Bachrul Alam Arriza (Apendicitis)
Bachrul Alam Arriza (Apendicitis)
HEMATOLOGI
Hitung Jenis
Eosinofil 00 0-5 %
Stab 00 0-5 %
Segmen 51 50-70 %
Limfosit 41 20-40 %
Monosit 8 0,5-1,5 %
ENDOKRIN METABOLIK
FUNGSI HATI
FUNGSI GINJAL
B. Pemeriksaan Radiologi
5. ASSESMENT
Apendicitis Kronik
6. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
IVFD RL 500cc/24 jam
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr (Skin test)
Inj. Ranitidin 2x1 amp
Non Medikamentosa
Appendectomi
7. Follow-Up
08 Maret 2018
Dilakukan tindakan pembedahan Apendectomi
09 Maret 2018
S : Nyeri post op (-)
O : TD : 120/70 mmHg, HR 8- x/m, T 36,5’C, RR 20 x/m
Drain : minimal, Regio Femoral : Verban (+), rembesan (-)
A : Post Appendectomi a.i Apendicitis Kronis
P : IVFD RL 20 tpm
Ceftriaxone 1g/12 jam
Ketorolac 30 mg/12 jam
Diet lunak
dr. Bachrul Alam Arriza Page 6
10 Maret 2018
S : Nyeri post op (-)
O : TD : 118/68 mmHg, HR 84 x/m, T 37’C, RR 22 x/m
Drain : minimal, Regio Femoral : Verban (+), rembesan (-)
A : Post Appendectomi a.i Apendicitis Kronis
P : IVFD RL 20 tpm
Ceftriaxone 1g/12 jam
Ketorolac 30 mg/12 jam
Diet lunak
11 Maret 2018
S : Nyeri post op (-)
O : TD : 124/72 mmHg, HR 81 x/m, T 36,4’C, RR 22 x/m
Drain : minimal, Regio Femoral : Verban (+), rembesan (-)
A : Post Appendectomi a.i Apendicitis Kronis
P : Boleh pulang
Ciprofloxacin 2x500 mg
Paracetamol 3x500 mg
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Appendicitis adalah infeksi pada organ appendik yang diawali dengan penyumbatan
dr. Bachrul Alam Arriza Page 7
dari lumen appendik oleh mucus, fekalit, atau benda asing, yang diikuti oleh infeksi bakteri
dari proses peradangan. Penyakit ini merupakan kegawatdaruratan bedah abdomen yang
paling sering ditemukan.
Apendisitis Akut adalah inflamasi pada dari vermiform appendiks dan ini merupakan
kasus operasi intraabdominal tersering yang memerlukan tindakan bedah. appendicitis akut
adalah appendicitis dengan onset gejala akut yang memerlukan intervensi bedah dan
biasanya dengan nyeri di kuadran abdomen kanan bawah dan dengan nyeri tekan tekan dan
alih, spasme otot yang ada di atasnya, dan dengan hiperestesia kulit. Sedangkan
appendicitis kronis ditandai dengan nyeri abdomen kronik (berlangsung terus menerus ) di
dearah fossa illiaca dextra,tetapi tidak terlalu parah, dan bersifat continue atau intermittent,
nyeri ini terjadi karena lumen appendix mengalami partial obstruk. Appendicitis chronica
kadang-kadang dapat menjadi akut lagi disebut appendicitis chronica dengtan eksaserbasi
akut. 1,2,3
2. Epidemiologi
Insiden appendisitis akut di negara maju lebih tinggi daripada di negara berkembang,
namun dalam dekade tiga-empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna. Kejadian
ini diduga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat dalam menu
sehari-hari.
Pria lebih banyak daripada wanita, sedang bayi dan anak sampai berumur 2 tahun
terdapat 1% atau kurang. Anak berumur 2 sampai 3 tahun terdapat 15%. Frekuensi mulai
menanjak setelah usia 5 tahun dan mencapai puncaknya berkisar pada umur 9 hingga 11
tahun. Di AS, insiden appendisitis berkisar ± 4 tiap 1000 anak dibawah 14 tahun.
Walaupun appendisitis dapat terjadi pada setiap umur, namun puncak insiden terjadi pada
umur belasan tahun dan dewasa muda.
3. Etiologi
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai faktor
pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor
pencetus disamping hiperplasia jaringan limfoid, fekalit, tumor apendiks dan cacing
dr. Bachrul Alam Arriza Page 8
askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat
menimbulkan apendisitis ialah erosi mukosa apendiks karena parasit sepeti E.histoliytica.
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat
dan pengaruh konstipasi terhadap timnulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan
tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan
meningkatnya pertumbuhan flora kolon biasa. Semua ini akan mempermudah timbulnya
apendisitis akut.2,9
Obstruksi lumen apendiks diikuti dengan kongesti vaskular, inflamasi dan edema,
penyebab obstruksi pada umumnya berupa:
1. Fekolit
Pada 30% hingga 35% kasus (paling banyak terjadi pada orang dewasa).
2. Benda asing
4% (misalnya biji bah-buahan, cacing kermi, cacing pita, cacing tambang, kakulus)
3. Inflamasi
Pada 50% hingga 60% kasus (hiperplasi jaringan limfoid submukosa merupakan
etilogi yang paling sering pada anak-anak dan remaja)
4. Neoplasma
1% (karsinoma, penyakit metastasis, karsinoma)
4. Patogenesis
Patologi apendisitis dapat dimulai di mukosa dan kemudian melibatkan seluruh
lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam pertama. Usaha pertahanan tubuh adalah
membatasi proses radang dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus atau
adneksa sehingga terbentuk massa periapendikuler yanf secara salah dikenal dengan istilah
infiltrat apendiks. Didalammnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat
mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa
apendikuler akan tenang untuk selanjutnya akan mengurangi diri secara lambat.
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan
membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan sekitarnya.
Perlengketan ini akan menimbulkan keluhan berulang diperut kanan bawah. Pada suatu
ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan sebagai mengalami eksaserbasi
akut.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti
dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang
telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi. Bila semua proses diatas berjalan
lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga timbul
suatu massa lokal yang disebut infiltrate apendikularis. Peradangan pada apendiks tersebut
dapat menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, kerena omentum lebih pendek dan
apendiks lebih panjang, maka dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah
dengan daya tahan tubuh yang masih kurang sehingga memudahkan terjadinya perforasi.
Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh
darah.
6. Gejala Klinis
Apendisitis akut merupakan diagnosis abdomen yang paling mudah atau paling sulit.
Kasus klasik ditandai dengan :
a. Rasa tidak nyaman ringan didaerah periumbilikus
Variasi lokasi anatomi apendiks memberikan banyak variasi lokasi utama fase somatik
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah: pada pemeriksaan dilakukan untuk melihat angka leukosit.
Pada kasus appendicitis akut, biasanya didapatkan angka leukosit yang neutrofil
yang tinggi.
b. Pemeriksaan urin: pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya eritrosis,
leukosit dan bakteri didalam urin. Pemeriksaan ini dapat membantu untuk
dr. Bachrul Alam Arriza Page 12
menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih dan batu ginjal
yang memiliki gejala klinis yang hampir sama dengan appendicitis.
Dari pemeriksaan menggunakan barium, kriteria diagnosis appendisitis : (1) non filling apendiks
dengan desakan local sekum; (2) pengisian dari apendiks dengan penekanan local pada sekum ;
(3) nonfilling apendiks dengan adanya massa pelvis (kabur pada kuadran bawah kanan dengan
perubahan letak usus halus akibat desakan); (4) pola mukosa apendiks irregular dengan
terhentinya pengisian.
8. Diagnosis
Diagnosis klinis dapat ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik
(inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi). Bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan laboratorium, Foto polos abdomen, USG ataupun CT-
Scan, dan sebagainya.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : Pada appendisitis akut biasanya ditemukan distensi perut.
Palpasi : pada regio iliaka kanan (pada titik Mc Burney) apabila ditekan akan terasa
nyeri (nyeri tekan Mc Burney) dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (nyeri
lepas Mc Burney). Defans muscular menunjukkan adanya rangsangan peritoneum
parietale. Nyeri tekan perut kanan bawah (Nyeri tekan merupakan kunci diagnosis
dari appendisitis). Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut
kanan bawah yang disebut tanda Rovsing (Rovsing Sign). Dan apabila tekanan di
perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah yang
disebut tanda Blumberg (Blumberg Sign). Khusus untuk appendisitis kronis tipe
Reccurent/Interval Appendisitisterdapat nyeri di titik Mc Burney tetapi tidak ada
defans muscular sedangkan untuk yang tipe Reccurent Appendicular
Colicditemukannyeri tekan di appendiks.
Pemeriksaan colok dubur : Jika daerah infeksi dapat dicapai saat dilakukan
pemeriksaan ini, akan memberikan rasa nyeri pada arah jam 9 sampai jam 12. Maka
kemungkinan appendiks yang meradang terletak didaerah pelvis. Pada appendisitis
pelvika kunci diagnosis adalah nyeri terbatas pada saat dilakukan colok dubur.
Meskipun pemeriksaan dilakukan dengan cermat dan teliti, diagnosis klinis
appendisitis masih mungkin salah pada sekitar 15-20% kasus. Kesalahan diagnosis
lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki. Hal ini dapat disadari
mengingat pada perempuan terutama yang masih muda sering mengalami gangguan
dr. Bachrul Alam Arriza Page 16
yang mirip appendisitis. Keluhan itu berasal dari genitalia interna karena ovulasi,
menstruasi, radang di pelvis, atau penyakit ginekologik lain.Untuk menurunkan
angka kesalahan diagnosis appendisitis meragukan, sebaiknya dilakukan observasi
penderita di rumah sakit dengan pengamatan setiap 1-2 jam. Foto barium kurang
dapat dipercaya. Ultrasonografi dan laparoskopi bisa meningkatkan akurasi
diagnosis pada kasus yang meragukan.
Psoas sign atau Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian dilakukan
Obraztsova’s sign ekstensi dari panggul kanan. Positif jika timbul nyeri
pada kanan bawah.
Ten Horn sign Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut pada
korda spermatic kanan
Kocher (Kosher)’s sign Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium atau
sekitar pusat, kemudian berpindah ke kuadran kanan
bawah.
Blumberg sign Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada kuadran
kanan bawah kemudian dilepaskan tiba-tiba
Mual-Muntah 1
Anoreksia 1
Nyeri lepas 1
Total 10
9. Penatalaksanaan
Meskipun telah ditemukan modalitas diagnostik yang lebih canggih, tetapi intervensi
operatif tidak boleh ditinggalkan. Setelah diagnosis apendisitis akut ditegakkan, pasien
perlu dipersiapkan untuk menjalani operasi. Hidrasi pasien harus dipastikan mencukupi
kebutuhan pasien, kelainan elektrolit harus diperbaiki, dan kondisi jantung, paru serta
ginjal harus diperhatikan. Sebuah meta-analisis menunjukkan manfaat pemberian
antibiotik praoperasi dalam menurunkan komplikasi dari apendisitis.
Kebanyakan ahli bedah secara rutin memberikan antibiotik pada semua pasienyang
dicurigai menderita apendisitis. Jika didapatkan apendisitis akut simpel, tidak ada
manfaat dalam memperluas cakupan antibiotik di luar 24 jam. Jika apendisitis
mengalami perforasi atau ditemukan gangren, antibiotik diteruskan sampai pasien tidak
demam dan memiliki jumlah sel darah putih yang normal. Pada infeksi intraabdominal
dr. Bachrul Alam Arriza Page 18
dari traktus gastrointestinal yang ringan sampai berat, para ahli bedah
merekomendasikan satu agen terapi dengan cefoxitin, cefotetan, atau tikarsilin-asam
klavulanat. Pada infeksi yang lebih parah, satu agen terapi dengan carbapenem atau
terapi kombinasi dengan cephalosporin generasi ketiga, monobactam, aminoglycoside
ditambah antibiotik anaerob dengan klindamisin atau metronidazole. Rekomendasi
tersebut juga berlaku untuk anak-anak.
A. Apendektomi terbuka
Untuk apendektomi terbuka, sebagian ahli bedah menggunakan salah satu insisi,
McBurney (miring) atau Rocky-Davis (melintang) pada otot-otot di kuadran kanan
bawah pada pasien yang dicurigai menderita apendisitis. Sayatan harus pada kedua titik
nyeri maksimal atau teraba massa. Jika dicurigai abses, sayatan ditempatkan di lateral,
penting untuk memungkinkan drainase retroperitoneal dan untuk menghindari
kontaminasi dari rongga peritoneum. Jika diagnosis diragukan, dianjurkan insisi lebih
rendah pada garis tengah untuk memungkinkan pemeriksaan yang lebih luas dari
rongga peritoneal. Hal ini terutama berkaitan dengan usia tua atau dengan keganasaan
atau divertikulitis.
Beberapa teknik dapat digunakan untuk menemukan lokasi apendisitis. Karena
sekum biasanya terlihat pada sayatan tersebut, konvergensi taenia dapat dilihat sampai
ke dasar apendiks. Gerakan dari sebelah lateral ke medial dapat membantu
menunjukkan lokasi ujung apendiks ke dalam medan operasi. Sesekali, mobilisasi
terbatas diperlukan untuk visualisasi yang cukup. Apendiks dapat digerakkan oleh
mesoapendiks, dengan meligasi arteri apendikularis secara aman.
Pangkal apendiks dapat dikelola dengan ligasi sederhana atau dengan ligasi dan
inversi dengan baik atau jahitan Z. Selama pangkal apendiks jelas dan dasar sekum
tidak terlibat proses inflamasi, pangkal apendiks dapat diligasi dengan aman dan diikat
dengan jahitan nonabsorbable. Mukosa sekitar apendiks sering diambil untuk
mencegah pembentukan mucocele. Rongga peritoneum dirigasi dan luka ditutup lapis
demi lapis. Jika terjadi perforasi atau gangren pada orang dewasa, kulit dan jaringan
subkutan harus dibiarkan terbuka dan dibiarkan sembuh dengan penyembuhan sekunder
atau ditutup dalam sampai 5 hari sebagai penutupan primer yang tertunda. Pada anak-
anak, yang pada umumnya memiliki sedikit lemak subkutan, penyembuhan primer tidak
dr. Bachrul Alam Arriza Page 19
menyebabkan peningkatan insidensi infeksi pada luka.
Jika tidak ditemukan adanya apendisitis, pencarian secara metodis harus dilakukan
untuk diagnosis alternatif. Sekum da mesenterium harus diperiksa pertama kali.
Kemudian, usus kecil diperiksa secara retrograde dari awal pada katup ileocecal dan
meluas sekitar 2 kaki. Pada wanita, harus diberikan perhatian khusus pada organ
panggul. Isi perut bagian atas juga perlu diperiksa. Cairan peritoneal harus diperiksa
dengan pewarnaan gram dan kultur. Jika cairan purulen, sangat penting untuk
mengidentifikasi penyebabnya. Perpanjangan ke medial (Fowler-Weir), dengan
pembagian selaput rektus anterior dan posterior, dapat dilakukan untuk mengevaluasi
perut bagian bawah. Jika terdapat gangguan pada perut bagian atas, insisi kuadran
kanan bawah harus ditutup dan harus dibuat insisi tepat pada garis tengah.
B. Apendektomi Laparoskopi
Apendektomi laparoskopi dilakukan dengan anestesi umum. Tabung nasogastrik dan
kateter urin ditempatkan sebelum terjadi pneumoperitoneum. Laparoskopi apendisitis
biasanya membutuhkan tiga port. Kadang-kadang empat port untuk memobilisasi
apendisitis retrocecal. Dokter bedah biasanya berdiri di sebelah kiri pasien. Satu asisten
diperlukan untuk mengoperasikan kamera. Satu trocar diletakkan di umbilikus (10mm),
dan trocar kedua diletakkan pada posisi suprapubik. Beberapa ahli bedah menempatkan
port kedua di kuadran kiri bawah. Trocar suprapubik yaitu 10 atau 12 mm, tergantung
pada apakah ada atau tidak stapler linier yang digunakan. Penempatan trocar ketiga (5
mm) bervariasi dan biasanya di kuadran kiri bawah, epigatrium atau kuadran kanan
atas. Penempatan ini berdasarkan lokasi dari laporan dan pilihan ahli bedah. Awalnya,
perut dieksplorasi sepenuhnya untuk menghilangkan penyakit lainnya.
Apendiks dapat diidentifikasi dengan mengikuti taenia anterior. Diseksi di dasar
apendiks memungkinkan ahi bedah untuk membuat jendela antara mesentrium sampai
pada pangkal apendiks. Mesentrium dan basis apendik kemudian diamankan dan dibagi
secara terpisah. Saat mesoapendiks terlibat pada proses inflamasi, hal ini baik untuk
membagi apendiks pertama dengan linier staplerdan kemudian membagi mesoapendiks
yang berdekatan dengan apendiks dengan klip, elektrokauter, harmonic scalpel, atau
staples. Basis apendiks tidak terbalik. Apendiks akan diangkat dari cavum abdomen
melalui situs trocar. Basis apendiks dan mesoapendik perlu dievaluasi mengenai
dr. Bachrul Alam Arriza Page 20
hemostasisnya. Kuadran kanan bawah harus diirigasi juga. Trocar kemudian diangkat
secara langsung.
C. Natural Orifice Transluminal Endoscopic Surgery
Natural orifice transluminal endoscopic surgery (NOTES) merupakan prosedur
bedah baru dengan menggunakan endoskopi dalam rongga abdomen. Pada prosedur ini,
akses diperoleh dengan cara mencapai organ secara alami, yang sudah ada pada
orificium eksterna. Cara ini diharapkan memberikan keuntungan termasuk pengurangan
nyeri pada luka bekas operasi, pemulihan pasca operasi yang lebih cepat, menghindari
infeksi luka dan hernia pada dinding perut, dan mencegah adanya luka bekas operasi.
D. Terapi Antibiotik
Antibiotik digunakan sebagai terapi definitif. Manajemen tradisional apendisitis
akut telah menekan manajemen bedah. Pendekatan ini didasarkan pada teori bahwa,
apendisitis sederhana akan berkembang menjadi perforasi, dengan mengakibatkan
peningkatan morbiditas dan mortalitas. Akibatnya, tingkat apendektomi negatif relatif
lebih tinggi untuk menghindari kemungkinanan terjadinya perforasi.
Sebuah studi menganalisis waktu untuk operasi dan terjadinya perforasi,
menunjukkan bahwa risiko waktu pecah apendisitis minimal adalah 36 jam dari onset
gejala. Di luar titik ini, risiko sekitar 5% dari pecah dalam setiap periode 12 jam
berikutnya. Namun, pada banyak pasien penyakit ini memiliki onset yang lambat.
Banyak kondisi akut abdomen seperti diverticulitis dan kolesistitis akut dikelola
dengan cepat tetapi tidak dengan operasi. Meskipun demikian, operasi masih menjadi
gold standart untuk penanganan apendisitis akut.
E. Interval Apendektomi
Pendekatan terapi untuk apendisitis yang berhubungan dengan massa yang teraba
atau yang terlihat secara radiografi (abses atau phlegmon) adalah terapi konservatif
dengan interval apendektomi 6 sampai 10 minggu kemudian. Teknik ini cukup berhasil
untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas dibandingkan dengan apendektomi segera.
Tetapi, biaya untuk pengobatan seperti ini lebih besar dan waktu rawat inap pasien lebih
lama ( 8 sampai 13 hari dibanding 3 sampai 5 hari).
Pengobatan awal terdiri dari antibiotik IV dan mengistirahatkan usus. Meskipun
terapi ini pada awalnya efektif, ada tingkat kegagalan sebesar 9 sampai 15%, dengan
dr. Bachrul Alam Arriza Page 21
intervensi operasi dibutuhkan dalam 3 sampai 5 hari berikutnya. Operasi perkutan atau
operasi drainase abses tidak dianggap sebagai kegagalan terapi konservatif.
10. Diagnosis Banding
Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis
banding, yaitu:
1. Gastroenteritis
Pada gastroenteritis, mual, muntah dan diare mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih
ringandan tidak berbatas tegas. Hiperperistaltik ering ditemukan. Panas dan leukositosis
kurang menonjol dibandingkan apendisitis akut.
2. Demam dengue
Demam dengue dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Di sini didapatkan
hasil tes positif untuk Rumpl Leede, trombositopenia, dan hematokrit yang meningkat.
3. Limfadenitis mesenterika
Limfadeniris mesenterika yang biasa didahului oleh enteritis atau gastroenteritis ditandai
dengan nyeri perut, terutama kanan disertai dengan perasaan mual, nyeri tekan perut samar,
terutama kanan
4. Kelainan ovulasi
Folikel ovarium yang pecah (ovulasi) mungkin memberikan nyeri perut kanan bawah
pada pertengahan siklus menstruasi. Pada anamnesis, nyeri yang sama pernah timbul lebih
dahulu. Tidak ada tanda radang, dan nyeri biasa hilang dalam waktu 24 jam, tetapi mungkin
dapat menganggu selama dua hari.
5. Infeksi panggul
Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu biasanya lebih
tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah lebih difus. Infeksi panggul pada
wanita biasanya disertai keputihan dan infeksi urin. Pada colok vagina akan timbul nyeri
hebat di panggul jika uterus diayunkan. Pada gadis dapat dilakukan colok dubur jika perlu.
6. Kehamilan di luar kandungan
Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak menentu. Jika ada
ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan perdarahan, akan timbul nyeri
yang mendadak difus di daerah pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik. Pada
pemeriksaan vaginal didapatkan nyeri pada penonjolan rongga Douglas dan pada
dr. Bachrul Alam Arriza Page 22
kuldosintesis didapatkan darah.
7. Kista ovarium terpuntir
Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba massa dalam rongga
pelvis pada pemeriksaan perut, colok vaginal, atau colok rektal. Tidak terdapat demam.
Pemeriksaan ultrasonograafi dapat menentukan diagnosis.
8. Endometriosis eksterna
Endometrium di luar rahim akan memberikan keluhan nyeri di tempat endometriosis
berada, dan darah menstruasi terkumpul di tempat itu karena tidak ada jalan keluar.
9. Urolitiasis pielum/ ureter kanan
Batu ureter atau batu ginjal kanan. Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut
menjalar ke inguinal kanan merupakan gambaran yang khas. Eritrosuria sering ditemukan.
Foto polos perut atau urografi intravena dapat memastikan penyakit tersebut. Pielonefritis
sering disertai dengan demam tinggi, mengigil, nyeri kostovertebral di sebelah kanan dan
piuria.
10. Komplikasi
Komplikasi appendicitis chronicakarena obliterasi rongga appendix dapat terjadi
penyumbatan isinya berupa cairan sekret, terutama jika penyumbatan isinya berupa cairan
sekret, terutama jika penyumbatan terjadi di baian proksimal. Appendix akan membessar
dan berdilatasi menjadi suatu kista yang disebut mucocele benigna.
11. Prognosis
Mortalitas dari apendisitis di Amerika Serikat terus menurun dari 9,9 per 100.000 pada
tahun 1929 menjadi 0,2 per 100.000 saat ini. Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain
kemajuan dalam bidang anestesi, antibiotik, cairan intravena, serta produk darah. Faktor
utama yang mempengaruhi kematian adalah apakah terjadi ruptur sebelum operasi dan usia
pasien. Secara keseluruhan, mortalitas apendisitis akut dengan ruptur sekitar 1%. Mortalitas
apendisitis yang ruptur pada usia tua sekitar 5%, meningkat lima kali lipat dari tingkat
keseluruhan.Kematian biasanya disebabkan tidak terkendali sepsis, peritonitis, abses
intraabdomen, atau septikemiagram negatif. Emboli parumenjelaskan beberapa kematian.
Tingkat morbiditas sebanding dengan mortalitas, dan secara signifikan meningkat
dr. Bachrul Alam Arriza Page 23
karena pecahnya apendisitis dan, pada tingkat lebih rendah, dengan
tua usia. Dalam satu laporan, komplikasi terjadi pada 3% pasien dengan apendisitis tanpa
perforasi dan 47% pasien dengan perforasi. Sebagian besar komplikasi awal adalah septik
dan termasuk abses dan infeksi luka. Infeksi luka sering terjaadi tetapi hampir selalu
terbatas pada jaringan subkutan dan merespon segera saat drainase luka, yang dilakukan
dengan membuka kembali sayatan kulit.
Insideni abses intra abdominal sekunder terhadap kontaminasi peritoneal dari gangren
apendisitis atau perforasi telah menurun tajam sejak diperkenalkannya antibiotik.
Kecenderungan untuk abses adalah apendisitis fosa, cavum Douglas, ruang subhepatic, dan
antara bagian dari usus. Pada abses yang terakhir itu biasanya ganda. Drainase transrektal
lebih disukai untuk abses yang menonjol ke dalam rektum.
Fistula fecalmerupakan komplikasi yang mengganggu, tetapi tidak terlalu berbahaya,
komplikasi dari apendektomi yang mungkin disebabkan oleh peluruhan bagian sekum saat
kontriksi jahitan.
Obstruksi usus, awalnya terjadi paralisis tapi kadang-kadang berkembang menjadi
obstruksi mekanik, mungkin terjadi dengan perlahan sampai terjadi peritonitis dengan abses
loculated dan pembentukan adhesi. Komplikasi akhir yang cukup jarang. Adhesi obstruksi
usus setelah apendektomi, tetapi jauh lebih jarang daripada setelah bedah pelvis. Insiden
hernia inguinalis adalah tiga kali lebih tinggi pada pasien yang pernah menjalani
apendektomi.
Daftar Pustaka
Pembimbing,