalan
30 40 50 60 70 & 90 too t20
yang disesuaikan dengan fungsi jalan.

+ XECEPATAN iENCAI{A I KMlr'Oltl


l) r Bina Marga (luar kota) menyarankan sekurang-kurangnya
)
l0% panjang seluruh jalan harus mempunyaijarak pandang menyiap.
Gambar 3.7. Korelasiantara tr dan t2 dcngan kecepatan.
66

Jarak pandangan pada malam lnri dasar dalam menentukan lebar jalrn yang dibutuhkan secara
keseluruhan.
Pandangan pada malam hari dibatasi oleh kemampuan
penyinaran dan ketinggian letak lampu besar, serta hal-hal lain Untuk jalan banr:
seperti sifat pemantulan dari benda-benda. Jadi keadaan yang o Perkirakan LIIR awal dan akhir umur rencana.
menentukan pada malam hari adalah jarak pandangan henti, o VJP=KLIR,
sedangkan jarak pandangan menyiap, dimana bahaya yang timbul o Berdasarkrn fiurgsi jalan tentukan tingkat pelayanan jalan
diakibatkan oleh kendaraan dari arah lawan tidak lagi menentukan, yang diharapkan dan kecepatan rencanajalan tersebut.
karena sororan Iampu kendaraan yang datang akan terlihat nyata. o Tentukan lebar jdan socara keseluruhan (bandingkan deng;an
Dengan demikian faktor yang paling menentukan pada malam hari kapasitas jdm terscbut).
adalah falrtor lampu besar. Penurunan kemampuan untuk melihat
D Untuk peningkatan jalan
pada malam hari terutama adalah akibat kesilauan lampu besar dari
kendaraan yang berlawanan arah.
o Hitung LHR dari surv€y volume lalu lintas pada jalan
lersebut.
o Perkirakan LIIR pada awal dan akhir umur rencana
o VIP=KLIIR
o Berdasarkan fungsi jalan tentukan tingkat pelayanan jalan
BAtrtCt<UttRtrl , yang diharapkan dan kecepatan rencana
D Kendaraan rencana merupakan kendaraan yang mewakili satu o Hitung kapasitas jdan saat ini.
kelompok 3enis kendaraan, yang dipergunakan untuk o Tentukan tingkat pelayanan jalan saat ini, jika lebih jelek dari
perencanaan jalan. yang diherapkan, jalan tersebut harus diperlebar.
tr Kendaraan rencana mempengaruhi perencanaan lebar lajur, o Perkirakan lebar jalan baru, dan bandingkan kembali
jarak pandangan, radius tikungan, pelebaran pada tikungan, dan kapasitas yang terjadi dengan kapasitas yang diharapkan.
perencanaan landai jalan.
tr Jarak panddigan adalatr iarak yang masih dapat dilihat
fl Kecepatan rencana adalah kecepatan yang dipilih untuk pengemudi dari tanpat duduknya.
dipergunakan sebagai dasar perencan&an geometrik jalan.
tr Jarak pandangan dapat dibedakan atas jarak pandangan henti
ll VJP adalah volume lalu lintas setiap jam yang dipilih sebagai dan jarak pandangan menytap.
dasar perencanaan bagian-bagian jalan.
IJ Jarak pandangan menyiap hanya dipergunakan dalam
t] VJP dapat dipilih dari volume pada jam sibuk ke 30, ke 100, perencanaan untuk jalan 2 arah tanpa median.
dan ke 200, sesuai dengan fungsi dan biayajalan. D Datam penentuan paniang jarak pandangan henti dan jarak
rl Kapasitas adalah yolume lalu lintas maksimum sesuai dengan I pandangan menyiap penting untuk dikaahui asumsi-asumsi yang
I
kondisi arus lalu lintas dan fisik jalan. diambil.
I
tr Tingkat pelayanan jalan adalah nilai pelayanan yang diberikan
oleh jalan untuk gerakan kendaraan. I
tl r
D VJP, dan tingkat pelayanan jalan yang diharapkan merupakan

J
a
f.'s$

t
r{rrweMEN
i
I
II
HOBIZONTAL
I

'

linyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang


horizontal. Alinyemen horizontal dikenal juga dengan nama
"situasi jalan" atau "trase jalan". Alinyemen horizontal terdiri
trl
dari garis-garis lurus yang dihubungkan dengan garis-garis lengkung.
Garis lengkung tersebut dapat terdiri dari busur lingkaran ditambah
busur peralihan, busur peralihan saja ataupun busur lingkaran saja.

4.I. GEVE SENTRIFUGAL


Apabila suatu kendaraan bergerak dengan kecepatan tetap V
pada bidang datar atau miring dengan lintasan berbentuk suatu
lengkung seperti lingkaran, maka pada keiidaraan tersebut bekerja
gaya kecepatan V dan gaya sentrifugal F. Gaya sentrifugal
mendorong kendaraan secara radial keluar dari lajur jalannya,
berarah tegak lurus terhadap gaya kecepatan V. Gaya ini menim-
bulkan rasa tidak nyatnan pada si pengemudi.
i

Gaya sentrifusal (F) yang terjadi F : m a

{ dimana:
ilr
m:massa:Glg 67

l
68 69

G : berat kerdaraan Gaya gesekan mellntang (Fs) antara ban


g : gayagravitasi bumi ,{t kendaraan dan permulaan ialan
Gaya gesekan melintang (F0 adalah besarnya gesekan yang
a = percepatan sentrifugal Il
timbul antara ban dan permukaan jalan dalam arah melintang jalan
: V2lR / yang berfi;tgsi untuk mengimbangi gaya sentrifugsl.
V : kecepatan kendaraan Perbandingan antara gaya gesekan melintang dan gaya ngrmal
R : jari-jari lengkung lintasan yang bekerja disebtrt koefisien gesekan melintang.
Besarnya koefisien gesekan melintang dipengaruhi oleh
Dengan demikian besarnya gaya sentrifugal dapat ditulis sbb : i
beberapa faktor seperti jenis dan kondisi ban, tekanan baq
il
F GV2 kekasaran permukaan perkerasaq kecepatan kendaraaq dan
"=E-E k€adaan cuaca.

Untuk dapat mempertahankan kendaraan tersebut tetap pada sumbu z .22


t-
--t
I I
lajur jalannya, maka perlu adanya gaya yang dapat mengimbangi Y
lrJ lr"r',rol Moycr 6 *ny
o
gaya tersebut sehingga terjadi suatu kescimbangan. lrl
(9
I
2 .N
g
o .Mcycr 19 49

ll
tr
UJ
o
Y .t8
Arizor to
N
.t6 Z 1936
IRB 19.1O
Br trnctl

r88c rry\

.t2
(o,,,.t.
I
,o.
",,
vc Dcsign \s;:
Mcycr
Gambar 4.1. Gaya sentrifugalpah lengkung horizontal.
.to

^na
ig+o /
Gaya yang mengimbangi gaya sentrifugal tersebut dapat Storu A Noblc
berasal dari :
.o8
il
40 60 70
. gaya gesekan melintang antara ban kendaraan dengan
kecepatad km/jam
permukaan jalan.
f , .)
o komponen berat kendaraan akibat kemiringan melintang Gambar 4.2. Korelasi antara kocfisien gcsckan mclintang
maksimum da4 kcccpatan rcncana (TEH'92).
permukaanjalan.
l
'71
?o
akan menyebabkan rasa tidak nyaman bagi pengemudi
Pada gambar 4.2 yang diambil dari buku "Traffic Engineering
yang mengendarai kendaraannya dengan kecepatan rendah.
Handbook", 1992, 4th EditiorL Institute Of Transportation
keadaan lingkungan, perkotaan (urban) atau luar kota
Engineers, Prentice Hall, Ine. dapat dilihat besarnya koefisien
(rural).
gegekan melintang jalan ymg diperoleh oleh beberapa peneliti.
Perbedaan nilai yang diperoletr untuk satu nihi kecepatan Di dalam kota kendaraan bergerak lebih perlahanJaharq
laeat banyak terdapat persimpangan-persimpangan, rambu-
disebabkan oleh perbedaan kekasaran permukaan jalan, cuaca, dan
kondisi serta jenis ban. Nlai koefisien gesekan nrelintang yang ram.bu lalu lintas yang harus diperhatikan, arus pejalan
dipergunakan untuk perencanaan haruslah merupakan nilai yang kaki, arus lalu lintas yang lebih padat, sehingga sebaiknya
telah mempertimbangkan faktor keamanan pengemudi, sehirgga stiperelerasi maksimum di perkotaan dipilih lebih kecil
daripada di luar kota.
bukanlah merupakannilai rn-raksimum yang terjadi. untuk kecepatan
rendah diperoleh koefisien gesekan melintang yangtinggi dan untuk komposisi jenis kendaraan dari arus laluJintas.
kecepatan tinggi diperoleh koefisien gesekan melintang yang rendatr. Banyaknya tendaraan berat yang bergerak lebih lambat
Untuk perencanaan disarankan mempergunakan nilai koefisien serta adanya kendaraan yang ditarik oleh hewan atau
gesekan melintang maksimum seperti garis lurus pada gambar 4.2. kendaraan tak bermesirL mengakibatkan gerak arus lalu
lintas menjadi tidak menentu. Pada kondisi ini sebaiknya
Gambar 4.3. membdrikan besarnya koefisien gesekan melintang
dipilih zuperelevasi maksimum yang lebih rendah.
maksimum perencanaan untuk satuan SI.

Terdapatnya faktor-faktor yang membatdsi seperti yang


: o'18 disebutkan di atas serta timbulnya hal-hal tersebut tidaklah sama
(9 o.r7 untuk setiap tempat, maka dengan demikian akan terdapat beragam
z
F nilai superelevasi maksimum jalan yang diperbolehkan untuk Setiap
z o.16
J
l,
tempat dan negara.
2 o.r5
z Untuk daerah yang licin akibat sering turun hujan atau kabut
Y
lrl
o.r4 sebaiknya e maksimum 8Yo, dan di daerah perkotaan di mana sering
vt
lrJ
(9
kali terjadi kemacetan dianjurkan menggunakan e maksimum 4-60/o.
o.13
z Pada daerah persimpangan tempat pertemuan beberapa jalur jalan, e
a o.t?
UJ
maksimum yang dipergunakan sebaiknya rendah, bahkan dapat tanpa
E : - O,OO|25 V+O.24
o.il
lrJ
o superelegasi. AASHTO menganjurkan pemakaian beberapa nilai
v
superelevasi maksimum. yaitu 0,04, 0,06, 0,08, 0,10 dan 0,12.
o.ro
90 roo ilor2 t20 Indonesia pada saat ini umumnya mengambil nilai 0,08 dan 0,10.
Bina Marga (luar kota) menganjurkan superelevasi maksimum l0%o
KECEPATAN KM./JAM
untuk kecepatan rencana > 30 km/jam dan 8o/o untuk kecepatan
lr !, rencana 30 km/jam, sedangkan untuk jalan di dalam kota dapat
Gambar 4.3. Kocfien gesekan melintang maksimum untuk desain dipergunakan superelevasi maksimu m
. (berdasarkan TEH'92 dalam satuan SI).
60/o.

/i
7Z 7:l

Untuk kecepatan rencana < 80 km/jam berlaku f : - 0,00065 Rumus umum lengkung horlzontal
V F 0,192 dan untuk kecepatan rencana antara 80 - ll2 km/jam Gosckan melintang antara ban kendaraan dengan permukaan
berlaku f : - 0,00125 Y + 0,24. jalan bersama-sama dengan komponen berat kendaraan akibat
.adanya
kemiringan melintang lengkung horizontal digunakan untuk
mengimbangi gaya sentrifugal yang timbul.
Gaya-gayayang bekerja digambarkan seperti pada gambar 4.4,
Kemiringan melintang prmukaan pada lengkung yaitu gaya sentrifugal F, berat kendaraan G, dan gaya gesekan antara
horizontal (s upeteleuasr) ban dan permukaan jalan Fs.
Komponen berat kendaraan untuk mengimbangi gaya
sentrifugal diperoleh dengan membuat kemiringan melintang jalan.
Kemiringan melintang jalan pada lengkung horizontal yang bertujuan
untuk memperoleh komponen berat kendaraan guna mengimbangi
gaya sentrifugal biasanya disebut superelevasi. Semakin besar GSINJ
superelevasi semakin besar pula komponen berat kendaraan yang F5
diperoleh. d*e cos "c
Superelevasi maksimum yang dapat dipergunakan pada suatu
jalan raya dibatasi oleh beberapa keadaan seperti :
o keadaan cuaca, seperti sering turun hujan, berkabut. Di Crarnbar 4.4. Gayagaya yang b€keria pada l€rxglcung horizmtal.
daerah yang memiliki 4 musim, superelevasi maksimum
yang dipilih dipengaruhi juga oleh sering dan banyaknya Gsincr+Fs-gFcoscr
salju yang turun.
o Jalan yang berada di daerah yang sering turun hujan, r(c cr. 3 rino) gf
berkabut, atau sering turun salju, superelevasi maksimum
G sin cr + cos
* = cos .r

lebih rendah daripada jalan yang berada di daerah yang


G sin a + fGcos cr : (cosa - fsina)
selalu bercuaca baik. 3f
o keadaan medan, seperti datar, berbukit-bukit atau
pergunungan. cffi+rG:8*,,-rtgcr)
Di daerah datar superelevasi maksimum dapat dipilih lebih
tinggi daripada di daerah berbukit-bukit, atau di daerah e=tgct
pergunungan. Dalam hal ini batasan superelevasi
:
I

{
maksimum yang dipilih lebih ditentukan dari kesukaran
ll G(e+0: gX (r -e0
yang dialami dalam hal pembuatan dan pelaksanaan dari lr
jalan dengan superelevasi maksimum yang besar. Di | ) ,) e+f V2
samping itu superelevasi maksimum yang terlalu tinggi 1-ef- gR
I

,l
74
7ft
Karena nilai ef itu kecil, maka dapat diabaikan, dengan
demikian diperoleh rumus umum untuk lengkung horizontal sebagai Radtus mlnlmum atau deraJat lengkung
berikut :
makslmum
Dari persaminn etf:Yzllz7R terlihat bahwa besarnya
radius lengkung horizontal dipengaruhi oleh nilai e dan f serta nilai
s+1={ kecepatan rencana yang ditetapkan. Ini berarti terdapat nilai radius
minimum atau derajat lengkung maksimum untuk nilai superelevasi
maksimum dan koefisien gesekan melintang maksimum. Lengkung
Jika V
dinyatakan dalam kr.djan, g : 9,81 tn/detz, dan R
tersebut dinamakan lengkung tertajam yang dapat direncanakan
dalam m, maka diperoleh :
untuk satu nilai kecepatan rencana yang dipilih pada satu nilai
superelevasi maksimum.
e*f: * ........,(10)
Berdasarkan pertimbangan peningkatan jalan dikemudian hari
sebaiknya dihindarkan merencanakan alinyemen horizontal jalan
Ketajaman lengkung horizontal dinyatakan dengan besarnya
dengan mempergunakan' radius minimum yang menghasilkan
radius dari lengkung tersebut atau dengan besarnya derajat
lengkung tertajam tersebut. Di samping sukar menyesuaikan diri
lengkung.
dengan peningkatan jalan juga menimbulkan rasa tidak nyaman pada
Derajat lengkung adalah besarnya sudut lengkung yang meng- pengemudi yang bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dad
hasilkan panjang busur 25 m (Gambar 4.5). kecepatan rencana. Harga radius minimum ini sebaiknya hanya
merupakan harga batas sebagai petunjuk dalam memilih radius untuk
Semakin besar R semakin kecil D dan semakin tumoul
perencanaan saja.
lengkung horizontal rencana. Sebaliknya semakin kecil R, semakin
besar D dan semakin tajam lengkung horizontal yang direncanakan. R minimum dapat ditentukan dengan mempergunakan rumus
tersebut dibawah ini :
25m
Ini berarti :

Rmin:im# (12)
O=#x360o
181913,53 (e maks +fmaks)
D_ atau D maks: (13)
(r t)

R dalam m
Tabel 4.1. memberikan nilai R minimum yang dapat
dipergunakan untuk superelevasi maksimum 8%o dan l0olo serta
Gambar 4.5. Korelasi antara derajat lengkung (D) dan radius untuk koefisien gesekan melintang maksimum sehubungan dengan
lengkung (R). nilai kecepatan rencana yang dipilih. Koefisien gesekan melintang
maksimum diperoleh dari gambar 4.3.

j
78

Tabcl 4. I Besarqa R minimum dan Dmaksimum untuk {-,-- llaolu! Lf !|OTUNO / M

bcberapa kecepatan rencana dengan mempergunakan rco to


persamaan (11) dan (12) li\
rd
It 'Z-"t*
1tg,l'919 -
: q8'
lO
a,
tlz
. ope
t/
Kecepatan
Rencana
e maks f maks Rmin
(perhitungan)
Rmin D maks ! 1.,!
)

desain flesain
krr/ia* m/m' m m ' (o) t o,iro

40 0,10 0,166 47,363 30,48


4',1 I
0,08 51,213 5l 28,O9 I o,rc
I
50 0,10 0,160 75,858 76 18.85
orl2
0,08 82,192 82 17,47
60 0,1'0 o,153 lt2,04t tt2 12,79
0,08 rzt,659 122 11,74
10 0,10 0,147 ls6;522 157 9,12
0,08 170,343 t70 8,43
80 0,lo 0,140 209,974 2t0 6,E2
{,08 229,062 229 6,25
90 0,10 0,128 280.350 280 5,12
0,08 307,37t 307 4,67
100 0,10 0,1 15 366,233 366 3,91
0,08 403;196 404 3,55 Ganrbar 4.6. Hubungan antara (ei-f) dan R aau D untuk bebcrapa
u0 0,10 0.103 kecepatan rencana pada superelevasi maksimum 8 %
470.497 470 3,05
o,08 s22,058 522
dan l0%.
2,74
120 0.10 0,090 596,768 597 2,40
o,08 (t66.975
Distribusi nilai suwrelevaoi dan koeftsien gpsekan
667 2.15
nrelintang
Gaya sentrifugal yang timbul diimbangi bersama-sama oleh
komponen berat kendaraan akibat adanya superelevasi dan gaya
Gambar 4.6 menggambarkan hubungan antara nilai (e + f), gesekan melintang antara permukaan jalan dan ban kendaraan.
kecepatan rencana. radius lengkung, dan derajat lengkung. Untuk Nilai ekstrim diperoleh untttk kondisi jalan lurus dimana radius
satu kecepatan rencana hubungan antara (e+f) dan radius lengkung lengkung adalah tak berhingga. Nilai ekstrim yang lain adalah untuk
berupa garis lurus. Garis putus-putus menunjukan batasan untuk kondisi lengkung tertajam untuk satu kecepatan rencana, yaitu untuk
sebuah superelevasi maksimum, tidak terdapat lagi lengkung lengkung dengan radius minimum.
horizontal dengan,radius lebih kecil dari batasan tersebut.
Berarti .

e+f-0 - > jalanlurus'Rtakberhingga


:
e +f (e1f).4., - --) jnlanpadalengkungdengan R- Rnrin

/
78 71)

l)iantara kedua harga ekstrim itu nilai superelevasi(e) dan koefisien


gesekan (f) terdistribusi menurut beberapa metoda.
AASHTO'9O memberikan 5 metoda distribusi nilai e dan f
seperti terlihat pada gambar 4.7.
,
pertama /
Metoda
Superelevasi berbanding lurus dengan derajat lengkung,
sehingga hubungan antara superelevasi dan derajat lengkung
berbentuk garis lurus (Gambar 4.7a). Karena rumus umum lengkung
horizontal adalah e*f = \Fllz7R, maka hubungan uttara koefisiefi
gesekan melintang dan derajat lengkungpun akan berbentuk garis
lurus (gambar 4.7b).
Bentuk hubungan garis lurus juga berlaku jika peninjauan
dilakukan untuk kecepatan jalanrata-rata yang biasanya lebih rendah
dari kecepatan rencana (Vjalan : + 807o - 9U/o kecepatan rencana)
(gambar 4.7c).

Sebagai contoh diambil kecepatan rencana 60 km/jam dan


superelevasi maksimum l0%. Berdasarkan gambar 4.3 atau tabel4.l
diperoleh f maksimum : 0, I 53.
Titik Ar dan A" diperoleh dengan mempergunakan rumus
b.
1

BERoASARKIN
H--, i
RENcAN1 (v)
1ec]eararu
sebagai berikut :

e maks + f maks:
#
Diperoleh R minimum : 1 l5 m (lihat juga tabel 4. l). Ini bearti
o,ro
untuk kecepatan rencana 60 km/jam dan superelevasi maksimum +
I

l0% Iengkung tertajam yang diperkenankan adalah lengkung dengan I

radius : I l5 m atau Dmats : 12,78"


I

o
Jadi :
-o,02

A, menunjukan kondisi untuk e maks :0,10 D


-----)
BERDASARKAN KECEPATAN JALAN (VJI
D maks :12,78"
A, menunjukan kondisi untuk f maks : 0, 153 Gambar 4.7. Metoda pendistribusian nilai e dan berdasarkan f
D maks :12,78" AASHTO'90 (contoh untuk kecepatan rencana 60
A., diperoleh dengan mampergunakan kecep atan jalan rata-rata. knr/jam dan e-"* : l}Yo).
80
8t

V jalan (Vi) diambil = 54 km/jam, jadi pada keadaan lengkung msupun di jalan lurus. Pada jalan-jalan dengan volume rendah

dengan R = Rmin = ll5 m, dan e = emaks = 0,010; f yang pengemudi cenderung memilih kecepatan yang lebih besar di jalan
dibutuhkan merfadi :
lurus atau pada lengkung tumpul dengan radius besar (D kecil), dan
memilih kecepatan lebih rendah di daerah lengkung yang tajam
dengan radius lebih kecil (D besar).
0,10 + f= ## g= elO /
---+
DU&hdr.
Berarti titik A3 menunjukan kondisi dengan e = e maks = 0,10 Pada mulanya gaya sentrifugal yang timbul diimbangi oleh
D=Dmals= 12,7t f
gaya gesekan sampai mancapai maksimum (Sdys gedwr
1=elO maksimum). Selar$utnya diimbangi oleh gaya gesekan dan
zuperelevasi. Hal ini menyebabkan dibututrkannya superelevasi yang
mendadak besar jika fmaksimum telatr dicapai, tetapi pada
lengkung-lengkung tumpul tidak dibutuhkan superelevasi.
Jika direncanakan lengkung horizontal dengan :
Pada gambu 4.7a terlihat bahwa pada lengkungJengkung
o R: yang tumpul tidak dibutuhkan superelevasi (e : 0) sampai mencapai
radius 239 m (D = 5,99), maka berdasarkan metoda
pertama dari gambar 4.7a diperoleh superelevasi yang
titik Br. Untuk R < dari R pada titik Br dibutuhkan superelevasi
dibutuhkan = (5,99112,78). 0,10 = 0,047.
untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang timbul. e di kanan titik Br
Jadi untuk R = 239 m dibutuhkan e = 4,7o/o dan f = 0,072 bertambah mengikuti garis lurus sampai dicapai e maksimum.
(gambar 4.7a dan 4.7b), jika kendaraan bergerak dengan
Pada gambar 4.7b terlihat batrwa pada mulanya f berbanding
:
kecepatan rencana dan e 4,7o/o dan f = 0,049 (gambar
lurus dengan derajat lengkung sampai mencapai nilai f maksimum
4.7a dan 4.7c), jika kendaraan bergerak pada kecepatan f
(titik B,), setelah itu sampai mencapai nilai D maksimum f tetap =
jalan.
maksimum.
o radius R : 143 m (D = l0o), maka berdasarkan metoda Titik Br dan B, diperoleh dengan mempergunakan rumus :

pertama dari gambar 4.7a diperoleh superelevasi yang


dibutuhkan = (l0l 12,78).0, I 0 = 0,078.
fmaks:V2ll27 R dan e = 0
Jadi untuk R:
143 m dibutuhkan e:
7,8o/o dan f = 0,120
(gambar 4.7a dan 4.7b), jika kendaraan bergerak dengan
: :
kecepatan rencana, dan e 7,8o/o dan f 0,083 (gambar Untuk contoh seperti pada metoda pertagna yaitu V rencana = 60
4.7a dan 4.7c), jika kendaraan bergerak pada kecepatan km/jam :

jalan.
fma*s:0,153,e:0
(60)'
Metoda pertama ini logrs dan sederhana, tetapi sangat R:ffi=185'27m
n-
tergantung dari kemampuan pengemudi dalam mempertahankan
kecepatan yang konstan baik di tikungan tajam, tidak begitu tajam, D:7,73"
82 8g

Berarti dari D : 0' sampai D : 7,73o superelevasi e : 0 dan f Untuk jalan-jalan di perkotaan dimana kecepatan rata-rata
berubah dari f = 0 sampai f : frnaks, dan dari D:7,73" sampai D = lebih rendah, dan pefnbuatan superelevasi dibatasi oleh kondisi
12,7V, f : f maks dan e berubah daxi e : 0 sampai e = e maksimum. lingkungan, maka metoda kedua ini baik untuk dipergunakan.
Iika kendaraan bergerak dengan kecepatan jalan rata-rata yang lebih
kecil dari kecepatan rencana (V jalan = 54 kmflam),
rmaka akan Metda keWp
diperoleh letal( titik Br /
Pada mulanya gaya sentrifugal yang timbul diimbangi oleh
komponen berat kendaraan akibat superelevasi sampai mencapai
Berarti:
nilai maksimum. Setelah nilai maksimum tercapai, gaya sentrifugal
Bl ,rnenunjukkankondisi e=0; D=7,730 tersebut baru diimbangi bersama-sama dengan gaya gesekan. Hal ini
82 ,menunjukkan kondisi f = f maks:0,153; D: D.*" = 7,730 f
menuntut yang mendadak besar setelah e maks tercapai dan
B3 ,menunjukkan kondisi f :0,124,; D = 7,730 sebaliknya tidak membutuhkan fpada tikungan-tikungan yang
84,rnenunjukkan kondisi f = f maks = 0,153; D: 9,530 kurang tajam.
B5 ,menunjukkan kondisif : f maks:0,153; D: Dmaks :12,780 e berubah dari e : 0 sampai e : emaksimum (titik Cr) dan
selanjutnya tetap : e maks sampai dicapai Dmaksimum. Dengan
demikian f : 0 selama lengkung terletak dikiri titik Cz dan kemudian
bertambah dari f : 0 sampai f : f maksimum.
filo direncanakan lengkung horizontal dengan :
Titik Cr dan C, pada gambar 4.7a dan 4.7b diperoleh dengan
. radius R:239 m @: 5,S), maka berdasarkan metda mempergunakan rumus :

kedua dari gambar 4.7a diperoleh zuperelwasi yang


dibutuhkan : @/o. Iadi untuk R : 239 m dibutuhkan e =
tr2
0/o dan f = 0,119 (gambar 4.7a dan 4.Zb),jika kendaraan v6. maXs WR dan f:0
bergerak dengan kecepatan reocana e: U/o dan f:0,096
Garrbar 4.7a dan 4.7c), jika kendaraan bergerak pada
untuk contoh dengan V rencana: 60 km/jarn :
kecepatanjEtan.

' radius R: 143 m @ = l0), maka berdasarkan metoda emaks:0,i0dan f:0


kdua dari ganrbar 7a diperoleh zuperelwasi yang R :283.46m ) D=.-s.05"
dibirtuhkan : (10-7,73y(12,78-7,73) = dq IO
e:0,O45.
Berarti dari D : 0" sampoi D : 5,05". koefisien gesek (f) : 0. dan
Iadi untuk R= l43m dibutuhkan e= 4,5o/o dan f = 0,153
(gambar 4.7a dm 4.7b), jika kendaraan bergerak dengan dari D:5,05" sampai D: 12.78" nilai e: e maks dan f bervariasi
kecepatan rencana dan e:4,5Yo dan f = 0,153 (ganrbar
dari0sampai f:fmaks.
4.7a dan 4.7c), jika kendaraan bergerak pada kecepatan Jika kendaraan bergerak dengan kecepatan jalan rata-rata. maka
jalan. untuk kondisi titik Cr dimana telah direncanakan e - e maks dan t)
5,05" ), akan timbul f negatip.
rJ6
84

kct:epatan rcncona, dan c =- lUo/o dan f' .. 0.060 (gambar


Dari contoh di atas:
4.7a dan 4.7c), jika kendaraan bergerak pada kecepatan
jalan.
11: ,r[
"
Pada gambu 4.7 terlihat jika kendaraan bergerak dengan
kecepatan renc6ns maka gaya sentrifugal diimbangi langsung oleh
Kecepatan jalan rata-rata: 80 - 90o/oV renoana (arnbi( 5a km{am)
komponen berat kendaraan akibat superelevasi sampai mencapai
superelevasi maksimum. Ini mengakibatkan tidak dibutuhkannya
0,10+1=ffi, gaya gesek (koefisien gesekan = 0).

Tetapi jika kendaraan bergerak dengan kecepatan jalan


f= - 0,019 rata-rata, superelevasi yang telah ditetapkan untuk keadaan
kecepatan rencana akan menghasilkan koefisien gesekan negatif
Cr menunjukut kottdisi e = e maks = QlO pada lengkung yang sangat tumpul (D:0) sampai lengkung dengan
derajat lengkung kira-kira setengah derajat lengkung maksimum.
D: 5,05o

Cz manunjukan kondisi f =0
D = 3,05"
Dletda keqpt
Metoda keempat rnengurangi kelemahan-kelemahan dari
Cr menunjukan kondisi I = - Q0l9
metoda ketiga. Prinsipnya sama, tetapi berdasarkan kecepatan jalan
D= 5,05o
rata-ratasehingga tidak menimbulkan koefisien gesek negatip.
Untuk contoh durg;an V rencana:60 km/jam:
Jika direncanakan lengkung horizontal dengan :

o radius R = 239 m (D = 5,99'), maka berdasarkan metoda Vjalan rata-rata :54 km/jam ( diambil *.9ff/oV rencura)
ketiga dari gambar 4.7a diperoleh superelevasi yang f :0
dibutuhkan = l$/o.
.
ema[s:
V2 ialan rata-rata
Jadi untuk R:239 m dibutuhkan e = l0% dan f = 0,019
(gambar 4.7a dan 4.7b\. jika kendaraan bergerak dengan -lrE-
542
kecepatan rencana, dan e = l0%o dan f = -0,004 (gambar l
0,10:
127 R
4.7a dan 4.7c), jika kendaraan bergerak pada kecepatan
jdan. i
R:229,61 m t D:6,24o
o radius R : 143 m (D :
10"), maka berdasarkan metoda I
Jika kendaraan bergerak dengan kecepatan rencana, maka
ketiga dari gambar 4.7a diperoleh superelevasi yang I

dibutuhkan - l0%o. 0-10+f= 0'


' 127 o 229'61
Jadi untuk R: 143 m dibutuhkan e: l0% dan f = 0,098
'(gambar 4.7a dan 4.7b), jika kendaraan bergerak dengan f :0,024
87
86

Dr menunjukan kondisi e
: e maks = 0, l0 ,=S#@=Y
D: 6,24'
D2 menunjukan kondisi f : 0,024 Dimana K: konstanta: 181913,53
D = 6,24o
D3 menunjukan kondisi e : e maks = 0,10 /
Pada gambw 4.7 dan 4.8 dapat dilihat bahwa untuk metoda
f =0 keempat:
D= 6,24o Untuk titik Dz berlakuD : K (e.* + h)/V2
Untuk titik D berlaku D = K (e,*)A/i'
Jika direncanakan lengkung horizontal dengan :
dimana:
o radius R: 239 m (D = 5,99o), maka berdasarkan metoda V: kecepatan rencanajalan
yang
keempat dari gambat 4'7a diperoleh superelevasi
: (5,9916,24). 0,10 = 0,096. Vi: kecepatan jalan rata-rata
dibutuhkan
D pada titik D: Dp, dan pada titik Dr : Dp, sehingga :
JadiuntukR=23gmdiburuhkane=9,6Yodanf:0'023
(garnbar4.7adan4.7b\,jikakendaraanbergerakdengan K(e rrr"f") _ K(o,r"h+h)
:
kecepatan rencana' dan e = 9,6Yo dan f 0 (ganrbar
4'7t vj2 v2

dan4'7c),jikakardaraanbergerakpadakecepatanjalan.
oradiusR:143m(D:10),makaberdasarkanmetoda maka:
keempatduigambu4.Tadiperolehsuperelevasiyang h = emrb (V2A/j2) - e,.r"
dibutuhkan = l@/o.
tgcrr : h/Dp, merupakan kelandaian garis di sebelah kiri titik Dz
JadiuntukR=l43mdibutuhkane:|ff/odanf=0'09E tgaz -- (f,,"k" - h) / (D",rr" - Dp), merupakan kelandaian garis di
(gambar4.7adan4.7b).jikakendaraarrbergerakdengan sebelah kanan titik Dz.
kecepatanrencana,dane:lOo/odanf=0'061(gambar
4.7adan4.7c';,jikakendaraanbergerakpadakecepatan Ordinat dari Mo pada lengkung gambar 4.8b yang merupakan
jalan. tengah-tengah antara metoda pertama dan keempat. besarnya
adalah.

Mo=ry#t-"''
Metda keltma
Metoda kelima merupakan metoda antara metoda pertama dan dimana:
keempatyangdiperlihatkansebagaigarislengkungparabola.tidak a: Dp
simetris. Bentuk parabola ini berlaku
jika dipergunakan kecepatan
ini paling umum b=Dmaks-Dp
rencana maupun kecepatan jalan rata-rata. Metoda
dipergunakan, dan tndonesia juga mempergunakannya' a*b:Dmaks
E8
8e

Dp(D,".r, - Dp) (tg a 2 - tg ot l)


Mo=
2 Drn*"

persamam umum lenglung parabola yaitu y = (t').t"


Untuk lengtung disdelah kiri Dp Gambar a.8b)

D<Dp
r, = Mo(#)'*, tg o I I
BERDASARKAN KEc eeararu nelco*alrvr

Penurunan persamaan lengkung .parabola untuk metoda kelima. o,20

Contoh untuk kecepatan rencana 60 knr/jarn, dan e,',* = lff/o.


I

t
I

Untuk lengkung sebelah kanan Dp (gambar 4.8b) I


I
o,ro

D>Dp

t, : Ir{o (ffi)'.+ h + (D - Dp) tsal


b. BERoASARKAT RENcAN,
Dengan mempergunakan P"ersamaan-p€rsamaan di atas diperoleh feceearan
gunbar grafik yang menunjukkan hubungan antara superelwasi (e)
dengair derajat lengkung (D) dan kecepatan rencana (9 pada sdatu
superelorasi maksimum tertentu.
Gunbar 4.8a mengganrbarkan hubungan superelwasi (e)
dengan derajat lengkung @) untuk kecepatan nencana V
: 60
km{am dan superelwasi maksimum = lff/o.
Dari contoh metoda keempat diperoleh :

Dp :6,24" eD3e rb iz 14

--------+ D
h = 0,024 BERDASARKAN KECEPATAN JAUAN (Vi)

frm*r = 0,153
Garnbar 4.8. Penurunan persamaan lengkung parabola untuk
fln& = 12,7t" metoda kelima (contoh keccpatan rencana 60 km/jam
tgal = 9,92416\4: O,OO385 dan e.*. : l0%o).
90 0t

tgu2 : (0,153 - O,O24rl(12,78 - 6,24)'- 0,01972 Iabcl 4.2. l'crb;urdrngan nilai c dan f untuk kc[ma mctoda
pendistrrbusran o dan D (scsuai contoh yang
Mo :6,24. (12,78 - 6,24N0,01972 - 0,00385)(12,78)(2)
drpihh).
Mo :0,02535

Persamaan lengkung di kiri Dp Berdasarkan kecepatan rencuuu

V = 60lcn/jam dan e maks : lAYo


/

fi :0,O2534 (D16,24f + 0,00385 D R D

Metoda Metoda Metoda Metoda Metoda


Persamaan lengkung di kanan Dp m (t') pcrtama kedua ketiga keempat kelima
fz : 0,0253 4 l(12,78 -Dy6.5412 + 0,024 + 0,01972 (D - 6,24)
e f e f e f e f e f
Contoh penentuan titik-titik pada lengkung parabola gambar 4.8a : I 15 't2,78 0,100 0"1 53 0.100 0.153 0,100 0,153 0,r00 0,153 0,100 0,1 .53

Untnk D = 5,99o -+ fr = 0,02534 (5,9916,24f + 0,00385 .5,W 143 10,00 0,078 0.120 0,045 0,153 0,100 0.098 0,100 0,098 0.095 0"103
= 0,046
239 5,99 o.M7 0,072 0,000 0,1l9 0,100 0,019 0,096 0,023 0.072 0,046
et= 0,O72

Untuk D: lff + fz = 0,02534 l(12,78 - 10y6,54)2 + 0,024 +


Kemiringan nellntang jalan lunrs
0,01972. (10 - 6,24) : 0, 103
(kemiringan melintang notrnal)
ee = 0,095
Pada jalan lurus kendaraan bergerak tanpa membutuhkan
kemiringan melintang jalan. Tetapi agar air hujan yang jatuh di atas
Dari tabel 4.2 dibawah ini dapat dilihat perbandingan nilai e dan f permukaan jalan cepat mengalir ke samping dan masuk ke selokan
untuk kelima metoda untuk kecepatan rencana 60 km/jam, samping, maka dibuatkan kemiringan melintang jalan yang umum
superelevasi maksimum l0', R 239 m, dan 143 m (radius yang disebut sebagai kemiringan melintang normal. Besarnya kemiringan
dipilih sebagai contoh). melintang normal ini sangat tergantung dari jenis lapis permukaan
yang dipergunakan. Semakin kedap air muka jalan tersebut semakin
landai kemiringan melintang jalan yang dibutuhkan, sebaliknya lapis
Tabel 4.3. dan Gambar 4.9 menunjukkan hubungan antara e, D, R permukaan yang mudah dirembesi oleh air harus mempunyai
dan kecepatan rencana, berdasarkan metoda kelima untuk Qnaks : kemiringan melintang jalan yang cukup besar, sehingga kerusakan
lff/o. konstruksi perkerasan dapat dihindari. Besarnya kemiringan
Tabel 4.4 dan Garrbar 4.10 menunjukkan hubungan antara e, D, R, melintang ini (: en) berkisar antara 2 - 4%.
dan kecepatan rencana, berdasarkan metoda kelima untuk Gnraks : Bentuk kemiringan melintang normal pada jalan 2lajur 2 arah
8o/o. umumnya berbentuk ----=_---=- dan pada jalan dengan median
kemiringan melintang dibuat untuk masing-masing jalur
Jika kendaraan melakukan gerakan membelok ke kiri dan
g2 98

kendaraan bergerak di sebelah kiri, maka pada bentuk kemiringan kccepatan rencana dan satu nilai superelwasi maksimum.
normal kendaraan tersebut telah mempunyai superelevasi sebesar q,. IJ Gambar distribusi antara f dan D adalah gambar yang
Tetapi jika kendaraan membelok ke kanan, en memberikan menunjukan . besarnya koefisien gesekan melintang yang
superelevasi negatif. Hal tersebut masih dapat dipertahankan pada dibutirhkan untuk setiap derajat lengkung (atau radius ) yang
lengkungJengkung tumpul. Berarti terdapat harga batasan R dimana .d&ilih pada satu kecepatan rencana dan satu nilai superelevasi
bentuk kemiringan normal masih dapat dipertahankanlatau batasan R maksimum.
dimana bentuk superelevasi penuh mulai dibutuhkan.
D Kemiringan melintang normal pada jalan lurus dibutuhkan untuk
kebutuhan drainase jalan..
[} Terdppat bqtasan dimaga pada suatu lengkung horizontal
RexcKr"MAn ,
dengan R tertentu, kemiringan melintang normal dapat
dipergunakan . atpu pada batas mana superelevasi mulai
tl Kendaraan yang bergerak pada lengkung horizontal akan dibutuhkan.
mengalami gaya sentrifugal.
tl Gaya sentrifugal tersebut diimbangi oleh gaya gesekan antara
ban dan muka jalan dan komponen berat kendaraan akibat
dibuatnya superelevasi (kemiringan melintang jalan di tikungan).
I Rumus umum pada lengkung horizontal adalah :

e*f= *

iJ Koefisien gesekan dan superelevasi mempunyai nilai maksimum


I Lengkung horizontal tertajam adalah lengkung dengan radius
minimum yang dapat dibuat untuk satu kecepatan rencana, satu
nilai superelevasi maksimum, dan satu nilai koefisien gesekan
maksimum.
il Besarnya superelevasi dan gaya gesekan yang dibutuhkan untuk
mengimbangi gaya sentrifugal yang timbul pada lengkung
dengan radius antara Rminimum dan R tak berhingga
ditentukan oleh metoda pendistribusian yang dipergunakan.
U Indonesia umumnya mempergunakan metoda distribusi e dan D
berdasarkan lengkung parabola tidak simetris (metoda kelima).
tr Gambar distribusi antara e dan D adalah gambar yang
menunjukan besamya superelevasi yang dibutuhkan untuk
setiap derajat lengkung (atau radius ) yang dipilih pada satu
'94 96

Tabel4.3. Distribusi D berdasarkan metoda kelima


e dan
(e maksimum = 0,10)

V=t( V=O( V :'/( v=6( V=X


* t--
y'=l0l tl=
km/ian kro
D R e e e e e e e e
(o) (m)
0.15 9549 0.002 0.002 0.003 0.004 0.005 0.007 0.008 0.009
0.20 7162 0.002 0.003 0.004 0.006 0.007 0.009 0.01I 0.013
o !p 'r;
0.25 5730 0.003 0.004 0.005 0.007 0.009 0.01I 0.013 0.016 E
0.50 2865 0.005 0.008 0.011
0.016
0.014 0.017
0.025
0.021
0.031
o'.026
0.037
0.030
0.044
! E$
o.75 1910 0.008 0.012 0.020
0.039 0.046 0.055
o
! .EE
0.95 I500 0.010 0.015 0.020 0.025 0.032
1.00 1432 0.011 0.015 0.021- 0.o27 0.033 0.040 0.048 0.057 e-: i^ F3E
o o td
t.7' I146 0.013 0.019 0.025 0.033 0.040 0.049 0.059 0.069
n.-r^ s $-s
1.43 1000
1.50 955
0.015
0.016
0.022
0.023
0.029. 0.037
0.030 0.038
0.045
0.047
0.050
0.055
0.057
0.060
0.066
0.068
0.071
0.077
0.0E0
0.084
!iEE
g!!u,
E!:<
es{
E8E
1.59 900 0.017 0.024 o.o32 0.040 qol{
t.75 819 0.018 0.026 0.035 0.044 0.054 0.065 0.077 0.090
1.79 800 0.019 0.027 0.035 0.045 0.055 0.066 0.078 0.091
o
#'. BE
q'S
II FBg
2.00 7t6 0.021 0.029 0.039 0.049 0.060 0.072 0.085 0.096
2.05 700 0.021 0.030 0.040 0.050 0.061 0.073 0.086 0.097
2.39 600 0.025 0.035 0.045 0.057 0.069 0.082 0.094 0.100

I rEiF;
E-US
2.50 573 0.026 0.036 0.047 0.059 0.072 0.085 0.096
2.86 500 0.029 0.041 0"053 0.065 0.079 0.w2 0.100
3.00 477 0.030 0_M2 0.055 0.068 0.081 0.094 0.100
3.50 409 0.035 0.04E 0.062 0.076 0.089 0.099 E
3.58 :400.
4.00 358
0.036 0.049
0.039 0.054
0.063
0.068
0.077
0.082
0.090
0.095
0.099
'rs.9
"B.E
v
-
4.50 318 0.043 0.059 0.074 0.088 0.099 AAE
4.77 '300 0.046 0.062 0.077 0.091 0.100
5.00 286 0.048 0.064 0.079 0.093 0.100 oi
6.00 .239 0.oss 0.073 0.088 0.098 +
G'
7.00 205 o.M2 0.080 0.094 0.100 3
7.16 200 0:063 0.0E1 0.095 0.100 cl
8.00 179 0.068 0.0t6 0.098
9.00 159 o-074 0.091 0.(x)9
9.55 150 0.077 0.094
io.or 143. 0.079 0.095
ll.0( 130 0.083 0.098
t2.a 119 0.087 0.100
13.0( ll0 0.091
14.0t 102 0.093
14.3',. 100 0.094
15.0r 95 0.096
16.0( 90 0.097
17.0r 84 0.099 Rmin berdasarkan tabel 4.1 o+
tR or RO o ffx) disribusi e & D mencikuti maoda kelima
96
I 91

I'abcl4.4. Distribusi c ti,rrr D bcrtlasarkan motoda kctirna


(e rnaksimum:0,08)

V: 50 V:60 \ V: 100 V: ll
k nu lq{iq$
D R e 'e e e e e e e
(o) (m)
0. l5 9549 0.002 0.002 $.003 0.004 0.005 0 007 0.008 0.009
0.20 7t62 0 002 0.c03 0 004 0 006 0.007 00& 0.010 0.0r2
0.25 5730 0.003 0_004 0.005 0.007 0 009 r.0i I 0.013 0.015 C,
0.50 2865 0.005 0.008 0.010 0.014 b.orz .1.021 0.025 0.029 .E
0.75 l9l0 0.008 0.01I 0.015 0.020 0.025 ti.030 0.036 0.M2 I
f
9p'a
0.95 1500 0.010 0.014 0.019 0.025 0.031 0.037 0.044 0.051
too
1.00 1432
tt46
0.011
0.013
0.015 0 020
0.02,
0.026 0.032
0.038
0.038
0.046
0.046
0.054
0.053
0.063 oo6
()-6
E$
1.25
1.43 1000 0.015
0.019
0.021 0.028
0.03 r
0.035 0.043 0.051 0.060 0.070
E -qE
.l-. 5 ,j.
1.50 955 0.016 o.022 0.029 0.036 0.045 0.053 0.062 o,072 ?:e8 (\lUrd

r.59 900 0.017 0.023 0.030 0.038 0.047 0.055 0.065 o.074
!EET E s€
t.75 819 0.018 o.o25 0.033 0.041 0 050 0.059 0_069 4.077
EEiA
1.79
2.00
800
716
0.018
0.020
o.026
0.028
0.034
0.037
0.M2
0-046
0.051
0.055
0.060
o065
0.070
0 074
0.077
0.080
-.9b<
erO.o< .Htg
2.O5 700 0.021 o,o29 0.038 0.047 0.056 0.065 0.074 0.080 BEH
2.39
2.50
600
573
0.o24
0.025
0.033
0.034
0.043
0.0214
0.052
0.054
0.062
0.064
0.071
0.073
0.079
0.079
; EEE
2.86
?.00
3.50
500
477
409
0.028
o.029
0.033
0.038
0.040
0.045
0.049
0.0s0
0.056
0.059
0.060
0.065
0.069
0.070
0.075
0.077
0.078
0.080
0.080
II EsF
EEE
3.58
4.00
4.50
4.77
400
358
318
300
0.034
0.037
0.041
0.M3
0.045
0.049
0.053
0.055
0.057
0.061
0.oer
0.067
0.067
0.071
o.o74
o.o76
0.o76
o.o79
0.080
0.080
0.080
' E53s?
A H
E
5.00 286 0.044 0.057 0.068 0.077 0.080 "S.E
)
sd-t rr,
6.@ 239 0.050 0.063 o.074 0.080
7.00 205 0.056 0.068 0.078 =(tlx
AOE
7.t6 200 0.056 0.069 0.079 o
8.00 179 0.060 0.073 0.080 -!f,
9.00 159 0.04t o.076 0.080
.tl
9.55 150 0.066 o.077
10.00
I1.00
143
130
0.068
0.071
0.078
o.079

12.00 ll9 0.074 0.079
13.00 ll0 0.076
l4:00 t02 0.o78
14.32 100 0.078
15.00 95 0.079
16.00 90 0.080 Rmin berdasarkan tabel 4.1
84 0.080 distribusi e & D mengikuti metoda kelima

Gamto 4- lo Distnhrsi e & D bodasadon AAS[II090 m€rodr trelima

o (--
UE
98

4 Mcnrrnbnh kclmmun dan kcnyamanan bagi pengemudi,


4.2. Isnextme nERALfiTAN karona scdikit kemungkinan pengemudi keluar dari lajur.
Secara teoritis perubahan jurusan yang dilakukan pengemudi
dari jalan lurus (R : o) ke tikungan berbentuk busur linglaran (R : 5. Menarnbah keindahan bentuk darijalan tersebut, menghindari
R) harus dilakukan dengan mendadak Tetapi hal ini tak kesan patahnya jalan pada batasan bagian lurus dan lengkung
perlu
karena: busur lingkaran.
a: pada pertama kali membelok yang" dibelgkan adalah roda Pencapaian kemiringan melintang jalan dari kemiringan jalan
depan, sehingga jejak roda akan melintasi lintasan peralihan normal pada jalan lurus ke kemiringan melintang sebesar
dari jalan lurus ke tikungan b'crbentuk busur lingkaran. superelevasi dan sebaliknya ditakukan pada awaldan akhir lengkung.

b. Akibat keadann di
atas, gaya sentrifugal yang timbulpun Panjang lengkung peralihan menurut Bina Marla
berangsur-angsur dari R tak berhingga di jalan lurus sampai diperhitungkan sepanjang mulai dari penarnpang melintang
R: Rc pada tikungan berbentuk busur lingicaran. berbentuk crown e-^\ sampai penampang metintang
dengan kemiringan sebesar superelevasi (gambar 4.1 la). Sedangkan
Pada lengkung horizontd yang tumpul dengan jari-jari yang
besar lintasan kendaraan masih dapat tetap berada pada lajur AASHTO'9O memperhitungkan panjang lengkung peralihan dari
jalannya, tetapl pada tikungan tajam kendaraan akan menfrnpang penampang melintang berbentuk sampai penampang
melintang dengan kemiringan sebesar superelevasi (gambar 4.1 lb).
dari lajur yang disediakan, mengambil lajur lain disampingnya- Guna
il
menghinda4 hul .tersebut, sebaiknya dibuatkan lengkung dimana
3b iota
lengkung tersebut mertrpaknn peralihan dari R: tak berhingga ke R
: Rc. Lengkung ini disebut hngkung peralihan. l,. '{
1
Bentuk .lengkung peralihan yang memberikan bentuk yang
sama dengafr jejak kendaraan ketika beralih dari jalan lurus ke
tikungan berbentuk busur lingkaran dan sebaliknya, dipengaruhi oleh
sifat pengemudi, kecepatan kendaraan, 'radius lengkung, dan ffY' ,,
kemiringan melintang jalan. Bentuk lengkung spiral atau clothoid
/t/
//
,,
adalah bentuk yang banyak dipergunakan saat ini.
Keuntungan dari penggunaan lengkung peralihan pada
,'I
alinyemen horizontal :

l. Pengemudi dapat dengan mudah mengikuti lajur yang telah


disediakan untuknya, tanpa melintasi lajur lain yang
berdampingan.
Memungkinkan mengadakan perubahan dari lereng jalan
normal ke kemiringan sebesar . superelevasi secara
berangsur-angsur sesuai dengan gaya sentrifugal yang timbul.
'PAIJANG
--------l
LENGXI'{G PERALD{AT LI , . PANJAiTLEXXUNG PERALIXAN LT.
h.i

Memungkinkan mengadakan peralihan pelebaran perkerasan


yang diperlukan dari jalan lurus ke kebutuhan lebar perkerasan Gambar 4.1l. Panjang lengkung peralihan menurut Bina Marga dan
pada tikungan-tikungan yang tajam. AAslfro'go.
100 rot
Lardal nbtlf Pada jalan bcrlajur banyak maka pencapaian kcmiringan tidak
Proses pencapaian kemiringan melintang sebesar superelevasi dapat mempergunakan data diatas dengan begitu saja. Dari
dari kemiringan melintang normal pada jalan lurus sampai p€qgarnatan secara ernpiris diperoleh bahwa pencapaian kemiringan
kemiringan melintang sebesar superelevasi pada lengkung berbentuk unqrk jalan 3
lajur adalah 1,2 kali dari Panjang pcncapaian
busur lingkaran, menyebabkan peralihan tinggi perkerasan sebelah kmriringan untuk jalan 2 lajua jalan dengan 4 lajur memeflukan
luar dari elevasi kemiringan normal pada jalan lurus l5e elevasi sesuai p.anjeng pencapaian 1,5 kali panjang pencapaian unhrk jalan 2 leiur,
kemiringan urperelevasi pada busur lingkaran. I dan untuk jalan 6 lajur panjang pencapaian yang diperlukan adalah 2
Landai relatif (l/m)
adalah besarnya kelandaian akibat &ali panjang pencapaian untuk jalan 2lajur.
perbedaan elevasi tepi perkerasan sebelah luar sepanjang lengkung
peralihan.. Perbedaan elevasi dalam hal ini hanya berdasarkan Tabel4.5
tinjauan perubatran bentuk penampang melintang jalan, belum
Kecepatan l/m Kecepatan Kelandaian relatif
merupakan gabungan dari perbedaan elevasi akibat kelandaian rencana km/jam r€Ircana naksimrun
vertikal jalan. AASHIO I99O
km/jam BinaMargg (uarkota)

Pada gambar 4.1 I terlihat bahwa : 32 IB? 20 l/50


48 l/150 30 n5
Menurut Bina ldarga (qatnbor 4. I la) Menurut AASHTO (eambar 4.1 lb) u vt75 40 l/100
80 IDco 50 l/l l5
88 tm3 60 vt25
Landairelatif *=* Landairelatif *=* 96 v222 80 l/150

!m-_ (errn)B I t04 tn4 lm


Ls m- !9P
Ir r.l2 tD50

dimana:
Dari batasan landai relatif maksinnrm dapat ditentukan panjang
llm: landairelatif langkung peralihan minimum yang dibuhrhkan :

Ls = panjang lengkung peralihan


B : lebar jalur I arah, m Menurut BinaMarga Menurut AASHTO

e - superelevasi, rn/m' (gambar 4.1 la) (gambar 4.1 lb)

e" = kemiringan melintang normal, m/m' Landairelatif *=* Landairelatif * = *


m > mm,l" (gambar (a.Da) m > mmaks (gambar 4.12b)
Besarnya landai relatif maksimum dipengaruhi oleh kecepatan
dan tingkah laku pengemudi.
(e+cn)t| (e)R _ I
- I
1-
Tabel 4.5 dan gambar 4.12a dan 4.12b memberikan beberapa nilai l^s - llltrBl$ [-s - trlnraLr

kelandaian relatif maksimum berdasarkan ernpiris, sesuai yang (11

diberikan oleh AASHTO'90 dan Bina Marga (luar kota). Ls>(e+er)BoEtmaks Ls>(e)Born,rak.

I
'y' l08

Londoi relolil moksimum


(AASHTO.90)

60 80 too

(Km/Jom )
60 80

Gambar 4.12a. Landai rclatif maksimum berdasarkan Bina Marga. #KECEPATAN ( Km /Jom )
-KECEPATAN {

l
I Gambar 4. lzb.Landai relatif maksimum bcrdasarkan AASHTO'9O.
,{

A
r0+ 106

funtuk lengkung prallhan Srrhstitusikiln pcrsarnaan (b) kc persamaan (a)


Bentuk lengkung peralihan yang terbaik adalah lengkung
clothoid atau spiral. a, dL : A2/L dt

: titik peralihan dr : LIN dL


dari bagian tangen
kebagian spiral
__
L
L2
-----=
-
)At
P = titik sembarang pada spiral
T = sudut antara garis singgung L? :2 A'. t
dari titik P dan sumbu X
L : AJQI,)
x: absis titik P
v: ordinat titik P Garnbar 4.13. Lrngkung spiral.
Substitusikan persamaan (b) ke (c)
ft= radius pada titik P
L_ panjang spiral diukur dari titik O ke titik P r:L|ZR radial

Pada awal lengkung peralihan di titik O, R. : m; pada


Berarti besarnya sudut spiral t :Ll2R
sembarang titik pada lengkung peralihan R: R.

dl : Rdt (a)
R=tl =# (d)

dx = dl cos dt
dy : dl sin dt dx: A3/L cos t dt
d*=4costdt
Syarat lengkung clothoid/spiral adalah radius pada sembarang titik JQ')
berbanding terbalik dengan panjang lengkung. T

* : ro[,g costdt
JQt)
RL:A2
R:AilL (b)
dy: dL sin r
A' : konstanta
t

'f dy=1!sintdt
JQr)
107
106

Perhatikan sebuah lengkung spiral sePerti pada gambar 4.14 di


7
bawah ini.
v:[,!sintdt
' t JQt) t X.

Dengan menghitung fungsi sinus dan cosinus serta mengintegrasi,


dan merubah kederajat, akan didapat :

*=t(r-+*-(--
\ 40Rz 3456R'r
L )
"""')
599040 Ro=+

,._Lr(r_L2 -' Ln _ Lu )
'- 6R\^ 56R2 7o4oR4 l6l28ooR6/
Jika disederhanakan maka :
o

Garnbara.la. Lengkung peralihan berbentuk spiral pada lengkung


*=r(r_4)
\ 40Rz/ (14) horizontal.
€) ' Titik TS, permulaan bagian spiral dengan radius tak berhingga ke
(ls) titik SC, akhir dari spiral dengan radius: Rc.
=L'
,6R
u
Jika panjang lengkung peralihan dari TS k9 SC adalah Ls dan
koordinat titik SC adalah Xs dan Ys, maka dengan menggunakan
Selanjutnya dari gambar 4.13 diperoleh persamaan 14 dan 15 diperoleh:

dR:y+Rcost-R
x-:x-Rsint xs=Ls(r-#) (16)

Dari uraian di atas dapatlah ditentukan koordinat sembarang titik P yr= H (17)
pada lengkung peralihan yang berbentuk spiral. '

Besarnya sudut spiral0s sepanjang ts = # radial (18)

e.=*H (1e)

lt
p=H-R(l-cos0s) (20)
108 109

Rcsin0s V- Kcccpatan rcncana, km/jam


k = l-s - 4" - (21)
40Rc' C: perubahan percepatan, m/det3, yang bernilai antara l-3
m/det3.

Panjang lengkung pralihan (Ls) berdasarka* Ls = 0,022X: ; - ----+ Rumus SH0RTT ..........".. (22)
ntmus SHORTT
Gaya sentrifugal akan berubah secara cepat jika panjalg spiral
yang dipergunakan pendek, sebaliknya gaya sentrifugal akan berubah Untuk mengimbangi gaya sentrifugal sebenarnya telah dibuatkan
secara perlahanJahanjika panjang spiral cukup panjang
superelevasi, oleh karena itu gaya yang bekerja adalah gaya
sentrifugal dan komponen berat kendaraan akibat dibuatkannya
kemiringan melintang sebesar superelevasi. Dengan demikian rumus
Gaya sentrifugal: mV2/R SHORTT menjadi:

Waktu untuk kendaraan bergerak sepanjang lbngkung spiral


sepanjang Ls, adalahl : Ls/V.
Ls = 0,022
# -2,727 ry ................ (23)

Perubahan gaya rata-rata sepanjang waktu tempuh sepanjang Rumus (23) ini terkenal dengan nama rumus MODIFIKASI
spiral= gayaAuaktu. SHORTT
f)l

GaYa _mV2lR_mV3
waktu Ls/V RLs
Panjang lengkung peralihan (Ls) perencanaan
Perubahan percepatan ke arah radial untuk setiap saluan waktu Panjang lengkung peralihan Ls yang dipilih untuk perencanaan
(C): a/t. merupakan panjang terpanjang dari pemenuhan persyaratan untuk :

e:ah a. kelandaian relatif maksimum yang diperkenankan.

Gaya: ma b panjang lengkung peralihan berdasarkan modifikasi


SHORTT.
Gaya _ma_mV3.
u,ahu RLst c. lama perjalanan yang dilakukan pengemudi selama 2 detik

" = RLs
v' - ------) tr = #
menurut AASHTO dan 3 detik menurut Bina Marga (luar
kota) yang berguna untuk menghindari kesan patahnya tepi
perkerasan.
Jika satuan dari besaran-besaran tersebut adalah : bentuk lengkung spiral
Ls: panjang lengkung spiral, m r) Panjang lengkung spiral berdasarkan persamaan l8 atau l9
R : jari-jari busur lingkaran, m merupakan fungsi dalam sudut spiral0s.

..*l
110 111

'l'abel 4.6 rncmberikan panjang lengkung peralihan minimum


RRxcxuunn '
yang diperoleh dari panjang terpanjang dari ketiga kondisi a, b, dan c
di atas, dan besarnya superelevasi yang dibutuhkan untuk setiap tl Lengkung peralihan merupakan lengkung untuk tempat
radius yang dipilih pada kecepatan rencana tertentu dan superelevasi peralihan penampang melintang dari jalan lurus ke jalan dengan
maksimum : l0o/o. Kelandaian relatif maksimum yang dipergunakan superelwasi.
dan dasar pengukuran panjang lengkung peralihan Ls mengikuti
yang diberikan oleh AASHTO. n Panjang lengkung peralihan yang dibutuhkan haruslah
memenuhi batasan akan :
Tabel 4.7 dipersiapkan untuk nilai kelandaian relatif maksimum dan
dasar pengukuran panjang lengkung peralihan Ls mengikuti yang a. kelandaian relatif maksimum yang diperkenankan.
diberikan oleh Bina Marga(luar kota). b. bentuk lengkung spiral.
"t'abel
4.8 dan tabel 4.9 dipersiapkan mengikuti metoda AASHTO c. panjang lengkung peralihan .berdasarkan modifikasi
dan Bina Marga untuk superelevasi maksimum :8%. SHORTT
d. lama perjalanan yang dilakukan pengemudi selama 2 detik
menurut AASHTO dan 3 detik menurut Bina Marga (luar
kota) untuk menghindari kesan patahnya tepi perkerasan.

tr Pengukuran panjang lengkung peralihan Ls menurut metoda


fr I
Bina Marga dimulai dari awal peralihan penampang melintang
berbentuk normal -----==, sampai dicapai bentuk
penampang melintang sesuai superelevasi yang dibutuhkan.
D Pengukuran panjang lengkung peralihan ts menurut metoda
AASHTO dimulai dari penampang melintang berbentuk
, sampai dicapai bentuk penampang melintang
sesuai superelevasi yang dibutuhkan.
f, Panjang lengkung peralihan Ls yang dibutuhkan harus
diperhitungkan mengikuti metoda pengukuran panjang
lengkung peralihan yang dipergunakan.
n Sudut spiral merupakan fungsi dalam panjang spiral (persamaan
l8 atau l9).

r)

.&
112 118

E" Tabcl 4.7. Tabcl Panjang lcngkung pcralihan minimum dan supaelevasi
o
F R€RtIg: yang dibututrkan ( e matrsimum = l0 7o mctoda Bina Marga)
F-
o
d

;. tJ E"{E.B.E.E.B i
DOOOOOO

E" e8lE8E8ER8rr
.tH srr
s I
E _l_ - ^ ts 6 N h r a
lt Er{ 02s0
0,500
5730
2%5
LN
LN
0
0
0
60
5
.o lo sJ8.r-Eqq5-E s^e
3 oloocoooo oo A EE 0,750 l9l0 LN 0 &
P
a
E id r,000
1,250
t432
I lil6
LP
LP
45
45
60
50 0,040
75
75
h oEB eEE88E R8r t8 0,038 70
IIE:
45 0,047 75
'a 955 LP
cl t + E.gg 1,500
lJ50 819 LP 45 0,035 60 0,044 70 0,054 75
0,
tOF!ON a6 2,000 7t5 LP 45 0,039 60 0,049 70 0,060 75
E ro -Ah
0947 60 0,059 70
338 3.r.qB-8-E- r-t-8- ts-g 45 50 0,072 75
&o
o}.;
,ooooo coo cio
i$i BEi 2,500
3,000
3,500
573
477
409 0,03s
45
45
9042
0,048
50
50
0,055 50
0,062 60
0,068 70
0,076 70
0,081
0,089
75
75
era
1r< -BEBISEEsE 8ER ERg N
E 4,000 358 0,039 45 0,054 50 0,068 60 0,0E2 70 0,095 75

g{ $'
I I
d
I 4,500 318 0,043 45 0,059 50 0,074 60
0,ut9 50
0,0E8 70
0,093 70
0,(x)9 75
5Gt
EI Io
3 r gglgsgsg 353 333
I
E
E$EgII 5,000
6,m0
286
239
0,048
0,055
45
45
0,06f
0p73
50
50 0,088 60 0,098 70
75

.Ets sr"i g$E 7,000 205 0,062 45 0,080 50 0,094 60


d 0,098 60
Es
to $: oeessf eee eEE 88E R RR r 8,000 179 0,068 45 0,086 50

=-
En .E t 5=' 9,000 159 0,074
0,079
45
45
0,091
0,095
50
60
te
10.00( 143
R I 1,000 r30 0,083 45 0,098 60
9eE
lo
3sssslgggs-sgg5$gggg 12,000 ll9 0pt7 45 60
13,000 ll0 0,(D1 50
x6
=3
gDE 102 0,093 50
Ea, cc oooooG
!!fl?! 3eeee38eEe88E
o0 $' ;
95
q)
0,096
0,097
50
50
E
.? E
I
d lo 33 333q8-e
ooc
690 CdOl6l6O€-6-e
" E"9.8"
,o0000000000e
8"AE t B-q8. S.= I 84
80
0,099 60
&
19,000 75
3C
t- ooogttSSE 88t t83 3 e88 EEE B8E8€
IE.:
6
q o
cd
lt. Ketcranqan :
i e60 0Qh N o{6 6F- 66Fad N LN = lereng jalan normal diasuftsikan=2Yo
a)
.o
llo
33313 33 g5 8-E8. r.8.8. r. r-5-q
ooo ooo o ooo AaE
ooo
8^8-g-8-8 d
ooo6€
A
LP = tereng luar diputar sehhgga perkerasan mendapat superelevasi
c
t- scbesar lcreng jalan normal = 2 %.

EEEg:43:H *$A:XR H qE! E3= s883tF


I " = diperhitungkan dengan mempcrtimbangkan rumus modifikasi
r@ Shorg landai relatif maksimum (gambar l2), jarak rcmpuh 2 dctilq
dan lebar Pcrkerasan 2x3,75 m.

oO &B-F-8 RB
ddd-rr-r-:o[6i 8 t- 8-8"4 8.8-at t Eg
I I E tdinfI Id I.f rvi.dt tri I.l.:ag I I
= = = = = =

'{
,, .ft1
lle ll6

5E oo
I6d J Fts ooooo6
FFF€66
I
{
.td
il o sBo
N60dFO
a66FEA
3"O"O.O.O-C
tocooo T 3 E$ E
H.r a66hhhhh65S
s- VFF \FFFFFFFFTI ,

E IE r
i
E E
=t I
5 EJ
E I EESESBRRI tllo h
t g
fl Ex 333 issssggggBlI
E O-\Ooah6oa
E lo 3eo 8"8.q8-qr-5- S-E
o o o o o o €t dd ,
-E^ C!
6
c E" oBE eaEBaaeeeel! +E.ga tF Hq
s* ^ooo
VFFF ?RRTR]RRRRRRF
.EB It a> .E
o
il
EBIEEI
&a { EI EEf, 6 \o ---tA-o6r!rFo
a\)
UtF
Io 338 igs-sssggsgll EE
:in llo 333q SE8IIE88E5EE
3-6EBdddddc I
Ed , EE8 EE3
€?
gt= i
:t {t
E<
t:
A

c
o88S ts888E 888 88 ato
'E9 E
eL? o88eSele88888G8B88
-t S-
E€ Ill E:
=lr! EE"3.EEgEEE i
5
Et i3
.EE o
DOOOC oOCi CtO
,B$iiii E} o
F
I
Err ll o 3313 gglgs*33393 55
5*i !
ES E: co 83eele33 eeE 88 E 88 EE
fi o E o{ ./ =
Eil CtE
^^ooooole
(
888888888883
rt
!
&E
oE
R
lo 33 339#E3.agBgg553 !tr
o0v s-
Ee?
E
vvhhh6hfi

EI 'B , rE E J I
It
dE f,: oo33e88e ? eee 9r E 88E 8e uE
ct=
o
\o
ll o 3313
a n.&
3 3 3iE 3333BEEE8EEE
I 6 .:l 3.6.6A 6d dd d d
-Ee I
a0 E
lo siiriggE 5.gEeEEgEr.B.EE I E€
d
E!'l
, ooo oo o ooo crc
CI
E!4 ooo$$ hh6r'lh
trt!ttt 33$SS3$g33SSS33S tl
d
cr E" ooegttEBt I 3E 8r 3 Cr3 e8E E88qS F Ef, E
v
o
il
{
0) F d h6
I
-6
f,
E
o I
$ ll o 333 Etr J-] 3338-q oo 3gBgsBggg5555$3=
ll o zzzt:rrr$$ 3B s$ s sgg gE 5 55gg {
E
"d
t
o,
E T F
C,Q si{ B ess
d5 a r ; s
g g\s F I B
o. €.F{^'e - 6 ocl .tcl Ra
=g $q - -
I Eq E q I t s
-6
G,
t<
IE BEt$:43Ffr S$fr:X R HeE !E3:s8r3 he{--- \,'

ae
oO 3353s8s3333333 33 33 333 33833
33S3S3S3S 3S3 33 3 -8^3.8"333 33333

,)

A
ll6 ll?
q 3 - DuGRAttr Surenetntast l. Masing-masing perkerasan diputar sendiri-sendiri dengan
(dlagram kemlrlngan nellntang) sumbu masing-masing jalur jalan sebagai sumbu putar
Diagram superelevasi menggambarkan pencapaian super- . r (gambar 4.19a).
elevasi dari lereng normal ke superelevasi penulq sehingga dengan 2. Kedua perkerasan masing-masing diputar sendiri-sendiri
rnernpergunakan diagrun ruperelevasi dapat ditentukan bentuk dengan sisi-sisi median sebagai sumbu putar, sedang
penampang melintang pada setiap titik di zuatu lengkung horizontal median dibuat tetap dalam keadaan datar (gambar 4'l9b).
yang direncanakan. Diagram superelevasi digambar berdasarkan
3. Seluruh jalan termasuk median diputar dalam satu bidang
elevasi sumbu jalan sebegai garis nol. Elevasi tepi perkerasan diberi
yang sama, sumbu putar adalah sumbu median (gambar
tanda positip atau negatip ditinjau dari ketinggian sumbu jalan.
4.19c).
Tanda positip untuk elevasi tepi perkerasan yang terletak lebih tinggi
dari sumbu jalan dan tanda negatip untuk elevasi tepi perkerasan
yang terletak lebih rendah dari sumbu jdan.
Pada jalan tanpa median yang memp€rgunakan sumbu jalan
sebagai rumbu putar, s€perti pada gambar 4.15, maka diagram
zuperelwasinya seperti gambar 4.16. Metoda ini paling umum
dipergunakan untuk jalu 2 jalur 2 arah tanpa median (alan raya
tidak terpisatr). Metoda ini tidak mengganggu perencanaan
p€riampang memanjang jalan yang bersangkutan. Terlihat pada
tl
ganrbar 4.16 titik-titik sumbu jalur tidak berubah kedudukannya dari
tempat semula (potongan I-I, II-II, III-III, dan IV-IV). /
Iika perkerasan jalan diputar dengan mernpergunakan tepi
dalam perkerasan sebagai sumbu putar, maka akan memberikan
keuntungan dilihat dari sudut keperluan drainase jalan dan keperluan
estetis jalan yang bersanglutan. Hanya saja elevasi sumbu jalan
berubalr kedudukurnya dilihat dari kondisi jalan lurus (garrbar 4.17).
Metoda ketiga yaitu dengan mempergunakan tepi luar
perkerasan sebagai sumbu putar. Metoda ini jarang dipergunakan,
karena umumnya tidak memberikan keuntungan-keuntungan
sebagaimana cara-cara yang lairL kecuali untuk penyesuaian dengan \
keadaan medan (gambar 4.18).
Untuk jalan raya dengan median (ialan pya terpisah) cara ll
f'
-:
pencapaian kemiringan tersebut, tergantung dari lebar serta bentuk \
t
penampang melintang median yang bersangkutan dan dapat \
rI
dilakukan dengan salah satu darj ke tiga cara berikut : t't

t i Gambar 4.15. Perubahan kemiringan melintang.


Itt 119
t-

v
IAOIAN JALAIT YATG LTNUS

\7
+ f .SrPERELEVIISI
TEPI LIIAR

EfiI8U JALAN.
--J----d= SI.ilBU PUTAR

x
TEPI DALAI

It
POt r-t POT l-ll P,Ot It-]

Ganrbar.t.16 Diagram superelevasi dengan sumbu jalan sebagai


sumbu putar

ELfVA3I
tt,|l8u JALAN

$\"-
tr LUAR
----TEPI
I
I

I
II TEPI DALAM t SUMSU
PUTAR

=----- -=-----*-rr-*--
Gambar {. 17 Diagram supcro'clolsi dcngan tcpi dalam
pcrkcrasan scbagai sunrbu putar pada jalan lartpa
mcdian

rEPr
'ALAM
l;--------- Ir
\
Garnbar { ltt Diagram supcrelcvisi dengan tepi luar pcrkerasau
scbagai surnbu putar pada;alan tanpr nrcdian. Gambar 4.19. Pencapaian superelevasi pada jalan dengan median.
120 tzt
4.4 BNITUX LENGKUNG HORTZONTAL Gambar 4.20 menunjukkan lengkung horizontal berbentuk
busur lingkaran sederhana. Bagran lurus dari jalan (di kiri TC atau di
Ada 3 bentuk lengkung horizontal yaitu :

kanan CT) dinamakan bagian "TANGEN'. Titik peralihan dari


o lengkung busur lingkaran sederhana (circle) bentuk langen ke bentuk busur lingkaran (gircle) dinamakan titik TC
. lengkung busur lingkaran dengan lengkung peralihan
dan titik peralihan dari busur lingkaran (gicle) ke langen dinamakan
titik CT
(spiral- circ le-qiral)
Jika bagian-bagian lurus dari jalan tersebut diteruskan akan
. lengkung pcralihan serja (spiral-ryiral). memotong titik yang diberi nama PH ( lerpotongan Horizontal),
I"eng*ung hrur ffng*atan &rhana sudut yang dibentuk oleh kedua garis lurus tersebut, dinamakan
Tidak semua lengkung dapat dibuat berbentuk busrr lingkaran "sudut perpotongan" , bersimbul p. Jarak antara TC - PH diberi
sederhana, hanya tengkung dengan radius besar yang diperbolehkan. simbol Tc.. Ketajaman lengkung dinyatakan oleh radius Rc. Jika
Pada tikungan yang tajam, dimana radius lengkung kecil dan lengkung yang dibuat simetris, maka garis'0-PH merupakan garis
superelevasi yang dibutuhkan besar, lengkung berbentuk busur bagi sudut TC-O-CT. Jarak antara titik PH dan busur lingkaran
lingkaran akan menyebabkan perubahan kemiringan melintang yang dinamakan Ec. Lc adalah panjang busur lingkaran.
besar yang mengakibatkan timbulnya kesan patah pada tepi
perkerasan sebelah luar. Effek negatip tersebut dapat dikurangi
Tc = Rc tgYrp Q4\
dengan membuat lengkung peralihan seperti dijelaskan pada bagian
sebelum ini. Lengkung busur lingkaran sederhana hanya dapat dipilih
untuk radius lengkung yang besar, dimana superelevasi yang n"(r-"*io)
Ec=
dibutuhkan kurang atau sama dengan 3%. Radius yang memenuhi "**p
persyaratan tersebut untuk setiap kecepatan rencana tertentu,
merupakan R yang terletak di atas garis batas pada tabel 4.6., dan
tabel 4.7. untuk superelwasi maksimum 100/o dan tabel 4.8. serta Ec : Tc tSYrF (2s)
tabel4.9. untuk superelev,asi maksimum 8%.
f,c=# Rc, F dalam derajat
Lc :0,01745 p Rc, p dalam derajat (26')

Lc:BRc, Bdalamradial (27)

Karena lengkung hanya berbentuk busur lingkaran saja, maka


pencapaian superelevasi dilakukan sebagian pada jalan lurus dan
I sebagian lag pada bagian lengkung. Karena bagran lengkung
d) peralihan itu sendiri tidak ada, maka panjang daeratr pencapaian
i
!
kerniringan disebut sebagai panjang peralihan filctif (Ls').

I
r22 T L28

Bina Marga menempatkn 114 Ls' dibagian lurus (kiri TC atau V = 60 km/jam Lc:249,88 m
kanan CT) dan l/4 Ls' ditempatkan dibagian lengkung (kanan TC
P =20" e :2,9/o
atau kiri CT).
AASHTO menempatkan 213 Ls' dibagian lunrs (kiri TC atar
R :716 m Ec:ll,05m
kartan CI) dan l/3 Ls' ditempatkan dibagian lengkung (kanan TC
Tc = 126,25 m Ls'= 50 m

atau kiri CT).


DBngan menggambarkan diagram superelevasi, dapat
ditentukan bentuk penampang melintang dititik TC dan CT, serta
titik-titik di sepanjang lengltung.
Contoh oerhitunsan :

Kecepatan rencana : 60 km/jam


e maksimum :
0,10 dan sudut 9 = 20".
Lebar jalan 2x3,75 m tanpa median.
Kemiringan melintang norrnal = 2o/o.
Crambar4.2l Lenglung tingkaran sderham unnrk p=20o,
Direncanakan lengkung berbennrk lingkaran sederhana
dengan R: 716 m. R = 716 m, emrtr= l0 7o.

Ls' berarti Ls fiktif karena tidak terdapat khustrs lengkung


peralihan, hanya merupakan panjang yang dibutuhkan untuk
pencapaian kemiringan sebesar superelonsi, dan dilaksanakan
Metda Elina Matga
sepanjang daerah lurus dan lengkung lingkarannya sendiri.
Dari tabel 4.7. (metoda Bina Marga) diperoleh e : 0,029 dan
, !/{ Lr' , ltt Lt't
Ls-50m. u
Tc : R tS,/r9:716. tg l0' TC

Tc:126,25 m Dari gambar 4.22, diperoleh


Ec: T tg YeB:125,25 tg 5"
3t4tst _ (X+2)
Ec: I1,05 m Ls' - (2,9+2)
Lc :0"01745. B. R:0,01745.20.716
x:1,6750/o
[c:249,88 m
t Terlihat pd@gan melintang di
awal lenglung; )raiht titik TC,
Data lengkung untuk lengkung busur lingkaran sederhana tersebut di
sudah menpunyai superelevasi.
atas .
Crambar 4.22. Pefiitungan b€duk p€nampary nrclintang di TC.
lta r26
Lr': 5O m
Metda AASHTO
Dari tabel 4.6. (metoda AASHTO) diperoleh e = e029 dan
L's:40m.
Data lengkung untuk lengkung busur lingkaran sederhana tcm€hfi di
atas:
V = ff) kmfam L,c = 249,8t m
P :2v e : 2,9/o
Lc : 249,88 m R = 7l6m Ec = ll,05m
Tc = 26,25 m LC = 40m

Gambar 4.23. Diagram superelevasi berdasarkan Bina Marga untuk


contoh lengkung busur lingkaran sederhana (contoh
perhitungan).

/,'
' o''/ BAGIAN LEMiXUNG
/! :
'i J ct
Lc 249.86m

s?
Ot \,5

1--- /

I Gambar 4.25. Diagram zuperelevasi berdasarkan AASIITO untuk


contoh lenghmg busur lingkaran sodertrana (cmtotl
Gambar 4.24. I.andar relatif (contoh perhitungan). perhitunean).

(3'75X0'o-2{'o2e)
Landai 1s161i1 =

Landai relatif = 0.003675


ltc
127

Lengkung TS-SC adalah lengkung peralihan berbentuk spiral


(clothoid) yang menghubungkan bagran lurus dengan radius tak
berhingga di awal spiral (kiri TS) dan bagran berbentuk lingkaran
/,' :
t/ t/ dengan radius Rc diakhir spiral (kanan SC). Titik TS adalah titik
peralihan bagian lurus ke bagian berbentuk spiral dan titik SC adalah
t*i titik peralihan "ragian spiral ke bagian lingkaran.
rl
to- Guna membuat ruangan untuk spiral sehingga lengkung
8t lingkarah dapat ditempatkan di ujung lengkung spiral, maka

L S.?!tm r I lengkung lingkaran tersebut digeser ke dalam pada posisi FF,


3.75n dimana FIF : HT' = p terletak sejauh k dari awal lengkung peralihan
(ihat gambar 4.14 dan a.27).
Gamuar 4.26. ladairelatif (cotoh perhitumd.
Dari persamaan 14 dan 15 telatr ditentukan koordinat
sembarang titik P pada spiral yaitu
Landai relatif = C4ip. = 0,00272
:

relatif : x=L (r-E) -.-L2


y=m
Landai 0,00272 \ 40Rz
Ieag*urg busur tW*ann &ngw, tq*utg
ptalilian(*lral-@ Jika panjang lengkung peralihan dari TS ke SC adalah Ls dan
Gambar 4.27 menggambarkan sebuah lengkung spiral- pada SC adalatr Rc, maka sesuai persarn,ran 16 dan 17:
Iingkaran-spiral (S-c-s) simaris (panjang lengkung p"rutin-
a*i
TS ke SC sama dengan dari CSke ST (: Ls).
Xs:Ls (,-*#) "'=H
Besarnya sudut spiral pada titik SC (persamaan 18 dan 19) adalah :

0s = -!a- radial 6s = -90 Ls. derajat

Dari persamaan20 darn?l-

p= -l^'-- Rc (l - cosos)

k=Ls-4--Rcsings
4O Rc.
ut tze
l0 Boulr l.
untuk Ls : lm, p: pr dan k: k*,
Tabol 4 p. drn

0t p' k. 0s p' k.
dan unfuk Ls: Ls, p: p*.Ls dan k: k*.Ls 0,5 0,00073 I 5 0,4999987 20,5 0,0309385 o,4977965
a, 1,0 0,001463 I 0,4999949 2t,o
p* dan k* untuk setiap nilai 0s diberikan pada tabel 4.10. o,o317409 0,4976842
1,5 0,0021948 q4999886 2t;5 0,a325466' 0,4975688
2,0 0,0029268 0,499797 22,0 0,0333559 0,497450/.
2,5 0,0036591 0,499682 22,5 0,03416E7 0,497328E
Sudut pusat busur lingkaran = 0g dan sudut spiral : 0s. ->3,0 0,0043919 0,4999542 23,0 0,0349852 0,4972042
o,49707il
Jika besarnya sudut perpotongan kedua tangen adarah p,
3,5
4,0
0,0051251
0,005t589
0,4999377
0,4999186
23,5
24,0
0,0358055
0,0366296 0,4969454
maka: 4,5 q0065934 0,499E970 24,5 0,o374516 o,4968tt2
gr:p-0s >5,0 q0073286 0,4998727 25,0 0,0382895 0,4w738
5,5 0,00met7 0,499U59 ?s,s 0,0391255 0,4965331
Es: (Rc + p) sec 7a p - Rc (28) 6,0 0,00EE016 q4998166 26,0 0,0399657 0,4963891
6,5 0,0@5396 0,49C1846 26,5 0,0408101 0,4962418
Ts: @c + p) tg yrp +k 7,0 0,0102786 0,499750t 27,0 0,M16587 0,4960912
7,5 qoll0lEE 0,497t30 27,s o,M25tt7 0,4959372
Lc:ffirRc (30) )8,0
E,5
o,ott760.2
0,0125030
0,4996732
o,49963@
2E,O
28,s
0,0433692
o,M42312
0,495779E
0,49561E9
q0 o,ot3247t q499sE59 29,0 0,0450978 0,4954546
Lc untuk lengkung s-c-s ini sebaiknya > 20 rn, sehingga jika 9,5 0,01399E 0,4995383 29,5 0,0459690 q49s2E68

perencanaan mempergunakan tabel 4.6. vd tabel 4.g, lq0 0,0147400 0,49948t0 3q0 0,0468450 g49sl 154
maka radius qols4E88
yang dipergunakan hanrslatr memenuhi syarat tersebut. Hal ini 10,5 0,4994351 3gs 0,M77258 o,4949&5
l 1,0 o,ot62394 0,493795 31,0 q04861 l5 0,4947620
sangat dipengaruhi oleh besarnya sudut B. Jadi terdapat radius I 1,5 q01699r9 0,4993213 31,5, 0,04,95v22 q4945798
yang dapat dipergunakan untuk perencanaar lengkung
.*ry*rT
berbentuk spiral - lingkaran - spirar sehubungan de,ngan besarnya
t2,o
12,5
0,0177462
q01s5025
0,4992@3
0,4991966
32,0
32,5
0,0503979
0,05129EE
o,4943939
0,4942044
13,0 0,01%60E
sudut B, kecepatan rencana, dan batasan superelevali maksimum 0,4991?03 33,0 0,0522048 0,49401 l r
r3,5 0,02002t3 0,49906t I 33,5 0,053 I 162 q4938140
yang dipilih.
14,0 0,om78/,o 0,4989E93 34,0 0,054032E 0,4936131
t4,5 q0215490 0,49E9t46 34,5 0,0549549 0,49340E4
r5,0 0,0223165 0,4988372 35,0 0,0558E25 0,4931997

I 5,5 0,0230863 o,49E7570 3s,5 0,0568156 0,4929872


16,0 0,023t588 0,4986739 36,0 0,057754/. 0,4y277M
16,5 0,0246338 q49858E0 36,5 q0586989 0,4925501
t7,o g02s4r l6 0,49U993 37,0 0,0596492 o,4923254
17,5 o,026ly2t 0,498477 37,5 0,0606053 o,4n0967
18,0 0,0269756 0,4983132 38,0 0,0615673 0,4918639
l8,t 0,02776t9 0,4982158 38,5 0,0625354 o,4916269
lq0 0,0285513 0,4981 154 39,0 0,0635095 q4913E57
19,5 0,0293438 0,4980121 39,5 o,0644897 0,491140.2
20,o 0-0301396 0.4979058 40,0 0,0654762 0-4908904

Ls : lm dan 0s tertentq dengan meppergunakan persamaan (18) diperoleh Rc


p* dan k* diperoleh dengan mempergmakan persamaan (20) dan (21),
untuk Ls = I m dan & tertenht, &n Rc dui perhitungan.
O = p..Ls
k;/k*.Ls
1S0 r8l

Contohp-er[ilungau* Jika mempergunakan tabel 4.10 diperoleh ki - 0 4996971

Kecepatan rencana:60 km/janr, em maksimum = l0o% dan sudut p


-= 20",
Lebar jalan 2 x 3,75 m tanpa median. Kemiringan melintang
k - kf x Ls = 0,4996971. 50 = 24,99 m

normal jalan :
ZY, Jalan belok ke kanan, direncanakan berbentuk Es = (Rc + p) sec 7iB - Rc
lengkung spiral-lingkaran-spiral dengan Rc : 318 m.
= (3 l8 + 0,328) sec 10" - 3 l8
Untuk metoda Bina Marga (luar kota) dari tabel 4.7 diperoleh e :
= 5,239 m
0,059 dan Ls: 50 m.
dari persamaan 18, diperoleh: Ts =(Rc+p)tg%B +k
=(318 + 0,328) tg l0' + 24,99
es=#=*#=4,504 = 81,12 m
Data lengkung untuk lengkung spiral-lingkaran-spiral tcrsebut
0c : I - 2 0s : 20 - 2. 4,504= l0,99o di stasadalah :

-V :60 km/jam L :J-60,p96 m


-\
."-:5.9o/o
tc = # x 2 nRc = HZ x 2 r 318 = 60,996 m (> 20 m)
$ '= 20" {
(
)

L =l* 0s - 4,504" l-:s*:50 m


+ 2 Ls = 60,996 + 100 = 160,996 m.
tl r 'Rc =3J8 m Lc = 60,996 m
dari persamaan (20) dan (21) diperoleh: Es 1:5,239 m p = 0,328 m
Ts )i 81,12 m k - 24,99 m
p=
t* - Rc (l - cosos)
Landai relatifor: l(0,02 + 0,059) . 3,75)/50 : 0,00593

o=#-318(l-cos4,5o4)
p = 0,328 m

Jika mempergunakan tabel 4.10 diperoleh p* : 0,0065517


p: p* x Ls:0,0065517. 50:0,328 m

k=Ls-4-Rcsin0s
40 Rcz

k= 5o- .:591:i -318sin4,5o4


40. 318
Garnbar 4.2E. Contoh lengkung spiralJingkaran-spiral untuk B = 20"
k:24,99 m danR=318m.
182
r88

Darrym mcmpcrgunokan pemamaan ( l0),

at
- o.o2 + 1= . diperoleh f = o,to9
=ig2-
b. Pada lokasi l-1, dari gambar 4.29terlihat:
e = 0,02, sehingga dengan mempergunakan persamaan
( l0) diperoleh f = 0,069.

clPada lokasi disepanjang buzur lingkaran, dari gambar 4.29

.tEI"'.
terlihat :

b:0,059; sehingga diperoleh f : 0,0301

Contolr 2:
Sudut B = 12", kecepatan rencana V = 80 km/jam dan superelevasi
Gambar a.29. Diagram zuperelwasi untuk spiral-lingl<aran- spiral maksimum -- lW/o.lika direncanakan lengkung horizontal berbentuk
(omtoh pertiamgan).
spiralJingkaran-spiral dengan R: 286 m, dari tabel 4.7 diperoleh
Ls: 70 m dan e:9,3o/o.
Dari persamaan 18 supaya lengkung peralihan sepanjang 70 m itu
berbentuk spiral, maka 0s harus = 7,0". Hal ini tak mungkin dapat
dipergunakan karena sudut p hanya 12".
Dicoba lagi dengan R = 358 m, dari tabel 7 diperoleh Ls = 50 m dan
e: 5,4o/s.Supaya lengkung peralihan sepanjang Ls bcrbentuk spiral,
:
maka 0s 4,00". Dengan demikian 0c = l2 - 2. 4.OO - 4".
Dari persamaan (30) diperoleh Lc = 24,98m.
Lc > 20 m, berarti lengkung spiral-lingkaran-spiral dengan data di
atas dapat direncanakan dengan mempergunakan R : 358m. R <
Gambar 4.30" Irndai reluif (cotoh perninrngan).
358 m tak dapat dipergunakan karena persyaratan yang ada tak
Jika ada seorang pengernudi menjalankan kendaraannya terpenuhi. Dengan kata lain R = 358 m adalah radius terkecil pada
dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan rencana secora
tabel 4.7 yang dapat dipergunakan untuk merencanakan lengkung
teorilis koefisien gesekan dapat dihitung sebagai berikut :
horizontal berbentuk s-c-s, dimana F:
12", kecepatan rencana = 60
km/jam, dan superelevasi maksimum yang diperkenankan: l0olo.
a. Pada lokasi TS (dari gambar 4.29.)terlihat :
e - - 0,OZyo, karena jalan belok kanan dan penampang
melintang berbentuk crown.
18{
t 186

Lengkung splral*plral l. Lc minimum = 125 (0,02 + 0,091) 3,75 = 52,03 m.


Lengkung horizontal berbentuk spiral-spiral adalah lengkung Ls > Ls minimunl maka Rc untuk lengkung berbentuk
tanpa busur lingkaran, sehingga titik sc berimpit dengan titik cS. t. spiral-spiral dapat dipergunakan R: 159 m.
:
Panjang busur lingkaran Lc = 0, dan 0s Vrg. Rc yang dipilih hanrs 2. Panjang perjalanan selama 3 detik yaitu :

sedemikian rupa sehingga Ls yang dibutuhkan lebih besar dari Ls


yang menghasilkan landai relatif minimum yang disyaratkan. Jadi 3x 60. jfl*A m: 50 m.
dalam hal ini tabel 4.6 vd tabel 4.9 hanya dipergunakan untuk
menentukan besarnya superelevasi yang dibutuhkan saja. panjang
Ls > 50 m, maka Rc = 159 m dapat dipergunakan.
lengkung peralihan Ls yang dipergunakan haruslah yang diperoreh
dui persamaan 18, sehingga be'ntuk lengkung adalah lengkung spiral
dengan nrdut 0s = % B. 0s: l0o, p* :0,01474 dfik* = 0,4994880
Rumus-rumus untuk lengkung berbentuk spiral-lingkaran- Jadi p : p*.Ls :0,01474.55,50 = 0,82 m
spiral dapat dipergunakan juga untuk lengkung spiral-spirat asalkan k = k*.Ls :0,4994880. 55,50 = 27,72m
mernperhatikan hal yang tersebut di atas.

Jika mempergunakan persamaan (20) dan (21) diperoleh :

Contoh oerhitunqan '

- untuk
Data yang dipergunakan sama dengan contoh perhitungan
, =:T# (r - cos 1o)
lengkung spiral-lingkaran-spiral. of
d

.Jika tetap dipergunakan R = 318 m, maka :


p : 0,82 m (sama dengan jika perhitungan mempergunakan
tabel 4.10)
0s:Yz9:10"
55'502-
ts=#=lgfou=lll,oom. k = 55,50 - 40 .159" - 159 . sin lo
k:27,72 m (sama dengan perhitungan mempergunakan tabel
Ls minimum berdasarkan landai relatif menurut metoda Bina Marga 4.10)
adalah m.(e + en)B.
m: 125 (gambar 4.12 atau tabel4.5) L-2Ls: lll,0m
Ls minimum : 125 (0.02 + 0.059) 3,75 = 37,03 m. 1s = (Rc + p) tg Y29 +k
Ls > Ls minimurq tetapi terlalu besar, karena itu dicoba dengan : (159 + 0,82) tg l0 + 27,72
mempergunakan R: 159 m, dari tabel4.7 diperoleh e:0,091. : 55,90 m.

tt Es= (Rc+p)sec%0-Rc
=
%P +o* = = 55,50 m.
eli : (159 + 0,82) sec l0 - 159
Kontrol terhadap persyaratan lengkung peralihan lainnya :
: 3,29 m

l
1S6
relatif menurut metoda AASHTO
Ls minimum bcrdasarkan landai
spiral-spiral
Data lengkung dari lengkung horizontal berbentuk adalah m.(e)B
adalah sbb:
m = 165 (ganrbar ' 12)
V :60 km/jam L= lll,0m Ls minirnum = 165 (0,086)
3'75 = 53'2lm'

Ls > Ls minirn*rr, ,naka Rc


untuk renglcung berbe,ntuk spiral-spiral.
I =20" e= g,lo
0s = l0' Ls= 55,50 m

Rc=159m Lc= 0m
Es = 3,29 m p= 0,82 m

Ts : 55,90 m k= 27,72 m.

: o'0075
Landairelatif W:

Jika direncanakan mengilnrti metoda


AASIITO' maka pergunakan-
lah tabel 4.6.
Untuk R= 159'm diPeroleh e:0,091 r) (contoh pertuttrngan)'
Ganrbar 4.3 1. L,englqmg spiral-spiral

- - Os.n.Bq - l0'
,Ls=16___90 z' 159 _rr,_
= 55-50 m.
IT
*sC3
T

LsminimumberdasarkantandairelatifmenurutmetodaAASHTo
adalah m.(e)B.
m: 165 (ganrbar 4'12) +a.t.l.
i
m'
Ls minimum = 165 (0,091) 3,75 = 56'31 1
I
t
Ls<LsminimurrumakaRcuntuklengkungberben.tukspiral-spiral I
I
tidak dapat mempergunakan R = l59m' iI

-w
: L!
LI

Dicoba lagi untuk R = 179 m, dimana e =


8'60/o -H4
metoda
Ls = EfrBq - lo'dl7e = 62,48 m. ,I Gambar 4.32. Drzgsam superelevasi lengtrmg
spiral+piral
Binr Margp (csttoh perhitungan)'

&
18E 139

dengan R: 179 m memenuhi persyaratan relatif maksimum, kontrol lEt CS

terhadap panjang perjalanan selama 2 detik, yaitu :

2x60. l*ffi=33,33 m
*'9 19.6./.
\.
ft-;I
t*
SUTAU JAL,

Ls > 33,33 m.
>,"-r\ l'"-2
maka R : 179 m dapat dipergunakan untuk lenglung ,betbentuk
spiral-spiral

0s: l0o, p* :0,01474 dan k* :0,4994880


Jadi p : p*.Ls : 0,01474. 62,48: 0,92 m Gambar 4.33. Diagram superclwasi lengkung spiral-spiral mctda
k : k*.Ls:0,4994880.62,48:31,21 m AASttrO (contoh pcrhitungan).

L :ZLs: 124,96 m

Ts :(Rc+p)tgt/r$+k BANGKIMATI':'
: (179 + 0,92) tg l0 + 31,21
: 62,93 m. r) f Diagram superelevasi menggambarkan besarnya kemiringan
melintang di setiap titik pada lengkung horizontal.
Es : Ec + p) sec YzF -Rlc Ll Jenis lengkung horizontal yang dipergunakan adalah :

: (179 + 0,92) sec l0 - 179


' lengkung lingkaran sederhana
:3,70 m o lengkung sp.iral - lingkaran - spiral
Data lengkung dari lengkung horizontal berbentuk spiral-spiral o lengkung spiral - spiral
adalah sebagai berikut :
Ketiga jenis lengkung tersebut mempunyai sifat-sifat khusus
yang harus dipenuhi.
V :60 km/jam L :124,96m
fl Radius minimum (Rmin) untuk suatu kecepalon rencana dan
P :20' e :8,6%o superelevasi maksimum tertentu ditentukan dengan
0s = l0o Ls: 62,48 m mempergunakan persamnn (12). Ini adalah lengkung tertajam
Rc:179m Lc:0 m yang dapat dibuat untuk satu kecepatan rencana dan satu
Es :3,70 m p :0,92 m superlevasi maksimunr, tetapi belum melihat jenis lengkung dan
sudut F yang dipilih.
Ts = 62,93 m k: 31,21 m
oI D Radius minimum untuk jenis lenglrung lingkaran sederhana
Landai relatif : [(0,086) 3,751/62,48:0,0052 {itentukan oleh superelevasi yang dibutuhkan. Jenis lengkung

A
1{0 lar
lingkaran sederhana hanya diperkenankan untuk superelevasi 4.5. KLEBARAAT PERIGRASAN
!3o/o.
PADA LENGK UNG HORIZONTAL
Jadi Rmrn untuk jenis lengkung lingkaran sederhana ditentukan
Kendaraan yang bergerak dari jalan lurus menuju ke tikungaru
oleh R yang menghasilkan superelevasi: 3o/o. Pada Tabel 4 6 yd
seringkali tak dapat mempertahankan lintasannya pada lajur yang
Tabel 4.9 batasan ini dinyatakan dengan garis tebal.
disediakan. Hal ini disebabkan karena .

tr Radius minimum untuk jenis lengkung spiral - lingkaran - spiral


ditentukan oleh panjang busur lingkaran yang terjadi. Hal ini
' I. Pada waktu membelok yang diberi belokan pertama kali
vngat tergantung dari stdut 9yang direncanalcan. hanya roda depan sehingga lintasan roda belakang agak
keluar lajur (off tracking).
Jadi Rmin untuk jenis lengkung spiral - lingkaran - spiral adalah
radius yang menghasilkan Lc 2 Z0 m untuk sudut p yang 2. Jejak lintasan kendaraan tidak lagi berimpit, kareria bemper
direncanakan. depan dan belakang kendaraan akan mempunyai lintsan
I Pada jenis lengkung spiral - spiral rudut spiral As harus sama yang berbeda dengan lintasan roda depan dan roda
dengan /zB. Oleh karena itu panjang lengkung peralihan tidak belakang kendaraan.
boleh mempergunakan angka yang terdapat pada tabel 4.6 s/d 3. Pengemudi akan mengalami kesukaran dalam memp€r-
4.9, tetapi yang diperoleh dari perhitungan persamaan (18) atau tahankan lintasannya tetap pada lajur jalannya terutama
(19). Radius minimum untuk jenis lengkung spiral - spiral adalah pada tikungan-tikungan yang tajam atau pada
radius yang menghasilkan kelandaian relatif < kelandaian relatif kecepatan-kecepatan yang tinggi.
maksimum.
r)
Untuk menghindari hal tersebut di atas maka pada
tJ Tabel 4.6 sld tabel 4.9 hanyalah tabel yang .membantu dalam
tikungan-tikungan yang tajam perlu perkerasan jalan diperlebar.
perencanaan lengkung horizontal, tetapi tidak semua nilai R yang
Pelebaran perkerasan ini merupakan faktor dari jari-jari lengkung,
ada pada tabel dapat dipergunakan untuk sud$ g yang direnca-
kecepatan kendaraan, jenis dan ukuran kendaraan rencana yang
nakan, terutama untuk sudut - sudut p yang kecil
dipergunakan sebagai dasar perencanaan. Pada umumnya truk
ll Tabel 4.6 sld 4.9dipersiapkan untuk kemiringan melintang tunggal merupakan jenis kendaraan yang dipergunakah sebagai dasar
o/o
normal 2 dan lebar perkerasan jalan 2 x 3,75m. Sejogyanyalah penentuan tambahan lebar perkerasan yang dibutuhkan. Tetapi pada
koreksi harus dilakukan jika data perencanaan yang diambil jalan-jalan dimana banyak dilewati kendaraan berat, jenis kendaraan
berbeda dengan dasar perhitungan tabel-tabel tersebut. semi trailer merupakan kendaraan yang cocok dipilih untuk
kendaraan rencana. Tentu saja pemilihan jenis kendaraan rencana ini
sangat mempengaruhi kebutuhan akan pelebaran perkerasan dan
biaya pelaksanaan jalan tersebut.
.Elqmen,elemen dari pelebaran perkerasan tikungan terdiri
dari :

{) l. Offtracking (U)
2. Kesukaran dalam mengemudi di tikungan (Z)
t12 1a8

Dari grmbar 4.34. dapat dilihat :

b : lebar kendaraan rencana


B: Iebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di
tikungan pada lajur sebelah dalam.
U: B-b
C: lebar ketebasan sarnping di kiri dan kanan kendaraan
Z: lebar tambahan akibat kesukaran mengemudi di
tikungan.
Bn lebar total perkerasan pada bagian lurus
Bt lebar total perkerasan di tikungan
n jumlah lajur
Bt n(B+C)+Z
Ab tambahan lebar perkerasan di tikungan
Ab Bt-Bn

lt

Off Tracklng
Untuk perencanaan geometrik jalan antar kota, Bina Marga
memperhitungkan lebar B dengan mengambil posisi kritis kendaraan
yaitu pada saat roda depan kendaraan pertama kali dibelokan dan
tinjauan dilakukan untuk lajur sebelah dalam.
Kondisi tersebut dapat dilihat pada gambar 4.34 yang berdasarkan H
ll
ll
kendaraan rencana truk tunggal. lbt
F-1

Gambar 4.34. Pelebaran perkerasan pada tikungan.

,) ir
1{l t{6
R,, = radius lengkung terluar dari lintasan kendaraan pada lengkung
horizontal untuk lajur sebelah dalam.
Besamya R* dipengaruhi oleh tonjolan depan (A) kendaraan
dan sudut belokan roda depan (ct).
Ri : radius lengkung terdalam dari lintasan kendaraan pada
lengkung horizontal untuk l{ur sebelah
-{"lurr. Besarnya Xti
dipengrruld oleh jarak g;andar kendaraan (p)
U : B - b, sedangkan ukuran kendaraan r€nsuutnrk adalah:
p = jarak antara gandr = 6,5 m
B=R*-Ri A= toqiolan depan kendaraan: 1,5 m
b: lebar kendaraan =2,5 m
F.i+b= Jg( -(p+A
Sehingga:
R*=J(R,+b)2+(p+A)2

Ri=R -B 1ftffi+r,zs (31)

R* -B*b= -(p+A)' It t

dan Rc = mdius lajur sebelalt dalam - % lebar perkerasan + %b.


B=Rw *b- -o*a)'
R" : radius lengkung untuk lintasan luar roda depan yang besarnya
Kaukatru ebm mrgeanudl d dkaryan
dipenganrhi oleh sudut a.
Tunbahan lebar perkerasan akibat kezukaran dalam
\ diazumsikan sarna dengan R,, + 7z b
mengemudi di tikungin dib€rikan oletr AASHTO sebagai fungsi dari
kecepatan dan radius lajur sebdah dalam. Semakin tingg kocepatan
tu'= (\ + t/zb)2 + (p + A)2 kendaraan dan senrakin tajanr tikungan tersebu! senrakin besar
tsmbahan pelebar.an akibat kesukaran dalam mengemudi. Hal ini
1P;+Tzbf :R2-(p+A)' dis€babkan oleh kecendenrngan terlemparnya kendaraan kearah luar
dslsrr gpraksn n€nikung t€r$but.
(Ri+y,b): Jel-0+A)2) o _ 0,105v
L----'-:- (32)
Jn
ru=JG3-G,+A\-yzb o) t) dimms : V =kecepaten, kmfam
R =radiuslengkung; m
1a6 t47

Kebebasan samping di kiri dan kanan jalan tetap harus t, = B-b:O,il m


dipertahankan demi keamanan dan tingkat pelayanan jalan.
I
Kebebasan samping (C) sebesar 0,5 m, rq dan 1,25 m cukup
7 :9'loil :
= o, l o5 0,36 m.
memadai untuk jalan dengan lebar lajur 6 m,7 m, dan 7,50 m.
JR =g
J3OO

C = l,Om
Pencapaian plebnn eda lengkung lndzontal Bt :n(B +C)+Z
Pelebaran pada lengkung horizontal harus dilakukan Bt :2(2,61+ 1,0)+0,36 ='1,56m
perlahanJahan dari awal lengkung ke bentuk lengkung penuh dan
Ab :Bt-Bo
sebaliknya, hal ini bertujuan untuk memberikan bentuk lintasan yang
baik bagr kendaraan yang hendak memasuki lengkung atau Ab :7,56 - 7,0 = 0,56 m
meninggalkannya.
Pada lengkungJengkung lingkaran sederhana, tanpa lengkung
peralihan pelebaran perkerasan dapat dilakukan di sepanjang
lengkung peralihan fiktif, yaitu bersamaan dengan tempat perubahan
4.6 JENEK PETAANGAN PN'A LENGKInNG
HORIZONTAL
kerniringan melintang.
Jarak pandangan pengemudi kendaraan yang bergeralc pada
Pada lengkungJengkung dengan lengkung peralihan tambahan
1r lajur tepi sebelah dalam seringkali dihalangi oleh gedung-gdun&
lebar perkerasan dilakukan seluruhnya di sepanjang lengkung hutan-hutan kayu, tebing galian dan lain sebagainya. Demi menjaga
peralihan tersebut.
keamanan pemakai jalaq panjang sepanjang jarak pandangan henti
minimum seperti yang telatr dibahas pada Bab III hanrs terpenuhi di
Contoh perhituncan : sepanjang lengkung horizontal. Dengan demikian terdapat batas
minimum jarak antara sumbu lajur sebelah dalam dengan penghalang
Radius lajur tepi sebelah dalam adalah 300m, kecepatan rencana 60
(m).
km/jam, Idan terdiri dari jalan 2 lajur dengan lebar total pada bagian
lurus 7,00m. Tentukan tambahan lebar perkerasan yang perlu Banyaknya penghalang-penghalang yang mungkin terjadi dan
dilakukan dengan truk tunggal sebagai kendaraan rencana. sifat-sifat yang berbeda dari
masing-masing penghalang
mengakibatlan sebaiknya setiap faktor yang menimbulkan halangan
: tersebut ditinjau sendiri sendiri.
jiJc*.' - 64) + r,2s|' + 64 - + 1,25 Penentuan batas minimum jarak antara sumbu lajur sebelatr
": dalam ke penghalang ditentukan berdasarkan kondisi dimana jarak
R" :Ri+b=300 -1,75+1,25:300,5 m
pandangan berada di dalam lengkung (ganrbar 4.35), atau jarak
pandangan < panjang lengkung horizontal.

B:@+64- (300,52 + 1,25 a) at

B : 2,61m I

J
r{8 r40

, = R'(t cosqP) (34)

Untuk kecepatan rencana tertentu dan berdasarkan jarak


/\ pandangan henti minimum dari tabel 3.2., diperoleh grafik seperti
-{" e-). jt ,t
I
I
pada gambar 4.36., yang merupakan hubungan antara m, R'atau D.

i6i t/, ,,,,


\\.!-a,/
dan kecepatan rencana.

\ro
(r
3 (L I
I /
I
4.35. tank pmOqgan p.dr @hmg hcianal uiluk < L. /
Gambar S 60
!, ,mlt / 25
gsris AB = gprispondangnn /
lengkung 4g :iarak pudangan /
50
m = jarak dari pengMang ke suurbu lajur sebelah
dalarn, m i
5
0 = setengnh sudut pusat lengku4g sepanjang L
Q E
S = jarak pandangaq m
0
oo
e//
L = panjang busur lingkalan, m ?/ ./ .//
G
.9
6a,
R' = radius sumbu lajur sebelah dalam, m '7omds / ,/ o
a
m=R'-R cosO
e/./ 50 .i.g
oo,/ ,/
m = R' (l-cos 0) 3
*l ./ :0a
-o
o
,' ,/ o
E
s=# 2*N r20 ,o
i/ ;'nu.*)/
b/ ./
t0R' T
c
'J-- 90 I s ./-*$;(.,, ''' ..1
l,o -;,o2*-
DS _DS '"rY -5- .e.orG
--
e'=il=TV1;35=30-
^_90S_9q ?oo
300
, g0 s 28,65 S
9=m7=T o
m= R'(l - cos f)
Jorok pcngholong sumbu loiur
I) rl
scDcloh dolom m r mclcr (cmdrs :OrlOl
(33)
^=ry(,-*,H) GamMr 4.36. Jarak peoghatang, nr, dari surnbu lajur sebelah dalam.
,li
160 161

4.2 koouex aMUu w ilfiwEMEN Jika terpaksa diadakan, sebaiknya masing-masing tikungan
HORIZONTTU mempunyai lengkung peralihan (lengkung berbentuk s-c-s),
Pada perencanaan alinyerren horizontal jdan, tak cukup hanya sehingga terdapat tempat panyesuaian keadaan. Jika
bagian alinyemen saja yang memenuhi syarat, tetapi keseluruhan tepaksa dibuat gabungan lengkung horizontal berbentuk
bagian haruslatr memberikan kesan aman dan nyaman. Lengkung busur lingkaraq maka radius lengkung yang berurutan
yang terlampatr tajam, kombinasi lengkung yang tak baik akan l
diambil tidak melampaui 1,5.
mengurangi kapasitas jalan, dan kenyamanan serta keamanan Tikungan ganda umumnya terpaksa dibuat untuk
pemakai jalan. penyesuaian dengan keadaan medan sekeliling, sehingga
pekerjaan tanah dapat seefisien mungkin.
Guna mencapai tujuan diatas, antara lain perlu diperhatikan :

a. Alinyenren jalan sedapat mungkin dibuat lurus, mengituti e. Hindarkanlah sedapat mungkin lengkung yang berbalik
keadaan topografi. Hal ini akan memberikan keindahan dengan mendadak. Pada keadaan ini pengemudi kendaraan
bentuk, komposisi yang. baik anfara jdan dan alam dan sangat sukar mempertahankan diri pada lajur jalannya dan
juga biaya p;:mbangunan yang lbbih murah juga kezukaran dalam pelaksanaan kemiringan melintang
b. Pada alinyemem jalan,yang relatitlurus dan panjang jangan jalan.
tiba-tiba ttidapat iengltung yang tajbm yang aka,n
mengejutkan pengemudi.' Jika terpaksa diadakan,
sebaiknya didahului ol6h lenglong yang lebih tumpul,
sehingga pengenrudi mempunyai keser4patan
memperlanrbat kecepatan'kendaraarrnya.
c. Sedapat 'mungkin menghindari penggunaan radius
minimum untuk liecepatan rencana tetrtentu, sehingga jalan
tersebut lebih mudah disesuaikan dargan perkembangan
lingkddan dan tungii jalan.
d. Sedapat munlkin menghindari tikungan .ganda, yaitu
gabungan tikungan seafah dengan jiri-jari yang berlainan.
Tikungan ganda ini memberikan.resa ketidak nyamanan
kepada sipengernudi.

a ) tl

Gambar 4.38. Tikungan b€rbalik.


Garnbar 4.37. Tikungan ganda.
I
L62

Jika terpaksa dibuatkan tikungan berbalik, maka sebaiknya


mempergunakan lengkung dengan lengkung peralihan
(lengkung berbentuk s-c-s), atau diantara kedua lengkung
terdapat bagran lurus yang pendek. Pada lengkung
berbentuk busur lingkaran bagian lurus ini dapat sebagai
tempat untuk perubahan pencapaian kemiringan melintang
jalan.
f. Pada sudut-sudut tikungan yang kecil, panjang lengkung
yang diperoleh dari perhitungan sering kali tidak cukup
panjang. Sehingga memberi kesan patahnya jalan tersebut.
^ArnvneMEN
Untuk sudut tikungan 5o , panjang lengkung sebaiknya VERTII(AL
dibuat lebih besar dari 150 m dan setiap penurunan sudut
lengkung l', panjang lengkung ditambah 25 m.
g. Sebaiknya hindarkan lengkung yang tajam pada timbunan
yang tinggi.

llnyemen vertikal adalah perpotongan bidang ve,rtikal dengan


bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk
jalan 2lajur 2 arah atau melalui tepi dalam masing-masing
perkerasan untuk jalan dengan median. Seringkali disebut juga
sebagni penampang memanjang jalan.

Perencanaan alinyemen vertikal dipengaruhi oleh besarnya


biaya pembangunan yang tersedia. Alinyemen vertikal yang
mengikuti muka tanah asli akan mengurangi pekedaan tanab tetapi
mungkin saja akafl mengakibatkan jalan itu terlalu banyak
"rpempunyai tikungan. Tentu saja hal ini belum tentu, sesuai dengan
persyaratan yang diberikan sehubungan dengan fungsi jalannya.
Muka jalan sebaiknya diletakkan sedikit di atas muka tanah asli
sehingga memudahkan dalam pembuatan drainase jalannya, terutama
didaeratr yang datar. Pada daerah yang seringkali dilanda banjir
sebaiknya penampang memanjang jalan diletakkan diatas elevasi
I ) ,r muka banjir. Di daeratr perbukitan atau pergunungan diusahakan

l6E
t6{ lcc

banyaknya pekerjaan galian scimbang dengan pekerjaan timbunaru jalan, jalan berlandailah yang ideal.
sehirgga secara keseluruhan biaya yang dibutuhkan tetap dapat Dalam perencanaan disarankan menggunakan .

dipertanggrrng jawabkan. Jalan yang terletak di atas lapisan tanatr


yang lunak hanrs pula diperhatikan akan kemungkinan besarnya a. Landai datar untuk jalan-jdan di atas tanah timbunan yang

penurunan dan perbedaan penurunan yang mungkin terjadi. Dengan


tidak mempunyai kereb. Lereng melintang jalan dianggap
demikian penarikan alinyemen vertikal sangat dipenganrhi oleh
cukup untuk mengalirkan air di atas badan jalur dan
kemudian ke lereng jdan.
berbagai pertimbangan seperti :

b. Landai O,l5 yo dianjurkan untuk jalan-jalan di atas tanah


o kondisi tanah dasar
timbtrnan dengan medan datar dan mempergunakan kereb.
o keadaan medan Kelandaian ini cukup membantu meryalirkan air hujan ke
. fungsijalan inlet atau saluran pembuangan.
o muka air banjir c. Landai minimum sebesar 0,3 - 0,5 o/o dianjurkan
. muka air tanatl dipergunakan untuk jalan-jalan di daerah galian atau jalan
o kelandaian yang masih memungkinkan yang memakai kereb. Lereng melintang hanya cukup untuk
mengalirkan air hujan yang jatuh diatas badan jalan,
Perlu pula diperhatikan bahwa alinyemen vertikal yang sedangkan landai jalan dibutuhkan untuk membuat
direncanakan itu akan berlaku untuk masa panjang, sehingga
kemiringan dasar saluran samping.
:.haiknya alinyemen vertikal yang dipilih tersebut dapat dengan
mudah mengikuti perkembangan lingkungan.
Ian&i maksinum
Alinyemen vertikal disebut juga penampang memanjang jalan
yang terdiri dari garis-garis lurus dan garis-garis lengkung.
3 96 mulai memberikan pcngaruh kepada gcrak
Kelandaian
kendaraan mobil penumpang, walaupun tidak sebcrapa
Garis lurus tersebut dapat datar, mendaki atau menurun, biasa dibandingkan dengan gerakan kendaraan truk yang tcrbebani penuh.
disebut berlandai. Landai jalan dinyatakan dengan persen.
Pengaruh dari adanya kelandaian ini
dapat tcrlihat dari
Pada umumnya gambar rencana suatu jalan dibaca dari kiri ke berkurangnya kecepatan jalan kendaraan atau mulai diperguna-
kanaq maka landai jalan diberi tanda positip untuk pendakian dari kannya gigi rendah. Kelandaian tertentu masih dapat diterinra jika
kiri ke kanan, dan landai negatip untuk penurunan dari kiri. kelandaian tersebut mengakibatkan kecepatan jalan tetap lebih besar\
Pendakian dan penurunan memberi effek yang berarti terhadap gerak dari setengah kecepatan rencana. Untuk membalasi pengaruh
kendaraan. perlambatan kendaraan truk terhadap arus lalu-lintas, maka
ditetapkan landai maksimurn untuk kecepatan rencana tertentu. Bina
Marga (luar kota) menetapkan kelandaian maksimum seperti pada
5.1 l{euraeun PAI,A ALIIIYEMEN tabel 5.1, yang dibedakan atas kclandaian maksimum standar dan
VEfiTIIGL kelandaian maksimum mutlak. Jika tidak terbatasi oleh kondisi
"TAIAN
Iandai Minimum keuangan, maka sebaiknya dipcrgunakan kelandaian standar.
Berdasarkan kepentingan arus lalu-lintas, Iandai ideal adalah AASHTO membatasi kelandaian maksimum bcrdasarkan kcadaan
landai datar (0 %). Sebaliknya ditinjau dari kepentingan drainase medan apakah datar, perbukitan ataukah pegunungan.

*t
r6c t6?

PaqJang krfib suatu kelandalan Kecepatan truk selama I menit perjalanan, pada kelandaian t l0 7o

Landai maksimum saja tidak cukup merupakan faktor penentu dapat mencapai 7 5%o kecepatan rencana.
dalam per€ncanaan alinyemen vertikal, karena jarak yang pendek . r ' Tabel 5.2 memberikan panjang kritis yang disarankan oleh
memberikan faktor penganrh yang berbeda dibandingkan dengan Bina Marga (luar kota), yang merupakan kira-kira panjang I menit
jarak yang panjang pada kelandaian yang sama. Kelandaian besar perjalanan, dan truk bergerak dengan beban penuh. Kecepatan truk
akan mengakibatkan peourunan kecepatan truk yang cukup berarti pada saat mencapai panjang kritis adalah sebesar l5 - 20 km/jam.
jika kelandaian tersebut dibuat pada panjang jalan yang cukup
panjang tetspi kuraog bcrarti jika panjangjalan dengan kelandaiur
tcrrchrt harya pendek saja.
lajur ptdakian
TSd 5.1 lfulmdaian makdmtm Fho. Suntcr : Traffic Pada jalan-jalan berlandai dan volume yang tinggi, seringkali
fagiming tlm0oo}, 19ry2 dan FGII& Bim kendaraan-kendaraan berat yang bergerak dengan kecepatan di
Itlarga'1990 (Ramngrn Afhir) bawah kecepatan rencana menjadi penghalang kendaraan lain yang
bergerak dengan kecepatan sekitar kecepatan rencana. Untuk
menghindari hal tersebut perlulah dibuatkan lajur pendakian. Lajur
Kecepatan Jalan Arteri luarkoa Jalan antarkota pendakian adalah lajur yang disediakan khusus untuk truk bermuatan
(AASrrTO9o) (Bina Marep)
berat atau kendaraan lain yang berjalan dengan kecepatan lebih
rencana Datar Perh*itan Pegunungan Kclandaian Kelandaian
km/jam Vlalsimum Idaksimum rendah, sehingga kendaraan lain dapat mendahului kendaraan yang
itandar (7o) mutlak (7o) lebih lambat tanpa mempergunakan lajur lawan.
40 7 ll
50 6 l0
Tabel5.2. Panjang kritis untuk kelandaian yang melebihi
g 5 6 8
kelandaian maksimum standar
60 5 9
KECEPATA}.I RENCANA (KM/JAM)
80 4 5 7 4 8
80 60 50 40 30 20
96 3 4 6
5 o/o 50O m 6o/o 500 m ? o/o 500 m 8o/" 42Om 9 o/o
340 m 0 o/o 250 m
l13 3 4 5 6 o/o
500 m 7 o/o
5fi)m 8o/o 420m 9 o/o
340 m lO o/o
250m 1 o/o 250 m
o/o 80h
7 500 m 420m 9 o/o
3,l{)m l0 o/o
250 m ll o/o
250 m 2o/o 250 m
o/o
8o/o 42Om 9 340 m lO o/o 250 m ll o/o
25Om 12o/o 25Om 3 o/o
25Om
Batas kritis umumnya diambil jika kecepatan truk berlarrang
rnencapai 30 - 75 % kecepatan rencana, atau kendaraan terpaksa
lejur pcndekirn
mempergunakan gtg
rendah. Pengurangan kecepatan truk
dipenganrhi oleh besarnya kecepatan rencana dan kelandaian.
Kelandaian pada kecepatan rencana yang tinggi akan mengurangi
kecepatan truk sehingga berkisar antara 30 - Sff/o kecepatan rencana
tr
I
selama menit perjalanan. Tetapi pada kecepatan rencana yang
rendatU kelandaian tidak bqitu mcoguraogi kcoqdan truk. Gambar 5.1. Lajur pendakian.

_l
t08 It9

s.z LemcriltNo vERTIIAL Persamaan leryhung wrtl*al


Pergantian dari satu kelandaian ke kelandaian yang lain Bentuk lengkurg vertikal yangeumum dipergunakan adalah
dilakukan dengan mempergunakan lengkung vertikal. Lengkung bertentuk lengkung parabolasederhana.
vertikd tersebut direncanakan sedprnikian rupa sehingga mernenuhi
keamanan, kenyamanan dan drainase.
Jenis lengkung vertikal dilihat dari letak titik perpotongan
kedua bagian lurus (tangen), adalah :

l. Lengkung vertikal cekung, adalah lengkung dimana titik


perpotongan antara kedua tangen berada di bawah
permukaan jalan.
2 Lengkung vertikal cembung, adalah lengkung dimana titik
perpotongan antara kedua tangen berada di atas
permukaan jalan yang bersangkutan.
Gambar,5.3. Lengkung vertikal parabola'
Lengkung vertikal dapat berbentuk salah satu dari enam
kemungkinan pada garrbar 5.2.

Titik A titik peralihan dari bagran tangen ke bagian lengkung


vertikal. Biasa diberi simbul PLY Qteralilrun lengfung vertikal).
o Titik B, titik peralihan dari bagtan lengkung vertikal ke bagian
tangen (Peralihan Tangen Vertikal: PT$.
Titik perpotongan kedua bagian tangen diberi nama titik PPV
Qrusat perpotongan verti kal).
Letak titik-titik pada lengkung vertikal dinyatakan dengan
ordinat Y dan X terhadap sumbu koordinat yang melalui titik A.
Pada penurunan rumus lengkung vertikal terdapat beberapa
asumsi yang dilakukan, yaitu:

Gambar 5.2. Jenis lengkung vertikal dilihat dari titik perpotongan o panjang lengkung vertikal sama dengan panjang proyeksi
kedua tangen. lengkunp pada bidang horizontal : L.
o perubahan garis singgung tetap (d2Y/dx2: r1
Lengkung vertikal type a,b dan c dinamakan lengkung vertikal
cekung. Besarnya kelandaian bagian tangen dinyatakan dergan grdan gYo
))
Lengkung vertikal type d,e dan f dinamakan lengkung vertikal Kelandaian diberi tanda positip jika pendakian, dan diberi tanda
cembung. negatip jika penurlrnan, yang ditinjau dari kiri.
r0l

A : gr - g (perbedaan aljabar landai) Jiks A dinyatakan dalarnper*n

Eu : Pergeseran vertikal dari titik PPV ke bagian lengkung


Untuk x: ll2 L dan y = E
Rumus umum parabola dY2ldll: r (konstanta) diperoleh :

dYidx: n< * C
pv= (36)
#d
x:0-) dY/dx: gr C : g,
--_)
x = L------+ dY/dx : g -------) rL + gr = 92 Persamaan di atas berlaku baik untuk lengkung vertikal
cembung maupun lengkung vertikal cekung. Hanya bedanyq jika E,
r:(g'grYL yang diperoleh positip, berarti lengkung vertikal cembung, jika
negatip, berarti lengkung vertikal celung.
H=@P**r, Dengan mempergunakan persamaan (35) dan (36) dapat
ditentukan elevasi setiap titik pada lengkung vertikal.

"=ry **r'x+c' batah pertftungan


x:0 kalau Y:0, sehingga C'= 0

<;;4, StoO+ 60 (-.-o*iop


\____--,'
'=%P**"*
dari sifat segtiga sebangun diperoleh : Sro O+3OO Sto O*35O

(Y+Y):gtYzL=x:YzL
Y+Y= gt x
t/2 L
gr x:Y+y
Y:-(g,-*YZLx2+Y+y
Ganrbar 5.4. Contotr Perhituqgan.

, = G'#ixz
PPV diketahui berada pada Sta o+2fi dan mempunyai elevasi
+ 100 m. Perubahan kelandaian tedadi dari - 8% (menurun dari kiri)
Y = z##' . ....(3s) -
ke kelandaian sebesar 2% (menurun dari kiri), dan panjang
lengkung vertikal direncanakan sepanjang I 50m.
162 l6;l

a Berapakah tinggi rencana sumbu jalan pada Sta 0+150 m ? Bcrada sejauh (260-150)m .
ll0 m di kiri
PPV. PPV mempunyai ketinggian f l00 m.
b. Berapakah tinggi rencana sumbu jalan pada Sta 0+2gg 11 2
t,,
l
c. Berapakah tinggi rencana sumbu jalan pada Sta 0+260 m ? Elevasi sumbu jalan pada Sta 0+150 m --
d. Berapakah tinggi rencana sumbu jalan pada Sta 0+300 m ? +100 + $Yo. ll0: + 108,80 m
e. Berapakah tinggi rencana sumbu jalan pada Sta 0+350 rn ?
Sta o+2oo -------J Teletak pada lengkung vertikal sebelah kiri titik
PPV.
gt: - $Yo gz: - 2Yo
:- Elevasi bagian tangen pada Sta 0+200:
A: g, - g E - (- 2')=,- 6yo -
+ 100 + \yt (260 - 200;: + 104,80 m.
L= l50m
Elevasi sumbu jalan pada Sta 0+200 adalah
elevasi bagian tangennya dikurangi yr urtuk xr
Persamaan umum lengkung vertikal : y = Ax2 \ sejauh (200 - 185) m: l5 m dari PLV.
zOOL J

{
/ Elevasi sumbu ialan : +104,80 + 152/5000 =
+104,845 m.
V=- -6i(2
' 200.150
Sta o+260 ---) Terletak tepat pada posisi PPV.
y=- -X2
.,
5000 a
Elevasi sumbu jalan pada Sta 0+260 elevasi :
PPV + Ev: 100+75215000: +101,125 m.
y dihitung dari garis tangennya.
Bertanda negatifl, berarti ke atas dari garis tangen (lengkung Sta o+3oo------r Teletak pada lengkung vertikal sebelatr kanan
vertikal cekung). titik PPV.
Untuk persamaan lengkurrg di kiri ppV, x dihitung dari titik Elevasi bagran tangen pada Sta 0+300 =
+ 100 - 2o/o. (300-260) = -r 99,20 m.
Untuk persamaan lengkung di kanan ppV, x tidak boleh Elevasi sumbu jalan pada Sta Gf300 adalah
dihitung dari titik PLv. Hal ini disebabkan kelandaian tidak elevasi bagian tangennya dikururgi yr untuk rc
menerus, tetapi berubah di titik ppv; Jadi x dihitung dari titik prV. sejauh (335 - 300) m = 35 m dari PTV.
Elevasi di sembarang titik pada alinyemen vertikal ditentukan Elevasi sumbu jalan : +99,20 + 352/5000 :
dari kelandaian dan ordinat y. +99,445 m.
Sta Or350----) Terletak pada bagian lurus berlandat -2%.
Sta PLV berada pada Sta o +- yzL,yaitu Sta 0 + lg5
260
:
\ ...- - -_ Berada sejauh (350-260) m 90 m di kanan
Sta PTV berada pada Sta 0 + 260 + yzL, yaitu Sta 0 + 335 - ; PTV. PPV mempunyai ketinggian +100 m.
at
Elevasi sumbu jalan pada Sta 0 + 359 p:
Sta 0+150 Terletak pada bagian lurus berlandat - S%. +100 - zyo.90: * 98,20 m.
I
164 106

s.g Isvexuve vERTtr(AL aEMBuNG h, _ kd? h2 kdi


Bentuk lengkung vertikal seperti yang diuraikan terdahulu, Eu ki L' E,= klt.,
l)
berlaku untuk lengkung vertikal cembung atau lengkung vertikal
cekung. Hanya saja untuk masing-masing lengkung terdapat hr 4di h',
batasan-batasan yang berhubungan dengan jarak pandar:rgpn,
E,
-=- L2 E, -4di
L2

Pada lengkung vertikal cembung, pembatasan berdasarkan O,=ffi hrL'


4E,
jarak pandangan dapat dibedakan atas2 keadaan yaitu :

l. Jarak pandangan berada seluruhnya dalam daerah S=dr*d2= EL, * E,_L;


lengkung (S<L). {on {+e"
AL
2. Jarak pandangan berada diluar dan dl dalam daerah 800
lengkung ($L).
2A0hzL
A
Lengkung vertikal cembung dengan S < L
t=
rffi Urht .,[rr")
s, = J-QQL( lN * lrn )'
a , AS?
/ (37)
100[/2hr +,t2hz )
- -rl
Jika dalam perencanaan dipergunakan jarak pandangan henti
menurut Bina Marga, dimana h, :
l0 cm:0,10 m
dan hr: 120 cm: 1,20 m,
Gambar 5.5. Jarak pardangan padq lcngkung vertikal cembung maka:
(s<L). 1= AS'
/
loo(/2hr + tznz )
Dari persarnaan (35) diperoleh o =
# , atau dapat pula - -\?
dinyatakan dengan y = kx2, dimana .
L=#=cAS2 ........(38)
L- A
^-2ooL
Lengkung parabola y = k xr (k konstanta)
y: En -----) Eu : k (Y.rL)=
y = hr _*__+ hr = k dr, lt

y = h2 -------t tu : k dz2
186 I (i7

Jika dalanr perencanaan dipergunakan jarak pandangan menyiap


menurut Bina Marga, dimana hr : 120 cm = 1,20 m
S-lLfl00hr*l00hz
2tsrEz
dan ha = 120 cm = 1,20 m, t)

maka: r _?q_200hr
gr _200h2 Bz
AS2
L- /
loo[i2, ao + ]2,40 ) Panjang lengkung minimum jika dlldg: 0, maka diperoleh
- -r2 :

L = #'= CAS2 (3e) hr_hz -0 h'=h'


22
8r 8z s? s7
c= konstanta garis pandangan untuk lengkung vertikal cembung hz
dimana S < L. 82= 8l
hr
Tabel 5.3. Nilai C untuk beberapa h, & Il, berdasadran AASlffO
dan Bim Marga A merupakan jurnlah aljabar dari g, +g
AASIITO90 BinaMarga'90
JPH JPM JPH JPM
Iinggi matapengemrdi (hr) (m)
rinegi dilk (lu) (m)
t,o7
0,15
1,07
t,30
1,20
0,10
1,20

1,20
A=(
ff;)',
Konstanta C 404 96 399 960
A6i
8r=
JPH = Jarah pandangnn henti 1,, * Jio
JPM = Jarak pandangan tnsryiap
AvE
8z;
I"enghmg ve,rtikal ce,n$ung deagnn S > L Jif, * Jt,,
/__\
200hr(Jt, + ln,
L=25- ) 2oohr(Jh,- + 6;)
A/h; A'rE
s 2w (J[; * lG)'
L=23

Gambar 5.6. Jarak pandangan pada lenghmg vertikal cenrbung


($L).

&
108
l6e
Jika dalam perencanaan dipergunakan jarak pandangan henti Tabcl 5.4 Nilai Cr untuk bcbcrap:r hr dan Iq bcrdusarkarr
menurutBinafvlarga,dimana h,:l0 cm = 0,10m AASHTO dan Bina Marga.
dao t, :120 cm = 1,20 n1 lt

maka; AASHTO'90 Birm Marga '90'


// JPH JPM JPH JPM
2oouo, to +,tt,zo )
L=25 Iinggi mata pengemudi h, (m) 1.07 1.01 t.2 t.2
- A -r2
Iinggi Objek h, (m) 0. l5 1.3 0.1 t.2
(onstanta Cr 404 916 399 960
L=2S -Jf.-=25-Q (41)
AA JPH =jarak pandangan henti
Jika dalam perencanaan dipergunakan jarak pandangan :
JPM iarak pandangan mcnyap
:
menyiap meiluut Bina Marga, dimana h, 120 cm 1,20 m. :
dan [ = l2O cm: 1,20 n1
maka;
/ Panjang lengkung vertikal cembung betdasarkan

L=25-
200 ut, zo + lt,zo ) kebutuhan akan drainase
-
A -\2 I-engkung vertikal cembung yang panjang dan relatif datar
dapat menyebabkan kesulitan dalam masalah drainase jika di
L=25-T=rt-* (42) o sepanjang jalan dipasang kereb. Air di samping jalan tidak mengalir
lancar. Untuk menghindari hal tersebut di atas panjang lengkung
vertikal biasanya dibatasi tidak melebihi 50 A.
Cr - konstanta garis pandangan untuk lengkung vertikal cembung
Persyaratan panjang lengkung vertikal cembung sehubungan
dimana S > L.
dengan drainase .

Tabel 5.3 dan tabel 5.4 menunjukkan konstanta C = C, tanpa


melihat apakah jarak pandangan berada di dalam atau di luar
L:50A (43)

lengkung.

Panjaag lengku ng ve rtikal cem bu ng be rdas a rka n


kenyamanan perjalanan
Panjang.lengkung vertikal cembung juga harus baik dilihar
secara visual. Jika perbedaan aljabar landai kecil. nraka paniang
lengkung vertikal yang dibutuhkan pendek, sehingga alinyernen
vertikal tampak melengkung oleh karena itu disyaratkan paniang
o lengkung yang diambil untuk perencanaan tidak kurang dari 3 dctik
perjalanan

I
I 171
170

s.4 l-evoxttve wRTII(AL cEKtlNG Dg=AL


100 2
Disamping bentuk lengkung yang berbentuk parabola 0t
sederhana, panjang lengkung vertikal cekung juga harus ditentukan
dengan memperhatikan :
D,Bt =(f)'oul
o jarak penyinaran lampu kendaraan
o jarerk pandangan bebas dibawah bangunan D/B/=#
o persyaratan drainase
DtBt=0,60+g191o
. kenyamanan mengemudi
{
o keluwesan bentuk tg lo=0,0175

tg lo
Jarak peryinaran lamPu kendaraan
#=o'60+5
.u AS2 (44)
Jangkauan lampu depan kendaraan pada lengkung vertikal =
16-J 3,507
cekung merupakan batas jarak pandangan yang dapat dilihat oleh
pengemudi pada malam hari. Di dalam perencanaan umumnya tinggi
lampu depan diambil setinggi 60 cm, dengan sudut penyebaran Lengkung vertikal cekung dengan iarak
sebesar lo. penyinaran lampu depan > L
Letak penyinaran lampu dengan kendaraan dapat dibedakan
atas 2 keadaan yaitu :

l. Jarak i-a.og- akibat penyinaran lampu depan < L.


2. Jarakpandangan akibat penyinaran lampu depan > L.
VI
!-l-u -f
Lengkung vertikal cekung dengan iarak penyinaran
Gambar 5.8. Lengkung vertikal cekung durgan jarak pandangan
lampu depan < L. penyinaran lampu &pan > L.

D,Bt=#(r-+,
D/B/=0,60+Stg ltt
DtBt =0,60+0,0175 S

Gambar 5.7. Lengkung vcrtikal cckung dcngan jarak pandangan #(t -+t =0,60+o'0175 S

pcn-vinaran lamPu dcPan < L' r _rc_ 120+3,5S (4s)


L- Lo
A
{
172 173

Jar* prdangan bbs dthwah brrganan pda Jika jarak bebas dari bagian bawah bangunan atas kc.ialan
bngkung vettikal cekung adalah C, maka :

Jarak pandangan bebas pengemudi pada jalan raya yang


melintasi bangunan-bangunan lain seperti jaran lain, jembantan
penyeberangan, viaduct, aquaduct, seringkali terhalangi oleh bagian
m= c-qie S2A A
8ool=('-
hr +hz
2
bawah bangunan tersebut. panjang lengkung vertikal cekung
minimum diperhitungkan berdasarkan jarak pandangan henti 52A
minimum dengrn mengambil tinggi mata pengemudi truk yaitu l,g0
L- 800C-400(hr +hz)
(4ot

m dan tinggi objek 0,50 m (tingg lampu belakang kendaraan).


Ruang bebas vertikal minimum 5 nr, disarankan mengambil lebih : :
Jika hr 1,80 m, h, = 0,50 m, dim C 5,50 m, maka
besar untuk percncanaan yaitu t 5,5 m, untuk memberi persamaan (46) menjadi :
kemungkinan adanya lapisan tambalran dikemudian hari.

l= A52 ............ (47)


3480

JarakpandanganS>L
Diasumsikan titik PPV berada dibawatr bangunan
a

Gambar 5.9' Jarak pandangan bebas di bawarr bangunan pada Ir$r KONST. ATAS
lenglmg vertikal cekung dengan S < L.
GARTS rArtuArr(,\ ?
PAI{DAiIG-,
hl -----L h2

JenL pendrngen S<L


Dazumsikan titik ppV berada dibawah bangunan

PPV
/s\' m
\L/ -E E- AL
Gambar5.l0. Jarak pardangan bebas di bawatr bangunan prdr
800
lengkung vertikal cekung dengan S > L.

/s'\'
\L/
8oo m
S E+m Slm
AL L2E L=r"fr.
l )',
FAL
t=bm dan ,n=&
800L 800
m=c-5&
I
:
t74 u{*
L=2S 800c-400(hr
+h2) Rnnaxurnen
.(48)
,l Ll Perencanaan alinyemen vertikal selalu dengan monrportlm.
bangkan kondisi lapisan tanah dasar, tinggi muka air br{h,
Jika h, : 1,80 m; tL : 0,50m; dan C = 5,50 m; maka tinggi muka air tanah, fungsi jalan, kelandaian, dan kcrdlln
persamaan (48) menjadi .
medan.

I Landai minimum sebesar 0,3 - 0,5 Yo padajalan-jalan di drenh


L=2S- 3480
(4e\ galian, dan dapat datar pada jalan di daerah timbunan.
tr Kelandaian ma$simum ilan panjang kritis suatu jrlrn
dipengaruhioleh kecepatan dan keadaan medan.
D Lajur pendakian adalah lajur khusus untuk kendaraan trorll,
yang dibuatkan pada jalan berlandai cukup tinggr dan panjang
funtuk vtsual verfikal ekung tr Lengkung vertikal. merupakan tempat peralihan dari 7
Adanya gaya sentrifugal dan gravitasi pada lengkung vertikal kelandaian yang berbentuk lengkung parabola sederhana.
-
cekung menimbulkan rasa tidak nyaman kepada pengemudi panjang D ,Pemilihan panjang lengkung vertikal cembung hamlrh
lengkung vertikal cekung minirnum yang crapat memenuhi syarat
merupakan, panjang ' terpanjang yang dibutuhkan sctolrh
kenyamanan adalah :
mernpertimbangkan jarak pandffigil, perpyaratan drainase, drn
bentuk visual lengku4g.
\ l=AV=
380 ..... (so) n Pemilihan 'panjang lengkung vertikal cekung haruslrh
dimana: merupakan parijang terpanjang yang dibutuhkan setelah
rnempertimbangkan jarak penfrnaran lampu depan kendaraan di
V: kecepatan rencana, km/jam. malam hari, keluwesan bentuk, dan kenyamanan menganudi.
A: perbedaan aljabar landai.
L- panjang lengkung vertikal cekung.

Kenyamanan mengemudi pada lengkung vertikal


cekung
Panjang lengkung vertikal cekung dengan mempergunakan
persamaan (36) pendek jika perbedaan kelandaiannya kecil. Hal ini
akan mengakibatkan alinyemen vertikal kelihatan melengkung.
untuk menghindari hal itu, panjang lengkung vertikal cekung
diambil > 3 detik perjalanan.
,)

t
176

Pdoman um,rm dalam penencanaan allnyemen


vefiilol
Alinyemen vertikal secara keseluruhan haruslah dapat
memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai jalan.
Untuk itu sebaiknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

l. Pada alinyemen vertikal yang relatif datar dan lurus,


sebaiknya dihindari hidden dip, yutu lengkungJengkung
vertikal cekung yang pendeh dan tidak terlihat darijauh.
KooRDrNAsr
2. Pada landai menurun yang panjang dan tajam, sebaiknya
ALINYEMEN VERTIKAL
diikuti oleh pendakiaq sehingga kecepatan kendaraan yang DAI{
telatr bertambatr besar dapat segera dikurangi.
3. Jika direncanakan serangkaian kelandaiarq maka sebaiknya ALIIVYEMEN HOBIZONTAL
kelandaian yang paling curam diletakkan di bagian awal,
diikuti oleh kelandaian yang.lebih kecil.
4. Sedapat mungkin dihindari perencanaan lengkung vertikal
yang sejenis (cembung atau cekung) dengan hanya
dipisahkan oleh tangen yang pendek. (r e asain geometrik jalan merupakan desain bentuk fisik jalan
berupa 3 dimensi. Untuk mempermudah dalam meng-
gambarkan bagian-bagian perencanaan, bentuk fisik jalan
tersebut digambarkan dalam bentuk alinyemen horizontal atau trase
jalan, alinybmen vertikal atau penampang memanjang jalan, dan
potongan. melintang jalan.
Penampilan bentuk fisik jalan yang baik dan menjamin
keamanan dari pemakai jalan merupakan hasil dari penggabungann
bentuk alinyemen vertikal dan alinyemen horizontal yang baik pula.
Letak tikungan haruslah pada lokasi yang serasi dengan adanya
tanjakan ataupun penurunan.
Hal-hal yang dapat merupakan panduan adalah sebagai berikut :

1. Alinyemen nrendatar dan vertikal terletak pada satu fase,


sehingga tikungan tampak alami dan pengemudi dapat
memperkirakan bentuk alinyemen berikutnya.

177
r76 l7!,

M o. horizonlol
. o-Eorizonlol

-__fu
o. Yartrlol

Gambar 6.1 Lcqgkrmg v€rtikal dan horizontal terletak pada


Garnbar 6.3 Tikungan terletak di bagran atas lengkung
satu fase.
vertikal cembung.

Jika tikungan horizontal dan vertikal tidak terletak pada satu


fase, maks pengemudi sukar memperkirakan bentuk jalan
selanjutnyq du bentuk jalan terkesan patah. Kombinasi yang seperti ini akan memberikan kesan terputusnya
jalan, yang sangat membahayakan pengemudi.

3, Pada jalan yang lurus dan panjang sebaiknya tidak dibuatkan


o lengkung vertikal cekung.

==}>

Ganrbar 6.2 Lo€kung vertikal dan horizontal tidak terletak


pada satu frse. Gambar 6.4 Leoglung vertikal cektmg @ jalm Vug
retaiffurus dan Panjurg.

Tikungan yang tajam sebaiknya tidak diadakan di bagian atas


lengkung vertikal cembung atau di bagian bawah lengkung 4. Kelandaian yang landai dan pendek sebaiknya tidak diletakkan
vertikal cekung. di antara dua kelandaian yang curarL sehingga mengurangi jarak
pandangan penganudi.

{
t, I

.FLxoMoRAN
PAI{JANG JAI.AN
(srATroNrNq

ll r/0

eilultua*, (stationing) panjang jalan pada tahap perencanasn


adalah memberikan nomor pada interval-interval tertentu
dui awal f*erjam Nomor jalan (Sta jalan) dibutuhkan sebagai
sarana komunikasi untuk dengan cepat mengenal lokasiyang sedang
dibicarakan, selanjutnya menjadi panduan untuk lokasi suatu tempat.
Nornor jalan ini sangpt bermanfaat pada saat pelaksanaan dan
pereircanaan. Di samping itu dari penomoran jalan tersebut
diperoleh informasi tentang panjang jalan secara keseluruhan.
S*iap Sta jalan dilengkapi dengan gambar potongan melintangnya.
Nomor jalan atau Sta jalan ini sama fungsinya dengan patok
km di sepanjang jalan. Perbedaannya adalah :

l. Patok km merupakan petunjuk jarak yang diukur dari


pato& km 0, yang umumrrya terletak di ibukota propinsi
atau kotarnadya.
II 't
181
I82 I
Patok Sta mcrupakan petunjuk jarak yang diukur dari
awal pekerjaan (proyek) sampai dengan akhir pekerjaan.
DAITAR KrpusrAl&ry{N
2. Patok km berupa patok permanen yang dipasang dengan , )

ukuran standar yang berlaku.


I AASHTO, 1984, Policy on Geometric Design of Highway
Patok Sta merupakan patok sementara selama masa
and Streets.
pelaksanaan rua- jalan tersebut.
2. AASHTO, 1990, A Policy on Geometric Design of
Highways and Streets.
Stajalan dimulai dari 0+000m yang berarti 0 km dan 0 m dari J. Anonim, 1992, Bahan kuliah, Perencanaan Geometrik,
awal pekerjaan. Sta 10+250 berarti lokasi jalan terletak pada jarak Pasca Sarjana Jalan Raya PUTL - ITB.
10 km dan 250 meter dari awal pekerjaan. Jika tidak terjadi 4. Bhanot K.L. & Sehgal S.8., 1983, A Text Book on
perubahan arah tangen pada alinyemen horizontal maupun
Highway Engineering and Airports, S.Chand & Company
alinyemen vertikal, maka penomoran selanjutnya dilakukan :
Ltd, Ram Nagar, New Delhi.
o setiap 100 m pada medan datar 5. Dalimin, 1979, Pelaksanaan Pembangunan Jalan,.Penerbit
c setiap 50 m pada medan berbukit Lestari.

c setiap 25 m pada rneclan pegunungan 6. Direktorat Jenderal Bina Marga, Bipran, 1970, Peraturan
Perencanaan Geometrik Jalan Raya No. l3l1970.
Pada tikungan penomoran dilakukan pada setiap titik penting { I
7. Direktorat Jenderal Bina Marga, Bipran, 1990, Spesifikasi
jadi terdapat Sta titik TC, dan Sta titik CT pada tikungan jenis Standar untuk Perencanaan Geometrik Jalan Luar Kota
lingkaran sederhana. Sta titik TS, Sta titik SC, Sta titik CS. dan (Rancangan Akhir).
STA titik ST pada tikungan jenis spiral-busur lingkaran, dan spriral.
8. Direklorat Jenderal Bina M-gu, Espran, 1963,
Penoano ran pada ti*u ngan Perencanaan Jalan Raya.

,-t-) . 7
9. Direhorat Jenderal Bina Marga, 1988, Standar

,--t'
Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan.
' --'
-/ -/.--:=:>**-a
10. Direklorat Jenderal Bina Marga, Espran, Ruslan Diwiryo,
Perencanaan Geometrik Jalaru Bagian III.
11. Hickerson, Thomas F., 1959, Route Surveys and Design,
Gambar 7.1 Sistim penomoran jalan Mc Graw Hill Book Company, [nc.
Sta TC- StatitikA+d, -T t2 Institute of Transportation Engineerg 1992, Traffic
Sta CT: StA TC + L.. Engineering Handbook, 4th edition, Prentice Hall,
Englewood Cliffs, New Jersey.
Sta TS: StaCT+(d,-T-T,J)
Sta SC: StaTS+L" lr
Sta CS: StaSC+L" r83
Sta ST: StaCS+L.
184 I r{t1

13. Japan International Cooperation, Clothoid, Pocket Book.


14. Mnistry of Transportation and Communications, 1979,
Geometric Design Standards for Ontario Highways,
Ontario.
15. Mnistry of Transportation and Communications, 1979,
@
Highway Engineering Standards, Book A and B, Ontario. $
16. NAASRA 1980, Interim Gride to The Geometric Design d 0o 0o \o t an \r \o c.l
+ 9qqqoncl
oooOO\O\#tc\l
ofRural Roadq Sydney. \o d#
ra)
d
17. Oglesby Clarkson H., 1982 Highway Engineering 4th il
c.l
editioq John Wiley & Sons, New York. d
o0
18. Road Construction Authority Australia, 1983, Road
Design Manual. \o L- O-
cil o iB'
O
19. Sukirman, Silvia, 1990, Diktat Kuliatr Jurusan Teknik o\\oc.il@s(..lol$ JE
+ ctia-qqq+\cl
C.t a.t Ca 1r) g rf)
AoF
Sipil LJKM dan Itenas, Perencanaan Geometrik. C-l
Etrr
)Er\
20. Sugondo, Soetrisno, 1976, Bahan Kuliatr Perencanaan c.i
ll
$s c
tsd()
H
Geometrik Jalan, Pasca Sarjana Jalan Raya PUTL-ITB .::! trcd -o
197G-t977. *Xt-.
d*
\o 6(\3
a-)
O C)
\o\ool€sf,$c.l$
*6cA\OO..l*OO (g
O
.-.i : cl c! e.i A \t l<
c{ (.t o.l "1
(o
+ c."l (t.l (-l
(\l
q
(\
ll

(g
ooooooPR
cn$r,\or-.-oo=:
-v,

t,
186 It?

a) r\OO\Oralr)O\@
Ntr O\+O\r.)6t-Fd
,.,,.iO"-.:'O"O.O^O.
<(E
[; o oooo
>J(
o\-\OOF(E\O€
Oi.)O\ir)c)\g6ia
EEBE, ---61 (fifAS\O orara\oaoco\oo\
l-OO€6lr\OH
ICEE <td .+ ..i -: o. o. o" q
ilE o -i oooa
tB
.-ts >l.
\OFgcAFFOF
E€Ef' =oFla(fr(\tr\m -J4(u \odiaincoorald
\OO\ia.lN-i..|N
-6lc!c.|-c(ot\g\ m q
CB
Eo
r(tt -i c.i o^ o" o"
o oooo
ilE ".i
sca('r.ao\=f-t +.
(l)
>J
8E <t'\O€O6lin-ts
_**t\i_l ct
G, H
o6tooFm€$co
$
(l) E^ aa OO-a.lFC.lO<tGt
6l v.i-lc.iqo^o^o.
o oooo
€E ola0000r,ao
t\r\.4.<rrn\oFo\ E$ E 'rvo
ad Fi
il=
+Er ct a.: >_E
ar) | o0 Gl '-'
FtraF(V)-\oE 'El cn tr(\t 'dil
+rc
a

SE \OCGlrr1Chtvti-
-d-(\tit c.t II
d
Et
trCL
Lr
..8E -a
or\oEciFiat+
-oo.+iac{oco(\.t
N .d -i.,i o^ O^ o- o"
E6r
+E
a, l.i
a- o oa ils o oooa
6t
PI !)
€€\OtGlsl\Or\
I€ IC
€€O\O\--C-l O(fl(') EN
(Yt
f€
GF
(l T ;';
Cd .V
>_u
p0.)
GI
-- ilil 'O cd C- (\.l t-- OO cO r.) t\ rrr F.
(l)tr 3tr
\a i
cl
o0
C!
't o) il5 o.\ oooo
-!+raa{Or\(\.l
,,'AAAA

r.lrrFOraNO\N GI = a pJ
-v
>-E
I'E -N(f)ra\O@-\o 'E, .i
FI tr
'cl .E L. I
I
t,
.a CL
o)
A .-
(a
ctr 6lO\m$ca.+O\O
il)
O\\OGloea.c!.-tt
a-t.- $ \O O\ $ t\ (\t CI cl
U
tr oE Hrir}61
-
6lot\Fi
<l.i -i. -d a" o" o" o.
-€ rc, facomc.l sin >.
tr tr CI
rl-)
il5 do oooo
(l) q) o
d
>-E
E E Fr
x
€9ot6.f$61 + tr tr
€ -O\rorOOri-OO
6l-61 6lcA6l$= cl d
crl
L, \orao€racn$\o
ct+ c!6tNr\ c{6t I o0
tr
ctt
.r &l FoO\OO\a!Or(\t
q o^ o-q
do -: od oooo
E cl A. od
.v ct
.t, E il:
oooQOOOO >-E
E ca :f r.) \O f- € (>.t\ a cla
rg

> 8g
' r<E
Jd J4
GI
li E
(\l ct
-5d

gEfAr**s
188
t80

Perhitungan panjang Ls nrinimum


-. inOtaO\i
]l-
O\f-
al :
Ntr V.A^^ 6trl-dFF ^
(e minimum l0 Yo)
\o(\lYdYYYv
<Gl
ilE o oooc
Kcccpalnn rencana =. 50 km/iam
>Ja
ocrialanan 2 detik .- 28 m: ncrialanan 3 detik= 42 m.

^,?atl 60raa\o6 I) R c \loditikasi Shortt nt= 150 m: l15 Ls ts


:--!FOrf--\O-
-El l.'-c.i--.:qqqq
o oooo (o) (n) c= I C=2 C=.1
I1..3.75
AASTIIo
B.=3.75
BM
.dA.SIITO
Bina Marg
/lrr* Laal
IE
-(d
>-r
t
CB

9-2s
5730 0.c)03 0.10 c}.05 0.03 .1.55
9.82 30 45
(u *r.tth€6Ov.|O 0.50 2865 0.005 0.21 0.1 I it.ol 3.08 10.99 30 45
J
CB
€o
<G t3q'EEqq
a oooo
0.75
r.00
l9l0
1432
0.008
0.01 I
0.33
0.45
0.16
o.22
0.1
0.15
I 4.59
6.08
12.t5
13.29
30
30
45
45
ili
c)
>-i 1.25 I 146 0.013 0.57 o.2() 0.19 7.54 14.41 30 45
1.50 955 0 016 0.7{) 0.35 o.23 8.9E 15.51 30 45

- FaoGlo\€-f - 1.75 8t9 0.018 0.84 o.42 0.28 10.40 16.60 30 45

[9 ,^ ,,4 id+ac.iqqqc
=\gc\6tdo+(\i
o oooc
2.U) 716 0.o21 0.98 0.49 0.33 11.79 17.66 30 45
+€
tso
[= 2.51) 57f 0.0x 1.28 0.64 0.43 14.51 19.75 30 45

C,' ;
>-E 3.00 177 0.030 l.6l 0.80 0.54 11.14 21.76 30 45
(0 \-, GI 3.50 409 0.035 1.95 0.98 0.65 19.67 23.71 30 45
rpil -r.lO-O\Frr)(\
6lrf,€dO.nF
I 4.00 358 0.039 2.32 l. t6 $.77 22.12 25.58 30 45
HE ,OE =l
N.o-e.iqqqc O OQOC
*{ 4.50 318 0.043 2.71 t.35 0.q) 24.47 27.38 l0 45

OE= il= 5.00 286 0.04E 3.12 I.56 1.04 26.73 29.12 30 45

Eii
>l (l)
.o
6.00 ?J9 0.0J5 "1.01 2.Ol I.34 30.97 32.37 40 45
d-y (\, 7.OO 205 0.062 4.99 2.50 1.66 34.85 35.35 40 45
E'd ^ aa
:a
f- f\ O\ rra FeGl
sf sf \0 r <) ..r-..1 F 8.00 179 0.068 6.06 3.03 2.O2 38.37 38.04 40 45
0)E (f

'a o,)
f-. A
il=
6loo :m-YYY
a oopo 9.00
10.00
159
t43
0.o74
0.079
7.22
8.,{5
3.61
4.23
2.4t
2.82
4r.51
44.33
40.45
42.6t
40
50
45
4''
p >-u I l.(x) 130 0.083 9.77 4.88 3.26 46.84 44.-53 50 45

(n
l2.oo l.l9 0.o87 I l.l5 5.58 3.72 49.O4 46.22 50 50
.o -,tfc4O\OrSOca
!lr-r.)O\-OGla{
(f
13.00 il0 0.091 12.61 6.30 4.20 50.94 47.68 60 50
v(! .-f,YYYY 14.00 t02 0.093 14.14 7.07 4.7t 52.34 48.9t 60 50
(l) il= -A
15.00 95 0.096 15.75 7.87 5.25 53.83 49.90 60 50
o) >_E 16.00 90 0.097 17.43 8.71 5.81 54.82 50.66 60 60
17.00 84 0.099 19.18 9.59 (r.39 55.5 r 51.t8 60 60
cg t.
^,f-Cor,O\m_l
:l<\c/-dQ-a..i I8.00 80 0.099 2l 0l 7.0$ 55.89 51.47 60
(B 10.50 60
O. .'A-< r-. :F--YYv
ir
>_a
Tabcl AH - 3

q
^& ..
:
EE'{L-rr
tO,EO-c
rSo
9lPlE
Catatan BM = Bina Marga
190 19r
I
'
Perhitungan panjang Ls minimuni Perhitungan panjang Ls minimum
(e miaimum = l0 7o)
,l r (c minimum: IOYA
Kecepatan rencana : 60 km/iam
Kecepalan rencana : 70 km/jam
perjalaoan 2 detik = 33 m; perialanan 3 detik - 50 m.
.R m:165 perjalanan 2 deiik = 39 m; perjalanan 3 detik: 58 m.
D e Modifikasi Shorn m= 130 ts Ls
B 375 B=3.75 Bina Marg D R e Modifikasi Shortt m: 180 m=l 25 I.s Ls
(o) (m) C=l C=2 C:3 AASHTO
B:3.75 B=3.75 Bina Margr
AASTHO BM /luar kota'
C=1 C=3
(o) (m) C=2 AASHTO
AASTHO BM /lur kotal
o.25 5730 0.004 0.18 0.09 0.p6 2.45 l1.68 40 50
0.50 2865 .0.008 0.37 0,t9 0.L2 4.86 135b' 4 50 o.25 5730 0.005 0.29 0.15 0.10 3.63 11.90 N 60
0.75 l9t0 0.012 0.58 0.29 o. ,ro 7.21 15.43 40 5g 0.50 2865 0.01I 0.61 0.30 0.20 7.t6 14.35 40 60
1.00 t432 0.015 0.80 0.40 0.27 9.5I 17.24 40 50 o.7s l9l0 0.016 0.96 0.48 0.32 10.59 16.73 40 60
1.25 I 146 0.019 t.o4 0.52 0.35 11.76 19.o2 40 50
1.00 1432 0.021 1.33 o.67 0.44 13.92 19.04 40 60
1.50 955 o.o23 1.28 0.64 0.43 I3.96 20.75 40 50
1.25 11,t6 0.025 t.74 0.87 0.58 t7.15 2t.28 40 60
1.7.5 819 0.026 1.55 0.77 0.52 16.il 22.44 40 50
2.O0 716 0.o29 1.82 0.91 1.50 9s5 0.030 2.17
'1.08
0.72 20.2E 23.& q 60
0.61 18.21 24.10 40 50
2.s0 573 0.036 2.41 1.20 0.80 22.25 27.28 40 50 1.75 819 0.035 2.63 l.3l 0.88 23.31 25.56 40 60
3.00 477 0_o42 3.05 1.53 t.o2 26.09 30.31 40 50 2.O0 716 0.039 3.12 1.56 1.04 26.23 27.59 40 60
3.50 409 0.048 3.75 1.87 l'.25 29.73 33.1 7 40 50 2.50 573 o.047 4.18 2.09 1.39 31.78 31.45 40 60
4.00 358 0.054 4.50 2.25 I.50 33. l6 35.88 i44 50 3.00 477 0.055 5.36 2.68 1.79 36.93 35.02 40 60
4.50 318 0.059 5.30 2.65 1.77 36.39 38.42 .{0 50 ,{()9
.3.50 0.062 6.65 3.33 2.22 41.68 38.32 50 60
5.00 286 0.064 6.16 3.08 2.O5 39.42 40.81 40 50
4.00 358 0.058 8.06 4.03 2.69 46.02 41.33 50 60
6.00 239 0.073 8.04 4.02 2.68 44.86 45. l0 50 50
4.50 318 0.074 9.58 4.79 3.19 49.96 44.07 50 60
7.00 205 0.080 10. l3 5.06 3.38 49.52 '48.76 50 50
8.00 179 0.086 12.41 6.21 4.14 53.43 5{.84 60 50
5.00 286 0.079 tr.2t 5.61 3.74 53.49 46.52 60 60
9.00 159 0.091 14.89 7.45 4.96 56.60 54.35 60 60 6.00 239 0,088 14.83 7.41 4.94 59.33 50.58 60 60
10.00 t43 0.095 17.56 8.78 5.85 59.04 56.26 60 60 7.00 205 0.094 1E.91 9.46 6.30 63.53 53.49 70 50
I1.00 130 0.098 20.43 10.22 6.81 60.74 57.60 60 60 8.00 179 0.098 23.46 I1.73 7.82 66.08 55.27 70 60
12.00 ll9 0.100 23.50 11.75 7.83 61.70' 58.36 60 60 9.00 159 0.099 28.47 14.23 9.49 66.99 55.90 70 60

Tabel AH - 4
Tabel AH - 5

Catatan: BM=BinaMarga

Catatan : Bil{=Bitra}vIuga
lg2 10S

Perhitung;an panjang Ls minimum


Pcrhitungan panjang Ls minimum
(e minimum = l0 7o)
(e minimum = l0 7o)

Kectpdan rencana: 80 kr/jam


perjalanan 2 detik: zl4 m; pedalanan 3 detik = 67 m.
2 detik: 50 ml rrerialanan 3 detik:75 m.
D R e Modifikasi Shortt m=200 m: 150 IJ I-s
B:3.75 B:3.75 Bina Marg
m=216 m -- 152
(o) (m) C=l c:2 c:3 AASTII() BM
AASHTO (lur kotal F=3.75 B=3.75
AASTHO BM

o.25 5730 0.007 o.4 0.22 o.l5 5.25 15.19 50 70


0.25 5730 0.009 0.2t 7.15 16.43 JO 7t
0.50 2865 0.014 0.93 0.o 0.31 r0.32 18.99 50 70
0.50 2E6' 0.017 0.45 14.01 2t.26 50 7S
0.75 l9l0 0.020 1.48 o.74 0.49 15.20 22.65 50 10
'to 0.75 l9l0 0.02, 0.72 20.56 25.87 ,0 15
1.00 1432 4.027 2.08 1.04 0.69 19.89 26.t7 50
t.00 1432 o.033 t.o2 26.8t 10.27 JO 75
t.25 ll45 0.033 2.73 1.37 0.91 24.40 29.55 50 70
1.25 I t45 0.040 1.36 32.76 34.45 50 75
L50 955 0.038 3.44 t.72 l. l5 28.73 32.80 50 70
1.50 95' o.o47 t.72 38.41 38.43 50 75
t.75 819 0.o44 4.20 2.to 1.,t0 32.87 35.90 50 70
1.75 819 0.054 2.1 I 43.76 42.t9 50 75
2.O0 716 0.049 5.01 2.5r 1.67 36.83 38.87 50 70
2.U) 7t6 0.060 2.53 48.81 45.75 50 75
2.50 573 0.059 6.81 3.40 2.27 44.19 44.39 50 70
2.50 573 0.o72 3.47 58.00 52.22 60 75
3.00 477 0.068 E.EI 4.41 2.94 50.E1 49.36 60 70
q9 3.00 477 0.0t1 4.54 65.95 57.E1 70 75
3.50 0.076 I1.03 5.52 3-68 55.69 53.76 60 ?0
'4.00 3.50 409 0.089 3.76 72.28 62.26 80 75
358 0.082 13.48 6.74 4.49 61.78 5't.59 70 70
0.095 7.16 76.93 65.54 80 75
,4.50 3lt 0.08t 16.17 E.09 5.39 66.O5 60.79 60 70 4.00 358
4.50 318 0.099 8.73 79.89 67.62 80 73
5.00 286 0.093 t9.l I 9.55 6.37 69.48 63.36 70 70
5.00 286 0.1o0 t0.46 81.17 68.52 m 75
6.00 239 0.098 25.70 12.E5 8.57 73.86 66.65 80 70
7.OO 205 o-too 33.25 16.63 I1.08 74.92 67.44 80 70

Tabel AH - 7
Tabel AH - 6

Catatan : BM = Bha Ivtarga


Catatan : BM = Bina lvtarga
t9{
l0li

Pcrhitungan panjang Ls minimum


Perhitungan panjang Ls minimum
(c minimum = l0%o)
(e minimum: l0 %o)

Keccpatan rencana = 120 km/jam


2 detik = 56 m
perialanan 2 detik = 67 m
m:236 Ls D R e Modifikasi Shortt m:280 Ls
B=3.75 AASIITO B:3.75 AASTITO
AASTFIO m (o) (m) C=l C=2 c:3 AASTHO m

0.25 5730 0.01I 0.88 0.44 0.25 5730 0.016 1.54 0.77 0.5t 16.36 70
0.29 9.62 60
0.50 2865 0.02t 1.90 0.95 0.63 t8.77 60
0.50 2865 0.030 3.37 1.68 l.t2 31.77 70
0.75 t9l0 0.031 3.06 1.53 1.02 27.46 0.75 l9l0 0.044 5.49 2.75 1.83 46.24 70
60
1.00 1432 0.040 4.37 2.r8 1.00 1432 0.057 7.92 3.96 2.64 59.76 70
1.46 35.67 60
t.2s lt46 0.049 5.82 2.9t 1.94 43.43 r.25 tt46 0.069 10.63 5.32 3.54 72.34 80
60
1.50 955 0.057 7.4t 3.71 1.50 955 0.080 t3.64 6.82 4.55 83.97 90
2.47 50.71 60
t.75 819 0.065 9.15 4.5E 1.75 819 0.090 17.16 8.58 5.72 93.98 100
3.05 57.53 60
2.00 716 0.072 I1.03 5.52 3.68 63.89 70
2.00 716 0.096 2r.67 10.83 7.22 100.80 ll0
2.50 573 0.085 15.29 7.64 5.10 75.00 80
3.00 477 0.094 20.53 t0.27 ril
6.84 82.91 90
3.50 409 0.099 26.8t 13.41 Tabel AH -9
8.94 87.43 90

Tabel AH - 8
10e r07

Perhitungan panjang Ls minimum Perhitungan panjang Ls mtnimum


(e minimum =8Yo) (e minimum =tl%\
,"
Kecepatan rencana: 60 km/jam

p.E!ry, : oerialanan 2 Aetik - 33 m: perialanan 3 detik - 50 m.


2 detik: 28 m; peq'alanan: a"tit lZ *
m- ll5 D R e Modifikasi Shortl m=165 m: 130 Is I-s
B-3.75 B=3.75 Ilina Margr
B:3.75 (o) (m) C=l c:2 C=3
AASTIIO BM
AA,SHTO
(luar kota)
BM

0.25 I 5730 0.&)3 0.10 0.05 0.03 L55 9.81


4.25 5730 0.004 0.18 0.09 0.06 2.44 I 1.68 40 50
30 45
0.s0 I 2865 o.m5 o.22 0.1 I 0.07 3.O7 10.98
0.50 2865 0.008 0.39 0.I9 0.13 4.82 13.54 40 50
30 45
0.75 I 19r0 0s08 0.34 o.l7 0.1 I 4.55 0.75 1910 0.01I 0.61 0.30 o.20 7.12 15.36 q 50
12.12 30 45
g.34
1.00 I 1432 0.01r o.46 o.23 0.15 6.01 13.23 30 45
1.00 1432 0.015 0.85 o.42 o.28 17.1 I 40 50
1.25 I I146 o.ol3 0.60 0.30 0.20 7.43 14.32 30 45
1.25 tl46 0.019 t.ll 0.55 o.3i I 1.50 18.81 40 50
Lso I 95s 0.016 o.74 o.37 o.25 8.82 15.39 30 45
1.50 955 0.022 1.38 0.69 o.46 13.58 20.45 40 ,0
1.75 | 8t9 0.018 0.89 0.45 0.30 10. l8 16.43
1.75 819 0.025 1.58 0.84 0.56 15.60 22.04 40 50
30 45
2.00 | 7t6 0.020 I.05 0.53 0.35 I 1.50 t7.44
2.O0 716 0.028 2.O0 1.00 o.67 17.54 23.57 40 50
30 45
2.so | 573 0_025 1.39 o.70 o.46 14.06 19.40
2.50 573 0.034 2.69 1.34 0.90 21.20 26.46 40 50
30 45
3.o0 I 47i 0.o29 1.76 0.88 0.59 16.49 21.27 3.00 477 0.040 3.45 t.73 l.l5 24.58 29.12 40 50
30 45
3.50 I 4oe 0.033 2.16 1.08 0.72 18.79 23.03 3.50 449 0.045 4.29 2.15 1.43 27.67 31.55 40 50
30 45
4.oo | 35s 0.037 2.60 1.30 0.87 20.96 24.70
4.00 358 4.049 5.21 2.61 t.74 30.48 33.76 40 50
30 45
4.50 I 3rs 0.041 3.06 1.53 1.02 23.0t 26.27
4.50 318 0.053 6.20 3.10 2.O7 32.99 35.75 40 50
30 45
5.oo I 286 o.044 3.56 1.78 l l9 24.93 27.74
5.00 286 0.057 7.27 3.64 2.42 35.22 37.50 40 50
30 45
6.00 | 23e 0.050 4.64 2.32 1.55 28.38 30.39
6.00 239 0.063 9.64 4.82 3.2t 38.82 40.34 40 50
30 45
7.oo I 2os 0.056 5.85 2.92 1.95 31.33 3?..64
7.00 205 0.068 12.o3 6.02 4.01 42.32 43.09 50 50
50 45
8.00 | 179 0.060 7.17 3.59 2.39 33.76 34.51 q 45
8.00 t79 0.o73 14.66 v.33 4.89 44.92 45.14 50 50
9.00 | 159 0.064 8.52 4.26 2.84 36.12 36.31 40 45
9.00 159 o.076 17.46 8.73 5.82 46.90 46.70 50 50
10.00 I t43 0.068 9.96 ,1.98 1.32 38. l3 10.00 t43 0.078 20.42 10.21 6.81 48.25 47.76 50 50
37.86 40 45
il.00 J 130 0.071 I 1.45 5.72 3.82 39.90 39.22 q I 1.00 130 0.079 23.54 11.77 7.85 48.9',1 48.33 50 50
45
12.00 I l19 0.074 119 o.079 26.84 t3-42 8.95 49.06 48.N 50 50
13.00 6.50 41.42 ,r0.38 & 45
12.00
13.00 | I l0 0.076 14.61 7.31 42.69 41.35 40 45
14.00 | r02 0.078 16.28 8. l4 43.71 q
42.14 45
l5.oo | 95 0.079 18.02 9.Ot 44.48 42.73 50 45 Tabel AH - ll
16.00 I q0 0.080 19.81 9.90 0.45 43.I3 50 45
17.00 I f14 0.080 21.66 10.83 45.27 43.34 50 45

Tabel AH - l0 Cden: BM=BinaIrfugE

Catatan : BM=Binatvlarga
t
186 199
I
I

Perhitungan panjang Ls minimum


(e minimum :8yo)
t! Pcrhitungan Panjang Ls minimum
(e minimum:8 "/")
Keoepatan rencana = ZO t"V:"rn.--
2 detik:39 m; per;jalanan 3 detik = 58 m.
m: 180 m= 125 2 detik = 44 ml oerialanan 3 detik'- 67 m.
B=-3.75 B:3.75 m=200 m-150
AASTHO BM
B=3.75 IF'3.75
AASTII() BM
0.25 5730 0.005 0.30 l5
0. 0.10 3.6t I t.88 40 60
0.50 2865 0.010 0.63 0.32 a.2t 7.08 14.29 40 60 3.21 5.16 50 70
0.25 5730 0.007 0.45 0.22 0.15 1
o.75 I9l0 0.0I5 t.0l 0.50 o.34 t0.41 16.60 .40 60 o.t0 2865 ool4 0.98 o.49 0.33 10.16 t8.87 50 70
1.00 t432 o.o20 1.42 o.7l o.47 13.60 18.82 40 60 22.39 50 70
t.25 ll,16 o.u5 t.88
o.75 l9l0 0.020 1.58 0.79 0.r3 14.85
o.94 0.63 16.54 20.93 fi 60 1.00 t432 0.$26 2.26 t.l3 o.75 t9.28 25.71 50 70
1.50 955 0.o29 2.37 t.l9 o.79 19.55 22.95 '60
40 t.25 tt46 0.031 3.0t l.5l t.00 23.44 28.83 ,0 70
t.75 819 0.033 2.9t 1.45 0.97 22.31 24.87 40 @ 3t.76 t0 70
r.50 955 0.036 3.84 1.92 1.28 27.34
2.N 7t6 0.037 3.48 1.74 t.l6 24.94 26.69 40 60 1.58 30.98 37.79 50 70
2.SO t.7s 819 0.041 4.75 2.37
573 0.o44 4.75 2.38 1.58 29.76 30.04 40
3.00
60 2.00 7t6 0.046 5.73 2.87 l.9l 34.36 37.O2 50 70
477 0.050 6.18 3.09 2.06 34.02 33.00 40 60 /m.33 50 m
3.50 fi9 0.056 7.71 3.89
2.fi 373 0.054 7.91 3.96 2.Q 41.49
2.59 37.7t 35.56 40
4.00 358 0.06t 9.52
60 3.00 4n 0.060 10.43 5.22 3.4t 45.25 45.1E JO 70
4.76 3.t7 ,10.84 37.74 50 @ m
4.50 3t8 o.x4 3.50 N' 0.06t 1 .24 6.62 4.41 49.12 4E.(x) 50
t1.43 s.72 3.8I $.q 39.52 50 60 4.00 358 0.071 16.0' r.03 5.3' 52.9t 50.95 60 70
5.00
6.00
0.(r8
o-074
t3.27
17.41
6.63
8.71
4.C2
5.80
46.22
50.21
41.47
44.24
50 60 I 4.50 318 o.074 t9.17 9.r9 6.39 ,5.74 53.ffi 60 70
50 60 o.on 22.49 l.2t 7.50 57.U 54.63 60 70
7.00 5.00 286 I
0.078
8.00 0.080
2t.93 1o.96 7.31 52.85 46.O8 50 60 6.00 239 0.0&) 29.74 t4.87 9.91 59.9' 36.21 o 70
26.83 13.41 8.94 54.16 6.9 50 @
9.00 0.080 32.1t 16.0, 1o.70 54.t2 4.96 50 60

Tabel AH - 13

Tabel AH - 12

Cdataq: Bild=Binatlrgn
Clle: Brl-Binalrfutp

a
300
l0r

Perhitungan panjang Ls minimum


(e minimum =8%")
Perhitungan panjang Ls minimum
(r (e rninimum =8Yo)

2 detik: 50 m; pe{alanan 3 detik = 75 m. Kecepatan rencana = 100 km/iam


m=216 m= 152 lJ detik:56 m
nerialanan 2
B=3.75 B:3.75 'e
AASTHO BM
AASHTO D R Modifikasi Shortt nl=236 Ls

4.25 5730 0.009 0.65 0.33 o.22 7.09 16.39 50 75


(o) (m) c:l C=2 c:3 B=3.75
AASTHO
AASTTTO
m
0.50 2865 0.017 1.43 0.72 0.48 13.75 2t.07 50 75
0.75 l9l0 0.025 2.35 t.t7 0.78 19.97 25.45 50 75
o.75 yt30 0.01I 0.91 0.45 0.30 g,5l 60
1.0{) 1432 0.032 3.39 t.69 . Ll3 25.77 29.53 50 75
1.25 tt46 0.038 4.56 2.28 1.52 31. r3 33.31 50 75
0.50 2865 0.021 2.01. l.ql 0.68 18.35 60
1.50 955 0.o45 5.87 2.93 0.75 l9l0 0.030 3.3t, '1.6s' t.tz 26.5t 60
1.96 36.07 36.78 50 75
t.75 819 0.050 7.30 3.65 2.43 40.57 39.95 50 75 t.00 t432 0.038 4.8e 2.44 L63 33.99 60
2.00 716 0.055 8.86 4.43
2.50 573
2.95 44.65 42.82 50 75 1.25 n46 0.046 6.63 3.31, 2.21 40.80 60
0.064 12.39 6. 19 4.13 51.50 47.64 50
3.00 47'.| 0.070
75 t.s0 955 0.053 8.58 4.29 2.86 46.92 60
16.31 8.15 5.44 57.O2 51.52 60 75
3.50 409 0.075 20.69 10.34 6.90 6l.06 54.37
1.75 819 0.059 r0.74 5.37 p.sr 52.37 60
60 75
4.00 358 o.079 25.49 t2.74 8.50 63.69 56.22 60 75
2.00 7t6 0.065 l3.l l . 6.55 4.37 57 15 60
4.50 318 0.080 30.72 t5.36 10.24 64.91 57.08 60 75
2.50 573 0.073 18rtr2 9.2E 6.t7 64.52 70
5.00 286 0.080 36.37 8.19 12.t2
I 64.7r 56.94 50 75 lr 3.00 477 0.078 24.80 12;4Q 8.27 69.04 70
.t
3.50 409 0.080 3t.97 15.99' idoo 70.n 80

Tabel AH - 14

Tabel AH - 15

Catafiu : Btr\d=BinElv&rga

i
202 208
I
V S R D 0 cos 0 jarak
Perlfhmgan panjang Ls minimum (o)
km/jam m lajur radial halangan
(e minimum =8%o)
I tepi m
dalam-m (m)
Kecepatan rencana =120 l.rn/jam 30 30 286,48 5 0,0523 0,9986 0,39
perjalanan 2 detik :67 m 143,24 l0 0,7047 0,9945 0,78
D R e Modifikasi Shortt m:280 Ls Dmaks: 95,49 15 0,1570 0,9877 l,l7
B=3.75 AASHTO 55,01 71,62 20 0,2093 0,9782 1,56
(o) (m) C= I C=2 C=3
AASTHO m 57,30 25 0,2617 0;9660 1,95
R lajur I
47,75 30 0,3140 0,951I 2,33
0.25 5730 0.015 l.6l 0.80 0.54 16.t2 70 tepi.dalam 40,93 3s, 0,3664 0,9336 2,72
0.50 2865 0.029 3.66 1.83 1.22 30.84 70 mlmmum 35,91 40 0,4187 0,9136 3,09
0.75 l9l0 0.042 6.15 3.08 2.05 44.13 70
26-1.75 =l 31,83 45 0,4710 0;891I 3,47
1.00 1432 0.053 9.08 4.54 3.03 56.02 70
24.25m I 28,65 50 0,5234 0,8661 3,83
t.25 I 146 0.063 t2.4s 6.23 4.r5 26,04 55 0,5757 0,8388 4,20
66.49 70 I

24,25 59,07 0,6183 0;8149 4,49


1.50 955 0.072 t6.27 8. l3 5.42 75.55 80
1.75 819 0.077 21.34 10.67 7.tl 80.56
I

2.00 7t6 0.080 27.05 13.53 9.02 83.52


90
90
'ool 45 286,48 5 0,07-s5 0,9969 0,88
143,24 l0 0,1570 a,gg77 1,76
O-"k*: I 95;49 l5 0,2355 0,9724 2,U
Tabel AH - 16
t 30,48 I 71,62 20 0,3140 0,9511 3,50
57,30 25 0,3925 0,9239 4,36
R rajur I 47,75 30 0,4710 0,891I 5,20
tepi dalam 46,99 30,48 0,4786 0,8877 5,28
minimurn '45,24 31,66 0,4971 0,8790 5,48
!6.99-1.7:
4s.24 I
, rol 60 286.48
143,24
5
l0
0.1047
0,2093
0,9945
0,9782
1.57
3,13
Dmaks: I
95,49 l5 0,3140 0,951 I 4.67
r 8,8s
I
75,99 18,85 0,3946 0,9231 5,84
R lajur. I 74,25 19.29 0,4039 0,9195 5,97
tepi dalam 71.62 20 0.4187 0,9136 6.19
minimum
74.2s I

Perhitungan besarnya m untuk kecepatan rencana dan


radius lajur tepi dalam tertentu, e maks:0,10
Tabel AH - l7
rur

v s R D 0 cos 0 jarak
knVjam m lajur (o) radial halangan
tepi m
dalam.m (m)
60 75 296,49 5 0,1309 0,9915 2,45
143,24 l0 , 0,2617 0,9660 4,8E
Dmaks = I I l,gg 12,79 0,3347 0,9445 6,21
12,79 I10,25 12,99 0J400 0,9429 6,31

R lajur = 95,49 l5 o3e2s o,g23g 7,26


I10.25 71.62 20 0.5234 0.8651 9.59

70 105 286,49 5 0,1 832 0,9833 4,79


157,M 9,12 0,3341 0,9447 8,69
Dmaks = 155,25 9,23 q3380 4,9434 8,79
g,l2
143,24 t0 0,3664 0,9336 9,51
95.49 l5 0.s495 0.8528 14.06
80 130 286,49 5 o,2269 0,9744 ?,34
210,03 6,82 0,3093 0,9525 9,97
Dmaks = 208,25 6,88 0,3120 0,9517 10,05
6,92
143,24 l0 0,4536 0,8989 14,48
95-49 l5 0.6804 o.7773 21.26
100 2N 286,49 5 0,3489 0,9397 17,26
143,24 l0 0,6979 o,7f62 33,48
Dmahs = 95,49 l5 1,M67 0,5004 47,71
3,gl
366,34 3,91 o,2729 0,9630 13,55
364,59 3,93 0,2742 0,9627 13,62

Perhitungan besarnya m untuk kecepatan rencana dan


radius lajur tepi dalam tertentu, e maks 0,10 :
Tabel AH - 18
fr

Anda mungkin juga menyukai