Anda di halaman 1dari 19

Makalah Pengolahan limbah padat (sampah)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berbagai aktivitas di lakukan oleh manusia untuk memenuhi kesejahtraan hidupnya dengan memproduksi
makanan minuman dan barang lain dari sumber daya alam. Selain menghasilkan barang barang yang akan
di komsumsi, aktivitas tersebut juga menghasilkan bahan buangan yang udah tidak di butuhkan oleh
manusia. Bahan buangan makin hari makin bertambah banyak. Hal ini erat hunungannya dengan makin
bertambahnya jumlah penduduk di satu pihak, dan pihak lain dengan ketersediaan ruang hidup manusia
yang relatif tetap.

Menurut definisi (WHO), sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau
sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Dalam bab
ini, hanya akan dibahas sampah padat atau benda yang tidak dipakai, tidak diinginkan, dan dibuang, yang
berasal dari suatu aktivitas dan bersifat padat.

Pengelolaan lingkungan hidup merupakan kewajiban bersama berbagai pihak baik pemerintah, pelaku
industri, dan masyarakat luas. Hal ini menjadi lebih penting lagi mengingat Indonesia sebagai negara yang
perkembangan industrinya cukup tinggi dan saat ini dapat dikategorikan sebagai negara semi industri
(semi industrialized country). Para pelaku industri kadang mengesampingkan pengelolaan lingkungan
yangmenghasilkan berbagai jenis-jenis limbah dan sampah.Limbah bagi lingkunganhidup sangatlah tidak
baik untuk kesehatan maupun kelangsungan kehidupan bagimasyarakat umum, limbah padat yang di
hasilkan oleh industri-industri sangatmerugikan bagi lingkungan umum jika limbah padat hasil dari industri
tersebut tidakdiolah dengan baik untuk menjadikannya bermanfaat.

Rumusan Masalah

Apa Pengertian Pencemaran ?

Apa Pengertian pencemaran Lingkungan ?

Apa sajakah Jenis-Jenis pencemaran ?

Apakah pengertian limbah padat ?

Bagaimana pengelolaan limbah padat (Sampah)?

Bagaimanakah cara pembagian Limbah Padat (sampah)?

Apa factor-faktor yang mempengaruhi jumlah sampah?

Bagaimana cara penggunaan Teknologi pemanfaatan dan pembuangan akhir sampah?

Apa hubungan pengelolaan sampah terhadap kesehatan Masyarakat?


Tujuan

Untuk mengetahui Pengertian Pencemaran

Untuk mengetahui pengertian limbah padat

Untuk mengetahui Bagaimana pengelolaan limbah padat (Sampah)

Untuk mengetahui Apa factor-faktor yang mempengaruhi jumlah sampah

Untuk mengetahui bagaimana pengelolahan limbah padah (sampah)

Untuk mengetahui tentang pembagian limbah padat (sampah)

Untuk mengetahui factor factor yang mempengaruhi jumlah sampah

Untuk mengetahui penggunaan teknologi pemanfaatan dan pembuangan akhir sampah.

Untuk mengetahui hubungan pengelolaan sampah terhadap kesehatan masyarakat .


BAB II

PEMBAHASAN

PENGERTIAN PENCEMARAN

Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahkluk hidup, zat, energy dan/atau komponen lain
kedalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh
kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi
lagi sesuai dengan peruntukannya.

2.2 PENGERTIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN

Berdasarkan undang-undang pokok pengelolaan lingkungan hidup No.4 tahun1982 adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidp, zat energy dan atau komponen lain kedalam lingkungan, atau berubahnya
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke
tingkat tertentu menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya.

Berdasarkan SK menteri kependudukan lingkungan hidup NO.2/MENKLH/1988 adalah masuknya


makhluk hidup, zat energy dan atau komponen lain kedalam air atau udara dan atau berubahnya tatanan
(komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air atau udara menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

2.3 JENIS JENIS PENCEMARAN

Jenis pencemaran berdasarkan fisik lingkungan tempat tersebarnya bahan kimia

Pencemaran tanah Adalah keadan dimana bahan yang sukar hancur atau teruai masuk dan mengubah
lingkungan tanah alam ini .

Komponen penyebab pencemaran tanah :

Sampah sampah plastic yang sukar hancur

Pupuk buatan

Detergen yang bersifat biodegradable

Zat kimia dari buangan pertanian

Pencemaran tanah dapat dikelompokkan :

Pencemaran sedimen : disebabkan adanya zat zat padat

Pencemaran kimia : disebabkan adanya senyawa kimia dalam tanah

Pencemaran udara

Adalah adanya zat zat pencemar baik fisik, kimia, atau biologi diudara yang jumlahnya membahayakan
kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan, mengganggu kenyamanan.

Sumber pencemaran udara


Sumber diam : pembangkit listrik, industry dan rumah tangga

Sumbr bergerak : kendaraan bermotor, transportasi laut.

Penyebab pencemaran udara :

Factor internal (alamiah)

Debu yang beterbangan akibat tiupan angin, abu dari gunung berapi, proses pembusukkan sampah
organic.

Factor eksternal (ulah manusia)

Hasil pembakaran, debu kendaaan bermotor, pemakaian zat kimia ke udara.

Komponen pencemaran udara, dari sumber pencemar tranportasi di Indonesia:

Karbon monoksida (CO) sebesar 70,56%

Sulfur dioksida (SOx) sebesar 8,89%

Nintrogen dioksida (NOx) sebesar 0,88%

Senyawa hidrokarbon sebesar 18,34%

Partikel partikel lain sebesar 1,33%

Pencemaran air

Adalah keadaan berkurangnya/turunnya air sampah pada tingkat tertentun yang mengakbatkan air tidak
berfungsi sebagaimana mestinya.

Factor penyebab terjadinya pencemaran air:

Pencemaran dari sumber langsung: limbah industry , TPA

Pencemaran dari sumber tidak langsung: limbah pertanian, hujan asam

Pencemaran air ditandai dengan:

Adanya penurunan pH air, akan memperbesar sifat korosi Fe, akibatnya terganggunya kehidupan si air.

Kenaikkan suhu, sehingga sifat kelarutan oksigen berkurang

Perubahan warna, bau dan rasa

Timbulnya endapan

2.4 PENGERTIAN LIMBAH PADAT

Limbah padat merupakan limbah yang bersifat padat terdiri dar zat organic dan zat anorganik yang
dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi
investasi pembangunan (SK SNI T-13-1990-F).

2.5 PENGELOLAAN LIMBAH PADAT (SAMPAH)


Jika di definisikan secara harfiah, pengolahan limbah padat adalah pengangkutan,dan pembuangan
limbah padat. Definisi yang lebih luas dari pengelolaan limbah padat juga mencakup upaya pengurangan
sumber yang membatasi produksi limbah padat langsung pada sumbernya.

Pengolahan limbah padat dapat dilakukan dengan berbagai cara yang tentunya dapat menjadikan limbah
tersebut tidak berdampak buruk bagi lingkunganataupun kesehatan. Menurut sifatnya pengolahan limbah
padat dapat dibagi menjadidua cara yaitu pengolahan limbah padat tanpa pengolahan dan pengolahan
limbahpadat dengan pengolahan. Limbah padat tanpa pengolahan : Limbah padat yang tidak
mengandung unsur kimia yang beracun dan berbahaya dapat langsung dibuang ke tempat tertentu
sebagai TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

Limbah padat dengan pengolahan : Limbah padat yang mengandung unsur kimia beracun dan berbahaya
harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat-tempat tertentu. Pengolahan limbah juga dapat
dilakukan dengan cara-cara yang sedehana lainnya misalnya, dengan cara mendaur ulang, Dijual kepasar
loakatau tukang rongsokan yang biasa lewat di depan rumahrumah. Cara ini bias menjadikan limbah atau
sampah yang semula bukan apa-apa sehingga bisa menjadi barang yang ekonomis dan bisa menghasilkan
uang. Dapat juga dijual kepada tetangga kita yang menjadi tukang loak ataupun pemulung. Barang-barang
yang dapat dijual antara lain kertas-kertas bekas, koran bekas, majalah bekas, botol bekas, ban bekas,
radio tua, TV tua dan sepeda yang usang. Dapat juga dengan cara pembakaran. Cara ini adalah cara yang
paling mudah untuk dilakukan karena tidak membutuhkan usaha keras. Cara ini bisa dilakukan dengan
cara membakar limbah-limbah padat misalnya kertaskertas dengan Menggunakan minyak tanah lalu
dinyalakan apinya. Kelebihan cara membakar ini adalah mudah dan tidak membutuhkan usaha keras,
membutuhkan tempat atau lokasi yang cukup kecil dan dapat digunakan sebagai sumber energi baik
untuk pembangkit uap air panas, listrik dan pencairan logam.

Ada beberapa tahapan didalam pengolahan limbah padat yang baik, diantaranya, tahapan pengumpulan
dan penyimpanan ditempat sumber; tahap pengangkutandan tahap pemusnahan.

2.1.1. Tahap pengumpulan dan penyimpanan ditempat sumber

Sampah yang ada dilokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel, dsb) ditempatkan dalam tempat
penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat sampah. Sampah basah dan sampah kering sebaiknya
dikumpulkan dalam tempat yang tersisa untuk memudahkan pemusnahannya.

Adapun tempat penyimpanan sementara (tempat sampah) yang digunakan harus memenuhi persyaratan
berikut ini.

konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor.

Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tagan

Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

Dari tempat penyimpanan ini, sampah dikumpulkan kemudian dimasukkan kedalam dipo (rumah
sampah).Dipo ini berbentuk bak besar yang digunakan untuk menampung sampah rumah
tangga.Pengelolaannya dapat diserahkan pada pihak pemerintah.

Untuk membangun suatu dipo ada beberapa persayaratan yang harus dipenuhi, diantaranya:
Dibangun diatas permukaan tanah dengan ketinggian bangunan setinggi kendaraan pengangkut sampah.
Memiliki dua pintu, pintu masuk dan pintu untuk mengambil sampah. Memiliki lubabng ventilasi yang
tertutup kawat halus untuk mencegah lalat dan binatang lain masuk kedalam dipo. Ada kran air untuk
membersihkan. Tidak menjadi tempat tinggal atau sarang lalat dan tikus. Mudah dijangkau masyarakat.
Pengumpulan sampah dapat dilakukan dengan dua metode: Sistem duet: tempat sampah kering dan
tempat sampah basah. System trio: tempat sampah basah, sampah kering dan tidak mudah terbakar.
2.1.2. Tahap Pengangkutan Dari dipo, sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau pemusnahan
sampah dengan mempergunakan truk pengangkut sampah yang disedikan oleh Dinas Kebersihan Kota.
2.1.3.Tahap Pemusnahan Di dalam tahap pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa metode yang dapat
digunakan, antara lain: Sanitary landfill

Sanitary landfill adalah system pemusnahan yang paling baik. Dalam metode ini, pemusnahan sampah
dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan
selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah tidak berada diruang terbuka dan tentunya tidak
menimbulkan bau ata mejadi sarang binatang pengerat.Sanitary landfill yang baik harus memenuhi
persyaratan berikut:

Tersedia tempat yang luas.

Tersedia tanah untuk menimbunnya.

Tersedia alat alat besar.

Lokasi Sanitary landfill yang lama dan susah tidak dipakai lagi dapat dimanfaatkan sebagai tempat
pemukiaman, perkantoran, dan sebagainya.

Incineration

Incineration atau insenerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah dengan cara membakar
sampah secara besar besaran dengan menggunakan fasilitas pabrik. Manfaat sistem ini, antara lain:

Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya

Tidak memerlukan ruang yang luas.

Panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap.

Pengelolaan dapat dilakukan secara dapat tetrpusat denan jadwal jam kerja yang dapat diatur sesuai
dengan kebutuhan.

Adapun kerugiaan yang ditimbulkan akibat penerapan metode ini:

Biaya besar

Lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat karena keberatan penduduk.

Peralatan yang digunakan dalam insenerasi, antara lain:

Charging apparatus

Charging apparatus adalah tempat penampungan sampah yang berasal dari kendaraan pengangkut
sampah.Di tempat ini sampah yang terkumpul ditumpuk dan diaduk.
Furnace

Furnaceatau tungku merupakan alat pembakar yang dilengkapi dengan jeruji besi yang berguna untuk
mengatur jumlah masuk sampah dan untuk memisahkan abu dengan sampah yang belum
terbakar.Dengan demikian tungku tidak terlalu penuh.

Combustion

Combustion atau tungku pembakar kedua, memiliki nyala api yang lebih panas dan berfungsi untuk
membakar benda benda yang tidak terbakar pada tungku pertama.

Chimney dan stalk

Chimney dan stalk adalah cerobong asap untuk mengalirkan aspek keluar dan mengalirkan udara
kedalam.

Miscellaneous features

Miscellaneous features adalah tempat penampungan samentara dari debu yang terbentuk, yang
kemudian diambil dan dibuang.

Composting

Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat organic oleh kuman kuman
pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini menghasilkan ahasa berupa kompos atau pupuk. Berikut
tahap tahap didalam pembuatan kompos:

Pemisahan benda benda yang tidak dapat dipakai sebagai pupuk seperti gelas, kaleng, besi, dan
sebagainya.

Penghancuran sampah menjadi partikel partikel yang lebih kecil (minimal berukuran 5cm)

Penyampuran sampah dengan memperhatikan kadar karbon dan nitrogen yang paling baik (C:N = 1:30).

Penempatan sampah dalam galian tanah yang tidak begitu dalam. Sampah dibiarkan terbuka agar terjadi
proses aerobik.

Pembolak-balikan sampah 4-5 kali selama 15-21 hari agar pupuk dapat terbentuk dengan baik. Perlu
diingat bahwa galian tersebut jangan sampai menjadi tempat bersarang hewan pengeret atau serangga.

Hot feeding

Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (mis; babi).Perlu diingat bahwa sampah basah tersebut
harus diolah terlebih dahulu (dimasak atau direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing dan
trichinosisi ke hewan ternak.

Discharge to sewers

Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan kedalam system pembuangan air limbah.Metode ini dapat
efektkif asalkan system pembuangan air limbah memang baik.
Dumping

Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang, atau tempat sampah.

Dumping in water

dibuang didalam air sungai atau laut. Akibatnya, terjadi pencemaran pada air dan pandangkalan yang
dapat menimbulkan bahaya banjir.

Individual incarnation

Pembakaran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan oleh penduduk terutama didaerah
pedesaan.

Recycling

Pengolahan kembali bagian bagian dari sampah yang masih dapat dipakai atau daur ulang.Contoh bagian
sampah yang dapat didaur ulang, antara lain, plastic, gelas, kaleng, besi, dan sebagainya.

Reduction

Metode ini diterapkan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya dari jenis garbage) sampai ke
bentuk yang lebih kecil, kemudian diolah untuk menghasilkan lemak.

Salvaging

Pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali misalnya kertas bekas.Bahayanya adalah bahwa
metode ini dapat menularkan penyakit.

2.6. PEMBAGIAN LIMBAH PADAT (SAMPAH)

Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, sebagai berikut:

Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya.

Organik, misalnya; sisa makanan, daun, sayur, dan buah.

Anorganik, misalnya; logam, pecah-belah, abu, dll.

Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar.

Mudah terbakar, misalnya; kertas plastik, daun kering, kayu.

Tidak mudah terbakar, misalnya; kaleng, besi, gelas, dll.

Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk.

Mudah membusuk, misalnya; sisa makanan, potongan daging, dsb.

Sulit membusuk, misalnya; plastik, karet, kaleng, dsb.

Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah..


Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat, khususnya jika cuaca
panas. Proses pembusukan seringkali menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan
ditempat pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dsb.

Rubbish, terbagi menjadi dua:

rubbishmudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, misalnya; kertas, kayu, karet, daun kering, dsb.

rubbishtidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik, misalnya; kaca, kaleng, dsb.

Ashes, semua sisa pembakaran dari industri.

Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau manusia.

Dead animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dsb) yang mati akibat kecelakaan atau secara
alami.

House hold refuse, atau sampah campuran (mis; garbage, ashes, rubbish) yang berasal dari perumahan.

Abandomed vehicle, berasal dari bangkai kendaraan.

Demolision waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung. Contructions waste, berasal dari
hasil sisa-sisa pembangunan gedung, seperti tanah, batu, dan kayu.

Sampah industri, berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri.

Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya berupa zat organik, pada pintu
masuk pusat pengolahan limbah cair.

Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penangan khusus seperti kaleng dan zat radioaktif.

2.7. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH SAMPAH.

Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah sampah.

Jumlah penduduk.

Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan penduduk. Semakin padat penduduk, sampah
semakin menumpuk karena tempat atau ruang untuk menampung sampah kurang. Semakin meningkat
aktivitas penduduk, ampah yang dihasilkan semakin banyak, misalnya pada aktivitas pembangunan,
perdagangan, industri, dsb.

Sistem pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai.

Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih lambat jika dibandingkan dengan truk.

Pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai kembali.

Metode itu dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai ekonomi bagi golongan tertentu.
Frekuensi pengambilan dipengaruhi oleh keadaan, jika harganya tinggi, sampah yang tertinggal sedikit.

Faktor geografis.

Lokasi tempat pembuangan apakah didaerah pegunungan, lembah, pantai, atau didataran rendah.
Faktor waktu.

Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Jumlah sampah perhari bervariasi
menurut waktu. Contoh, jumlah sampah pada siang hari lebih banyak dari pada jumlah dipagi hari,
sedangkan sampah didaerah perdesaan tidak begitu bergantung pada faktor waktu.

Faktor sosial ekonomi dan budaya.

Contoh, adat istiadat dan taraf hidup dan mental masyarakat.

Pada musim hujan, sampah mungkin akan tersangkut pada selokan, pintu air, atau penyaringan air limbah.

Kebiasaan masyarakat.

Contoh, jika seseorang suka mengonsumsi satu jenis makanan atau tanaman smpah makanan itu akan
meningkat.

Kemajuan teknologi.

Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat. Contoh, plastik, kardus, rongsokan, AC, TV,
kulkas, dsb.

Jenis sampah.

Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin kompleks pula macam dan jenis sampahnya.

Sumber Sampah

Sampah yang ada dipermukaan bumi dapat berasal dari beberapa sumber berikut.

Pemukiman penduduk.

Sampah disuatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam
suatu bangunan atau asraa yang terdapat didesa atau kota. Jenis sampah yang dihasilkan, sisa makanan
dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), abu,
atau sampah sisa tumbuhan.

Tempat umum dan tempat perdagangan.

Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan,
termasuk juga temat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa
sisa sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa sisa bahan bangunan, sampah khusus dan terkadang
sampah berbahaya.

Sarana layanan masyarakat milik pemerintah.

Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat hiburan dan umum, jalan umum,
tempat parkir, tempat layanan kesehatan (mis ; rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung
pertemuan, pamtai tempat berlibur dan sarana pemerintah yang lain.
Industri berat dan ringan

Dalam pengertian termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia dan industri
logam, tempat pengolahan air kotor dan air minun dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya
distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah
basah, sampah kering, sissa sia bangunan, sampah khusus, dan sampah berbahaya.

Pertanian

Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, ladang, atau sawah
menghasilkan sampah berupa bahan bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian pupuk,
maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

2.8. TEKNOLOGI PEMANFAATAN DAN PEMBANGUNAN AKHIR SAMPAH

Pembuangan sampah akhir merupakan suatu upaya yang tidak mungkin dicarikan alternatifnya kecuali
harus dimusnahkan atau dimanfaatkan. Hal ini mengingat pengaruh yang dapat ditimbulkan jika
perrencanaan pemusnahan dan pemanfaatan sampah tidak dilakukan dengan baik.

Teknologi pemanfaatan dan pembuanngan akhir sampah dapat dibagi seperti berikut:

Pemanfaatan sampah dengan teknik pengolahan yang dapat menjadikan sampah sebagai bahan yang
berguna, misalnya pembuatan kompos dan biogas.

Pemusnahan atau reduksi sampah dengan incinerator dengan metode sanitary landfill.

2.8.1. Kompos

Pengolahan sampah garbage dilakukan secara biologis dan berlangsung dalam keadaan aerobic dan
anaerobic. Proses dekomposisi sampah dengan bantuan bakteri akan menghasilkan kompos atau
humus. Proses dekomposisi yang sifatnya anaerobic berlangsung dengan sangat lambat dan
menghasilkan bau, tetapi dekomposisi aerobic berlangsung lebih cepat dari dekomposisi anaerobic dan
kurang menimbulkan bau.

Ada beberapa metode pembuatan kompos, antara lain:

Secara Alami

Proses pembuatan kompos secara alami dapat di lakukan baik secara tradisional (anaerobik) maupun
secara sederhana aerobic. Metode Tradisional banyak di gunakan oleh petani.Pada metode ini, bahan
oganik dapat dihancurkan tanpa bantuan udara yaitu, dengan meletakkan tmpukan sampah di dalam
lubang tanpa dara di tanah dan di biarkan bebeapa saat.Pembuatan kompos dengan metode ini
memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan kompos selain dapat menimbulkan bau akibat
pembentukan gas H2S dan NH3.Pembuatan kompos dengan metode sederhana di lakukan dengan cara
mengaduk atau membolak balikan sampah atau dengan menambahkan nutrient yang berupa lumpur
atau kotoran binatang ke dalam sampah.

Mekanis

Pembuatan kompos secara mekanis di lakukan di pabrik untuk menghasilkan kompos dalam waktu yang
singkat.Sampah organic yang tlah di pisahkan dari sampah anorganik (karet, plastic, logam) dipotong
kecil-kecil dengan alat pemotong.Potongan sampah tersebut kemudian dimasukkan kedalam digester
stabilisator agar terjadi dekomposisi.Dalam digester ini perlu dilakukan pengaturan suhu, udara, dan
pengadukan sampah.setelah 3-5 hari, kompos sudah dapat dihasilkan dan kedalamnya dapat pula
ditambahkan zat kimia tertentu untuk keperluan tanaman (mis; karbon, nitrogen, fosfor, sulfur, dsb).

2.8.2. Gas Bio

Gas bio merupakan bahan bakar yang dihasilkan dari proses fermentasi dan proses pembusukkan oleh
bakteri anaerobic terhadap bahan bahan organik, termasuk kotoran manusia, kotoran hewan, sisa sia
pertanian, ataupun campurannya pada alat yang dinamakan penghasil gas bio. Agar efektif, proses
tersebut harus berlangsung dalam kondisi yang baik, misalnya, pada tingkat kelembapan yang sesuai,
suhu yang tetap, dan Ph yang netral.Karena termasuk bahan bakar, gas bio memiliki niai ekonomis tinggi
sebagai sumber energy alternative, disamping dapat mengurangi dampak akibat pembuangan kotoran
yang tidak diolah.

Komposisi gas bio terdiri dari gas metan, karbon dioksida, nitrogen, karbon monoksida, oksigen, dan
hydrogen sulfide. Konsentrasi gas metan cukup tinggi dan bila bercampur dengan udara akan
menghasilkan gas bakar. Karakteristik gas metan murni, antara lain, tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berasa. Nilai kalor panasnya cukup tinggi, antara 4.000-6.700 kcal/m atau hampir sama dengan
energy yang diperlukan untuk mendidihkan 130 kg air pada suhu 20C atau energy yang diperlukan untuk
menyalakan lampu ukuran sekitar 60-100 watt selama 5-6 jam.

2.8.3. Incinerator

Insinerator (incinerator) adalah alat untuk membakar sampah secara terkendali melalui pembakaran
suhu tinggi.Incinerator merupakan salah satu metode pembuangan sampah yang dapat diterapkan
didaerah perkotaan atau didaerah yang sulit mendapatkan lahan untuk membuang sampah.Keuntungan
metode ini adalah bahwa pembakaran dapat dilakukan pada semua jenis sampah kecuali batu atau
logam dan pelaksanaan tidak dipengaruhi iklim.Suhu yang masih tinggi dalam incinerator dapat
dimanfaatkan untuk menggerakkan generator atau mengeringkan lumpur pada pengolahan air kotor.

Residu pembakaran berupa abu dapat dimanfaatkan untuk menimbun tanah.Abu yang dihasilkan kurang
lebih 20-50% total berat sampah yang dibakar atau sekitar 5-10% total volume sampah yang
dibakar.Kerugiannya, tidak semua jenis sampah dapat dimusnahkan, terutama sampah dari logam,
selain dapat mengakibatkan pencemaran udara jika incinerator tidak dilengkapi dengan air pollution
control.

Dinegara maju telah banyak dibangun incinerator modern dengan panas yang tinggi dan rancangan
sedemikian rupa sehingga dapat membakar relative semua jenis sampah menjadi abu dan tetap
menjaga lingkungan dari pencemaran.Satu hal harus diperhatikan adalah bahwa abu sisa pembakaran
secara berkala harus diambil dan dibuang.Dengan demikian, perlu disediakan tempat khusus untuk
pembuangan abu sisa pembakaran.

2.8.4. Sanitary landfill

Semua jenis sampah diangkut dan dibuang ke suatu tempat yang jauh dari lokasi pemukiman. Ditempat
tersebut, tumpukan sampah diratakan dan dipadatkan kemudian ditimbun dengan tanah selapis demi
selapis.
Ada 3 metode yang dapat digunakan dalam menerapkan teknik sanitary landfill ini, yaitu:

Metode galian parit (trench metode)

Sampah dibuang kedalam galian parit yang memanjang.Tanah bekas galian digunakan untuk menutup
parit tersebut.Sampah yang ditimbun dengan tanah penutup dipadatkan dan diratakan kembali.Setelah
satu parit terisi penuh, dibuat parit baru disebelah parit terdahulu.

Metode area

Sampah dibuang diatas tanah seperti pada tanah rendah, rawa rawa, atau pada lereng bukit kemudian
ditutup pada lapisan tanah dengan lapisan tanah yang peroleh dari tempat tersebut.

Metode Ramp

Metode ramp merupakan teknik gabungan dari kedua metode diatas, prinsipnya adalah bahwa
penaburan lapisan tanah dilakukan setiap hari dengan tebal lapisan sekitar 15cm diatas tumpukan
sampah.

Setelah lokasi sanitary landfill yang terdahulu stabil, lokasi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sarana
jalur hijau (pertamanan), lapangan olahraga, tempat rekreasi, tempat parkir, dan sebagainya.

Pusat Listrik Tenaga Sampah

PLTSa disebut juga sebagai pembangkit listrik tenaga sampah merupakan pembangkit yang dapat
membangkitkan tenaga listrik dengan memanfaatkan sampah sebagai bahan utamanya, baik dengan
memanfaatkan sampah organik maupun anorganik. Mekanisme pembangkitan dapat dilakukan dengan
metode secara pembakaran/thermal dan secara biologis. Proses konversi melalui metode thermal dapat
dicapai melalui beberapa cara pembangkitan, yaitu dengan metode pirolisis, combustion, Plasma Arc
Gasification, thermal gasifikasi. Sedangkan Utara. Kelompok pelanggan yang paling banyak
menggunakan energi listrik adalah sektor rumah tangga yang mencapai 2.458,12 GWh yang kemudian
diikuti oleh sektor industri yang mencapai 1.902,33 GWh, sektor bisnis 895,21 GWh dan sektor publik
502,17 GWh dengan total konsumsi energi keseluruhan mencapai 5757,83 GWh.

Perhitungan Biaya Manfaat Sosial PLTSa Gedebage

Sebelum melakukan kuantifikasi biaya dan manfaat, terlebih dahulu ditetapkan asumsi dasar serta
asumsi yang digunakan pada masing-masing variabel. Asumsi dasar yang digunakan dalam perhitungan
biaya manfaat sosial PLTSa Gedebage antara lain: 1) Koefisien penyesuaian (diskonto) atau suku bunga.
Suku bunga Bank Indonesia Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 23/No.3 Desember 2012 234 pada
tahun 2011 adalah 6,75% (www.ibpa.com). Diasumsikan besar suku bunga dari tahun 2011 – 2032
adalah tetap, sebesar 6,75%. 2) Nilai tukar rupiah terhadap dollar. Konversi nilai rupiah terhadap dolar
ratarata pada Bulan Juni tahun 2011 adalah Rp 8.500,- per per US$ (www.suarakaryaonline.com).
Diasumsikan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dari tahun 2011 hingga 2032 adalah Rp 8.500,-.
3) Pembangunan PLTSa Gedebage terjadi sesuai dengan rencana, yakni mulai dibangun tahun 2011,
mulai beroperasi tahun 2013, dan memiliki masa operasional 20 tahun hingga tahun 2032. Dengan
didasarkan pada asumsi-asumsi dasar diatas, akan dilakukan kuantifikasi masingmasing variabel biaya
dan manfaat sehingga diperoleh nilai uangnya. Setelah diperoleh nilai dalam bentuk uang, selanjutnya
akan dibandingkan nilai uang dari seluruh variabel biaya dan seluruh variabel manfaat untuk
mengetahui besar pengaruh keberadaan PLTSa Gedebage bagi masyarakat sekitar PLTSa Gedebage.

PLTSa Gedebage, yang direncanakan menggunakan teknologi insinerasi, memiliki nilai NPV yang negatif,
yakni Rp - 568.038.555.957,-. Nilai IRR pada PLTSa Gedebage dengan teknologi insinerasi adalah - 5,22%,
yang berarti hingga tahun 2032 PLTSa Gedebage tidak memberikan manfaat bersih bagi masyarakat
sekitar, dan bahkan jumlah manfaat bersih masih lebih kecil dibandingkan biaya modal. Nilai PBP
menunjukkan angka 62,33 tahun. Hal ini berarti jika PLTSa Gedebage dapat beroperasi sampai 62 tahun,
maka total manfaat yang diperoleh baru akan dapat menutupi biaya modal. Hasil perhitungan kriteria
investasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa PLTSa Gedebage dengan teknologi insinerasi dari
2011 hingga 2032 lebih banyak memberikan kerugian bagi masyarakat sekitar. Namun, PLTSa Gedebage
dapat dianggap layak untuk dibangun dan menguntungkan secara ekonomi ataupun secara sosial, yakni
dengan mempertimbangkan teknis pembangunan dan teknologi yang digunakan. Berdasarkan lokasi,
Wilayah Pengembangan Gedebage menjadi lokasi yang tepat sebagai lokasi PLTSa Gedebage. Hal ini
karena ketersediaan lahan yang masih luas serta menyesuaikan dengan Perda Nomor 3 Tahun 2006
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung. Pada Perda tersebut disebutkan bahwa kebijakan
dan arah pembangunan di Kota Bandung lebih mengarahkan dan memprioritaskan perkembangan ke
Wilayah Bandung Timur. Berdasarkan hasil perhitungan kriteria investasi pada masing-masing teknologi
yang dapat diterapkan pada PLTSa Gedebage, dapat disimpulkan bahwa jika PLTSa Gedebage
menggunakan teknologi pirolisis, akan lebih mendatangkan keuntungan yang lebih besar. Namun,
seperti halnya insinerasi, pada teknologi pirolisis banyak menghasilkan emisi yang mengakibatkan
berbagai polusi, sehingga kurang ramah lingkungan. Pada prosesnya teknologi pirolisis juga memerlukan
bahan bakar secara terus menerus, sehingga dianggap boros bahan bakar. Pada teknologi gasifikasi,
walaupun nilai benefit bersih yang dihasilkan tidak sebesar pada teknologi pirolisis, namun teknologi ini
memiliki keunggulan. Keunggulan yang dimiliki teknologi gasifikasi adalah lebih ramah lingkungan dan
penggunaan bahan bakar yang lebih murah, yaitu menggunakan biomassa (sekam padi, sampah dapur,
daun kering, dan lain-lain).

BAB III

HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT

Pengelolaan sampah disuatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan
daerah tersendiri. Pengaruhnya tentu saja ada yang positif dan ada juga yang negative.

Pengaruh yang baik

Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif terhadap masyarakat dan
lingkungannya, seperti berikut:

sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa rawa dan dataran rendah.

sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk

sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah
ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak.

pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang biak serangga atau
binatang pengerat.
menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan sampah.

keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat.

keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan buday masyarakat.

keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan suatu negate sehingga
dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain.

Pengaruh negative

Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh yang negative bagi kesehatan,
lingkungan, maupun bagi kehidupan social ekonomi dan budaya masyarakat, seperti berikut.

pengaruh terhadap kesehatan

pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan smapah sebagai tempat perkembangbiakan
vector penyakit, seperti lalat atau tikus.

inisidensi penyakit demam berdarah dengue akan meningkat karena vektor penyakit hidup dan
berkembang biak dalam sampah kaleng ataupun ban bekas yang berisi air hujan.

terjadinya kecelakan akibat pembuangan sampah secara sembarangan, misalnya luka akibat benda
tajam seperti besi, kaca, dsb.

gangguan psikosomatis, misalnya sesak nafas, insomnia, stress, dll.

pengaruh terhadap lingkungan

estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata

proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang
menimbulkan bau busuk

pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kebakaran yang paling luas

pembuangan sampah kedalam saluran pembuangan air akan menyebabkan aliran air terganggu dan
saluran air menjadi dangkal

apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan
pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur dangkal.

air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat, seperti jalan, jembatan, dan
saluran air.

terhadap social ekonomi dan budaya masyarakat

pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan social budaya masyarakat setempat.

keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat dan hasrat orang lain (turis)
untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.
dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan pihak pengelola (misalnya
kasus TPA Bantargebang, Bekasi) angka kasus kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehingga
produktivitas masyarakat menurun

kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar sehingga dana untuk sector lain
berkurang

penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan jumlah wisatawan yang diikuti dengan
penurunan penghasilan masyarakat setempat.

penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi menurun dan tidak memiliki nilai
ekonomis.

penumpukan sampah dipinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas yang dapat menghambat
kegiatan transportasi barang dan jasa.

Pengaruh sampah terhadap kesehatan dikelompokkan menjadi dua yaitu pengaruh langsung dan tidak
langsung.Pengaruh langsung terhadap kesehatan disebabkan karena adanya kontak langsung antara
manusia dengan sampah tersebut. Misalnya: sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh,
sampah yang karsinogenik, teratogenik, dsb. Selain itu, adapula sampah mengandung kuman patogen,
sehingga dapat menimbulkan enyakit.Sampah ini bisa berasal dari sampah rumah tangga selain sampah
industri.Sedangkan pengaruh tidak langsung umumnya disebabkan oleh adanya vektor yang membawa
kuman penyakit yang berkembangbiak didalam sampah keada manusia.Sampah bila ditimbun
sembarang dapat dipakai untuk sarang lalat, nyamuk atau tikus. Lalat merupakan vaktor dari berbagai
macam penyakit saluran pencernaan seperti: diare, typus, kholera, dsb. Nyamuk Aedes aegipty yang
hidup dan berkembang biak dilingkungan yang pengelolaan sampahnya kurang baik (banyak kaleng
dengan genangan air), sedangkan tikus disamping merusak harta benda masyarakat, juga sering
membawa pinjal yang dapat menyebabkan penyakit pes. Berikut ini adalah beberapa contoh penyakit
bawaan lalat (disentri basiler, disentri amuba, thypus abdominalis, kholera, askriasis, dan
ancylostomiasi), penyakit bawaan tikus/pinjal (pes,leptospirosis ikterohemoragika, dan ratbite fever),
serta penyakit sampah bawaan lainnya seperti: keracunan metan, karbon monoksida, hidrogen sulfide,
logam berat, dsb.

Berdasarkan hasil penelitian penulis tentang perilaku petugas pengumpul sampah dalam mencegah
penyakit bawaan sampah ditahun 2009 menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan petugas
pengumpul sampah tentang alat pelindung diri (APD) masiyh kurang.Hal ini dapat dikenali dari beberapa
jenis APD yang dikenakkannya tidak sesuai denngan standar yang seharusnya (alat pelindung kepala,
alat pelindung muka, alat pelindung tangan, dan alat pelindung kaki.Fungsi APD topi
pelindung/pengaman (safety helmet) adalah melindungi kepala dari benda keras, pukulan, benturan,
terjaruh dan terkena arus listrik. Fungsi APD tutp kepala: melindungi kepala dari kebakaran, korosif, uap-
uap, panas/dingin, dan fungsi APD, hats/cap: melindungi kepala dari kotoran debu atau tangkapan
mesin-mesin berputar. Alat pelindung kepala dapat dilengkapi dengan alat pelindung diri lainnya seperti:
kacamata/goggle, penutup muka, penutup telinga, respirator, dll. Alat pelindung muka dan mata (face
shield) berfungsi: melindungi muka dan mata dari: lemparan benda-bend kecil, lemparan benda-benda
panas, pengaruh cahaya, dan pegaruh radiasi tertentu. Bahan yang dipergunakan: gelas/kaca biasa,
plastik. Alat pelindung kaki: pada industri ringan/tempat kerja biasa dibutuhkan. Cukup dengan sepatu
yang baik,terbuat dari kulit, karet, sintetik, atau plastik. Untuk mencegah tergelincir dipakai sol anti slip,
untuk mencegah tusukan dipakai sol dari logam, mencegah bahaya listrik dipakai sol dari logam,
mencegah bahaya listrik dipakai sepatu yang seluruhnya harus dijahit atau direkat dan tidak boleh
memakai paku. Sedangkan alat pelindung tangan adalah sarung tangan yang terbuat dari karet yang
mampu melindungi dari tusukan benda-benda tajam seperti: pecahan kaca, jarum dan lain sebagainya.
Alat pelindung tangan penting dikenakan oleh petugas pengumpul sampah untuk menghindari kontak
langsung antara anggota badan (tangan) dengan sampah.

Pengetahuan petugas pengumpul sampah dalam memahami penyakit-penyakit bawaan sampah


sebagian besar masih kurang, dan bahkan ada yang belum tahu sama sekali. Pengetahuan mereka yang
masih minim kemungkinan karena sebagian besar belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang itu.
Hanya satu orang yang menyatakan sudah mendapatkan penyuluhan dari dinas pekerjaan umum (DPU)
dan itupun kejadiannya sudah sekitar 5 sampai dengan 6 tahun yang lalu.

Sebagian besar petugas pengumpul sampah tidak merasakan dampak negatif/ menderita penyakit
akibat pekerjaan yang ditekuninya tersebut. Hal ini terlihat dari jawaban mereka yang menyebutkan
penyakit yang mereka derita tidak spesifik sebagai penyakit bawaan sampah, misalnya: batuk, pilek, dan
panas. Hanya satu orang yang menjawab lebih spesifik menderita penyakit bawaan sampah/ merasakan
damapak negatif dari pekerajaan tersebut yaitu: gatal-gatal, cacingan, diare, dan ketusuk pecahan kaca.
Walaupun demikian bapak ini tidak yakin apakah diare yang dideritanya akibat menjamah sampah.Hal-
hal yang cukup memprihatikan ini sebenarnya tidak perlu terjadi apabila mereka diberi pemahaman
tentang penyakit-penyakit bawaan sampah atau dampak negatif dari pekerjaan pengumpul sampah.

Pengaruh sampah terhadap kesehatan secara garis besar dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengaruh
langsung dan tidak langsung.Pengaruh langsung terhadap kesehatan disebabkan karena adanya kontak
langsung antara manusia dengan sampah tersebut. Misalnya: sampah beracun, sampah yang korosif
terhadap tubuh, sampah yang karsinogenik, teratogenik, dsb. Selain itu, ada pula sampah yang
mengandung kuman patogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit.Sampah ini bisa berasal dari
sampah rumah tangga selain sampah industri. Sedangkan pengaruh tidak langsung umumnya
disebabkan oleh adanya vektor yang membawa kuman penyakit yang berkembang biak didalam sampah
kepada manusia. Sampah bila ditimbun sembarangan dapat di pakai untuk sarang lalat, nyamuk atau
tikus. Lalat merupakan vektor dari berbagai macam penyakit saluran pencernaan seperti: diare, typus,
kholera, dsb. Nyamuk Aedes aegipty yang hidup dan berkembang biak dilingkungan yang pengolaan
sampahnya kurang baik (banyak kaleng dengan genangan air), sedangkan tikus disampinng merusak
harta benda masyarakat, juga sering membawa pinjal yang dapat menyebabkan penyakit pes. Berikut ini
ada beberapa contoh penyakit bawaan lalat (Disentri basiler, Disentri amuba, Thypus abdominalis,
kholera, askriasis, dan Ancylostomiasi), penyakit bawaan tikus/ pinjal (pes, Leptospirosis
ikterohemoragika, dan Rat bite fever), serta penyakit bawaan sampah lainnya seperti: keracunan metan,
karbon monoksida, hydrogen sulfida, logam berat, dsb.

Petugas pengumpul sampah kurang memperhatikan upaya yang harus dilakukan dalam menjaga
kesehatan diri sebelum mejamah sampah.Hal ini bisa dilihat dari jawaban mereka yang yang sebagian
besar tidak makan terlebih dahulu sebelum kerja. Hanya seorang saja yang kadang-kadang disediakan
minuman susu oleh istrinya. Perilaku dalam menjaga kesehatan diri sesudah menjamah sampah
sebagian besar sudah baik, yaitu mencuci tangan terlebih dahulu.Bahkan ada seorang petugas
pengumpul sampah selain mencuci tangan langsung mandi.Hal ini sesuai dengan teori kesehatan diri
yang perlu dilakukan.Perilaku petugas pengumpul sampah sedikit banyak dipengaruhi oleh penyuluhan
yang pernah diikutinya.Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, sebagian besar menyatakan tidak
pernah atau bahkan lupa.Hal ini tentunya tidak sesuai dengan teori pembentukan perilaku yang
menyatakan bahwa perilaku manusia sebagian besar adalah perilaku yang dibentuk, perilaku yang
dipelajari. Cara membentuk perilaku sesuai dengan yang diharapkan adalah: Pertama, pembentukan
perilaku dengan kebiasaan (conditioning). Cara pembentukan perilaku dengan membiasakan diri untuk
berperilaku seperti yang diharapkan, akan terbentuk perilaku tersebut. Misalnya: membiasakan diri
untuk bangun pagi, atau menggosok gigi sebelum tidur, dsb. Kedua, pembentukan perilaku dengan
pengertian (insight).Cara pembentukan perilaku ini didasarkan atas teori belajar kognitif, yaitu belajar
dengan disertai adanya pengertian. Misalnya: datang kuliah jangan sampai terlambat karena dapat
menggangu teman-teman yang lain, bila naik motor harus pakai helm karena untuk keamanan diri, dsb.
Ketiga, pembentukan perilaku dengan menggunakan model.Cara ini didasarkan atas teori belajar social
(social learning theory) atau observational learning theory.Misalnya: orang tua sebagai contoh anak-
anaknya, pemimpin sebagai panutan yang dipimpinnya, dsb.

Untuk itu upaya perbaikan sistem pengelolaan sampah khususnya di daerah-daerah kumuh merupakan
hal yang mutlak untuk menciptakan lingkungan kesehatan yang lebih baik. Hal ini merupakan tindakan
preventif untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih sehat. Sistem pengelolaan sampah
rumah tangga di daerah pemukiman kumuh masih belum efektif dan efisien, sehingga akan lebih banyak
sampah yang tidak terkelola / terangkut sampai ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Penduduk yang bermukim di daerah kumuh memiliki risiko yang lebih besar terhadap kemungkinan
timbulnya prevalensi penyakit. . Melalui sistem pengelolaan sampah yang lebih baik diliarapkan akan
mampu menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat Secara khusus bertujuan untuk:

Mengetahui secara nyata keterkaitan antara sistem pengelolaan sampah khususnya di daerah kumuh

dengan kondisi kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah kumuh tersebut

Memberikan masukan masukan (inputs) bagi para penentu kebijakan (decision makers) untuk
menetapkan

alternatif-alternatif pemecahan masalah dalam pengelolaan sampah di daerah kumuh yang paling
efektif dan

efsien untuk mengurangi timbulnya prevalensi penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Dr.Budiman Chandra.2012.Pengantar Kesehatan Lingkungan.Perpustakaan Nasional.Penerbit EGC.

Hariza Andani,S.KM,M.Pd. Buku ajar Kesehatan Masyarakat.

James F.Mckenze,PhD,MPH. Rpbet R.Pinger.phD. Jerome E.kotecki.phD.2007 Kesehatan Masyarakat


suatu pengantar Edis 4 (an introduction community health).perpustakaan nasional,penerbit EGC.

http://pengolahanLimbah-padat-grapa.pdf diakses pada tanggal28 agustus 2015

http://bab6-pengelolahanlimbahpadatdomestik.pdf di akses pada tanggal28 agustus 2015 pukul 21.00

http://www.sappk.itb.ac.id/jpwk/wp-content/uploads/2014/02/06-Jurnal-14-Murni.pdf
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16528-2208100660-Paper.pdf

http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-78338.pdf

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 23/No.3 Desember 2012

http://jurnalkesmas.ui.a c.id/index.php/kesmas/article/download/331/330

Anda mungkin juga menyukai