Pola Penerimaan Pemerintah
Pola Penerimaan Pemerintah
PEMERINTAH
Dana Perimbangan
f. Bagi hasil pajak (PBB, BPHTB, PPh) dan
bukan pajak (SDA)
g. Dana Alokasi Umum
h. Dana Alokasi Khusus
Dana Pembiayaan
i. Pinjaman Pemerintah pusat/daerah
j. Pinjaman untuk BUMD
k. Penjualan aset daerah
l. Penerbitan obligasi
Lain-Lain Pendapatan yang Sah
KERANGKA PENDANAAN URUSAN
PEMERINTAHAN
DALAM KERANGKA KEBIJAKAN FISKALNASIONAL
Pemerintah
Pusat
Desentralisasi
Dekonsentrasi
Tugas
Pembantuan
dari Pusat ke
Daerah dan Desa
Sebagian Urusan
Sumber Pendanaan
Pemerintah
Daerah
APBD
SKPD
PAD
Dana
Perimbangan
DAU
Lain-lain
Pendapatan
Penerimaan
Pembiayaan
Kewenangan Pemda :
• Urusan Wajib (SPM)
- Propinsi (16 jenis urusan)
- Kab/Kota (16 jenis urusan)
• Urusan Pilihan
BHP dan BP
DAK
Dana Darurat
Dan Hibah
APBN
Penjualan Kekayaan
Daerah yang
Dipisahkan
Pinjaman Daerah
Kementerian/
Lembaga
Kewenangan Pemerintah:
• 6 urusan
• di luar 6 Urusan
HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH
UU No. 33 Tahun 2004 mengatur desentralisasi keuangan dan fiskal dengan
proporsi penerimaan pemerintah daerah diatur secara lebih rasional,
progresif dan adil dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi
dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta
besaran pendanaan penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Desentralisasi merupakan sebuah instrumen untuk mencapai salah satu
tujuan bernegara, yaitu terutama memberikan pelayanan publik yang lebih
baik dan menciptakan proses pengambilan keputusan publik yang lebih
demokratis.
FENARO
2011@AYU RAI.E-MAK
5
DESENTRALISASI FISKAL
Desentralisasi fiskal adalah pelimpahan wewenang di bidang keuangan dan fiskal
kepada daerah dalam memobilisasi dan memanfaatkan sumber-sumber pendapatan
daerah
Dengan DF, Daerah mempunyai wewenang mengatur dan menggali potensi dan
sumber2 keuangannya sendiri.
Apabila Pemda melaksanakan fungsinya secara efektif dan mendapat kebebasan
dalam pengambilan keputusan pengeluaran di sektor publik, maka mereka harus
mendapat dukungan sumber-sumber keuangan yang memadai baik yang berasal dari
PAD, BHP dan BP, pinjaman, maupun Subsidi/bantuan dari Pempus.
Desentralisasi fiskal harus mempertimbangkan kebijakan fiskal khususnya untuk
mendukung kebijakan makro ekonomi antara lain yang berkaitan dengan fiscal
sustainability dan tetap memberikan ruang bagi pempus untuk mengadakan koreksi
atas ketimpangan antar daerah, sehingga taxing power yang diberikan kpd daerah
tetap tidak terlalu besar.
6
Menurut UU no 33 Tahun 2004 tentang dana bagi hasil menyebutkan
bahwa dana yg bersumber dari pendapatan APBN yg dibagi-hasilkan
kepada daerah berdasarkan angka prosentase yg telah ditetapkan dalam
UU No.33 Tahun 2004. DBH bersumber dari pajak dan sumber daya alam.
Misalnya dari sektor pajak sbb:
A. Pajak, terdiri dari atas:
1) Pajak bumi dan bangunan (PBB)
Penerimaan negara dari PBB dibagi dengan proporsi 90% untuk daerah
dan 10% untuk Pemerintah Pusat. Dari 90% bagian daerah tersebut akan
dibagi menjadi 16,2% untuk provinsi bersangkutan, 64,8% untuk
kabupaten/kota yang bersangkutan dan 9% untuk biaya pemungutan. Dari
10% bagian pemerintah pusat seluruhnya dialokasikan kepada seluruh
kabupaten dan kota dengan perincian: 6,5 % dibagikan secara merata
kepada seluruh kabupaten dan kota, dan 3,5% dibagikan sebagai insentif
kepada kabupaten/kota yang realisasi penerimaan PBB sektor perdesaan
dan perkotaan pada tahun sebelumnya mencapai atau melampaui target
yang ditetapkan.
2) bea pengalihan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB)
Penerimaan negara dari BPHTB dibagi dengan alokasi 20% untuk
pemerintah pusat dan 80% untuk daerah. Dari bagian pemerintah pusat
sebesar 20% tersebut, akan dialokasikan dengan porsi yang sama besar
untuk seluruh kabupaten/ kota. Dari bagian daerah sebesar 80% tersebut,
dibagi dengan perincian 16% untuk provinsi yang bersangkutan, dan 64%
untuk kabupaten/kota yang bersangkutan.
Namun sejak terhitung tahun 2011 sudah diberikan 100% sepenuhnya
kepada kabupaten/kota bersangkutan.
3) Pajak Penghasilan Wajib pajak orang pribadi dalam negeri (PPh) dan
Pajak penghasilan pasal 21 (PPh psl 21).
DBH yang berasal PPh dan PPh psl 21 dibagi dengan porsi 80% untuk
pemerintah pusat, dan 20% untuk pemerintah daerah . Dari 20% bagian
daerah tersebut akan dialokasikan untuk Provinsi yang bersangkutan
sebesar 8% dan untuk kabupaten/kota sebesar 12%. Dari 12% bagian
kabupaten/kota tersebut dengan perincian 8,4% untuk kabupaten/kota
tempat wajib pajak terdaftar dan 3,6% dibagi untuk seluruh kabupaten/kota
dalam provinsi yang bersangkutan dengan bagian yang sama besar.
4. cukai hasil tembakau (CHT)
Pasal 66a UU No.39/2007 mengamanatkan pembagian dengan
persetuajuan menteri, dengan komposisi 30% untuk provinsi penghasilan,
40% untuk kab/kota daerah penghasil, dan 30% untuk kab/kota lainnya.
TUJUAN UMUM DESENTRALISASI
FISKAL
1.
sumber
daya
nasional
2.
3.
4.
5.
1.
Memberikan otonomi daerah yang lebih luas, dalam arti daerah diberi kebebasan dan
fleksibilitas
dalam menentukan prioritas pengambilan keputusan di sektor publik
2.
3.
Equality, alokasi bantuan pusat meskipun bervariasi antar daerah otonom, tetapi
mencerminkan
kebutuhan fiskal (fiscal needs) antar daerah otonom, sehingga porsi alokasi bantuan
pusat
merupakan kebalikan (inverse) dari kemampuan masing2 daerah otonom dalam menggali
PAD-nya
4.
Bantuan pusat harus menjamin kepastian ketersediaan dananya bagi daerah otonom
(predetermined)
5.
Netralitas, alokasi bantuan pusat harus netral terhadap pilihan alokasi penggunaan
dana untuk
berbagai sektor yang diinginkan oleh daerah otonom
Insentif, desain bantuan pusat harus mampu memberikan insentif kepada daerah otonom
untuk
melakukan efisiensi ekonomi dalam menentukan pelayanan sektor publik
Kewenangan daerah otonom dalam jangka panjang secara bertahap diarahkan untuk
mencakup
semua kewenangan dalam bidang pemerintahan, kecuali kewenangan yang tidak boleh
diserahkan
kepada daerah otonom sesuai UU otonomi daerah.
6.
7.