Disusun Oleh:
Vidi Alfiansyah
20130310104
20174011087
Pembimbing:
dr. Widodo Raharjo, Sp.PD
1
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
Nama: Vidi Alfiansyah
NIM: 20130310104
NIPP: 20174011087
Telah dipresentasikan
Hari/Tanggal:
Sabtu, 19 November 2017
Disahkan oleh:
Dosen Pembimbing,
2
3
BAB I
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Ny. St
Usia : 55 tahun
Berat Badan : 47 kg
Status : Menikah
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Penurunan kesadaran.
Pasien mengeluh BAB cair 5 hari SMRS. Kemudian dirawat di salah satu
rumah sakit di Boyolali. Lalu dirujuk ke RSUD Salatiga. Dari auto dan allo
anamnesis pasien didapati mengeluh mual, muntah dan BAB cair SMRS. Muntah
2 kali sehari. Muntah berisi makanan yang dimakan sebelumnya. Frekuensi BAB
cair tidak diketahui dan warna normal tidak terdapat lendir maupun darah. BAK
tidak ada keluhan. Pasien mengaku tidak rutin mengkonsumsi obat-obatan
apapun.
4
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Ny. St sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pasien juga mengaku
tidak pernah merokok, minum alkohol, minum bersoda. Pasien juga tidak ada obat
yang dikonsumsi secara rutin. Tidak pernah mengkonsumsi obat warung. Selalu
cukup minum setiap harinya. Pasien tinggal bersama suami, anak dan cucunya.
peningkatan JVP
b. Thorax (Pulmo)
Inspeksi: Bentuk dada simetris, tidak terdapat jejas dan
kelainan bentuk.
Palpasi: Tidak ada ketinggalan gerak, vocal fremitus tidak
5
Auskultasi: Suara dasar vesikuler : +/+ (positif di lapang
paru kanan dan kiri), suara ronkhi : -/- (tidak terdengar di lapang
sinistras
Perkusi: Cardiomegali (-)
Auskultasi: Suara S1 dan S2 terdengar regular dan tidak
teraba
Perkusi: Timpani, lien tidak membesar
e. Extremitas
Inspeksi: Edema (-)
Palpasi: Pitting edema (-), akral hangat
a. Pemeriksaan Laboratorium
ICU
- Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 2 November 2017
6
KIMIA
Glukosa Darah Sewaktu 97 <140
Ureum 194 10-50
Creatinin 10.6 0.6-1.1
Albumin 2.9 3.5-4.2
SGOT 175 <31
SGPT 39 <32
ELEKTROLIT
Natrium 123 135-155
Kalium 2.4 3.6-5.5
Chlorida 92 95-108
Kalsium 6.4 8.4-10.5
Magnesium 1.3 1.70-2.5
IMUNO/SEROLOGI
HBs Ag (Rapid) Negative Negative
HCU
- Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 5 November 2017
7
- Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 7 November 2017
BANGSAL
- Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 8 November 2017
8
V. DIAGNOSA KERJA
- Acute Kidney Injury
- Imbalance Elektrolit
VI. PENATALAKSANAAN
IGD
1. O2 3L/menit
2. Infus Asering 30 tpm
3. Injeksi EAS Pfrimmer1/2 unit
4. Injeksi Ceftriaxone 2x1 amp
5. PO Sucralfat 3x1
6. PO Prorenal 3x1
ICU
1. Infus Asering 30 tpm
2. NaCl Caps 3x500
3. Injeksi Ceftriaxone 2x1 amp
4. Prorenal 3x1
9
5. KSR 2x1
6. CaCO3 3x1
7. Sucralfat 3x1
HCU
1. Infus Asering 40 tpm
2. Infus NaCl 20 tpm
3. Injeksi Ondancetron 3x1 amp
4. Injeksi Omeprazole 1x40
5. Injeksi Ceftriaxone 2x1 amp
6. KCL
7. Calcium Glucosa 1x1
8. Prorenal 3x1
9. Sucralfat 3x1
BANGSAL
a. Infus Asering 20 tpm
b. Infus NaCl
c. Injeksi Ondancetron 3x1 amp
d. Injeksi Ceftriaxon 2x1 amp
e. Injeksi Omeprazole 1x40
f. Sucralfat 3x1
g. Prorenal 3x1
h. KSR 2x1
i. CaCO3 3x1
j. Dexametasone 4x1
k. Heparin 1x1
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
AKI disebut juga Gagal Ginjal Akut atau Acute Tubular Necrosis, namun
beberapa tahun kemudian Komite Ginjal Internasional melakukan perubahan
terhadap definisi AKI berdasarkan RIFLE criteria, dimana istilah tersebut sudah
mencakup semua sindroma akut pada ginjal yang mengalami gangguan untuk
menentukan Renal Replacement Therapy (RRT).
11
Turunnya produksi urin <0,5 cc/kgBB/jam selama lebih dari 6 jam.
Dalam hal ini AKI bersifat umum namun berbahaya, tetapi masih dapat
diobati. Bahkan gangguan akut yang minor dalam fungsi ginjal memiliki
prognosis buruk. Oleh karena itu deteksi dini dan pengobatan AKI dapat
meningkatkan hasil yang cukup efektif dalam menentukan Renal Replacement
Therapy (RRT).
Penggunaan definisi AKI berdasarkan serum kreatinin (SCr) dan urine output
(RIFLE dan AKIN) telah diusulkan dan divalidasi terutama untuk kebutuhan
dalam pelatihan, penelitian, dan kesehatan masyarakat.
12
B. Etiologi
1. Faktor Prarenal (55%)
Bila faktor prarenal dapat diatasi, faal ginjal akan menjadi normal kembali,
tetapi jika hipovolemia berlangsung lama, maka akan terjadi kerusakan pada
parenkim ginjal.
13
Pada pasien Intensive Care Unit (ICU) dengan AKI dan rasio Blood Ureum
Nitrogen (BUN) : Cr lebih besar dari 20:1 mengalami peningkatan mortalitas
lebih signifikan.
C. Patofisiologi
Mengingat beberapa jalur tumpang tindih pada AKI, terapi mungkin perlu
ditargetkan pada mekanisme terjadinya AKI yang secara bersamaan dilakukan
untuk mencapai keberhasilan.
D. Manifestasi Klinik
Anemia,
Hiperkalemia,
Asidosis metabolic,
14
Edema,
E. Pendekatan Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam hal ini yang perlu diketahui dan ditanyakan kepada pasien adalah
tanda vital (pengukuran tekanan darah), BB, data mengenai intake dan output
pasien, pemeriksaan lab masa lampau dan sekarang, keseimbangan cairan, dan
obat - obatan (NSAID, diuretik, agen radiokontras, serta antibiotik).
Prerenal Azotemia
Postrenal Azotemia
Obstruksi pada kedua ureter, bladder/urethra, atau obstruksi pada salah satu
ginjal dapat menyebabkan postrenal azotemia.
Intrarenal Azotemia
15
Intrarenal Azotemia dapat ditegakkan setelah kriteria ekslusi pada prerenal
dan postrenal azotemia dilakukan.
2. Urinalisis
3. Nephrotoxins
4. Laboratorium
Darah perifer lengkap, kreatinin serum, elektrolit (Na +, K+, fosfat, Ca2+), asam
urat, dan kreatinin kinase. Dari hasil serum kreatinin, dapat dihitung LFG dengan
beberapa rumus, antara lain:
- Rumus Cockroft-Gault
F. Penatalaksanaan
16
Tata laksana gangguan ginjal akut terbagi dalam tata laksana spesifik dan tata
laksana suportif.
2. Renal
Glomerulonefritis atau vaskulitis: kortikosteroid atau
plasmaferesis bergantung kepada patologi utama ginjal
Hipertensi Maligna: kontrol tekanan darah secara agresif.
3. Postrenal
Tata laksana spesifik dengan penyebab postrenal memerlukan kerjasama
nefrolog urolog, serat radiolog.
Obstruksi uretra dan leher kandung kemih: pemasangan kateter
Pemasangan stent pada kasus obstruksi ureter
17
c. Minocycline
e. Diuretik (Manitol)
Manitol telah sering digunakan di masa lalu untuk pencegahan AKI. Namun
pada sebagian besar studi retrospektif, tidak memenuhi kriteria dari kelompok
kerja untuk dimasukkan dalam perumusan masalah yang direkomendasi. Manitol
profilaksis telah dipromosikan pada pasien yang menjalani operasi. Sementara di
sebagian besar kasus, manitol meningkatkan aliran urin, itu sangat mungkin
bahwa manitol tidak menimbulkan efek di luar hidrasi terhadap kejadian AKI.
f. Penanganan Dehidrasi
Bila terdapat dehidrasi atau banyak kehilangan darah maka perlu diberikan
cairan secara intravena. Sebaliknya diberikan cairan larutan glukosa 10 - 20 %,
tetapi hendaknya diperhatikan kadar glukosa tidak tinggi karena dapat
menimbulkan trombosis. Dianjurkan tempat venoklisis setiap 8 jam dipindahkan
untuk mencegah timbulnya trombosis. Dapat ditambah heparin pada setiap 500 ml
larutan glukosa 20 - 50 % untuk tujuan yang sama. Bila ada faal jantung, jumlah
cairan tidak boleh terlalu banyak.
g. Penanganan Asidosis
18
G. Indikasi Dialisis Segera
Terdapat lima kondisi dilakukannya dialisis segera. Perlu diingat bahwa
dialisis hanya dilakukan apabila kondisi – kondisi berikut tidak bisa diperbaiki
dengan terapi konvensional (Ingat AIUEO):.
Gangguan Asam basa: Asidosis berat (pH <7,1)
Intoksikasi: Metanol, litium, salisilat
Uremia: perikarditis uremikum, ensefalopati uremikum,
perdarahan, azotemia (ureum >200 mg/dl)
Gangguan Elektrolit: hiperkalemia (K+ >6,5 mEq/L),
hiperkalsemia, sindrom lisis tumor, hipernatremia berat (Na+ >160
mEq/L), atau hiponatremia berat (Na+ <115 mEq/L)
Overload cairan: edema paru, dan lain lain.
19
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien datang ke IGD rujukan dari rumah sakit di Boyolali.
Pasien datang dengan penurunan kesadaran. Sebelumnya pasien mengeluh BAB
cair 5 hari SMRS. Dari auto dan allo anamnesis pasien didapati mengeluh mual,
muntah dan BAB cair SMRS. Muntah 2 kali sehari. Muntah berisi makanan yang
dimakan sebelumnya. Frekuensi BAB cair tidak diketahui dan warna normal tidak
terdapat lendir maupun darah. BAK tidak ada keluhan.
Tata Laksana utama pada kasus ini adalah pemberian injeksi antibiotik
Ceftriaxone 2x1 amp, Prorenal 3x1 untuk menjaga fungsi jantung, KSR suplemen
Kalium 2x1, CaCO3 suplemen Kalsium 3x1, KCL untuk perawatan hipokalemia,
20
Calcium Glucosa perawatan Kalsium 1x1, Dexametasone digunakan untuk
mengatasi kecurigaan adanya inflamasi atau radang pada ginjal dan Heparin untuk
menjaga fungsi hati.
Pengobatan AKI bersifat spesifik dan suportif yang dilakukan bertujuan untuk
mengembalikan fungsi ginjal secara fisiologis.
DAFTAR PUSTAKA
Akcay, A., Turkmen, K., Lee, K., and Edelstein, C.L., 2010. Update on The
Diagnosis and Management of Acute Kidney Injury. International Journal of
Nephrology and Renovascular Disease, 129 – 40.
Ganong, W.F., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 22th ed. Penerbit Buu
Kedokteran EGC, Jakarta: 752 – 753.
Kellum, J.A., Levin, N., Bouman, C., and Lameire, N., 2002. Developing a
consensus classification system for acute renal failure.
Kellum, J.A., and Hoste, E.A., 2008. Acute Kidney Injury: Epidemiology and
Asessment. Scand J Clin Lab Invest Suppl, 241; 6 – 11.
Kelly, K.J., Plotkin, Z., and Dagher, P.C., 2001. Guanosine supplementation
reduces apoptosis and protects renal function in the setting of ischemic
injury.
Kelly, K.J., Sutton, T.A., Weathered, N., Ray, N., Caldwell, E.J., Plotkin, Z., et
al., 2004. Minocycline inhibits apoptosis and inflammation in a rat model of
ischemic renal injury. Am J Physiol Renal Physiol, 287; 760 – 66.
Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO), 2012. Clinical Practice
For AKI guideline. National Kidney Foundation.
Mehta, R.L., Kellum, J.A., Shah, S.V., Molitori, B.A., Ronco, C., Warnock, D.G.,
et al., 2007. Acute Kidney Injury Network: report of an initiative to improve
outcomes in acute kidney injury. Crit Care, 11(2).
Mehta, P., Sinha, A., Sami, A., Hari, P., Kalaivani, M., Gulati, A., et al. 2012.
Incidence of Acute Kidney Injury In Hospitalized Children. Indian Pediatrics,
49; 537 – 542.
Ngastiyah., 2005. Perawatan Anak Sakit. 2nd ed. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta: 312 – 21.
Rachoin, J.S., Daher, R., Moussallem, C., Moussallem, C., Milcarek, B., Hunter,
K., et al., 2012. The fallacy of the BUN: creatinine ratio in critically ill
patients, Nephrology Dialysis Transplantation.
21
Ronco, C. & Bellomo, R., 2003. Prevention of acute renal failure in the
critically ill. Nephron, 93 :13 – 20.
Sutton, T.A., Fisher, C.J., and Molitoris, B.A., 2002. Microvascular endothelial
injury and dysfunction during ischemic acute renal failure. Perspectives in
basic science, 62 : 1539 – 549.
Tanto C, Liwang F, Hanifati S, et al. Kapita Selekta Kedokteran. 4th rev ed. Tanto
C, Hustrini Made N. Jakarta: Media Aesculapius, 2016. 632-635 p.
22
KAkkk Emergency i
23