Diajukan Oleh :
MARATUS SHOLIKHAH
201510210311109
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN – PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN……………..…………………………………..……….vi
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………...………...…vii
RINGKASAN ........................................................................................................ x
2.3.2. Suhu.................................................................................................................. 9
2.3.5. Kelembaban................................................................................................... 10
2.3.6. Karakterisasi.................................................................................................. 10
ii
2.4.1. Perencanaan................................................................................................... 12
6.1.Kesimpulan ..................................................................................................... 35
6.2.Saran ................................................................................................................ 35
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANG
TEKNIK HIBRIDASI CABAI KERITING HYBRIDA (Capsicum annum L)
DI CV. MULTI GLOBAL AGRINDO
KARANGPANDAN KARANGANYAR JAWA TENGAH
Oleh
MARATUS SHOLIKHAH 201510210311109
Mengetahui
An. Dekan FPP UMM
Wakil Dekan 1
vii
LEMBAR PENGESAHAN
TEKNIK HIBRIDASI CABAI KERITING HYBRIDA (Capsicum annum L)
DI CV. MULTI GLOBAL AGRINDO
KARANGPANDAN KARANGANYAR JAWA TENGAH
Disusun oleh:
MARATUS SHOLIKHAH
201510210311109
Mengetahui Mengesahkan
Direktur CV. MGA, Pembimbing Lapang,
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya yang telah memberikan bayak kesempatan, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan PKL dengan baik. Laporan ini disusun guna melengkapi
salah satu persyarat dalam menyelesaikan PKL (Praktek Kerja Lapangan) bagi
mahasiswa Fakultas Pertanian Peternakan, Jurusan Agribisnis. Dalam penyusunan
laporan ini, sepenuhnya tidak terlepas dari dukungan, semangat, serta bimbingan
dari berbagai pihak, baik bersifat moril maupun materil, oleh karena-Nya, kami
ingin menyampaikan ucapan terima kasih antara lain kepada :
Penulis
ix
RINGKASAN
Praktek kerja lapang ini ini bertujuan untuk mengetahui teknik hibridasi
atau persilangan tanaman cabai dalam menghasilkan galur murni untuk produksi
benih hibryd. Pelaksanaan magang dilaksanakan pada tanggal 14 Januari sampai 14
Februari 2018. Di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Jl Solo – Tawangmangu km
30 Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah. Metode dasar yang digunakan
dalam praktek magang ini adalah Praktek Lapang, Observasi, Wawancara dan
Sumber Data (Data Primer dan Data Sekunder). Penentuan lokasi praktek kerja
lapang disesuaikan dengan kajian Teknik Budidaya tanaman Cabai (Capsicum
annum L) untuk menghasilkan benih unggul yang berkualitas di CV. Multi Global
Agrindo (MGA).
CV. Multi Global Agrindo merupakan salah satu perusahaan yang begerak
di bidang plant breeding, produksi benih dan pemasaran benih. Proses produksi
benih buah dan sayuran memerlukan teknik budidaya yang benar agar bisa
mendapatkan benih yang bermutu tinggi. Teknik hibridisasi atau persilangan dapat
dilakukan dengan tahapan polinasi, hibridisasi, pelabelan, pendataan, panen, dan
pengemasan. Hasil persilangan antar genotip, genotipe tanaman cabai NRA
memiliki sifat ms(male steril) karakter buah besar, biji yang dihasilkan banyak,
mudah. Genotipe tanaman cabai NRB memiliki karakter buah besar, kulit tebal dan
berlilin, serta tahan terhadap lalat buah. Oleh karena itu perlu dilakukan
pemindahan gen dari genotip NRB ke genotip NRA melalui proses hibridisasi
(persilangan). Proses sertifikasi benih CV. Multi Global Agrindo (MGA) dilakukan
oleh Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Jawa Tengah. Bentuk
pengawasan dan tes yang dilakukan untuk sertifikasi ini adalah persiapan lahan
sebelum tanam (media tanam dan daya tumbuh), persiapan lahan, saat tanam (pada
fase vegetatif dan generatif) dan pemeriksaan uji hibridisasi menjelang panen yang
dilakukan di tiga daerah berbeda.
Kata Kunci : Teknik Hibridasi, Benih Hibryd, Cabai NRA, Cabai NRB, Budidaya
x
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cabai merupakan salah satu jenis sayuran penting yang dibudidayakan
secara komersial di negara-negara tropis. Tercatat berbagai spesies cabai yang telah
didomestikasi, namun hanya Capsicum annuum L. dan C. Frutescens L. yang
memiliki potensi ekonomis (Sulandari, 2004). Buah cabai memiliki unsur
kandungan meliputi vitamin A, vitamin C, air, protein, lemak, karbohidrat, serat
mineral dan minyak esensial. Permintaan cabai keriting akan terus meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Selain untuk konsumsi
rumah tangga, cabai juga digunakan sebagai bahan dasar industri makanan. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut maka perlu dilakukan usaha perbaikan pada
budidaya cabai. Cara yang dilakukan antara lain penggunaan benih bermutu, cara
budidaya tanaman yang baik dan penanganan pasca panen yang baik sehingga
produk yang diterima konsumen memiliki mutu yang baik., tergantung pada
varietasnya. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha tani cabai
keriting adalah ketersediaan benih bermutu tinggi.
1
Benih tanaman cabai keriting yang unggul memiliki proses penanaman yang
panjang. Proses mendapatkan benih tersebut, selain diperlukan benih sumber
dengan mutu genetik tinggi, perlu diperhatikan juga cara budidaya tanaman yang
optimal, pemeliharaan, panen, pasca panen dan penyimpanan benih yang baik.
Pertumbuhan tanaman cabai ditentukan juga oleh keadaan tanah budidaya,
ketersediaan air di lingkungan budidaya tanaman cabai. Djarwaningsih (2005)
menyatakan bahwa usaha perbaikan varietas cabai melalui program pemuliaan
tanaman saat ini selain diarahkan pada peningkatan produktivitas, tahan terhadap
serangan hama dan penyakit tertentu, toleran terhadap kondisi lingkungan yang
suboptimal, juga diarahkan pada pembentukan varietas cabai yang memiliki
kualitas hasil yang sesuai dengan selera konsumen. Kualitas yang dimaksud
berhubungan dengan kondisi fisik buah maupun kandungan zat gizi di dalam buah
cabai.
2
CV. Multi Global Agrindo berdiri pada tahun 1998. CV.MGA berlokasi di daerah
karangpandan, karanganyar. Saat ini CV. Multi Global Agrindo menguasai luas
lahan ± 10 Ha tersebar di daerah Karanganyar yaitu berada di daerah Jetis, Salam,
Puntuk, Bangsri, Karangpandan, Singit, Bulan dan Bolong. Lahan yang ada
ditanami jenis tanaman seperti cabai (cabai belis/rawit dan cabai besar/keriting),
melon,terong, semangka, dan tanaman hortikultura lainnya.
1.2.Tujuan PKL
Tujuan umum PKL ini adalah untuk mengetahui, mempelajari serta mampu
memahami cara penanaman tanaman pangan khusunya tanaman cabai, terong,
tomat, melon, pare dan lain sebagainya, proses produksi dan strategi pemasaran
serta gambaran secara umum aktivitas CV. Multi Global Agrindo (MGA)
Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar.
1.3.Manfaat PKL
Manfaat Praktik Kerja Lapangan yang akan dilaksanakan di CV. Multi
Global Agrindo (MGA) Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah adalah sebagai
berikut:
3
4. Mendapatkan ilmu hibridisasi tanaman cabai keriting untuk proses
mendapatkan galur murni yang memiliki sifat berbeda dari induk.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
diklasifikasikan dalam kerajaan Plantae, divisi Spermatophyta, kelas
Angiospermae, ordo Tubiflorae, famili Solanaceae, genus Capsicum dan spesies
Capsicum annuum L. (Lawrence, 1951)
Alur persebaran cabai yang diawali dari manusia primitif di Amerika, dapat
diketahui dari data-data sejarah. Bagi orang-orang Indian, cabai merupakan jenis
tumbuhan yang sangat dihargai dan menempati urutan kedua setelah jagung dan ubi
kayu. Selain itu cabai juga mempunyai peranan penting dalam upacara keagamaan
dan kultur budaya orang-orang Indian. Proses domestikasinya sendiri diwujudkan
dalam bentuk adanya perubahan-perubahan terutama pada tipe buah misalnya
bentuk liarnya berukuran kecil, posisinya tegak, bila sudah berwarna merah mudah
luruh, berubah menjadi buah yang berukuran besar, seringkali posisinya
menggantung, tidak mudah luruh serta mempunyai variasi warna merah pada
buahnya. Cabai keriting lebih tahan penyakit dan buahnya tidak mudah busuk
karena kulitnya tipis dan mempunyai rasa yang sangat pedas. Kerabat dekat cabai
keriting adalah cabai padang atau cabai pasir. Kultivar ini mempunyai prospek yang
sangat bagus karena selain daur hidupnya yang dapat dipertahankan sepanjang
tahun, umumnya ditanam di dataran rendah, tergolong mahal harganya sebagai
bumbu masak serta ketahanannya terhadap penyakit dan kebusukan
(Djarwaningsih, 2005).
1. Daun
Daunnya merupakan daun yang majemuk ganjil dengan jumlah daun 5-7.
Daunnya sekitar 15 - 30cm x 10 - 25cm. Tangkai daun majemuk mempunyai
panjang sekitar 3 - 6cm. Umumnya diantara pasangan daun yang besar terdapat 1-
2 daun kecil. Daun majemuk tersusun spiral mengelilingi batangnya (Rukmana,
1994). Daun berwarna hijau mempunyai panjang sekitar 20 – 30 cm dan lebar 15-
20 cm. Daun cabai ini tumbuh didekat ujung dahan dan cabang. Sementara itu
tangkai daunnya berbentuk bulat memanjang sekitar 7 – 10 cm dan ketebalan 0,3 –
0,5 cm (Wiryanta,2002).
2. Batang
6
Sewaktu masih muda batangnya berbentuk bulat dan teksturnya lunak,
tetapi setelah tua batangnya berubah menjadi bersudut, bertekstur keras dan
berkayu. Ciri khas batang cabai adalah tubuhnya berbulu-bulu halus diseluruh
permukaan (Wiryanta, 2002).
3. Bunga
Bunga tanaman cabai merupakan bunga tunggal yang berbentuk bintang.
Bunga tumbuh menunduk pada ketiak daun, dengan mahkota bunga berwarna
putih. Penyerbukan bunga termasuk penyerbukan sendiri (elf pollinated crop),
namun dapat juga terjadi secara silang dengan keberhasilan sekitar 56% (Cahyono,
2003). Daun bunga berwarna putih atau ungu dan mempunyai lima benang sari serta
satu buah putik. Penyerbukan dapat berlangsung secara silang ataupun penyerbukan
sendiri, dan buah yang terbentuk umumnya tunggal (Rukmana, 1996). Pada saat
bunga mekar, kotak sari masak dan dalam waktu relatif singkat tepung sari keluar
mencapai kepala putik dengan perantara serangga atau angin.
Kusandriani (1996) menyatakan bahwa di antara kultivar-kultivar cabai
terdapat perbedaan dalam letak kepala putik terhadap kotak sari yang disebut
heterostyly. Posisi dan ukuran stigma sangat berpengaruh pada terjadinya
penyerbukan silang. Pada bunga yang kepala putiknya lebih tinggi dari kotak sari
(bentuk pin) akan terjadi penyerbukan silang. Pada bunga yang letak kepala
putiknya lebih rendah dari kotak sari (bentuk thrum) akan terjadi penyerbukan
sendiri. Hal ini yang menyebabkan tanaman cabai pada kultivar tertentu dapat
mengadakan penyerbukan sendiri dan pada kultivar lainnya terjadi penyerbukan
silang. Frekuensi penyerbukan silang pada cabai cukup tinggi antara 6-36%
(Odland dan Portier, 1941) dalam Kusandriani (1996).
4. Buah
Buah cabai akan terbentuk setelah terjadi penyerbukan, buah memiliki
berbegai keanekaragaman dalam hal ukuran, bentuk, warna dan rasa. Buah cabai
dapat berbentuk bulat pendek, bulat panjang, kecil pendek maupun kecil panjang,
ada yang berbentuk runcing untuk ujungnya, dan kerucut. Ukuran buah cabai
bervariasi sesuai dengan keadaan induk tanaman cabai, kabanyakan tanaman cabai
mengikuti karakter pohon induk yang digunakan dalam persilangan buah cabai
tersebut. Panjang rata-rata buah cabai 2 cm – 15 cm dan lebar antara 5 mm sampai
7
1,5 cm. warna buah cabai bervariasi, buah muda berwarna hijau setelah masak akan
berwarna hijau, tetapi ada juga buah cabai ketika masak akan tetap berwarna hijau
sesuai keadaan pohon induk yang digunakan dalam persilangan tanaman cabai.
Pada waktu masih muda buah cabai kurang pedas, tetapi setelah masak menjadi
pedas (Wiryanta, 2002).
Setiadi (1999) menyatakan bahwa bentuk buah cabai bulat sampai bulat
panjang, mempunyai 2-3 ruang yang berbiji banyak. Letak buah cabai merah
umumnya bergantung, dengan warna buah muda ada yang hijau, putih kekuningan
dan ungu. Sedangkan buah yang sudah tua (matang), umumnya berwarna kuning
sampai merah, dengan aroma yang berbeda. Bijinya kecil, bulat pipih seperti ginjal
(buah pinggang), dengan warna kuning kecoklatan. Berat 1000 biji kering berkisar
antara 3-6 gram.
5. Biji
Biji cabai berwarna putih kekuning-kuningan, berbentuk bulat pipih,
tersusun berkelompok (bergerombol),dansaling melekat pada empelur. Ukuran biji
cabai bervariasi mengikuti karakter dari pohon induk yang digunakan dalam
persilangan tanaman cabai. Biji-biji dapat digunakan dala perbanyakan tanaman
atau perkembangbiakan (Cahyono,2003).
6. Akar
Perakaran tanaman cabai terdiri atas akar tunggang yang tumbuh lurus
kepusat bumi dan akar serabut yang tumbuh menyebar kesamping (horizontal).
Perakaran tanaman tidak dalam sehingga tanaman hanya dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, porous (mudah menyerap air),
dan subur (Cahyono, 2003).
2.3.1. Tanah
Tanaman cabai dapat tumbuh di segala tipe tanah, dan ketinggian tempat,
tapi lebih baik jika ditanam di dataran rendah pada tanah yang mengandung pasir
(porositasnya tinggi), pH tanah yang baik adalah antara 5,5-6,5, namun tanaman
cabai merah toleran terhadap tanah masam yang pH-nya kurang dari 5, hanya saja
buahnya kurang lebat dan pertumbuhannya agak kerdil. Tanah yang subur, banyak
mengandung bahan organik/humus, lapisan bunga tanahnya tebal, sangat cocok
8
untuk tanaman cabai merah, karena sistem perakarannya luas dan agak dalam
(Sunaryono, 1999). Setiadi (1999) menyatakan bahwa tanah yang sesuai untuk
menanam cabai merah adalah tanah yang subur, kaya bahan organik, pH tanah 6,0-
7,0, akan lebih baik jika pH tanah 6,5. Tanah yang bertekstur remah, gembur, tetapi
tanaman cabai masih dapat ditanam di tanah lempung (berat), tanah agak liat, tanah
merah, maupun tanah hitam.
2.3.2. Suhu
Suhu yang baik untuk pertumbuhan dan pembuahan cabai berkisar antara
21-28 ºC. Suhu harian yang terlalu terik (di atas 32 ºC) menyebabkan tepung sari
tidak berfungsi, sehingga produksi rendah, dan jika suhu malam yang tinggi, dapat
menyebabkan pembentukan buah rendah. Bila waktu berbunga, suhunya turun di
bawah 15 ºC, pembuahan dan pembijiannya dapat terganggu (Sunaryono, 1999).
9
2.3.5. Kelembaban
Tanaman cabai dapat tumbuh dengan baik di daerah yang mempunyai
kelembaban udara tinggi sampai sedang. Kelembaban udara yang terlalu rendah
akan mengurangi produksi cabai (Tjahjadi, 1993). Kelembaban yang rendah dan
suhu yang tinggi menyebabkan penguapan tinggi, sehingga tanaman akan
kekurangan air. Akibatnya kuncup buah dan bunga yang masih kecil banyak yang
gugur (Pracaya, 1995).
2.3.6. Karakterisasi
Cabai hibrida dihasilkan dengan persilangan dua induk cabai yang
merupakan galur murni dan memiliki sifat-sifat unggul. Hasil persilangan tersebut
memiliki sifat heterosis dan memiliki sifat-sifat unggul dibandingkan dengan kedua
induknya. Seleksi awal dilakukan dari populasi yang beragam. Pemilihan
karakteristik dilakukan dengan seleksi dilapangan, baik seleksi melalui massa
positif maupun negatif, sehingga diperoleh karakteristik yang dikehendaki. Setelah
diperoleh kultivuvar yang dikehendaki dilakukan permunian yang berkwalitas
(Taringan, 2003).
Zhongwen (1991) menyatkan bahwa karakterisasi didefinisikan sebagai
kegiatan menilai sifat-sifat yang mudah dideteksi dan memiliki nilai pewarisan
yang tinggi. Dalam arti luas karakterisasi dapat diartikan sebagai kegiatan untuk
mengetahui ciri-ciri populasi plasma nutfah, sedangkan dalam arti sempit diartikan
sebagai kegiatan untuk mengenali ciri-ciri suatu genotip dalam koleksi plasma
nutfah. Karakterisasi meliputi sifat kualitatif dan kuantitatif. Zhongwen (1991)
menyatakan bahwa pemuliaan tidak akan dapat memanfaatkan koleksi plasma
nutfah tanpa mengetahui dahulu deskripsi yang jelas dari koleksi tersebut.
Karakterisasi bertujuan untuk mengetahui informasi yang terkandung dalam
setiap genotipe dari koleksi plasma nutfah yang dimiliki. Dengan demikian langkah
yang akan diambil dalam perakitan varietas unggul baru lebih terarah dan pasti.
Sifat kualitatif merupakan penciri utama, karena sifat-sifat tersebut tidak atau
sedikit dipengaruhi lingkungan dan mudah diwariskan, sedangkan sifat kuantitatif
dikendalikan oleh banyak gen yang masing-masing berpengaruh kecil (minor gen),
dan penampilan sifat tersebut merupakan interaksi antara pengaruh faktor genetik
dan lingkungan. Sifat morfologis paling mudah digunakan sebagai pembeda antar
10
genotip. Metode pengambilan data karakterisasi dapat berupa dokumentasi yang
dilakukan untuk merekam dan menyimpan berbagai data dan informasi penting
yang dihasilkan dari kegiatan yang dilakukan di lapang (Kurniawan & Yelli, 2000).
11
menginformasikan karaktersitik dari gen-gen pengendali karakter serta daya
gabung dari masing-masing galur/genotipe sehingga pada tahap akhir dari kegiatan
pemuliaan tanaman akan menghasilkan varietas baru yang memiliki keunggulan
untuk sifat-sifat yang diwariskan.
2.4.1. Perencanaan
Menurut Kusandriani (1996) sebelum melakukan persilangan ditentukan
varietas atau nomor yang akan digunakan sebagai tetua persilangan, yaitu nomor
yang telah mempunyai sifat baik tertentu misalnya daya hasil tinggi, tetapi
mempunyai sifat rentan terhadap serangan hama dan penyakit penting atau
penampilan buahnya tidak sesuai dengan preferensi konsumen, yang umumnya
menginginkan buah cabai dengan ukuran sedang, permukaan kulit rata, halus dan
warna merah. Dengan demikian perlu ditambahkan sifat-sifat baik tertentu yang
dinginkan untuk memperbaiki kualitas suatu varietas. Untuk maksud tersebut
dilakukan melalui hibridisasi.
Kedua tetua hendaknya secara genetik harus jauh hubungan
kekerabatannya, sehingga efek heterosisnya akan tinggi. Selain itu masing-masing
tetua sebaiknya homozigot, sehingga gen-gen resesif efeknya tidak terututp oleh
allel-allel dominannya. Untuk memperoleh homozigotas dilakukan dengan
penyerbukan sendiri. Banyak generasi yang diperlukan untuk mencapai galur
homozigot, tergantung pada tingkat heterosigositas dari tanaman yang diseleksi.
Umumnya, homozigositas tersebut tercapai pada generasi S5 Apabila telah
diperoleh galur-galur yang homozigot, maka dilakukan persilangan dialel untuk
menentukan galur-galur yang memiliki daya gabung umum dan daya gabung
khusus yang baik. Dari sini dapat ditentukan kombinasi-kombinasi persilangan
mana yang menghasilkan hibrida F1 yang terbaik (Kusandriani, 1996).
2.4.2. Pengorganisasian
Makmur (1985) menyatakan bahwa tahapan yang dapat ditempuh pada
pemuliaan menyerbuk tanaman cabai keriting sendiri pada dasarnya terdiri dari:
1.Introduksi
Koleksi berbagai genotip atau plasma nutfah itu dapat berupa nutfah
lokal maupun yang diintroduksikan dari luar negeri, termasuk strain-strain
12
liar atau eksotik. Introduksi perlu diketahui dan diadakan pencatatan
terutama asal dan sifat adaptasi (Makmur, 1985).
2.Seleksi
Seleksi dapat menguntungkan apabila sifat lain yang tidak setuju
menunjang peningkatan sifat lain yang terseleksi, namun bisa merugikan
jika ikut sertanya sifat lain yang terseleksi menurunkan sifat yang semula
baik (Poespodarsono, 1988)
3.Hibridisasi
Hibridisasi adalah persilangan sifat-sifat dari tetuanya, sehingga
diharapkan mempunyai kombinasi sifat yang lebih unggul (Poespodarsono,
1998). Dalam melakukan hibridisasi selain harus mengetahui karakter
unggul yang kita inginkan, juga perlu diketahui pengendalian dan
pewarisannya.
2.4.3. Pengarahan
Keberhasilan menurut Kusandriani (1996) dari persilangan sangat
dipengaruhi oleh kualitas tepung sari, kualitas kuncup bunga cabai, waktu
persilangan dan cuaca. Waktu yang baik untuk persilangan tanaman cabai adalah
antara jam 7.00-14.000. Waktu tersebut dipengaruhi oleh kegiatan serangga yang
biasanya paling aktif sebelum tengah hari, yaitu antara jam 8.30-11.00.
2.4.4. Pengamatan
Kusandriani (1996) kriteria yang digunakan dalam penjaringan meliputi
beberapa komponen, di antaranya :
13
BAB III
METODELOGI
3.1. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan PKL berupa pemilihan lokasi kegiatan praktek kerja
lapang disesuaikan dengan bidang kajian yakni budidaya cabai untuk produksi
benih. Penulis dapat memperoleh pengetahuan, informasi dan pengalaman
berdasarkan pengamatan untuk membuat laporan praktek kerja lapang yang
dilaksanakan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam praktek kerja
lapang berupa serangkaian kegiatan yang dilakukan mahasiswa praktek lapang
selama pelaksanaan praktek lapangan. Mahasiswa dapat mengetahui secara
langsung kegiatan yang dilaksanakan dalam instansi/lembaga tempat PKL tersebut.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati secara langsung pristiwa atau
hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan PKL. Kegiatan yang dilaksanakan
berupa pengamatan dan praktek pada system budidaya yang meliputi pembuatan
bibit sampai pemanenan.
14
penanaman, pemeliharaan, pemangkasan, pemasangan ajir, pemupukan susulan,
persilangan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen. Selanjutnya
dilakukan proses pembenihan yang dimulai dari pelepasan biji, pengeringan,
pengujian benih, penyimpanan dan pengemasan.
Suatu proses untuk mendapatkan informasi dengan cara tanya jawab dengan
responden. Responden dalam hal ini adalah pimpinan, pembimbing lapang, staf
atau keryawan, maupun masyarakat disekitar lembaga atau instansi tempat PKL,
sehingga diperoleh informasi yang diperlukan dengan mudah dan jelas.
Pengumpulan data dengan cara memanfaatkan data yang tersedia yang
berhubungan dengan kegiatan praktek kerja lapang. Data tersebut berupa buku,
jurnal dan lain sebagainya yang bersifat informative dan relevan. Mengikuti Praktek
Kerja Lapang secara langsung sesuai dengan kegiatan yang dijadwalkan oleh
pembimbing lapang di CV. Multi Global Argindo. Pada pelaksanaan mahasiswa
mempelajari sekaligus menpraktekkan dengan turun langsung ke lapang untuk
mengikuti system kerja yang ada, dengan menerapkan ilmu pengetahuan yang
dimiliki.
1. Sedotan
2. Gunting
3. Benang wol
4. Buku catatan
5. Alat tulis
6. Label
7. Spidol
8. Lidi
Bahan persilangan atau polinasi yang digunakan adalah tanaman cabai keriting
Alur proses polinasi (persilangan) tanaman cabai keriting pada lahan sub
terminal agribisnis, yaitu :
15
2. Melakukan isolasi yaitu dengan melakukan tahapan sebagai berikut:
a. Memilih kuncup bunga cabai yang hampir mekar.
b. Melakukan isolasi dengan cara menyungkup bunga cabai menggunakan
sedotan.
3. Memberikan label dengan menggunakan benang penanda yang berbeda
dalam setiap varietas tanaman cabai.
4. Melakukan pengamatan setiap hari selama 7 hari sampai 10 hari setelah
polinasi atau persilangan.
5. Pengumpulan data yang diuraikan sebagai berikut :
16
3.5. Batasan Praktik Kerja Lapang
Praktek kerja lapang ini dibatasi pada budidaya tanaman cabai keriting,
yang dipolinasi atau persilangan untuk mendapatkan varietas baru.
17
BAB IV
a. Visi
MGA pelopor breeding di Indonesia untuk menghasilkan benih
unggul hybrid F1 bermutu tinggi untuk memenuhi pasar didalam dan dula
negeri. Diharapkan dengan benih yang baik maka produksi/pendapatan
petani akan meningkat.
b. Misi
1. Pengumpulan plasma nutfah dari seluruh dunia
2. Pembentuk seed bank
3. Melaksanakan Research and Development (R&D)
4. Uji multi lokasi didalam dan diluar negeri
5. Produksi benih hybrid unggul bermutu tinggi
6. benih dalam dan luar negeri
7. Kemitraan dengan pelaku agribisnis dan pemerintah
8. Peningkatan SDM dan kesejahteraan karyawan
a. Melakukan R&D dan inovasi teknologi tiada henti untuk produk baru,
penyempurnaan produk dan varian produk.
b. Melakukan SOP (Standard Operasional Procedure) dari setiap langkah
kegiatan. Dengan demikian akan dapat meminimalisir kesalahan yang
terjadi baik pada produk, adminsitrasi maupun keuangan.
c. Melakukan peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia), SDFF (Sumber
Daya Fasilitas dan Finansial), yang mana kedua komponen tersebut
sangat berpengaruh pada kinerja perusahaan.
d. Melakukan perbaikan manajemen perusahaan baik sistem maupun
mekanisme kerja.
18
e. Melakukan perbaikan kesejahteraan staf dan tenaga kerja.
f. Meningkatkan disiplin, etos kerja, dan motivasi diri serta suasana
kebersamaan.
DIREKTUR
MULYONO H.
MANAJER
REPRESENTATIF
JUWITA SARI
STAF.R&D
STAF.PRODUKSI STAF.PRODUKSI
BAMBANG
PAIDI THOHARI
STAF.PRODUKSI
STAF.PRODUKSI
UMAR
GATOT
STAF.PRODUKSI STAF.PRODUKSI
SUTI ISMANTO
STAF.PRODUKSI
PAINEM
19
ekonomis maupun teknis. Hal tersebut menggugah hati nurani dari Bapak Mulyono
Herlambang untuk merealisir berdirinya CV. Multi Global Agrindo (CV MGA).
20
e. Pertimbangan teknis Bahwa untuk menghasilkan benih unggul bermutu
tinggi hybrid F1 diperlukan teknologi breeding, oleh karena itu CV MGA
telah menyiapkan teknologi tersebut dengan langkah berikut:
1. Tahun 1980-1981 : proses pembelajaran plant breeding di OISCA
International dan Yae Nogei Breeding Station di Jepang.
2. Tahun 1986 : proses pembelajaran Research and Development di
TARI (Taiwan Agriculture Research Institute di Taiwan).
21
c. Mengatur beban kerja
d. Memecahkan masalah yang ada dengan segera
e. Standar kerja adalah ukuran kemampuan staf keryawan
f. Operasional pengendalian
g. Menggunakan teknologi yang handal
h. Mengembangkan pemimpin yang benar-benar memahami
pekerjaannya, menjiwai filosofi perusahaan.
i. Membentuk tim khusus untuk mencegah persoalan
j. Menghormati jaringan mitra kerja, menghormati teman kerja
k. Efisiensi dan efektifitas
22
BAB V
23
Keterangan:
a = Kuncup mulai muncul ketika tanaman cabai keriting berumur 21 HST (Hari
Setelah Translplanting)
b = Kuncup mulai muncul ketika tanaman cabai keriting berumur 23 HST (Hari
Setelah Translplanting)
c = Kuncup mulai muncul ketika tanaman cabai keriting berumur 25 HST (Hari
Setelah Translplanting)
d = Kuncup mulai muncul ketika tanaman cabai keriting berumur 27 HST (Hari
Setelah Translplanting)
24
itu, isolasi ini juga bertujuan agar serbuk sari bunga tersebut tidak terbawa oleh
polinator sehingga terjadi penyerbukan pada bunga lain yang tidak diharapkan. Hal
ini akan menyebabkan penyimpangan hasil atau ketidakmurnian pada hasil
polinasi. Kegiatan isolasi dapat dilakukan siang atau sore hari.
Pemilihan indukan yang baik dapat mempengaruhi karakter dari hasil
hibridisasi. Induk tanaman cabai rawit yang digunakan dalam persilangan ini adalah
NRB disilangkan dengan NRA. Kegiatan hibridisasi dalam menyilangkan dua
varietas induk untuk menghasilkan varietas baru yang memiliki sifat yang berbeda.
Pohon induk yang akan digunakan dalam persilangan juga harus memiliki sifat
tahan hama dan penyakit, produktifitas tinggi, keseragaman dalam setiap varietas
dan tanaman yang dapat tumbuh dengan optimal. Penggunaan metode seleksi yang
efektif tergantung pada cara perkembangbiakan tanaman, jenis tanaman, tujuan dan
fasilitas yang tersedia. Pada tahap ini juga perlu diperhatikan kemampuan tanaman
dalam beradaptasi terhadap lingkungan yang bermasalah, misalnya kekeringan,
genangan, suhu dingin, polusi dan lain-lain. Pada tahap inilah kegiatan karakterisasi
dilakukan untuk membedakan sifat secara morfologi antar genotipe (Zhongwen,
1991).
Kualitas benih dapat diketahui dari mutu genetik, fisiologi tanaman dan fisik
dari tanaman cabai keriting. Mutu genetic adalah sifat atau penampilan murni dari
persilangan yang dihasilkan pohon induknya. Mutu fisiologis merupakan
kemanpuan daya hidup tanaman pada area lahan dengan cuaca dan kualitas lahan
yang tidak menentu. Mutu fisik adalah penampilan atau bentuk dari hasil
persilangan, misalnya biji besar, tanaman tinggi, daun hijau, bernas, bersih, serta
pengemasan yang baik. Persilangan harus mengeahui sifat induk supaya
menhasilkan benih yang berkualitas serta mampu bersaing di pasaran.
2. Pemilihan indukan jantan (osu) tanaman cabai hybrid.
25
Cabai keriting jantan (osu) memiliki perbedaan dengan cabai ketiting betina
(messu). Cabai keriting jantan atau osu memiliki serbuksari, sedangkan cabai
keriting betina atau messu telah dilakukan sterelisasi sehingga memiliki sifat male
steril (tidak mempunyai serbuk sari). Persilangan harus menggunakan bunga induk
atau tetua yang baik dengan proses seleksi. Seleksi merupakan salah satu tahapan
dalam pemuliaan tanaman yaitu dengan memilih beberapa tanaman yang terbaik
dari suatu populasi tanaman yang telah ada. Seleksi terhadap satu sifat dapat
mempengaruhi sifat lain. Hal ini terjadi apabila sifat tersebut dikendalikan oleh gen
identik atau gen dalam keadaan lingkage. Seleksi dapat menguntungkan apabila
sifat lain yang tidak setuju menunjang peningkatan sifat lain yang terseleksi, namun
bisa merugikan jika ikut sertanya sifat lain yang terseleksi menurunkan sifat yang
semula baik (Poespodarsono, 1988).
Pemberian kode atau label pada setiap varietas tanaman cabai sangat
penting. Label atau kode dapat menguntungkan CV. MGA pada saat breeding,
memberikan informasi sehingga pohon induk yang digunakan akan jelas. Label
dapat berupa tuisan warna benang dan nama varietas indukan. Persilangan di lahan
BBP (Balai Benih Padi) adlaha NRA-1, NRA-2 dan NRA-3 yang disilangkan
dengan NRB-1 dan NRB-2.
26
menginginkan buah cabai dengan ukuran sedang, permukaan kulit rata, halus dan
warna merah. Dengan demikian perlu ditambahkan sifat-sifat baik tertentu yang
dinginkan untuk memperbaiki kualitas suatu varietas. Untuk maksud tersebut
dilakukan melalui hibridisasi dengan cara pemasangan label tanaman pada setiap
varietas yang akan disilangkan.
27
5. Hibridisasi atau persilangan bunga cabai.
Pemindahan serbuk sari tanaman cabai memerlukan bantuan dari luar yaitu
vektor. Tumbuhan berbunga mampu menarik perhatian polinatornya sehingga
penyerbukan dapat terjadi. Bunga yang mekar mengandung zat gula (nektar) yang
merupakan sumber makanan bagi polinator. Pennyerbukan dapat terjadi dengan dua
kelompok, yaitu abiotic dan biotik. Penyerbukan secara abiotik dapat dilakukan
oleh manusia, hewan (lebah, serangga) maupun vektor lain. Unsur biotik dapat
terjadi persilangan melalui air maupun angina. Verietas hibrida adalah generasi F1
dari suatu persilangan sepasang atau lebih tetua yang mempunyai sifat unggul.
Hibrida F1 tersebut mempunyai penampilan yang lebih baik dibandingkan dengan
penampilan rata-rata kedua tetuanya (heterosis), atau lebih baik dari pada tetuanya
28
yang terbaik (heterobeltiosis). Biji varietas hibrida selalu harus disediakan melalui
persilangan tetuanya. Penanaman biji varietas hibrida pada generasi berikutnya
(generasi F2 dan selanjutnya) akan menghasilkan tanaman yang rata-ratanya tidak
unggul lagi, akibat adanya segregasi tanaman F2 (Poespodarsono, 1988).
Keterangan:
a) Bunga cabai keriting yang telah dihibridisasi atau dipersilangkan
ditutup dengan menggunakan sedotan
29
b) Bunga cabai keriting yang telah dihibridisasi atau dipersilangkan
kemudian ditandai dengan menggunakan benang wol
c) Bunga cabai keriting yang telah dihibridisasi atau dipersilangkan
kemudian ditandai dengan menggunakan kertas label
Teknik pemberian sedotan ini digunakan karena dirasa efektif dan efisien
khusunya ketika musim penghujan. Sedotan apat membantu dalam menjaga
kuncup-kuncup bunga cabai supaya tidak diserbuki oleh serangga, lebah maupun
vektor lain. Ketika bunga telah mekar maka tangkai bunga diikat menggunakan
benang wol sebagai penanda bahwa bunga tersebut melakukan hibridisasi atau
persilangan. Label pada bunga yang dilakukan persilangan atai hibridisasi untuk
membedakan persilangan hari pertama, kedua dan selanjutnya sampai tanaman
berhenti berbunga dan benangnya membutuhkan warna yang berbeda-beda.
Kusandriani (1996) menyatakan bahwa di antara kultivar-kultivar cabai
terdapat perbedaan dalam letak kepala putik terhadap kotak sari yang disebut
heterostyly. Posisi dan ukuran stigma sangat berpengaruh pada terjadinya
penyerbukan silang. Hal ini yang menyebabkan tanaman cabai tertentu dapat
mengadakan penyerbukan sendiri dan pada kultivar lainnya terjadi penyerbukan
silang. Frekuensi penyerbukan silang pada cabai cukup tinggi antara 6-36%
(Odland dan Portier, 1941; Greenleaf 1986) dalam Kusandriani (1996). Benang
sebagai kode tanaman untuk mempermudah pada saat pengamatan hasil dari
hibridisasi tanaman cabai. Hasil tanaman yang tidak terdapat label atau benang akan
mempengaruhi pendataan.
Kegiatan hibridisasi menggunakan tanaman cabai keriting yang ditanam di
lahan Sub Terminal Agribisnis (STA). Pemberian kode atau label pada hasil
persilangan tanaman cabai harus sesuai dengan kode tanaman. Kertas label
memiliki sifat tahan air dan cuaca panas, sehingga dapat digunakan dalam jangka
panjang. Penulisan label harus sesuai dengan kode tanaman yang dipersilangkan.
Tanaman pada lahan STA (Sub Terminal Agribisnis) yang digunakan dalam
perbanyakan tanaman adalah NRA-1, NRA-2, NRA-3 dipersilangkan dengan
NRB-1 dan NRB-2.
30
5.3. Hasil Karakterisasi Indukan Tanaman Cabai Keriting
Pengambilan data karakter indukan tanaman dilakukan secara kuantitatif
dan kualitatif. Secara kuantitatif, pengamatan dilakukan pada 3 tanaman sampel
yang diukur lalu diambil nilai rata-ratanya. Indukan yang dikarakterisasi nama
genotipnya yaitu NRA-1, NRA-2, dan NRA-3 untuk indukan betina, sedangkan
untuk indukan jantan nama genotipnya yaitu NRB-1 dan NRB-2. Jumlah tanaman
sampel 3 dan terdapat 2 ulangan sehingga total jumlah sampel yaitu 30 tanaman.
Sedangkan untuk data karakter kualitatif, pengamatan dilakukan pada satu sampel
terpilih dari tiap ulangan yang dianggap mewakili tanaman lain dengan
menggunakan skoring berdasarkan buku pedoman karakterisasi dari CV. Multi
Global Agrindo.
60
Ukuran Tanaman
50
40
Lebar Daun
cm
30
20 Panjang Daun
10
Tinggi Tanaman
0
NRA-1 NRA-2 NRA-3 NRB-1 NRB-2
Nama Genotip Indukan
31
Pengamatan karakter kuantitatif dilakukan pada minggu ke 4 setelah tanam
yaitu pada saat tanaman cabai memasuki fase generatif. Pada minggu ini tanaman
cabai sudah berbunga, akan tetapi bunga pertama tidak dipolinasikan karena dapat
menggangu laju fotosintesis dan hasilnya kurang maksimal, sehingga bunga
pertama yang muncul dilakukan perompesan. Rata-rata hasil pengamatan, indukan
NRA-2 dan NRB-2 memiliki tingkat ukuran yang lebih tinggi dibandingkan dengan
indukan yang lain.
32
virus. Tetua betina memiliki keunggulan yaitu produktivitasnya tinggi, dikarenakan
jumlah anak cabang tetua betina lebih banyak. Sehingga, persilangan ini diharapkan
menghasilkan tanaman cabai keriting yang tahan terhadap virus dan
produktivitasnya tinggi.
Tanaman cabai mulai berbunga pada usia 21 HST. Hal ini menandakan
bahwa tanaman telah memasuki fase generatif. Hibridisasi pertama dilakukan pada
bunga yang terbentuk pada aksilar ke dua, hal ini bertujuan untuk menyeragamkan
hasil hibridisasi, selain itu bunga yang terbentuk pada aksilar pertama dapat
mengganggu penyebaran hasil fotosintesis apabila dipelihara, sehingga bunga yang
terbentuk pertama pada aksilar dilakukan perompesan. Bunga yang telah mekar
mengindikasikan bahwa serbuk sari telah matang atau kepala sari telah membuka
(pecah) dan menyerbuki kepala putik. Tumbuhan berbunga mampu menarik
perhatian polinatornya sehingga penyerbukan dapat terjadi. Bunga yang mekar
mengandung zat gula (nektar) yang merupakan sumber makanan bagi polinator.
Menurut Kusiandriani (1996), Keberhasilan dari persilangan sangat dipengaruhi
oleh kualitas tepung sari, kualitas kuncup bunga cabai, waktu persilangan dan
cuaca. Berikut ini merupakan diagram persentase hibridisasi yang telah dilakukan.
80%
60%
40%
20%
0%
23 25 26 27 30 31 2
Januari Januari Januari Januari Januari Januari Januari
Persentase Berhasil 100% 78% 78% 83% 80% 100% 100%
Persentase Gagal 0% 22% 22% 17% 20% 0% 0%
Gambar 10. Diagram Hibridisasi NRA-1 x NRB-1
33
Hibridisasi NRA-2 x NRB-2
120%
100%
Persentase
80%
60%
40%
20%
0%
24 25 26 27 30 31 1 2
Januar Januar Januar Januar Januar Januar Februa Februa
i i i i i i ri ri
Persentase Berhasil 60% 55% 89% 67% 90% 100% 92% 100%
Persentase Gagal 40% 45% 11% 33% 10% 0% 8% 0%
Gambar 11. Diagram Hibridisasi NRA-2 x NRB-2
120%
100%
Persentase
80%
60%
40%
20%
0%
25 Januari 27 Januari 30 Januari 31 Januari 1 Februari
Persentase Berhasil 50% 100% 63% 100% 100%
Persentase Gagal 50% 0% 38% 0% 0%
34
BAB VI
KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan
Dari kegiatan yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :
6.2. Saran
1. Pengembangan bagian R&D (Research and Developmen) sehingga dapat
meningkatkan meningkatkan dan menambah pengalaman dalam bidang
benih hibrida (F1).
2. Memberikan motivasi terhadap para R&D (Research and Developmen)
untuk selalu berusaha menemukan varietas baru, serta karyawan CV. Multi
Global Agrindo untuk selalu mengembangkan dan meningatkan
kemampuan kerja sehingga perusahaan akan lebih maju dan dapat bersaing
35
dengan perusahaan lain khususnya perusahaan yang bergerak pada dibidang
produksi benih hibrida (F1).
36
DAFTAR PUSTAKA
Allard RW. 1960. Principles of Plant Breeding. New York: J Wiley & Sons. 485
hal.
Cahyono, Bambang. 2003. Teknik budidaya dan analisis usaha tani. Cabai rawit.
Yogyakarta
Djarwaningsih, T. 2005. Capsicum spp. (Cabai): Asal, Penyebaran dan Nilai
Ekonomi. Bogor: Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Hal : 292-29
Djarwaningsih, T. 1986. Jenis-Jenis Capsicum L. (Solanaceae) Di Indonesia. Berita
Biologi. 3 (5). Hal : 225-228
Herison, Catur. Dkk. 2001. Studi Potensi Heterobeltiosis Pada Persilangan
Beberapa Galur Cabai Merah (Capsicum Annum L). Bul.Agron. Vol.29(1).
Hal : 23-26
Kusandriani, Y., dan A.H. Permadi 1994. Percobaan varietas cabai di dataran
rendah Kramat. Tegal. Laporan Penelitian AVNET II. (Mimegraph).
Odland, M.L. dan A.M. Portier. 1941. A study of natural crossing in peppers,
Capsicum frutescens. Proc. Am. Soc. Hortic. Sci. 35:585-588. Dalam:
37
Yenni Kusandriani. Pembentukan Hibrida Cabai. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran Lembang.
Sulandari, Sri. 2004. Pembuatan Antiserum Dan Kajian Sorologi Virus Penyebab
Penyakit Daun Keriting Kuning Cabai. Jurnal Perlindungan Tanaman
Indonesia. Vol 10 (1). Hal : 42-52
Sutarya. 1995. Integrated Crop Management Of Hot Pepper (Capsicum Spp.) Under
Tropical Lowland Condition : Effects Of Rice Straw and Plastic Mulches In
Crop Healt. Crop protection.Vol 14(6). P. 445-452
Tarigan, MM, MBA.Ir. S Dan Wahyu Wiryanta. 2003. Bertanaman Cabai Hibrida
Secara Intensif. Tangerang-PT. Agromedia Pustaka.
Wiryanta, T. Wahyu. 2002. Bertanam Cabai Pada Musim Hujan Kiat Mengatasi
Permasalahan Praktis. Jakarta-Agromedia Mustika
38
Zhongwen. 1991. Approach to Germplasm Characterzation and Evaluation
Proceding of Tha ISO/IBFC. Training Course on general Strategi in
Jule/Kenaf breeding. China
39