Anda di halaman 1dari 12

ARTIKEL UNGGULAN

PROGRAM KERJA KELOMPOK

SOSIALISASI PENCEGAHAN PERNIKAHAN DINI DI DESA


WULUNGGUNUNG, SAWANGAN, MAGELANG

OLEH :

1. Dr. Ahmad Nasrulloh, M.Or. 198306262008121002


2. Hanung Nurdiansyah 15501241017
3. Ari Wibowo, A.Md.T 17504247002
4. Muhammad Rozzaaq Ardiansyah 15202244016
5. Hendriko Halmi Lumban Tobing 15406241048
6. Asaha Sukma Savitri 15306141025
7. Sintani Nur Choirin 15307141055
8. Afifah Zulfa Azzah 15201241032
9. Febriana Fitri Nur Alifah 15209241017
10. Nur Halimah 15413244015
11. Yuli Ernawati 15105241025

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
Sosialisasi Pencegahan Pernikahan Dini di Desa Wulunggunung, Sawangan
Magelang
Oleh
Ahmad Nasrulloh, Afifah Zulfa Azzah, Ari Wibowo, Asaha Sukma Savitri,
Febriana Fitri Nur Alifah, Hanung Nurdiansyah, Hendriko Halmi Lumban
Tobing, Muhammad Rozzaaq Ardiansyah, Nur Halimah, Sintani Nur Choirin,
Yuli Ernawati

Fakultas Ilmu Keolahragaan


Email: ahmadnasrulloh@uny.ac.id

ABSTRAK
Kegiatan ini bertujuan untuk mensosialisasikan kepada warga masyarakat
Wulunggunung tentang bahaya pernikahan dini dengan harapan dapaat
menurunkan angka pernikahan dini khususnya di Wulunggunung. Sasaran dalam
kegiatan sosialiasi ini adalah warga Desa Wulunggunung. Program kerja ini
terlaksana sebagai salah satu bentuk kepedulian mahasiswa KKN kepada desa
Wulunggunung yang memliki angka pernikahan dini dan angka perceraian cukup tinggi.
Hasil yang dicapai ialah dapat menginformasikan kepada masyarakat khususnya
Desa Wulunggunung tentang resiko pernikahan dini.
Kata kunci : pencegahan, pernikahan, dan risiko.

A. PENDAHULUAN
Menurut Undang Undang No. 1 tahun 1974 pasal 1 tentang
Perkawinan, pernikahan dianggap sah bila perempuan telah lebih dari 16
tahun dan untuk laki-laki di atas 19 tahun. Dengan aturan yang dibuat oleh
pemerintah dalam mengatur batasan usia seseorang untuk legal melakukan
pernikahan, pasti didasari oleh pertimbangan-pertimbangan tertentu misalnya
terkait kesehatan reproduksi yang sudah matang. Akan tetapi, fenomena yang
masih terjadi tidak hanya di Indonesia melainkan juga di duniaa, ialah terkait
pernikahan yang belum cukup usia untuk menikah. Untuk lebih mengetahui
terkait pernikahan dini ini, berikut ulasan singkat untuk dapat memberikan
gambaran mengenai pernikahan dini beserta dampak serta srategi untuk
mengatasinya.
Menurut UNICEF, sebuah pernikahan dikategorikan sebagai
pernikahan dni (early mareiage) atau juga disebut sebagai pernikahan anak-
anak (child marriage) apabila ada salah satu pihak yang masih di bawah 18
(delapan belas) tahun atau masih remaja. Pernikahan dini menjadi salah satu
persoalan yang terus diupayakan untuk mengatasinya karena pernikahan dini
menghasilkan banyak dampak negatif, tidak hanya bagi individu yang
melakukan pernikahan dini tersebut, melainkan juga bagi negara karena
dengan menikah dini, banyak anak-anak di Indonesia menjadi putus sekolah,
akibtanya angka pengangguran di Indonesia menjadi meningkat dan kualitas
SDM semakin rendah.
Pernikahan dini terjadi karena beberapa alasan, yang pertama karena
alasan kemiskinan. Menurut Williamson (2014), penghasilan yang rendah
dapat berkontribusi terhadap praktik pernikahan dini. Dalam penelitian yang
berbeda yang dilakukan oleh Schlect dkk (2013) juga mengatakan bahwa
karena faktor ekonomi yang rendah, individu maupun keluarga terdorong
untuk melakukan pernikahan dini. Selain itu Pearson, dkk (2015) juga
menyatakan bahwa semakin miskin negara, semakin besar peluang anak untuk
dinikahkan ketika dalam usia yang masih dini.
Kedua adalah karena alasan akses pendidikan yang terbatas. Tingkat
pendidikan maupun pengetahuan anak yang rendah dapat menyebabkan
adanya kecenderungan melakukan pernikahan di usia dini (Alfiyah, 2010;
dalam Desiyanti, 2015).
Ketiga karena alasan budaya yang mengikat, kuatnya norma
tradisional dan tekanan masyarakat juga menambah kemungkinan bagi
keluarga yang berisiko terhadap pernikahan dini untuk mengambil sikap pro
terhadap pernikahan dini tanpa mempertimbangkan kemungkinan lannya
(Plan, 2003, dalam Wiliamson, 2014).
Keempat, perubahan tata nilai dalam masyarakat. Anak-anak sekarang
lebih permisif terhadap calon pasangannya (seks bebas dan kehamilan yang
tidak dikehendaki), misalnya berdasarkan Penelitian Pusat Studi Kebijakan
Kependudukan UGM (dalam, Anwar 2016) 70% perkawinan anak terjadi di
Wonogiri pada tahun 2011, akibat seks bebas dan kehamilan yang tidak
dikehendaki, begitu pula di Kabupaten Pasuruan.
Sama halnya yang terjadi di Dusun Glondong Duwur, Desa Wulung
Gunung, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.
Survei kelompok dilakukan melalui observasi dengan mengunjungi wilayah
untuk memperoleh informasi tentang keadaan masyarakat setempat. Survei
dilakukan langsung mendatangi rumah Kepala Desa Wulung Gunung, Kepala
Dusun Glondong Duwur, dan Ketua RT I hingga RT VI, serta menganalisis
langsung dari keadaan masyarakatnya. Dari keterangan dan data yang
terkumpul dapat disimpulkan bahwa situasi dan kondisi wilayah warga Dusun
Glondong Duwur memerlukan pengetahuan lebih tentang dampak pernikahan
dini.
Dampak yang terjadi akibat pernikahan dini yitu selain terenggutnya
hak-hak anak seperti hak atas pendidikan dan hak dilindungi dari eksploitasi,
menurut data BPS, anak perempuan usia 10-14 tahun memiliki risiko lima
kali lebih besar untuk meninggal dalam kasus kehamilan dan persalinan.
Secara global kematian yang disebabkan oleh kehamilan merupakan penyebab
utama kematian anak perempuan usia 15-19 tahun. 85% anak perempuan di
Indonesia mengakhiri pendidikan mereka setelah mereka menikah, namun
keputusan untuk menikah dan mengakhiri pendidikan juga dapat diakibatkan
kurangnya kesempatan kerja. Perempuan dengan tingkat pendidikan yang
lebih rendah lebih tidak siap untuk memasuki masa dewasa dan memberikan
konrtibusi, baik terhadap keluarga mereka maupun masyarakat. Perkawinan
pada usia muda membebani anak perempuan dengan tanggung jawab menjadi
seorang istri, pasangan seks, dan ibu, peran-peran yang seharusnya dilakukan
oleh orang dewasa, yang belum siap dilakukan oleh anak perempuan.
Dampak lainnnya yaitu, pernikahan dini memiliki kaitan yang erat
dengan adanya tindak kekerasan dengan pasangan intim (intimate partner
violence) dibeberapa negara, seperti India (Pearson& Speizer, 2011) dan
Vietnam (Fisher dkk, 2014). Pernikhan dini berisiko tertular infeksi, kanker
serviks, kehamilan yang tidak diinginkan, keguguran, kematian ketika
melahirkan, dan malnutrisi pada anak (Strat, Dubertret, & Foll, 2017).
Pernikahan atau yang sering disebut perkawinan adalah salah satu
bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik
suami maupun istri. Pernikahan bertujuan untuk membentuk keluarga yang
bahagia sejahtera dan kekal selamanya. Pernikahan memerlukan kematangan
dan persiapan fisik dan mental karena menikah adalah sesuatu yang sakral dan
dapat menentukan jalan hidup seseorang. Telah kita ketahui secara luas bahwa
pernikahan anak berkaitan dengan tradisi dan budaya, sehingga terasa sulit
untuk mengubahnya. Karena alasan ekonomi, harapan mencapai keamanan
sosial dan finansial setelah menikah menyebabkan banyak orang tua
mendorong anaknya untuk menikah di usia muda. Stigma sosial mengenai
pernikahan setelah melewati masa pubertas yang dianggap aib pada kalangan
tertentu.
Di desa Wulung Gunung pernikahan dini masih merupakan hal yang
wajar di masyarakat. Hal ini dikarenakan kepercayaan masyarakat bahwa
menikah di atas dua puluh tahun bukanlah usia yang ideal untuk menikah.
Selain itu, penyebab dari pernikahan dini karena pendidikan rendah dan
menyebabkan anak perempuan menjadi putus sekolah dan terisolasi terhadap
anak perempuan, hilangnya kesempatan meraih pendidikan formal
menghambat perkembangan kualitas perempuan yang mendorong
ketidaksetaraan dan terhambatnya proses pemberdayaan perempuan dan akibat
dari permasalahan ekonomi.
Oleh karena itu, untuk mengubah pola pikir dan pemahaman
masyarakat desa Wulung Gunung, kami Mahasiswa KKN UNY 286
berinisiatif mengadakan “Sosialisasi Pencegahan Pernikahan Dini” dengan
mendatangkan dua pembicara dari KUA dan bidan puskesmas. Harapan kami
dengan didatangkannya pembicara yang ahli dibidangnya, masyarakat dapat
lebih mengetahui betapa pentingnya menikah di usia yang ideal. Seperti dapat
mengetahui peraturan pemerintah untuk menikah dan dapat mengetahui
dampak penyakit yang ditimbulkan dari pernikahan dini.
Dengan demikian, harapan kami kepada masyarakat adalah dapat lebih
peduli tentang pentingnya pendidikan dan kesehatan. Manfaat diadakannya
“Sosialisasi Pencegahan Pernikahan Dini” yaitu agar terciptanya keluarga
yang lebih siap secara jasmani dan rohani.

B. METODE

Metode pelaksanaan yang digunakan dalam kegiatan “Sosialisasi


Pencegahan Pernikahan Dini” ini yaitu melalui metode diskusi dan tanya
jawab. Metode diskusi merupakan metode yang dilakukan antara pembicara
dengan peserta. Melalui diskusi ini, peserta dapat menyampaikan hal-hal pa
saja yang belum mereka pahami terkait dengan pernikhan dini dan risiko yang
ditimbulkannya. Metode diskusi ini dapat memudahkan pembicara untuk
mengetahui apa yang menjadi kendala dari peserta atau warga Desa
Wulunggunung, pembicara pun dapat memberikan penjelasan yang sesuai
dengan apa yang menjadi permasalahan dari para peserta yang hadir. Diskusi
yang dilakukan pun terjadi secara interaktif dan komunikatif. Dalam kegiatan
diskusi ini, peserta sangat aktif dan antusias melakukan tanya jawab dengan
pembicara terkait permasalahan dan risiko pernikahan dini yang di rasa belum
paham. Dengan demikian, pembicara dapat membantu memberikan
pemahaman tersebut melalui metode diskusi ini.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Program kerja ini terlaksana sebagai salah satu bentuk kepedulian


mahasiswa KKN kepada desa Wulung Gunung yang memliki angka
pernikahan dini dan angka perceraian cukup tinggi. Setelah melalui proses
musyawarah selama kurang lebih 3 minggu dengan 1 kali rapat besar dalam
satu minggunya, kegiatan ini dapat terrealisasikan pada hari Senin Pahing
tanggal 20 Agustus 2018 sesuai dengan rencana awal yang tertulis pada
matriks kerja KKN.

Sosialisasi Pencegahan Pernikahan Dini dilaksanakan pada tanggal 20


Agustus 2018 di Balai Desa dengan diikuti para perangkat desa dan
perwakilan warga dari setiap dusun yang ada di desa Wulung Gunung.
Kegiatan ini diawali dengan persiapan yang dimulai sejak pukul 6 pagi
meliputi pembuatan snack, penataan tempat acara, pembuatan sekaligus
pemasangan dekorasi dan juga sound system.

Acara utama dimulai sekitar pukul 13.00 waktu setempat, dibuka oleh
Muhammad Rozzaaq Ardiansyah dan Indri Lestari sebagai MC acara yang
kemudian mempersilakan Niko Peprianto selaku ketua pelaksana, dan juga
bapak Munawar S.E. selaku Kepala Desa untuk memberi sambutan.
Dilanjutkan dengan acara utama yaitu Sosialisasi Pencegahan Pernikahan Dini
yang dipandu oleh Sarah Ulfa selaku moderator acara. Acara ini berlangsung
kondusif, menghadirkan Bapak Atok Rahman Hakim M.S.I sebagai pembicara
dari KUA Sawangan dan bu Suji Yuniati sebaga pembicara dari Puskesmas
Sawangan. Acara utama ditutup dengan tanya jawab antara audience dan
kedua narasumber yang cukup interaktif dan mengena.

Acara berlanjut dengan menampilkan hiburan berupa musik akustik


persembahan dari perwakilan mahasiswa KKN, dan dilanjutkan dengan
pemberian kenang-kenangan dari mahasiswa KKN dan diterima oleh kedua
narasumber. Acara kemudian ditutup dengan membaca doa bersama. Kegiatan
ini berlangsung interaktif dan kondusif.

Dalam sosialisasi tersebut Bapak Atok menyampaikan tentang upaya


pencegahan pernikahan seperti UU tentang pengertian pernikahan, UU tentang
perlindungan anak dan kewajiban orangtua, peraturan menikah dalam usia
ideal, serta hukum-hukum agama tentang pernikahan.
Menurut UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pernikahan dianggap sah
apabila dilakukan menurut hukum perkawinan masing masing agama dan
kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang berwenang menurut perundang-
undangan yang berlaku.
Menurut UndangUndang pasal 7 ayat (1) pernikahan menyebut,
“perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun
dan pihak wanita mencapai umur 16 tahun.”
Menurut UNIFPA (2006), pernikahan dini adalah pernikahan yang
dilakukan oleh remaja 18 tahun, yang secara fisik, fisiologis dan psikologis
belum memiliki kesiapan untuk memikul tanggung jawab perkawinan. Dalam
UU Perlindungan Anak dengan jelas disebutkan pula mengenai kewajiban
orangtua dan masyarakat untuk melindungi anak, serta kewajiban orang tua
untuk mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak (pasal 26).
Sangsi pidana berupa hukuman kurung penjara dan denda diatur dalam pasal
77-90 bila didapatkan pelanggaran terhadap pasal-pasal perlindungan anak.
Menurut MUI dalam literature fiqih islam tidak terdapat ketentuan
secara eksplisit mengenai batasan usia pernikahan. Baik itu batasan minimal
maupun maksimal. Sementara itu menurut Ibn Hazm memilih hukum nikah
usia dini pada lelaki dan perempuan. Pernikahan usia dini pada perempuan
yang masih kecil oleh orang tua atau walinya diperbolehkan. Sementara
pernikahan dini untuk anak laki-laki tidak diperbolehkan.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Perwakilan
memberikan rekomendasi usia pernikahan yang ideal 21 tahun untuk
perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki. Jadikan pasangan pengantin sebagai
pasangan yang selalu siap dalam kemampuannya, kemampuan fisik, mental,
dan ekonomi. Gunakan masa remaja untuk mempersiapkan masa depannya.
Selain pengetahuan tentang peraturan pernikahan dini menurut
pemerintah dan organisasi lain, terdapat pengetahuan tambahan tentang
dampak kesehatan pernikahan dini dari bidan desa yaitu Ibu Suji. Penikahan
usia dini akan memperpanjang masa reproduksi seorang wanita , pada asfek
kesehatan reproduksi memberi kesempatan dan peluang yang lebih sering,
untuk hamil, melahirkan dan akan mempunyai jumlah anak yang
banyak dan akan berdampak pada resiko kehamilan dan persalinannya.
Pernikahan diusia muda sangat beresiko tinggi bagi perempuan,
terutama pada saat hamil dan melahirkan antara lain, resiko terjadinya kanker
pada mulut rahim, karena saluran rahim belum sempurna. Sehingga berbahaya
saat melahirkan. Selain itu dampak lainnya adalah kelahiran anak premature
dan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), Child abuse (kekerasan pada anak)
penelantaran anak, harga diri rendah, ketidak harmonisan dalam rumah
tangga, dan perceraian.
Maka dari itu persoalan pernikahan dini perlu dilakukan upaya
pencegahan. Keluarga jangan sampai terjebak pada situasi disorientasi pada
individu dikarenakan perubahan yang terlalu banyak dalam waktu singkat,
sedangkan peran orang tua terutama wilayah perdesaan yang mempunyai
anak remaja belum menikah jangan terjebak untuk mengulang kebiasaan
yang sudah pernah sukses dilakukan sebelumnya, menikah dini tetapi
sebenarnya tidak relevan dan tidak cocok dilakukan pada keadaan saat ini,
dalam hal ini menikahkan anaknya pada usia dibawah 18 tahun.
Dokumentasi kegiatan
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan
mental karena menikah adalah sesuatu yang sakral dan dapat
menentukan jalan hidup seseorang. Telah kita ketahui secara luas
bahwa pernikahan anak berkaitan dengan tradisi dan budaya, sehingga
terasa sulit untuk mengubahnya. Karena minimnya pengetahuan di
desa Wulung Gunung tentang dampak negatif yang akan dihadapi
jangka panjang setelah pernikahan, salah satunya adaNlah kangker
mulut rahim yang bisa menyebabkan kematian pada seorang wanita.
Dengan mendatangkan pembicara dari KUA dan Bidan Puskesmas
saat sosialisasi tentang pencegahan pernikahan diusia dini tersebut
dapat mengurangi niat untuk menikah diusia dini hingga 50%.
2. Saran
Mengurangi pernikahan dini pemerintah mempunyai kewajiban
besar terutama meningkatkan pendidikan dengan memberikan
ketersediaan atau akses secara luas yang terjangkau oleh masyarakat.
Perhatian pemerintah dalam meningkatkan ekonomi keluarga
memberikan dampak pengurangan pernikahan dini, dari sisi hukum
dengan melakukan regulasi berdasarkan kearfian lokal tentang
perkawinan dengan memberikan ketegasan terhadap batas umur
minimal menikah, memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang
peningkatan usia menikah dalam mewujudkan keluarga sejahtera dan
berkualitas ( Sakinah, Mawaddah, Warrahmah ). Upaya pencegahan
pernikahan usia dini harus dilakukan secara terintegrasi melalui
berbagai kesempatan dan memanfaatkan kelompok kelompok
kegiatan yang ada, dilaksanakan secara berkesinambungan dan
komprehensif yang tidak terlepas dari peran dan tanggung jawab
semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, S. D. 2016. Kebajikan dan program pemerintah dalam mengatasi
perkawinan anak.
Desiyanti, I. W. 2015. Faktor-faktor yang berhubungan terhadap
pernikahan dini pada pasangan usia subur di Kecamatan
Mapanget Kota Manado. JIKMU. 5(2), 270-280.
Fisher, K. J., Li, F., Michael, .,& Cleveland, M. 2004. Neighborhood-
Level Influences on Physical Activity Among Older Adults: A
Multilevel Analysis. J Aging Phys Act, 12(1), 45-63.
Pearson. E., Speizer, I.S. 2011. Associaton between early marriage and
intimate partnerviolence in India: a focus on youth from Bihar
and Rajasthan. Journal Interpers Violence. 26(10).
Start, Y. Le, Dubertret, C.,& Foll, B. Le. 2017. Child Marriage in the
United States and Its Association With Mental Health in Women,
524-530.
Undang-undang Republik Indonesia Nomer 1 Tahun 1974 Tentang
Perkwinan.
Williamson, J. 2014. Child marriage, cause, effects and interventions, 1-
36.

Anda mungkin juga menyukai