Laporan Magang Pakan Alami Rotifera Dan
Laporan Magang Pakan Alami Rotifera Dan
PENDAHULUAN
layang dalam zona pelagic (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar.
Secara luas plankton dianggap salah satu organisme terpenting didunia, karena
menjadi bekal makanan untuk hewan akuatik terutama untuk fase larva.
untuk melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya. Plankton
yang mencukupi.
pembenihan ikan dan udang laut yaitu Brachionus plicatilis atau biasa disebut
dengan rotifer. Rotifer juga merupakan pakan pertama bagi larva kepiting
kandungan nutrisi rotifer dan ketidak stabilan kultur rotifera. Masalah nutrisi
pada rotifer bisa diatasi dengan melakukan pengkayaan berupa vitamin C atau
HUFA. Asam N-3 higly unsaturated fatty acid ( HUFA; asam lemak sangat
larva kepiting ( Kotani et al. 2009 ). Rotifer yang dikultur pada umumnya
1
1.2. Tujuan dan Kegunaan
dilapangan
2
2. KEADAAN UMUM LOKASI
yang memiliki daerah pesisir yang luas dan sangat potensial untuk dilakukan
menggali devisa dari sektor non migas, khususnya di Propinsi Sulawesi Selatan,
didirikan pada tahun 1985 yang berlokasi di Kabupaten Maros, Propinsi Sulawesi
Perikanan Budidaya Air Payau (BRPBAP). Pada awal tahun 2010 Menteri
Kelautan dan Perikanan, maka Balai berganti nama lagi menjadi Balai Penelitian
3
Tambak Percobaan (ITP) Marana adalah Instalasi yang berdiri pada tahun 1987
Perikanan di Bidang Riset Perikanan Budidaya Air Payau yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Pusat Penelitian Perikanan Budidaya dan
dibina secara umum oleh Kepala Badan Penelitian Kelautan dan Perikanan.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi yang telah di tugaskan oleh BPPBAP
a. Visi
b. Misi
4
- Meningkatkan sumberdaya riset, pelayanan jasa riset dan
2.4. Tujuan
- Meningkatkan sumber daya riset, pelayanan jasa riset dan kerja sama riset.
tersebut. Demikian pula lokasi suatu tambak sangat menentukan potensi serta
5
modifikasi yang sangat tepat bagi areal pertambakan. Instalasi Tambak Percobaan,
Marana terletak di jalur sungai Marana yang berada di sebelah utara kota
Makassar dengan jarak kurang lebih 40 km atau 10 km dari pusat kota Kabupaten
Maros. Lokasi pertambakan ini berbatasan dangan sungai pada bagian utara
sedangkan pada bagian barat, timur dan selatan berbatasan dengan tambak
Marana sekitar 35 Ha. Dari luas tersebut merupakan areal budidaya, pematang dan
Sumber air tambak berasal dari air saluran yang masih mengandalkan sistem
pasang surut air laut. Petakan tambak yang digunakan memiliki saluran
pemasukan dan pengeluaran yang dibuat dari pipa paralon. Pada pintu pemasukan
air dipasang saringan melingkar yang terbuat dari hapa dan rangkaian bambu yang
berfungsi untuk mengurangi tekanan air serta mencegah masuknya ikan-ikan liar.
Model pipa pemasukan adalah pipa goyang, apabila air akan dimasukan, maka
pipa atas dicabut. Jika sudah mencapai ketinggian yang di inginkan, maka pipa
tersebut akan dipasang kembali. Pada ujung pipa pengeluaran juga dipasang
saringan untuk mencegah keluarnya nila pada saat pergantian air. Model pipa
pengeluaran adalah sistem pipa goyang yang direbahkan pada saat air akan
dibuang dan ditegakkan kembali pada saat air berada pada ketingian yang
diinginkan.
6
2.5.1. Keadaan Sumberdaya Manusia
teknisi litkayasa dan 46 orang tenaga penunjang. Berikut ini susunan sumber
magang
a. Sarana Utama
basah.
7
b. Sarana Penunjang
air dan juga untuk memompa air ke luar tambak pada saat panen dan
c. Sarana Pelengkap
penampungan air tawar sebanyak 3 unit, satu unit lapangan sepak bola, 1
8
Gambar 1. Kantor Instalasi Tambak Percobaan BPPBAP Maros
9
KEPALA BALAI
SUB BAGIAN
TATA USAHA
Subseksi Program
Subseksi Sarana Penelitian
Subseksi Kerjasama
10
3. METODE PELAKSANAAN MAGANG
3.1.1. Waktu
Agustus 2015.
3.1.2. Tempat
3.2.1. Alat
11
7 Timbangan 0.01 gr Menimbang pupuk
Elektrik
8 Kotak Gabus 1m x 50cm Tempat menaruh planton net saat
panen
3.2.2. Bahan
12
3 Nannochloropsis Sp Pakan Rotifer (Brachionus Sebagai
Plicatilis) pakan rotifer
4 Pupuk UREA = 75 gr/ton, TSP= 35 Untuk
UREA,TSP,Za,EDTA,FeC gr/ton, Za=15 menumbuhka
l gr/ton,EDTA=5 gr/ton, n pakan
FeCL3=2,5 gr/ton Nannochlor
opsis Sp
5 Clorin/kaporit 20 ppm Untuk
desinfektan
air laut
6 Thiosulfat 10 ppm Untuk
menetralkan
kaporit
tambak sampai tahap pemeliharaan. Pengumpulan data primer dan data sekunder.
Untuk mengetahui keadaan umum BPPBAP Maros dan sebagai bahan pembuatan
lapangan.
1. Kultur Nannocholoropsis sp
13
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
dipersiapkan pada fase awal setelah penetasan yaitu rotifer. Rotifer dapat
dihasilkan melalui kultur massal yang diberi pakan berupa mikroalgae, misalnya
Nannochloropsis sp.
Budidaya Air Payau (BPPBAP) Maros, dilakukan dalam skala stok (indoor) dan
skala massal pada bak fiber plankton yang berada di ruangan terbuka (outdoor).
pembersihan bak, sterilisasi alat dan dilanjutkan dengan pengsian air dan
penebaran bibit.
(kultur stok). Pada kultur stok atau skala lab wadah digunakan adalah
ialah akuarium volume 50 liter sebanyak 2 buah dan dilanjutkan pada wadah
14
yang lebih besar berupa bak fiber atau beton dengan volume + 1-4 ton.
15
Gambar 5. Penimbangan Pupuk
pemeliharaan skala yaitu pupuk UREA = 75 gr/ton, TSP= 35 gr/ton, Za=15 gr/ton,
sp. Selama pemeliharaan dilakukan pengontrolan aerasi, suhu dan salinitas sampai
20% dari volume air media. Selang waktu 4 atau sesuai kebutuhan hari
mendapatkan nutrien dari air laut yang sudah mengandung nutrien yang cukup
optimun dengan mencampurkan air laut dengan nutriun yang tidak terkandung
dalam air laut tersebut. Nutrien tersebut dibagi menjadi makronutrien dan
merupakan kombinasi dari beberapa vitamin yang berbeda beda. Vitamin tersebut
16
antara lain B12, B1 dan biotin. mikronutrien tersebut digunakan phytopalankton
sebagian dan panen total. Panen sebagian yaitu panen hanya 70% dari
volume total dan 30% sisanya digunakan untuk kultur lanjutan. Panen
17
4.2. Kultur Brachionus plicatilis
Ada beberapa tahapan dalam kegiatan kultur rotifer yaitu persiapan dan
sterilisasi alat dan bahan, penyiapan air media, penebaran bibit, pemberian pakan
kultur. Oleh karena itu, persiapan yang optimal akan menghasilkan kultur
yang maksimal. Sterilisasi alat dan bahanpada kultur semi massal sama
Wadah yang sudah disterilkan diisi air dari bak penampungan yang
18
Brachionus plicatilis dikultur dalam media air laut bersalinitas 25-30 ppt
yang diperoleh dari kultur semi massal. Yang dilakukan pada bak Bak beton
: 4 buah (2 bak @ 6 ton, ukuran P 3m, L 2m, T 1m, 2 bak @2 ton ukuran L
@ 3 ton) yang telah di persiapkan untuk kultur rotifer dan di beri aerasi.
pompa celup dari bak kultur Nannochloropsis sp. Pengisian pakan alami
sebanyak 25-50%, dari volume bak kultur dan di panen setelah mencapai
dihitung di bawah microskop dengan alat bantu SRC (sedgwich rafter cell)
19
Brachionus plicatilis dapat tumbuh dan berkembang dengan baik jika
sehingga dengan itu kita dapat mengatur dan menyesuaikan kualitas air yang
layak dan sesuai kebutuhan hewan budidaya untuk dapat hidup normal.
(1995), salinitas optimalnya berkisar 10-35 ppt. dikarenakan rotifer jenis ini
termasuk euryhalin
Pemberian pakan dilakukan dengan cara air media kultur rotifer dikurangi
lebih melimpah lagi dengan cara makanan yang diberikan berupa pakan
20
alami hasil produksi massal pula. Pakan alami berupa Nannochloropsis sp
dibawah ini :
21
4.2.5. Pemanenan
Pada saat panen, Rotifer, air pada bak kultur tidak dihabiskan namun
di sisakan sebagian atau minimal 50% dari total volume sebagai bibit pada
menggunakan selang 2,5 inci dan plankton net (50-60 µm) dengan sitem
Hasil panen Rotifer terlebih dahulu diperkaya dengan vit C atau HUFA
cukup tinggi atau dikenal dengan fase log dimana fase dengan perkembangan
22
secara logaritmik, misalnya dari 2 individu menjadi 4,8,16,32 dan seterusnya
oleh karena itu pemberian pakan alami yang cukup perlu diperhatikan untuk
ind/ml. Fase ini mulai memasuki fase stasioner karena terjadi penurunan
Laju Perkembangan
150 Rotifer
98 101
Kepadatan (Ind/mL)
100
59
50 28 Kepadatan…
10
0
I II III IV V
Hari Ke
(fase kematian).
Dosis pakan untuk larva stadium zoea-1 hingga stadium megalopa kepiting bakau
Stadium Frekuensi
Kepadatan Rotifer di Kepadatan Nauplius artemia
perkaya dengan HUFA di perkaya dengan HUFA
(ind/mL) (ind./mL)
Zoea -1 2 20 -
Zoea -2 2 20 -
Zoea -3 2 20 1
Zoea -4 2 20 1
Zoea -5 2 20 1
Megalopa 2 10 2
Sumber : Gunarto et al. (2014)
23
5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
kepadatan populasi yang maksimum dan laju pertumbuhan yang paling baik. Kultur
Pengamatan kualitas air yang meliputi suhu, salinitas, kekuatan cahaya, suplai
alami, wadah, peralatan yang digunakan selama kultur perlu untuk dipersiapkan.
5.2. Saran
menyediakan makanan alami dalam jumlah yang cukup, tepat waktu dan
24
dari kualitas air media hingga memperhatikan tingkat kepadatannya agar
25
DAFTAR PUSTAKA
26
L
27