Anda di halaman 1dari 27

Laporan Kasus

Gangguan Psikotik

F1x.5

Oleh :

Ahmad Rifqi Rizal 1730912310008

Rizki Padelia 1730912320120

Tasya Valiana Bambang 1730912320130

Pembimbing :

dr. H. Achyar Nawi Husein, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FK-ULM RSUD PENDIDIKAN ULIN
BANJARMASIN
Oktober 2018
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. F

Tempat, Tanggal lahir : Banjarmasin, 22 Agustus 1985

Usia : 33 tahun 1 bulan 23 hari

Jenis Kelamin : laki-laki

Alamat : Jl. Kelayan A RT. 012 RW.01 Kelurahan Murung


Raya

Pendidikan : Sekolah Menengah Keatas

Pekerjaan : Pegawai toko

Agama : Islam

Suku : Banjar

Bangsa : Indonesia

Status Pernikahan : Belum menikah

MRS tanggal : 13 Oktober 2018

Nomor RMK : 40.43.94

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Diperoleh dari autoanamnesis dan heteroanamnesis pada tanggal 15

Oktober 2018 pukul 12.00 WITA di RS Anshari Saleh dengan kakak dan ibu pasien.

A. KELUHAN UTAMA

Mengamuk

1
B. KELUHAN TAMBAHAN

Mendengar bisikan (halusinasi auditorik) dan halusinasi visual.

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Heteroanamnesis

Pasien dibawa ke RS Anshari Saleh karena gelisah pada hari Sabtu tanggal

13 Oktober 2018 pukul 03.30 WITA. Menurut keluarga pasien, pada Jumat sore

pasien ditemukan mabuk sehingga teman kerja pasien menghubungi keluarga

pasien. Pasien lalu dijemput pulang oleh keluarga. Saat tiba di rumah pasien

langsng disiram dengan air dan diberi minum susu. Saat itu pasien masih tampak

tenang, pasien masih bisa mandi dan makan namun pasien tampak tidak bisa diam.

Sore harinya perilaku pasien mulai berubah, yaitu menghamburkan barang-barang

di rumah dan menggedor-gedor pintu rumah. Ibu pasien ketakutan melihat perilaku

pasien, sehingga ibu pasien meninggalkan pasien di rumah dan pergi ke rumah

saudaranya yang terletak bersebelahan.

Pada pukul 03.00 WITA, ibu pasien mendengar ada keributan lalu melihat

keadaan. Saat itu pasien sudah menghambur-hamburkan piring, menjatuhkan

sepeda motor keluarga pasien, serta menggedor pintu kamar keponakan pasien

dengan keadaan tanpa pakaian. Kondisi ini membuat keluarga pasien ketakutan

sehingga pasien langsung dibawa ke IGD RS Anshari Saleh. Saat tiba di IGD,

pasien berontak dan berteriak “Ba titik habis”. Pasien lalu diikat karena pasien terus

menerus gelisah dan berontak.

2
Pada hari Sabtu siang, pasien masuk dan dirawat di Ruang Yakut. Pasien

masih mengamuk namun dengan frekuensi yang berkurang karena pengaruh obat

yang diberikan. Hingga Sabtu malam, pasien terkadang masih berontak dan

berteriak sehingga kaki dan tangan pasien masih diikat. Baru pada hari Minggu pagi

(tanggal 14 Oktober 2018) pasien sudah tenang dan dapat diajak berkomunikasi

serta meminta untuk pulang.

Menurut keluarga pasien, pasien memiliki riwayat kecelakaan lalu lintas

pada tahun 2007. Saat itu pasien sempat koma selama 10 hari dan setelah pulang

dari RS pasien sempat berbicara meracau dan keluyuran tanpa mengenakan pakaian

selama 3 bulan. Setelah itu, pasien tampak kembali seperti kondisinya sebelum

mengalami kecelakaan.

Keluarga pasien tidak mengetahui jika pasien pernah mengonsumsi alkohol

dan menggunakan NAPZA. Menurut keluarga, pasien saat ini bekerja di Pasar

Lima. Orang-orang yang berada di sana banyak yang merupakan peminum serta

pengguna obat-obatan terlarang sehingga pasien dapat mencoba hal-hal tersebut.

Autoanamnesis

Saat diperiksa pasien menggunakan baju kaos berwarna putih dengan celana

berwarna hitam, dengan alas kaki berupa sandal. Kulit pasien berwarna sawo

matang, dengan postur tubuh kurus dan tinggi. Pasien tampak terawat dan tampak

sesuai dengan usianya. Saat ditanyai tentang keadaan pasien, pasien menjawab

dengan baik.

Pasien ingat dibawa ke IGD RS Anshari Saleh karena mengamuk dan

berteriak. Pasien mengaku sebelum pasien mengamuk, pasien menggunakan obat

3
Seledryl, Samcodin, dan Zenith. Pasien mengonsumsi Samcodin sebanyak 10 biji,

Seledryl sebanyak 5 biji, dan Zenith 2 biji pada hari Jumat siang. Sebelumnya

pasien hanya menggunakan obat Samcodin sebanyak 5 biji, namun karena efek

yang dirasakan kurang maka pasien mencoba untuk menggunakan obat tersebut

lebih banyak.

Pada awalnya pasien hanya mengonsumsi pil Zenith untuk coba-coba sejak

awal bulan Juni 2018. Lalu teman pasien menawarkan untuk mengonsumsi Seledryl

serta Samcodin untuk mengurangi biaya namun masih dapat merasakan efek yang

sama. Dalam mengonsumsi obat-obatan tersebut, pasien kadang meminumnya

bersama dengan susu kedelai atau teh. Pasien mengaku jika tidak meminum obat-

obatan tersebut, pasien merasakan cepat lelah dan kurang percaya diri.

Pada saat mengamuk, pasien mengaku mendengar bisikan seorang laki-laki

yang menyuruhnya untuk melepaskan serta memakai pakaiannya kembali. Pasien

juga melihat bayangan hitam yang tidak jelas bentuknya. Pasien ingat saat di IGD

RS Anshari Saleh tangan dan kaki pasien diikat karena pasien berontak.

D. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA

1. Riwayat Psikiatri

Pasien sebelumya tidak pernah mengalami gangguan psikiatri.

2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

Pasien mengkonsumsi obat Seledryl, Samcodin, dan Zenith sejak bulan Juni

2018.

3. Riwayat Penyakit Dahulu (Medis)

4
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes melitus, ataupun kejang (-).

Pasien pernah mengalami kecelakaan pada tahun 2007 yang menyebabkan

pasien berbicara meracau dan keluyuran tanpa busana selama 3 bulan.

4. Riwayat Kepribadian Sebelumnya

Pasien merupakan pribadi yang baik, suka bersosialisasi dengan warga sekitar,

bertanggungjawab terhadap keluarga, serta sering membantu sesama.

E. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

a) Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien lahir normal, langsung menangis, berat badan lahir normal dan tidak

ditemukan kelainan. Selama hamil ibu pasien tidak pernah sakit berat dan tidak ada

beban psikis.

b) Riwayat Infanticy/Masa Bayi (0-1,5 tahun) Basic Trust vs Mistrust

Menurut ibu dan kakak pasien, pasien tidak mengalami gangguan perkembangan.

c) Riwayat Early Childhood/ Masa kanak (1,5-3 tahun) Autonomy vs shame

and doubt

Pasien tinggal dengan kedua orang tua dan saudaranya. Pasien anak ke 5 dari 7
bersaudara. Masa ini dilalui dengan baik oleh pasien. Pertumbuhan dan
perkembangan pasien normal sesuai anak seusianya. Pertumbuhan psikomotor,
psikosoial, kognitif dan moral baik. Pasien bertingkah laku baik sesuai anak
seusianya, cukup berinteraksi dan komunikasi dengan keluarga.
d) Riwayat Pre School Age/ Masa Prasekolah (3-6 Tahun) Initiative Vs Guilt

Pasien merupakan anak baik dan penurut. Pasien suka bersosialisasi dengan teman

sebaya.

5
e) Riwayat School Age/masa sekolah (6-12 tahun) Industry vs Inferiority

Menurut kakak pasien, pasien terlihat biasa-biasa saja pada masa ini. Pasien lulus

SD dan melanjutkan sekolah ke tingkat selanjutnya.

f) Riwayat Adolescence (12-20 tahun) Identity vs Role diffusion/Identity

Confusion

Pada masa ini pasien terlihat biasa-biasa saja dan mudah bergaul dengan teman

sebayanya.

g) Riwayat Young Adulthood (20-40 tahun) Intimacy vs Isolation

Pasien mulai menggunakan zenith, seledril dan samcodin karena coba-coba.

RIWAYAT MASA DEWASA

1. Riwayat pendidikan : Pasien bersekolah hingga sekolah menengah kejuruan

2. Riwayat pekerjaan : Pasien bekerja sebagai tukang parkir

3. Riwayat perkawinan : pasien belum menikah

4. Riwayat keagamaan : Pasien masih bisa menjalankan sholat 5 waktu.

5. Riwayat psikoseksual : pasien tidak terdapat perilaku psikoseksual yang

menyimpang

6. Riwayat aktivitas sosial : pasien merupakan pribadi yang baik, suka

bersosialisasi. Pasien dapat bersosialisasi dengan baik terhadap keluarga dan

lingkungan masyarakat.

7. Riwayat hukum : Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum dan

terlibat masalah hukum.

6
8. Riwayat penggunaan waktu luang : Pasien mengisi waktu luang dengan

keluarga.

9. Riwayat keluarga : Pasien merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara.

Pasien tinggal bersama orang tua dan adik pasien.

Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG

Pasien merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara. Pasien tinggal bersama

orang tua dan adik pasien.

G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA

Pasien merasa bersalah karena sudah menggunakan obat-obatan tersebut.

Pasien mengaku ingin sembuh dan berhenti menggunakan obat tersebut. Pasien

menyadari bahwa dirinya sakit dan bersedia menjalani pengobatan.

7
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

1. Status Interna

Keadaan umum : tampak baik

Kesadaran : kompos mentis (GCS: 4-5-6)

Tanda Vital

TD : 130/90 mmHg

N : 88 kali /menit, reguler, kuat angkat

RR : 18 kali/menit

T (aksila) : 36,9 oC

SpO2 : 99%

 Kulit

Inspeksi : anemis (-), ikterik (-), edem (-)

Palpasi : nodul (-), sclerosis (-), atrofi (-)

 Kepala dan leher

Inspeksi : normosefali, dalam batas normal

Palpasi : pembesaran KGB (-/-), peningkatan JVP (-/-)

Auskultasi: Bruit (-)

 Mata

Inpeksi: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), diameter pupil

(4mm/4mm), reflex cahaya (+/+) perdarahan (-/-), mata berair (dalam batas

normal), ptosis (-/-), edem palpebra (-/-), dan exoftalmus (-/-)

Funduskopi : tidak dilakukan.

 Telinga

8
Inspeksi : serumen minimal, secret (-/-)

Palpasi : nyeri mastoid (-/-)

 Hidung

Inpeksi : epistaksis (-/-)

Palpasi : nyeri (-/-)

 Mulut:

Inspeksi: perdarahan gusi (-), pucat (-), sianosis (-), stomatitis (-), gigi

lengkap.

 Toraks

Dinding dada: simetris, atrofi otot dada (-)

Paru

Inspeksi : gerak nafas simetris, retraksi (-)

Palpasi: Fremitus vocal


+ +
+ +
+ +

Perkusi: Sonor Sonor


Sonor Sonor
Sonor Sonor

Auskultasi: Suara nafas menurun, vesikuler (+), rhonkhi (-/-),

wheezing (-/-), stidor (-/-)

vesikuler vesikuler
Vesikuler vesikuler
Vesikuler vesikuler

 Jantung:

Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

9
Palpasi : iktus teraba di ICS V sebelah media linea aksilaris

anterior sinistra, thrill (-)

Perkusi : Batas jantung kanan tidak terevaluasi

Batas jantung kiri ICS V linea aksilaris anterior sinistra

Auskultasi : S1 S2 tunggal, irama regular, murmur (-), gallop (-)

 Abdomen

Inspeksi : datar

Palpas : hepar, lien, ginjal tidak teraba, tidak teraba massa, dan

tidak terdapat nyeri tekan pada regio epigastrium

- -
- -
- -

Perkusi : timpani (+)

Auskultasi : BU: 25x/menit tidak ada peningkatan suara

 Punggung:

Inspeksi : skoliosis (-), kifosis (-), dan lordosis (-) nyeri ketok

ginjal (-)

Palpasi : nyeri (-) dan nyeri ketok ginjal (-)

 Ekstremitas:

Gerak sendi normal, deformitas (-), kemerahan (-), varises (-), panas (-),

nyeri (-), massa (-), edema (-).

2. Status Neurologis

Nervus I-XII : dalam batas normal

Rangsang Meningeal : tidak ada

10
Gejala peningkatan TIK : tidak ada

Refleks fisiologis : dalam batas normal

Refleks patologis : tidak ada

III. STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Saat diperiksa pasien menggunakan kaos berwarna putih dengan sandal dan celana

panjang hitam. Penampilan tampak cukup terawat dan berpenampilan sesuai umur.

Pasien berparawakan kurus dan tinggi.

2. Perilaku dan aktivitas psikomotorik

Normoaktif

3. Sikap terhadap pemeriksa

Kooperatif

B. Keadaan Emosi

1. Mood : euthym

2. Afek : Luas

3. Keserasian : Serasi

C. Reaksi Emosional

 Stabilitas : Stabil

 Pengendalian : baik

 Sungguh-sungguh/tidak : Sungguh-sungguh

11
 Dalam dan dangkalnya : Dalam

 Empati : Dapat diraba rasakan

 Skala diferensiasi : Luas

 Arus emosi : baik

D. Gangguan Persepsi

 Halusinasi A/V/G/T/O : -/-/-/-/-

 Ilusi :-

 Depersonalisasi :-

 Derealisasi :-

E. Pembicaraan

 Kualitatif : Spontan, intonasi cukup, artikulasi jelas

 Kuantitatif : Logore (-), blocking (-)

F. Proses pikir

 Bentuk pikir : Realistik

 Arus pikir : koheren

 Isi pikir

o Preokupasi : (-)

o Waham : waham (-)

G. Sensorium dan kognitif

1. Kesadaran : Jernih

2. Orientasi

a. Waktu : Baik

12
b. Tempat : Baik

c. Orang : : Baik

3. Daya ingat

a. Jangka segera : Baik

b. Jangka pendek : Baik

c. Jangka panjang : Baik

4. Konsentrasi : Baik

5. Perhatian : Baik

6. Pikiran abstrak : Baik

H. Pengendalian Impuls

Baik

I. Daya Nilai

Daya norma sosial : Baik

Uji daya nilai : Baik

Penilaian realita : Baik

Tilikan : Tilikan 6 (menyadari sepenuhnya tentang

situasi dirinya disertai motivasi untuk

mencapai perbaikan)

J. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya

13
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Anamnesis :

 Menurut keluarga pasien, pada Jumat sore pasien ditemukan mabuk

sehingga teman kerja pasien menghubungi keluarga pasien. Saat di rumah,

pasien masih tampak tenang, pasien masih bisa mandi dan makan namun

pasien tampak tidak bisa diam. Sore harinya perilaku pasien mulai berubah,

yaitu menghamburkan barang-barang di rumah dan menggedor-gedor pintu

rumah.

 Pada pukul 03.00 WITA, ibu pasien mendengar ada keributan lalu melihat

keadaan. Saat itu pasien sudah menghambur-hamburkan piring,

menjatuhkan sepeda motor keluarga pasien, serta menggedor pintu kamar

keponakan pasien dengan keadaan tanpa pakaian.

 Saat tiba di IGD, pasien berontak dan berteriak “Ba titik habis”. Pasien lalu

diikat karena pasien terus menerus gelisah dan berontak.

 Pada hari Sabtu siang, pasien masuk dan dirawat di Ruang Yakut. Pasien

masih mengamuk namun dengan frekuensi yang berkurang karena pengaruh

obat yang diberikan. Hingga Sabtu malam, pasien terkadang masih berontak

dan berteriak sehingga kaki dan tangan pasien masih diikat.

 Baru pada hari Minggu pagi (tanggal 14 Oktober 2018) pasien sudah tenang

dan dapat diajak berkomunikasi serta meminta untuk pulang.

 Menurut keluarga pasien, pasien memiliki riwayat kecelakaan lalu lintas

pada tahun 2007. Saat itu pasien sempat koma selama 10 hari dan setelah

14
pulang dari RS pasien sempat berbicara meracau dan keluyuran tanpa

mengenakan pakaian selama 3 bulan.

 Pasien ingat dibawa ke IGD RS Anshari Saleh karena mengamuk dan

berteriak. Pasien mengaku sebelum pasien mengamuk, pasien

menggunakan obat Seledryl, Samcodin, dan Zenith. Pasien mengonsumsi

Samcodin sebanyak 10 biji, Seledryl sebanyak 5 biji, dan Zenith 2 biji pada

hari Jumat siang. Sebelumnya pasien hanya menggunakan obat Samcodin

sebanyak 5 biji, namun karena efek yang dirasakan kurang maka pasien

mencoba untuk menggunakan obat tersebut lebih banyak.

 Halusinasi auditorik: Pada saat mengamuk, pasien mengaku mendengar

bisikan seorang laki-laki yang menyuruhnya untuk melepaskan serta

memakai pakaiannya kembali.

 Halusinasi visual: Pasien juga melihat bayangan hitam yang tidak jelas

bentuknya. Pasien ingat saat di IGD RS Anshari Saleh tangan dan kaki

pasien diikat karena pasien berontak.

Pemeriksaan psikiatri :

 Perilaku dan aktifitas psikomotor : normoaktif

 Kesadaran : Jernih

 Mood : Euthym

 Afek : Luas

 Keserasian : Serasi

 Reaksi Emosinal

1. Stabilitas : Stabil

15
2. Pengendalian : Dapat mengendalikan emosi

3. Sungguh-sungguh/tidak : Sungguh-sungguh

4. Dalam dan dangkalnya : Dalam

5. Empati : Dapat diraba-rasakan

6. Skala diferensiasi : Luas

7. Arus emosi : baik

 Proses berpikir

1. Bentuk pikir : Realistik

2. Arus pikir : Koheren

3. Isi pikir : Waham (+)

 Halusinasi : (-)

 Tilikan : Tilikan 6

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

1. Aksis 1 : F1x.5 Gangguan psikotik

2. Aksis II : Tidak ditemukan

3. Aksis III : Tidak ditemukan

4. Aksis IV : Masalah pekerjaan

5. Aksis V : GAF Scale 80-71 Gejala sementara & dapat diatasi,

disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll.

VII. DAFTAR MASALAH

1. Masalah terkait fisik

Hasil pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan maupun keluhan.

16
2. Masalah terkait psikologis

Saat sakit terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik dan visual.

3. Sosiologik

Tidak mengganggu, karena pasien tidak membuat keributan ataupun

menakuti lingkungan sekitar.

VIII. PROGNOSIS

Diagnosis penyakit : dubia ad bonam

Ciri kepribadian : dubia ad bonam

Diagnosis stressor : dubia ad malam

Perjalanan penyakit : dubia ad bonam

Usia saat menderita : dubia ad bonam

Pendidikan : dubia ad bonam

Lingkungan sosial : dubia ad bonam

Pengobatan psikiatri : dubia ad bonam

Kesimpulan : dubia ad bonam

IX. RENCANA TERAPI

Psikofarmaka

- PO:

Haloperidol 5mg 3x1

Chlorpromazine 100 mg 2x1

Trihexyphenidyl 2mg 3x1

17
Psikoterapi

a. Psikoterapi suportif, untuk memperkuat mekanisme defens (pertahanan) pasien

terhadap stress

b. Psikoterapi reedukatif, untuk meningkatkan pengetahuan pasien terhadap

penyakitnya, meningkatkan pengetahuan keluarga untuk mendukung

kesembuhan pasien, dan mengembangkan kemampuan pasien untuk

menunjang kesembuhan

c. Psikoterapi rekonstruktif, untuk dicapainya tilikan akan konflik-konflik

nirsadar dengan usaha untuk mencapai perubahan struktur luas kepribadian.

Edukasi

a. Memberikan edukasi pada keluarga tentang pentingnya mengetahui gejala dan

tanda akan terjadinya kekambuhan, minta keluarga untuk tetap dekat dengan

pasien, tidak melarang kegiatan pasien, dan membuat pasien tertekan, serta

tetap tinggal berdekatan dengan pasien

b. Memberikan edukasi tentang pentingnya minum obat secara rutin, dan

membuat deretan kegiatan pasien yang tentunya bermanfaat dan disukai oleh

pasien

X. DISKUSI

DEFINISI

Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan

individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau

perilaku kacau/aneh.1 Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu

18
gangguan kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan

gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid.2

ETIOLOGI

Penyalahgunaan zat adalah suatu perilaku mengonsumsi atau menggunakan

zat-zat tertentu yang dapat mengakibatkan bahaya pada diri sendiri maupun orang

lain. Menurut DSM, peyalahgunaan zat melibatkan pola penggunaan berulang yang

menghasilkan konsekuensi yang merusak. Konsekuensi yang merusak bisa

termasuk kegagalan untuk memenuhi tanggung jawab utama seseorang (misalnya:

sebagai pelajar, sebagai pekerja, atau sebagai orang tua), menempatkan diri dalam

situasi di mana penggunaan zat secara fisik berbahaya (contoh mencampur

minuman dan penggunaan obat), berhadapan dengan masalah hukum berulang kali

yang meningkat karena penggunaan obat. Memiliki masalah sosial atau

interpersonal yang kerap muncul karena pengunaan zat (contoh: berkelahi karena

mabuk).

Berdasarkan kasus, obat yang digunakan adalah sebagai berikut:

Dextromethorphan

Dextromethorphan adalah obat yang sering diresepkan dalam pengobatan flu

dan batuk. Tidak ada pembatasan dalam penjualannya. Harganya yang murah

menyebabkan obat ini mudah dimiliki oleh siapapun. Saat digunakan sesuai aturan,

efek samping psikoaktif biasanya minimal. Namun, saat digunakan dengan tujuan

rekreasional dosis umumnya melebihi dosis anjuran. Kegiatan menggunakan

dextromethorphan dalam jumlah besar untuk mendapatkan efek psikoaktif disebut

“Robotripping”. Gejala psikoaktif yang dapat terjadi tergantung dosis yang

19
digunakan. Gejalanya beragam mulai dari gangguan motorik, kognitif, dan persepsi

sehingga menyebabkan halusinasi, pengalaman seperti mimpi, atau delirium

dengan halusinasi visual dan keadaan disosiatif. Kondisi ini dapat berkembang

menjadi perilaku agresif. Efek dextromethorphan dengan konsumsi 100-200 mg

adalah stimulasi ringan. Konsumsi 200-400 mg terdapat efek euforia dan halusinasi.

Konsumsi 300-600 mg menyebabkan gangguan penglihatan dan hilangnya

koordinasi gerak tubuh.

Carisoprodol

Carisoprodol adalah kandungan dari pil Zenith yang merupakan obat yang

bekerja secara sentral untuk meredakan spasme otot skelet dan nyeri yang

berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal. Obat ini biasanya diresepkan pada

nyeri punggung akut yang berhubungan dengan spasme otot. Obat muscle relaxant

ini sering disalahgunakan karena adanya efek psikomotor.

MANIFESTASI KLINIS

Gambaran utama perilaku:

Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :

1. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya

2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal

3. Kebingungan atau disorientasi

4. Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri,

kecurigaanberlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara

dan tertawa sertamarah-marah atau memukul tanpa alasan.2

20
DIAGNOSIS

Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai

berikut:

 Gangguan psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah penggunaan zat

psikoaktif (biasanya dalam waktu 48 jam), bukan merupakan manifestasi

dari keadaan putus zat dengan delirium atau suatu onset lambat.

 Gangguan psikotik yang disebabkan oleh zat psikoaktif dapat tampil dengan

pola gejala yang bervariasi. Variasi ini akan dipengaruhi oleh jenis zat yang

digunakan dalam kepribadian pengguna zat.1

PENATALAKSANAAN

1. Perawatan di Rumah Sakit

Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya, hal yang dapat

dilakukan yaitu:

a. Keluarga atau teman harus mendampingi pasien

b. Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum, eliminasi dan

kebersihan)

c. Hati-hati agar pasien tidak mengalami cedera

- Konseling pasien dan keluarga.

a. Bantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan pengobatan

psikiatrik antara lain: hak pasien, kewajiban dan tanggung jawab keluarga

dalam pengobatan pasien

b. Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak dengan

stressor

21
c. Motivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari-hari setelah gejala membaik.

2. Farmakoterapi

Penanganan Gangguan Psikotik Akut

Farmakoterapi

 Obat utama Antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik :

 Haloperidol 2-5 mg, 1 sampai 3 kali sehari, atau Chlorpromazine

100-200 mg, 1 sampai 3 kali sehari

 Dosis harus diberikan serendah mungkin untuk mengurangi efek

samping, walaupun beberapa pasien mungkin memerlukan dosis

yang lebih tinggi

 Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika

untuk mengendalikan agitasi akut (misalnya: lorazepam 1-2 mg, 1

sampai 3 kali sehari)

 Lanjutkan obat antipsikotik selama sekurang-kurangnya 3 bulan

sesudah gejala hilang.

 Kekakuan otot (Distonia atau spasme akut), bisa ditanggulangi dengan

suntikan benzodiazepine atau obat antiparkinson

 Kegelisahan motorik berat (Akatisia), bisa ditanggulangi dengan

pengurangan dosis terapi atau pemberian beta-bloker

 Gejala parkinson (tremor/gemetar, akinesia), bisa ditanggulangi dengan

obat antiparkinson oral (misalnya, trihexyphenidil 2 mg 3 kali sehari)

Psikoterapi

 Psikoterapi individual, kelompok, dan keluarga

22
 Mengatasi stresor dan episode psikotik

 Mengembalikan harga diri dan kepercayaan

Obat Antipsikosis

1. Haloperidol

Berguna untuk menenangkan keadaan mania pasien psikosis yang karena hal

tertentu tidak dapat diberi fenotiazin. Reaksi ekstrapiramidal timbul pada 80%

pasien yang diobati haloperidol. Oksipertin merupakan derivate butirofenon

yang banyak persamaannya dengan CPZ. Oksipertin berefek blockade

adrenergic dan anti emetic serta dapat menimbulkan parkinsonisme pada

manusia dan katalepsi pada hewan.

Farmakodinamik

Struktur haloperidol berbeda dengan fenotiazin, tetapi butirofenon

memperlihatkan banyk sifat fenotiazin. Pada orang normal, efek haloperidol

mirip fenotiazin piperazin. Haloperidol memperlihatkan antipsikosis yang kuat

dan efektif untuk fase mania penyakit manic dan manic depresif dan

schizophrenia. Efek fenotiazin piperazin dan butirofenon berbed secara

kuantitatif karena butirofenon selain menghambat efek dopamine, juga

meningkatkan turn over ratenya.

Indikasi

Skizofrenia akut & kronik, status ansietas, gelisah & psikis labil disertai dengan

mudah marah, menyerng, astenia, delusi, halusinasi.

23
Dosis

Dewasa dan anak <12 tahun; gejala sedang 0.5-2mg/hr 2-3x/hr, gejala berat 3-

5 mg/hr 2-3x/hr.

Efek Samping

Hipertonia, gemetar pd otot, gerakan mata yang tak terkendali, hipotensi

ortostatik, galaktore.

2. Chlorpromazine

Indikasi

Skizofrenia & kondisi yang berhubungan dg psikosis, trankuilisasi & kontrol

darurat untuk gangguan perilaku, terapi tambahan untuk gangguan perilku

karena retardasi mental.

Dosis

Dewasa 10-25 mg tiap 4-6 jam. Psikosis 200-800 mg/hr. anak 0,5 mg/kgBB tiap

4-6 jam

Efek Samping

Ikterus, hipotensi postural & depresi pernapasan, diskrasia darah, distonia akut,

diskinesia tardiv, gangguan penglihatan, reaksi ekstrapiramidal (dosis tinggi)

3. Antipsikotik Atipikal ; Flufenazin Dekanoat, Trifluoperazin, Perfenazin,

Risperidon, Klozapin, Sulpirida, Olanzapin, Quetiapin fumarat.

24
Tabel 1.1 Perbedaan pada obat antipsikosis3

Antipsikosis Mg.Eg Dosis Sedasi Otonomik Ekstrapiramidal

Chlorpromazine 100 150- +++ +++ ++

1600

Thioridazine 100 100-900 +++ +++ +

Perphenazine 8 8-48 + + +++

Trifluoperazine 5 5-60 + + +++

Fluphenazine 5 5-60 ++ + +++

Haloperidol 2 2-100 + + ++++

Pimozide 2 2-6 + + ++

Clozapine 25 25-200 ++++ + -

Zotepine 50 75-100 + + +

Sulpiride 200 200- + + +

1600

Risperidone 2 2-9 + + +

Quetiapine 100 100-400 + + +

Olanzapine 10 10-20 + + +

Aripiprazole 10 10-20 + + +

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas

dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa. FKUI

2. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. 2003. Kaplan & Sadock’s Synopsis of

Psychiatri. 9th ed. Philadelpia: Lippincott William &Wilkins

3. Sasmanto, S. (2010). Gangguan Psikotik Singkat. Pontianak

4. Trimble MR., George MS. 2010. Biological Psychiatry 3rd edition. Wiley-

Blackwell.

5. Kumar R., et al. 2011. Acute Psychosis as the Initial Presentation of MS: A

Case Report. The International MS Journal.17.2: 54–57.

26

Anda mungkin juga menyukai