TINJAUAN PUSTAKA
Kapsul adalah bentuk sediaan padat yang terbungkus dalam suatu cangkang
keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi
dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Syamsuni, 2005).
Bobot atau volume obat yang dapat diisikan ke dalam kapsul tergantung pada
sifat bahan obat itu sendiri. Ketepatan dan kecepatan memilih ukuran kapsul
biasanya berdasarkan pengalaman atau pengerjaan secara eksperimental
(Syamsuni, 2005).
- Laktosa
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis.
Kelarutan : Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air
mendidih, sukar larut dalam etanol (95%p), praktis
tidak larut dalam kloroform P, dan dalam eter P
(Departemen Kesehatan,1979).
2.3.2 Farmakodinamika
Kafein mempunyai efek relaksasi otot polos, terutama otot
polos bronchus, merangsang susunan saraf pusat, otot jantung, dan
meningkatkan diuresis.
a. Jantung : Kadar rendah kafein dalam plasma akan menurunkan
denyut jantung, sebaliknya kadar kafein dan teofilin yang lebih
tinggi menyebabkan tachicardi, bahkan pada individu yang sensitif
mungkin menyebabkan aritmia yang berdampak kepada kontraksi
ventrikel yang premature.
3.1 Alat
- Spatula
- Ayakan mesh 30
- Kertas buram
- Alat Pengisi Kapsul,
- Corong Alat Uji
- Stopwach
- Gelas Ukur
- Penggaris
- Desintegration tester
- Timbangan digital
- Botol Kaca Coklat
- Perkamen
- Label
3.2 Bahan
Coffein Anhydrous, Mg Stearat, Laktosa dan Cangkang Kapsul.
1 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑐𝑐 0,68
= = 𝑥 = 0,46 𝑐𝑐
0,68 𝑐𝑐 𝑥
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Evaluasi Serbuk/Massa Kapsul
4.1.1.1 Waktu Alir
Data :
NO Waktu Alir ( detik )
1 11
2 7
3 8
Rata-rata 8,6
Tabel
Syarat : talir < 10 detik
Kesimpulan :
Berdasarkan pengujian waktu alir yang didapatkan yaitu 8,6 detik <
10 detik yang berarti memenuhi persyaratan waktu alir yang baik.
α = 22,7o
Kesimpulan :
Berdasarkan pengujian sudut istirahat yang didapatkan yaitu α = 22,7o
< 40o menunjukkan bahwa memenuhi persyaratan mudah mengalir,
karena sudut istirahat berada diantara 20o < α < 40o.
Kesimpulan :
Berdasarkan pengujian I = 19,76 % ≤ 20% yang berarti memenuhi
persyaratan
Kesimpulan :
Berdasarkan pengujian keseragaman bobot tidak ada kapsul yang
melebihi syarat yang tertera pada kolom A, yang berarti keseragaman
bobot memenuhi persyaratan.
No Dengan Cakram
1 02.16
2 02.33
3 02.50
4 02.54
5 02.47
6 02.55
Rata-rata 02.42
Tabel
Kesimpulan :
14 -
21 -
28 -
Tabel
4.2 Diskusi
Kapsul cangkang keras merupakan kapsul yang cangkangnya terbuat dari
gelatin, kapsul ini dapat pula dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Bahan
pembentuk kapsul cangkang keras yaitu bahan pewarna, bahan opak, bahan
pendispersi, bahan pengeras, bahan pengawet. Cangkang kapsul ini umumnya
mengandung air 10-15%. Formulasi kapsul umumnya mengandung sedikitnya
3 bahan serbuk, yaitu : bahan obat, bahan pengisi dan glidan.
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan yaitu pembuatan formulasi
sediaan kapsul cangkang keras serta evaluasi kapsul. Formulasi yang dibuat
mengandung bahan obat Coffein Anhydrous, Mg stearat sebagai zat pelicin
digunakan untuk memperbaiki sifat alir dari serbuk sewaktu pengisian serbuk
ke dalam cangkang kapsul dan laktosa yang berfungsi sebagai zat pengisi dan
pemanis.
Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan ini yaitu bahan- bahan
yang memiliki massa yang kecil dicampurkan terlebih dahulu kemudian
ditambahkan dengan massa yang lebih besar. Dimasukkan Coffein Anhydrous
kedalam lumpang sebanyak 10 gram, kemudian ditambahkan laktosa sebanyak
14,75 gram, digerus sampai homogen. Bahan yang telah dicampurkan
kemudian diayak dengan ayakan mesh 30.
Dilakukan evaluasi terhadap granul yang telah dibuat sebelumnya,
evaluasi terhadap granul ini berfungsi sebagai parameter dalam pembuatan tablet
yang baik dan mengetahui sifat fisik granul yang akan dikempa, sifat-sifat fisik
yang berkaitan dengan penabletan antara lain, ukuran partikel granul, kerapuhan
dan bulk density serta kompresibilitas. Granul yang mempunyai sifat fisik yang
baik yaitu mudah mengalir dengan baik dan mudah dikempa (kompresibilitas
baik). Untuk itu dilakukan beberapa uji evaluasi yang biasa digunakan sebagai
patokan untuk mengetahui sifat alir granul, yaitu : waktu alir, sudut istirahat, dan
pengetapan (bulk density dan tapped density).
Waktu alir, yaitu waktu yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah
granul atau serbuk pada corong uji. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan
waktu alir granul 8,6 > 10 menunjukkan bahwa waktu alir memenuhi syarat.
Menunjukkan daya alir yang baik.
Sudut istirahat, yaitu sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel
berbentuk kerucut dengan bidang horizontal. Berdasarkan hasil pengujian
didapatkan sudut diam 22,7o. Menurut parameter sudut diam dengan sifat alir
disimpulkan bahwa granul mudah mengalir, karena derajat sudut diamnya
berada diantara 20o < α < 40o.
Bulk density dan tapped density/ Pengetapan, yaitu penurunan volume
sejumlah granul atau serbuk akibat hentakan dan getaran. Pada penetapan ini kita
dapat mengetahui persen (%) kompresibilitas dari granul sehingga dapat
diketahui sifat alitnya dan kemudahannya untuk dikempa. Berdasarkan
pengujian didapat hasil kompresibilitas 19,76 %. Syarat kompresibilitas yang
baik yaitu adalah memiliki indeks pengetapan < 20% dan hasil kompresibilitas
tersebut menunjukkan bahwa daya alir granul baik dan memenuhi syarat.
Kompresibilitas berhubungan dengan proses pengisian ke dalam kapsul. Apabila
kompresibilitas baik, maka granul telah memenuhi syarat dan siap untuk disi.
Setelah dilakukan evaluasi terhadap serbuk atau massa kapsul kemudian
ditimbang cangkang kosong selanjutnya di isi kapsul dengan serbuk
menggunakan alat pencetak kapsul dan di tutup badan kapsul dengan tutup
kapsul hingga tertutup rapat. Setelah pengisian selesai dilakukan evaluasi
terhadap kapsul. Pengujian yang dilakukan yaitu uji keragaman bobot, uji waktu
hancur dan uji higroskopisitas.
Uji keragaman bobot dilakukan dengan cara menimbang sepuluh kapsul
satu per satu kemudian. Sehingga diperoleh berat netto 10 kapsul yaitu 2,918
mg dan berat rata-rata kapsul yaitu 291,9 mg. Berdasarkan tabel keseragaman
bobot diperoleh deviasi yaitu A1 = 4,72 %, A2 = 2,50 %, A3 = 2,22 %.
Berdasarkan % deviasi yang diperoleh sehingga memenuhi persyaratan pada
Farmakope yaitu tidak ada kapsul yang melebihi syarat yang tertera pada kolom
A.
Pengujian waktu hancur kapsul penting dilakukan untuk mengetahui
waktu sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan yang tertinggal
pada kasa alat uji merupakan massa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas
atau cangkang kapsul yang tidak larut kecuali dinyatakan lain waktu yang
diperlukan untuk menghancurkan 6 kapsul dengan menggunakan cakram tidak
boleh lebih dari 15 menit. Berdasarkan tabel waktu hancur diperoleh rata-rata
waktu hancur kapsul adalah 2 menit 42 detik , sehingga sediaan kapsul yang di
buat telah memenuhi persyaratan evaluasi waktu hancur, karena keseluruhan
kapsul yang diuji mempunyai rentang waktu 15 menit.
Uji higroskopisitas dilakukan untuk melihat apakah terjadi perubahan
terhadap bobot kapsul, isi kapsul dan bentuk kapsul sehingga dapat menentukan
kualitas dari kapsul yang diproduksi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa formulasi yang dibuat telah
memenuhi persyaratan serbuk/massa kapsul mulai dari uji sifat alir serbuk, uji
sudut istirahat, uji bulk density dan tapped density. Serta evaluasi sediaan
kapsul yaitu uji keragaman bobot dan uji waktu hancur
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Albina, LM. 2002. Interaction of Caffeine and Restrain Stress During Pregnancy
in Mice. Spain : University Terragona.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi ke-4. Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia.
Augsburger, L.L. 2000. Modern Pharmaceutics : Hard and Soft Gelatin Capsules.
Edisi 2. New York : Mercel Dekker.
Departemen Kesehatan. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Lieberman, H. A., Lachman, L., & Schwartz, J.B. 1989. Pharmaceutical Dosage
Forms.Volume I. New York: Marcel Dekker, Inc.
Nawrot, P, et al. 2003. Effects of Caffeine on Human Health Food Additives and
Contaminants. Vol.20.
Sukandar, E. 2006. Neurologi Klinik. Edisi Ketiga. Bandung : Pusat Informasi
Ilmiah (PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD.
Sunaryo, W. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta : Penerbit Fakultas
Kedokteran UI.
Syamsuni, H.A. 2005. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
LAMPIRAN