Oleh :
Kelompok 4:
Giovanni Lawira I1011161007
Ghina Tsamara I1011161011
Irfan Fathurrahman I1011161019
Yessi Yulia Magdalina I1011161024
Maisara Safitri I1011161027
Patrio Victorianus Baraga I1011161033
Hijriya Mairani I1011161038
Prayoga Kurniawan I1011161040
Dwi Ayu Wulandari I1011161042
Vivi Yanthi I1011161069
Candra Kurniawan I1011161073
Khairunnisa I1011161077
PENDAHULUAN
1.1 Pemicu
Fahri dan Rahul adalah teman sekelas di SMP, Fahri dan Rahul rutin berpuasa
hari Senin dan Kamis, pada hari Senin di sekolah mereka berolahraga futsal,
setelah 10 menit Fahri dan Rahul merasa kelelahan dan meminta ijin untuk
tidak mengikuti kegiatan olahraga. Pada saat sahur Fahri makan nasi dan telur
goring, sedangkan Rahul sahur dengan mie instan.
1.2 Klarifikasi dan Definisi
-
Puasa
Nutrisi
Olahraga futsal
(aktivitas berat)
Metabolisme
Kelelahan Energi
1.6 Hipotesis
Fahri dan Rahul yang sedang berpuasa melakukan aktivitas olahraga
mengalami ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan energi sehingga
mereka mengalami kelelahan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
a. Metabolisme
b. Anabolisme
Anabolisme adalah reaksi pembentukan atau sintesis (penyusunan)
molekul sederhana menjadi molekul kompleks dan memerlukan energi
ATP (endergonik). Contoh reaksi anabolisme adalah seperti
Fotosintesis dan Kemosintesis. 1
a. Katabolisme
b. Lipid2
Pada oksidasi-β terjadi pemutusan tiap dua karbon dari molekul asil-
KoA-β yang dimulai dari ujung karboksil. Rantai diputus antara atom karbon
–α(2) dan –β(3) karena itu dinamakan oksidasi-β. Unit dua karbon yang
terbentuk adalah asetil-KoA; sehingga palmitoil-KoA menghasilkan delapan
molekul asetil KoA. Beberapa enzim yang secara keseluruhan dikenal sebagai
“oksidase asam lemak” ditemukan di matriks mitokondria atau membran
dalam di dekat rantai respiratorik. Enzim-enzim ini mengatalis oksidasi asil-
KoA menjadi asetil-KoA yang dikopel dengan reaksi fosforilasi ADP menjadi
ATP. Salah satu enzim yang berperan yaitu asil-KoA dehidrogenase yang
mengkatalis pengeluaran dua atom hidrogen dari atom karbon-2(α) dan -3(β)
dan memerlukan FAD. Pemindahan elektron dari FADH 2 dan NADH di rantai
respiratorik menyebabkan terbentuknya 4 fosfat berenergi tinggi untuk setiap
tujuh molekul asetil-KoA pertama yang dibent uk oleh oksidasi-β palmitat
(7x4=28).
c. Asam Amino3
d. Xenobiotik2
e. Purin
Biosintesis purin dimulai dengan PRPP (nama intermediet individu).
Pembentukan cincin dimulai dengan pengalihan gugus amino, yang
kemudian N-9 diturunkan (2a). Glycine dan kelompok formil dari
N10-formil-THF kemudian memasuk atom yang tersisa dari cincin
beranggota lima (2b, 2c). Sebelum cincin beranggota lima ditutup
(pada langkah 2f), atom N-3 dan C-6 dari cincin beranggota enam
kemudian melekat (2d, 2e). Sintesis cincin kemudian berlanjut dengan
N-1 dan C-2 (2g, 2i). Pada langkah terakhir (2j), cincin beranggota
enam ditutup, dan inosin 5?-Monofosfat muncul. Namun, IMP
terbentuk tidak menumpuk, tetapi cepat diubah menjadi AMP dan
GMP.4
Manusia mengubah nukleosida purin yang utama yaitu adenosin
dan guanin menjadi produk akhir asam urat yang diekskresikan keluar.
Adenosin pertama-tama mengalami deaminasi menjadi inosin oleh
enzim adenosin deaminase. Fosforolisis ikatan N-glikosidat inosin dan
guanosin, yang dikatalisasi oleh enzim nukleosida purin fosforilase,
akan melepas senyawa ribosa 1-fosfat dan basa purin. Hipoksantin dan
guanin selanjutnya membentuk ksantin dalam reaksi yang dikatalisasi
masing-masing oleh enzim ksantin oksidase dan guanase. Kemudian
ksantin teroksidasi menjadi asam urat dalam reaksi kedua yang
dikatalisasi oleh enzim ksantin.5
f. Pirimidin2
Gambar 1. Jalur Biosintesis Nukleotida Piramidin2
g. Porfirin6
Porfirin adalah senyawa organik aromatik yang tersusu dari 4
cincin pyrrol yang terhubung satu sama lain dan sebuah ion Fe 2+.
Heme adalah porfirin paling banyak dalam tubuh manusia dam
membentuk kompleks dengan protein menjadi hemoglobin,
myoglobin, dan sitokrom.
Heme disintesis dari glisin dan succinyl CoA yang akan bereaksi
membentuk δ-aminolevulinic acid (δ-ALA). Enzim yang
mengkatalisis reaksi ini, δ-ALA sintase membutuhkan pyridoxal
phospate. Reaksi berikutnya dikatalisis δ-ALA dehyratase dimana 2
molekul δ-ALA bergabung membentuk pyrrole, porphogbilinogen. 4
cincin pyrrole tersebut membentuk rantai liner dan kemudan beberapa
porphyrinogens. Rantai samping dari porphyrinogen mengandung
gugus asetil dan propionil. Gugus asetil di dekarboksilasi untuk
membentuk gugus metil. 2 gugus propionil di dekarboksilasi dan
dioksiadi mejadi gugus vinil, membentuk protoporphyrinogen.
Jembatan metilen dioksidasi membentuk protoporphyrin IX. Tahap
akhir dari jalur sintesis heme adalah penambahan Fe2+ ke
protoporphyrin IX yang dikatalisis oleh ferrochelatase atau heme
sintase.
Heme meregulasi sintesisnya sendiri melalui mekanisme yang
mempengaruhi jalur sintesisnya, yaitu δ-ALA sintase. Heme menekan
sintesis enzim dan langsung menghambat aktiv enzim. Jadi heme
disintesi hanya ketika kadar heme menurun. Ketika kadar heme
meningkat sintesisnya menurun. Heme juga meregulasi sintesis
hemoglobin dengan menstimulasi sintesis protein globin.
h. Pigmen Empedu
3. Hormon
Growth hormon
GH memiliki beberapa efek fisiologis. Pertama, GH berperan
dalam sintesis protein, GH mempercepat laju sintesis protein pada
seluruh sel tubuh dengan meningkatkan pemasukan asam amino
melalui membran sel. Kedua, berperan dalam konservasi
karbohidart diaman GH menurunkan laju penggunaan karbohidrat
oleh sel-sel tubuh, dengan demikian menambah kadar glukosa
darah. Ketiga, GH berperan dalam mobilisasi simpanan lemak
dan pemakaian lemak untuk energi. Terakhir, GH menyebabkan
hati (mungkin juga ginjal) memproduksi somatodein, sekelompok
faktor pertumbuhan dependen-hipofisis yang sangat penting untuk
pertumbuhan tulang dan kartilago.8
Glukagon
Insulin
Somatostatin
b. Sintesis Hormon11
Peptida
Hormon peptida merupakan protein dengan beragam ukuran.
Protein yang disintesis disisipkan ke dalam vesikel untuk
sekresi, dilipat, dan dapat diproses melalui proteolisis atau
modifikasi lain. Pelipatan ditentukan oleh rangkaian primer
protein maupun oleh protein tambahan.
Hormon Tiroid
Steroid
c. Sekresi Hormon11
Peptida
Hormon Tiroid
b. Setelah Makan13
Setelah makan, nutrient diserap dan masuk ke dalam darah
selama keadaan absortif, atau kenyang. Selama periode ini, gulkosa
berlimpah dan menjadi sumber energi untama. Hanya sedikit lemak
dan asam amino yang diserap untuk energy selama keadaan
absorptif karena sebagian besar sel menggunakan glukosa jika
tersedia. Nutrien tambahan yang tidak segera digunakan untuk
energi disalurkan menjadi simpanan dalam bentuk glikogen atau
trigliserida.
a. Keseimbangan Energi
Kerja dapat dibagi dua yaitu kerja eksternal dan kerja internal.
Kerja eksternal merupakan energi yang dikeluarkan saat otot
rangka berkontraksi untuk menggerakkan objek eksternal atau
menggerakkan tubuh terhadap lingkungan, sedangkan kerja
internal merupakan pengeluaran energi biologis yang tidak
berhubungan dengan kerja mekanik di luar tubuh. Kerja internal
mencakup dua tipe aktivitas yaitu kerja otot rangka selain kerja
mekanik, seperti postural dan menggigil, dan energi untuk
mempertahankan hidup, seperti kerja jantung dan bernapas, yang
biasa juga disebut “metabolic cost of living”.15
b. Keseimbangan Suhu
1) Perpindahan Panas
Pengeluaran panas secara konveksi terjadi karena gerakan udara.
Udara yang telah dipanaskan secara konduksi oleh kulit akan naik
ke atas dan digantikan oleh lapisan udara baru yang belum
dihangatkan.
Perpindahan panas secara penguapan terjadi dengan menguapnya
air akibat panas yang berasal dari suhu tubuh. Sewaktu air
menguap, 0,58 kalori panas tubuh hilang untuk setiap gram air. 16
Pengeluaran panas secara evaporasi dapat terjadi secara pasif
(insensible perspiration) dan aktif yaitu dalam bentuk berkeringat
yang dirangsang oleh sistem saraf simpatis.16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
1. Tortora GJ dan Derrickson B. Principle of anatomy & physiology: Amerika
serikat: John Willey & Sons.2017
2. Murray, RK., Granner, DK dan Rodwell, VW. Biokimia Harper. 27 ed.
Jakarta: EGC. 2009
3. Sudirga, S.K. Metabolisme Asam Amino. Biokimia Biologi Universitas
Udayana. Koolman, Roehm.Color Atlas of Biochemistry.New York :Thieme
Stuttgart. 2005.
4. Koolman, Roehm.Color Atlas of Biochemistry.New York :Thieme Stuttgart.
2005.
5. Rodwell, V. W.Metabolisme Nukleotida Purin dan Pirimidin, dalam Murray.
R. K., Graner. D. K., Mayer P. A., dan Rodwell V. W., Biokimia Harper,
diterjemahkan oleh Hartono, A., 387-389, Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.1995
6. Marks Allan D, et al. Mark’s Basic Medical Biochemisty: A Clinical
Approach. 2nd Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.2005
7. Price,S.A., Lorraine,M.W. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Ed. 6. Jakarta: EGC. 2005.
8. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2004.
9. Sherwood, L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC.
2014.
10. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.2009.h.272-4.
11. Speroff L, Fritz MA. Hormone biosynthesis, metabolism and mechanism of
action. In Clinical Gynecologic endocrinology and infertility. Seven Ed.
Lippincot Williams & Wilkins. Philadelphia. 2005 ; 25 – 96.
12. Guyton, Arthur C. Textbook of Medical Physiology. 11th Edition.
Philadelphia: Elsevier Inc.2006
13. Sherwood, L. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem, Edisi 8. Jakarta: EGC.
2016. P: 751.
14. Silverthorn DU. Human Physiology: An Integrated Approach. 5 th ed. San
Fransisco: Pearson Education, Inc. 2010; ch. 22. Metabolism and Energy
Balance.
15. Sherwood L. Human Physiology: From Cells to Systems. 7 th ed. Canada:
Brooks/Cole. 2010; ch. 17. Energy Balance and Temperature Regulation.
16. Hall JE. Guyton & Hall: Buku Saku Fisiologi Kedokteran. 11 th ed. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007; ch. 72. Energetika dan laju metabolik.
17. Barasi, M. At a Glance: Ilmu Gizi. Penerjemah: Hermin. Jakarta: Penerbit
Erlangga. 2009. Hal. 52-53.
18. Hartono, A. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit Ed.2. Jakarta : EGC.2006