Disusun oleh:
Novia Andriani
P17335114024
Kelas IA
Kelompok 2
Dosen Pembimbing : Hanifa Rahma, M.Si., Apt.
I. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan formula yang tepat dan mengevaluasi hasil sediaan emulsi dengan
bahan aktif Oleum cocos.
Pada praktikum ini membuat sediaan emulsi dengan bahan aktif Oleum Cocos.
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase terdispersi
dan larutan air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak dalam
air. Sebaliknya, jika air atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak
atau bahan seperti minyak merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi air
dalam minyak (Kemenkes RI, 2014).
Bahan aktif yang digunakan dalam sediaan ini yaitu oleum cocos yang
ditujukan untuk menurunkan berat badan untuk penderita obesitas. Seiring dengan
perkembangannya zaman, pengidap Obesitas saat ini meningkat. Obesitas secara
fisiologik didefinisikan sebagai suatu kondisi akumulasi lemak yang tidak normal
atau berlebihan di jaringan adipose sampai kadar tertentu sehingga dapat
mengganggu kesehatan. Selain faktor genetik, penyebab utama obesitas adalah
peningkatan konsumsi makanan padat energi, terutama kandungan karbohidrat
sederhana, serta kurangnya aktifitas fisik. (Ni Nyoman Kristina, 2013)
Oleum cocos adalah minyak kelapa yang mengandung lemak jenuh yang
dikenal sebagai MCT (Medium Chain Triglycerid). MCT di metabolisme dalam
tubuh berbeda dengan lemak jenuh lainnya. MCT jarang disimpan sebagai lemak
dalam tubuh, namun lebih digunakan untuk sumber energi hampir sama seperti
Karbohidrat, namun tidak menaikkan gula darah seperti karbohidrat. Selain itu MCT
yang terkandung dapat meningkatkan pembakaran lemak dan pengeluaran kalori
pada pasien obesitas dan juga menyebabkan penyimpanan lemak berkurang.
Alasan bahan obat diformulasikan dalam bentuk sediaan Emulsi karena Oleum
cocos merupakan minyak, dapat diketahui bahwa minyak tidak dapat larut dengan
air oleh karena itu dibuat sediaan emulsi dengan tipe minyak dalam air ( m/a)
disamping jumlah minyak yang digunakan lebih sedikit daripada air, tipe minyak
dalam air ini lebih acceptable secara penggunaan oral karena rasa minyak (fase
internal) dapat tertutupi oleh air (fase eksternal). Penggunaan emulsi minyak dalam
air sebagai pembawa obat lipofilik dapat meningkatkan ketersediaan hayati secara
oral dan efikasi obat. Minyak dalam air dapat meningkatkan abrospsi obat di salur
cerna dibandingkan dengan bentuk sediaan suspensi, tablet atau kapsul
(Agoes,2009)
Sediaan berbentuk emulsi merupakan pendekatan yang efektif untuk
mengatasi banyak masalah dalam sistem penghantaran obat. Sediaan berbentuk
emulsi sering menunjukkan manfaat dan keuntungan yang berbeda dari bentuk
sediaan lain melalui peningkatan ketersediaan hayati dan/atau mengurangi efek
samping yang merugikan. Selain keuntungan dibuat sediaan emulsi, bentuk emulsi
tidak digunakan secara luas untuk sediaan oral atau parenteral karena masalah yang
sangat mendasar, yaitu ketidakstabilan emulsi yang dapat menimbulkan masalah
profil pelepasan obat dan masalah terkait toksisitas. Oleh karena itu kestabilan
sediaan emulsi ini perlu diperhatikan atau dipertimbangkan sampai diperoleh
sediaan yang stabil secara fisik dan kimia (Agoes,2009)
Emulsi distabilkan dengan penambahan bahan penstabil (pengemulsi) yang
mencegah penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu
fase tunggal yang memisah (Kemenkes RI, 2014). Untuk mencegah penggabungan
kembali globul –globul digunakan emulgator golongan surfaktan nonionik yaitu
Tween 80 dan Span 80, maka cara pembuatannya menggunakan metode emulgator
surfaktan ( fase minyak dan fase air, masing-masing dilebur, kemudian
dicampurkan). Minyak merupakan zat yang mudah teroksidasi oleh karena itu dalam
sediaan ini diperlukan Antioksidan karena jika oleum cocos teroksidasi akan
menjadi tengik (Rowe, 2009). Sediaan digunakan untuk multiple dose dan
mengandung sukrosa sebagai pemanis, sukrosa merupakan nutrisi bagi
mikroorganisme maka dari itu perlu ditambahkan bahan pengawet kombinasi yaitu
Metilparaben dan Propil paraben agar kerja pengawet dapat lebih efektif sehingga
sediaan dapat terjaga kestabilannya.
Manfaat untuk praktikan melakukan praktikum ini ialah agar praktikan dapat
mengetahui permasalahan berikut penyelesaiannya terhadap bahan aktif Oleum
cocos lalu dapat menentukan bahan-bahan tambahan yang cocok untuk sediaan dan
juga agar praktikan dapat mensimulasikan bagaimana membuat sediaan di dunia
industri walaupun dalam skala kecil.
1. Bahan Aktif
2. Eksipien
Tween 80
Zat Polyoxyethilen Sorbitan Fatty Acid Ester (HOPE 6th Ed
2009, p 550).
Sinonim Tween 80, polysorbate 80 (HOPE 6th Ed 2009, p 550).
Struktur
Span 80
Metilparaben
Zat Metil paraben (HOPE 6th Ed. 2009 p 441).
Sinonim Aseptoform M; CoSept M; E218; metil 4-
hidroksibenzoikasam ester; metagin; Metil Chemosept;
metilis parahidroksibenzoat;metil p-hidroksibenzoat; Metil
Parasept; Nipagin M; SolbrolM; Tegosept M; Uniphen P-23.
(HOPE 6th Ed. 2009 p 441).
Struktur
Propilparaben
Zat Propilparaben. (HOPE 6th Ed 2009, p 596)
Sinonim Aseptoform P; CoSept P; E216; propil 4-hidroksibenzoat
asam ester; Nipagin P; Nipasol M; propagin; Propil
Aseptoform; propilbutex; Propil Chemosept;
propilparahidroksibenzoat; propil p hidroksibenzoat; Propil
Parasept; Solbrol P; Tegosept P; Uniphen P-23.(HOPE 6th
Ed 2009, p 596)
Struktur
Sukrosa
Zat Sukrosa (HOPE 6 th ed. 2009 , p. 703-706)
Sinonim Beet sugar; cane sugar; refined sugar; saccharose;
saccharum; sugar. (HOPE 6th Ed. 2009, p. 703-706)
Struktur
Propilenglikol
Zat Propilenglikol (HOPE 6th Ed 2009, p 592)
Sinonim Propilenglycol (HOPE 6th Ed 2009, p 592)
Struktur
-59°Ckknk
Titik lebur -59°C (HOPE 6th Ed 2009, p 592)
Pemerian Bening, tidak berwarna, kental-praktis tidak encer tidak
berbau, manis, mempunyai rasa yang agak tajam mirip
dengan gliserin (HOPE 6th Ed 2009, p 592).
Kelarutan Dapat tercampur dengan aseton, kloroform, etanol 95%,
gliserin dan air. Kelarutan di 1 dari 6 bagian eter, tidak
tercampur dengan sedikit minyak, tetapi akan larut dengan
beberapa minyak yang diperlukan (HOPE 6th Ed 2009, p
592).
Stabilitas Pada suhu dingin stabil di tempat tertutup rapat, tetapi di
suhu panas, terbuka, menjadi mudah teroksidasi,
memberikan produk baru seperti propoionaldehid, asam
laktat, asam piruvat dan asam asetat. Secara kimiawi stabil
bila bercampur dengan etanol 95%, gliserin atau air. Larutan
dalam air dapat disterilisasi dengan autoklaf (HOPE 6th Ed
2009, p 592).
Inkompatibilitas Dengan reaksi oksidasi seperti kalium permanganate (HOPE
6th Ed 2009, p 592).
Keterangan lain Dapat digunakan sebagai antimikroba, desinfektan,
humektan, pelarut, penstabil, kosolven air (HOPE 6th Ed
2009, p 592).
Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup rapat (HOPE 6th Ed 2009, p
592).
Kadar Digunakan dalam sediaan sebanyak 1,522%
penggunaan
Aqua
Zat Aqua (HOPE 6thEd 2009, p 766 - 770).
Sinonim Air(HOPE 6th Ed 2009, p 766 - 770).
Struktur H-O-H
Rumus molekul H2O (HOPE 6th Ed 2009, p 766 - 770).
Titik lebur 1000C (HOPE 6th Ed 2009, p 766 - 770).
Pemerian Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa
(HOPE 6th Ed 2009, p 766 - 770).
Kelarutan Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya (HOPE 6th Ed
2009, p 766 - 770).
Stabilitas Stabil disemua keadaan fisik (padat, cair, gas) (HOPE 6th Ed
2009, p 766 - 770).
Inkompatibilitas Air dapat bereaksi dengan obat dan berbagai eksipien yang
rentan akan hidrolisis (terjadi dekomposisi jika terdapat air
atau kelembapan) pada peningkatan temperatur. Air bereaksi
secara kuat dengan logam alkali dan bereaksi cepat dengan
logam alkali tanah dan oksidanya seperti kalsium oksida dan
magnesium oksida. Air juga bisa bereaksi dengan garam
anhidrat menjadi bentuk hidrat (HOPE 6th Ed 2009, p 766 -
770).
Keterangan lain Digunakan sebagaipelarut (HOPE 6th Ed 2009, p 766 - 770).
Penyimpanan Wadah tertutup (HOPE 6th Ed 2009, p 766 - 770).
Kadar ad 100%
penggunaan
3. Tinjauan Pustaka
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase
terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi
minyak dalam air. Sebaliknya, jika air atau larutan air yang merupakan fase
terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan fase pembawa,
sistem ini disebut emulsi air dalam minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan
penambahan bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetes
kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang
memisah. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati
antar permukaan antara tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas
fisik di sekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi
tegangan antar permukaan antara fase, sehingga meningkatkan proses
emulsifikasi selama pencampuran.
Polimer hidrofilik alam, semisintetik dan sintetik dapat digunakan
bersama surfaktan pada emulsi minyak dalam air karena akan terakumulasi pada
antar permukaan dan juga meningkatkan kekentalan fase air, sehingga
mengurangi kecepatan pembentukan agregat tetesan. Agregasi biasanya diikuti
dengan pemisahan emulsi yang relatif cepat menjadi fase yang kaya akan butiran
dan yang miskin akan tetesan. Secara normal kerapatan minyak lebih rendah dari
pada kerapatan air, sehingga jika tetesan minyak dan agregat tetesan meningkat,
terbentuk krim. Makin besar kecepatan agregasi, makin besar ukuran tetesan dan
makin besar pula kecepatan pembentukan krim. Tetesan air dalam emulsi air
dalam minyak biasanya membentuk sedimen disebabkan oleh kerapatan yang
lebih besar.
Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang
hingga krim setengah padat. Umumnya krim minyak dalam air dibuat pada suhu
tinggi, berbentuk cair pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan
menjadi padat akibat terjadinya solidifikasi fase internal. Dalam hal ini, tidak
diperlukan perbandingan volume fase internal terhadap volume fase eksternal
yang tinggi untuk menghasilkan sifat setengah padat, misalnya krim asam stearat
atau krim pembersih adalah setengah padat dengan fase internal hanya 15%. Sifat
setengah padat emulsi air dalam minyak, biasanya diakibatkan oleh fase eksternal
setengah padat.
Semua emulsi memerlukan bahan antimikroba karena fase air
mempermudah pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawet sangat penting
dalam emulsi minyak dalam air karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi.
Karena jamur dan ragi lebih sering ditemukan daripada bakteri, lebihdiperlukan
yang bersifat fungistatik dan bakteriostatik. Bakteri ternyata dapat menguraikan
bahan pengemulsi nonionik dan anionik, gliserin, dan sejumlah bahan penstabil
alam seperti tragakan dan gom guar. Kesulitan muncul pada pengawetan sistem
emulsi, sebagai akibat memisahnya bahan antimikroba dari fase air yang sangat
memerlukannya, atau terjadinya kompleksasi dengan bahan pengemulsi yang
akan mengurangi efektivitas. Karena itu, efektivitas sistem pengawetan harus
selalu diuji pada sediaan akhir. Pengawet yang biasa digunakan dalam emulsi
adalah metil-, etil-, propil-, dan butil-paraben, asam benzoat,dan senyawa
amonium kuaterner. (FI V,2014)
Perhitungan dosis
7,7 g – 15 g / hari untuk dewasa sehari 1 x minum digunakan untuk menurunkan
berat badan.
Tiap 5 ml mengandung 2 g oleum cocos
7,7 g x 5 ml
7,7 g : Dalam sediaan = = 19,25 ml ≈ 20 ml
2𝑔
15g x 5 ml
15 g : Dalam sediaan = = 37,5 ml
2𝑔
V. PENIMBANGAN
Perhitungan Emulgator
5g
Emulgator = 100 ml x 460 ml = 23 g
HLB Campuran = 8
3,7
Tween 80 (15,0) 3,7 10,7 x 23 g = 7,95 g
8
7
Span 80 ( 4,3 ) 7 10,7 x 10 g = 15,05 g
10,7
No. Nama Bahan Jumlah yang Ditimbang
1 Oleum cocos 40 g / 100 ml x 460 ml = 184 g
2 Tween 80 7,95 g
3 Span 80 15,05
4 BHT 0,01 g / 100 ml x 460 ml = 0,046 g
5 Metilparaben 0,18 g / 100 ml x 460 ml = 0,828 g
6 Propilparaben 0,02 g / 100 ml x 460 ml = 0,092 g
7 Propilenglikol 1,522 g /100 ml x 460 ml = 7 g
8 Na.Sakarin 0,1 g / 100 ml x 460 ml = 0,46 g
9 Sirupus simpleks 15 g / 100 ml x 460 ml = 69 g
10. Aquadest Ad 460 ml
Natrium Sakarin
10 mg / kgBB / hari (HOPE 6th Ed 2009, p 609)
Dewasa : 70 kg x 10 mg / kg = 350 mg
0,1 g
Dalam sediaan = 100 ml x 460 ml = 0,46 g
Tween 80
25 mg / kgBB / hari (HOPE 6th Ed 2009, p 553)
Dewasa : 70 kg x 25 mg / kg = 1750 mg
Dalam sediaan = 7, 95 g
Pemakaian sehari 1 x minum 7,7 g – 15 g
20 ml
7,7 g = 460 ml x 7,95 g = 0,346 g = 346 mg
37,5 ml
15 g = x 7,95 g = 0,648 g = 648 mg ( Tidak melebihi ADI)
460 ml
Span 80
25 mg / kgBB / hari (HOPE 6th Ed 2009, p 553)
Dewasa : 70 kg x 25 mg / kg = 1750 mg
Dalam sediaan = 15,05 g
Pemakaian sehari 1 x minum 7,7 g – 15 g
20 ml
7,7 g = 460 ml x 15,05 g = 0,654 g = 654 mg
37,5 ml
15 g = x 15,05 g = 1,226 g = 1226 mg ( Tidak melebihi ADI)
460 ml
Propilenglikol
25 mg / kgBB / hari (HOPE 6th Ed 2009, p 593)
Dewasa : 70 kg x 25 mg / kg = 1750 mg
1,522 g
Dalam sediaan = 100 ml x 460 ml = 7 g
Metilparaben
10 mg / kgBB / hari (HOPE 6th Ed 2009, p 442)
Dewasa : 70 kg x 10 mg / kg = 700 mg
0,18 g
Dalam sediaan = 100 ml x 460 ml = 828 mg
Propilparaben
10 mg / kgBB / hari (HOPE 6th Ed 2009, p 596)
Dewasa : 70 kg x 10 mg / kg = 700 mg
0,02 g
Dalam sediaan = 100 ml x 460 ml = 92 mg
Pemakaian sehari 1 x minum 7,7 g – 15 g
20 ml
7,7 g = 460 ml x 92mg = 4 mg
37,5 ml
15 g = x 92mg = 7,5 mg ( Tidak melebihi ADI)
460 ml
VII. EVALUASI
Fisika
Tipe Emulsi
Teteskan sedikit emulsi pada Zat warna terlarut
kaca arloji, tambahkan Sediaan berwarna dan terdifusi
1 botol
2. pewarna metilen blue amati tipe (m/a) homogeny pada
perubahan yang terjadi. fase ekternal m/a.
(Martin, Farmasi fisika , hlm
1144-1145)
Fisika
Ukuran globul
Penentuan ukuranglobul rata-
Ukuran globul
3. rata dan distribusinya dalam
1 botol berkisar 0,5 nm –
selang wktu tertentu dengan
10000 nm
menggunakan mikroskop
(Martin, Farmasi fisika , hlm
1144)
Fisika
4. Pemisahan Fasa Tidak terjadi
Emulsi dimasukkan ke dalam pemisahan fasa
gelas ukur 100 ml dan
disimpan pada suhu kamar
dan terlindung dari cahaya
langsung.
Fisika
Volume terpindahkan
tuangkan isi perlahan-lahan
dari tiap wadah kedalam Volume rata-rata
gelas ukur yang telah tidak boleh kurang
5. 1 botol 99 ml
dibersihkan secara hati-hati dari 95% - 100%
untuk menghindari (97,5 ml – 103 ml )
pembentukkan gelembung
udara pada saat penuangan
diamkan selama 30 menit.
(FI V, hlm 1614)
Fisika
Uji pH
6.
Menentukan pH sediaan 1 botol 5,0 4,0 – 6,0
dengan Indikator universal
(FI V, hlm 1563)
Fisika
Homogenitas Tersebar dan Tersebar dan
Mengamati keseragaman terdistribusi terdistribusi merata,
7. 1 botol
distribusi dan ukuran partikel merata, ukuran ukuran partikel
di kaca arloji partikel sama sama
Fisika
Penentuan bobot jenis BJ hasil yang
Dengan menggunakan diperoleh membagi
1.056 g / ml
8. piknometer bersih dan kering 1 botol bobot zat dengan
timbang piknometer kosong bobot air dalam
(W1) piknometer diisi piknometer
aquadest yang telah
dididihkan dan didinginkan
kemudian timbang (W2).
Piknometer diisi sediaan,
kemudian timbang
𝑤3−𝑤1
BJ = 𝑤2−𝑤1
Fisika
Viskositas
9 170 ml 700 cP 400 – 800 cP
Dengan menggunakan
viscometer stormer
Kimia
Kadar sediaan / zat aktif
10
Kromatografi lapis tipis,
densitor metri, HPLC
Kimia
11.
Identifikasi sediaan
Biologi
Uji Efektifitas pengawet Tidak terjadi
Pilih mikroba uji, pilih media peningkatan lebih
12. yang sesuai untuk tinggi dari log 0,5
pertumbuhan mikroba uji, unit terhadap nilai
pembuatan inokula log mikroba awal
(FI V, hlm 1356)
HASIL PENGAMATAN
No Jenis evaluasi Syarat Hasil pengamatan
BJ hasilyang diperoleh
dengan membagi bobot zat 1.056 g / ml
Bobot Jenis
8. dengan bobot air dalam
pikno meter
Pada praktikum kali ini membuat sediaan emulsi. Emulsi adalah sistem
(sediaan) heterogen yang terdiri atas dua cairan tidak tercampur (secara konvensi
dinyatakan sebagai minyak dan air), salah satunya terdispersi sebagai tetesan halus
secara uniform pada fasa lainnya. Emulsi yang secara termodinaika tidak stabil akan
kembali memisah menjadi fasa air dan fasa minyak bila dipanaskan atau mengalami
koalesensi tetesan, kecuali jika secara kinetika distabilkan dengan komponen ketiga,
yaitu pengemulsi. Fasa yang berada dalam bentuk tetesan halus dinamakan fasa
terdispersi atau fasa internal, dan cairan di sekitar dikenal sebagai fasa kontinu atau
fasa luar (Agoes,2009)
Seiring dengan perkembangannya zaman, pengidap Obesitas saat ini
meningkat. Obesitas secara fisiologik didefinisikan sebagai suatu kondisi akumulasi
lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adipose sampai kadar tertentu
sehingga dapat mengganggu kesehatan. Selain faktor genetik, penyebab utama
obesitas adalah peningkatan konsumsi makanan padat energi, terutama kandungan
karbohidrat sederhana, serta kurangnya aktifitas fisik. Obesitas dapat menyebabkan
timbulnya penyakit-penyakit baru misalnya Diabetes tipe 2 (timbul pada masa
dewasa) ,Tekanan darah tinggi (hipertensi) Stroke , dll (Ni Nyoman Kristina, 2013)
Bahan aktif yang digunakan dalam sediaan ini yaitu oleum cocos yang
ditujukan untuk menurunkan berat badan untuk pasien dewasa penderita obesitas.
Diminum sehari 1x 20 ml – 37,5 ml (examine.com). Pasien hipersensitif, dan pasien
yang kekurangan berat badan tidak dianjurkan menkonsumsi obat ini.
Oleum cocos adalah minyak kelapa yang mengandung lemak jenuh yang
dikenal sebagai MCT (Medium Chain Triglycerid). MCT memiliki Manfaat
terhadap Energi, Kekebalan tubuh, Atherosclerosis, Malnutrisi dan Kontrol Berat
badan. MCT adalah jenis Lemak Makan dalam bentuk khas/unik, yang diketahui
memberi manfaaat positif dan luas bagi kesehatan. MCT di metabolisme dalam
tubuh berbeda dengan lemak jenuh lainnya. MCT jarang disimpan sebagai lemak
dalam tubuh, namun lebih digunakan untuk sumber energi hampir sama seperti
Karbohidrat, namun tidak menaikkan gula darah seperti karbohidrat. Selain itu MCT
yang terkandung dapat meningkatkan pembakaran lemak dan pengeluaran kalori
pada pasien obesitas dan juga menyebabkan penyimpanan lemak berkurang.
(Jonnybowden.com)
Oleum cocos praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam diklorometana
dan sedikit larut di petroleum, larut dalam eter, karbondisulfid dan kloroform. Larut
dalam 2 bagian etanol (95%) pada suhu 60⁰C tetapi tidak larut dalam suhu rendah.
(Rowe,2009). Dilihat dari data kelarutan tersebut maka sediaan di buat emulsi
dengan tipe m/a agar lebih acceptable secara penggunaan oral karena rasa minyak
dapat tertutupi oleh air (fase eksternal).
Tegangan permukaan antara oleum cocos dan air berbeda sehingga sulit untuk
bercampur. Maka dibutuhkan zat penstabil/emulgator untuk menurunkan tegangan
permukaaan masing-masing zat, digunakan emulgator buatan/sintetis golongan
surfaktan nonionik Tween 80 dan Span 80 karena jika digunakan emulgator berasal
dari bahan alam, bahan alam cenderung tidak stabil sedangkan sediaan emulsi ini
harus terjaga kestabilannya. Fungsi emulgator yaitu untuk mencegah penggabungan
kembali globul-globul maka di perlukan suatu zat yang dapat membentuk lapisan
film antara globul-globul sehingga proses penggabungan menjadi terhalang. Untuk
membuat sediaan emulsi yang baik, kita perlu mengetahui nilai HLB yang cocok.
HLB yang diujikan sebesar 8 & 10 sebagai emulgator untuk melihat mana yang
lebih bagus maka dilakukan optimasi sebanyak dua kali.
Penyebab perubahan atau kerusakan minyak terutama minyak nabati, baik
secara fisik atau kimia, salah satunya karena proses oksidasi. Minyak dengan
kandungan asam lemak tak jenuh ini dapat teroksidasi secara spontan oleh udara
dalam suhu kamar. Oksidasi spontan ini secara langsung akan menurunkan tingkat
kejenuhan minyak, dan menyebabkan minyak menjadi tengik. Peristiwa ketengikan
(rancidity) lebih dipercepat apabila ada logam (tembaga, seng, timah) dan terdapat
panas (cahaya penerangan) (Nurma, 2013). Maka ditambahkan antioksidan agar
proses oksidasi dapat terhindari. Dalam pemilhan antioksidan yang tepat harus
dilihat kelarutannya yang dapat larut dalam minyak, didapatkan BHT (Butylated
Hydroxytoluene) dapat larut dalam minyak (Rowe,2009) . Digunakan sebanyak 0,01
% agar tidak melebihi ADI (Acceptable Daily Intake) yaitu 125 𝜇𝑔 / KgBB/hari
(Rowe,2009).
Dalam upaya meningkatkan akseptabilitas pasien dalam sediaan ini
ditambahkan sukrosa dan Na. Sakarin sebagai pemanis, seharusnya digunakan
pemanis sucralose karena memiliki tingkat kemanisan 300–1000 kali dari sukrosa
dan tidak memiliki nilai gizi (Rowe,2009) karena sediaan ini digunakan untuk
menurunkan berat badan.
Sediaan digunakan untuk Multiple dose, rentan ditumbuhi mikroba dan dalam
sediaan ini mengandung sukrosa yaitu sebagai nutrisi bagi mikroba. Agar terjaga
kestabilannya, ditambahkan bahan pengawet yaitu Metilparaben dan Propilparaben
karena mempunyai rentang pH efektivitas nya lebih luas yaitu 4-8. pH stabilitas dari
Oleum cocos tidak ditemukan maka mengacu pada pH sediaan emulsi oral yaitu 4,0
– 6,0. Metilparaben dan Propilparaben aktivitas anti mikrobanya sangat berkurang
dengan adanya surfaktan nonionik, seperti Tween 80. Namun Propilenglikol (10%)
dapat mempotensiasi aktivitas antimikroba dari paraben, tetapi kadar yang
digunakan hanya 1,522% berdasarkan penjumlahan dari Metilparaben dan
Propilparaben karena sediaan ini digunakan secara oral perlu diperhatikan ADInya.
Tween 80 memiliki nilai HLB 15,0 semakin tinggi nilai HLB berarti semakin
suka air maka Tween 80 di panaskan bersama aquadest (fasae air) dan sebaliknya
Span 80 memiliki HLB yang rendah (4,3) maka Span 80 di lebur dengan zat aktif
yaitu Oleum cocos (fase minyak). Emulgator yang digunakan merupakan surfaktan
nonionik dan oleum cocos tahan pemanasan maka pada sediaan emulsi ini
menggunakan metode emulgator surfaktan, Fase minyak dan Fase air masing-
masing di lebur kemudian di campurkan. Dalam pencampuran kedua fase ini harus
digerus secara konstan agar korpus emulsi dapat terbentuk dan tidak terjadi
pemisahan.
Setelah dilakukan optimasi dengan nilai HLB 8 dan HLB 10, didapatkan
bahwa HLB 8 lebih baik daripada HLB 10. Tetapi viskositas yang dihasilkan pada
HLB 8 kurang, maka ditambahkan pengental yaitu Na.CMC sebesar 1% agar
viskositasnya meningkat dan dapat memudahkan pasien untuk menuangkan obat ini
kedalam sendok takar.
Setelah dilakukan Evaluasi, Emulsi yang dihasilkan merupakan sediaan yang
baik dan memenuhi syarat spesifikasi baik pH, uji organoleptik yaitu bau khas
kelapa tetapi rasanya manis lalu pahit mungkin karena efek dari bahan eksipien
lainnya, partikel-partikel tersebar secara merata, sediaan yang dihasilkan Homogen ,
Volume terpindahkan memenuhi syarat , Tipe emulsi m/a (diuji menggunakan
metilen blue), Viskositas yang dihasilkan memenuhi spesifikasi, Bobot jenis dan
setelah pengujian selama 7 hari uji pemisahan fasa, hasilnya tidak terjadi pemisahan
fasa dalam sediaan emulsi yang telah dibuat ini.
IX. KESIMPULAN
Formula yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai berikut.:
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan, sediaan yang dibuat memenuhi
syarat dan spesifikasi yang diinginkan, tetapi perlu dilakukan perbaikan formula
karena rasa dari sediaan ini masih terasa pahit.
X. DAFTAR PUSTAKA
Desan Kemasan
Desain Etiket
Lampiran Pembuatan sediaan dan Evaluasi
Pengujian sediaan
Emulsi